Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Undang-undang
dan Etika Farmasi tentang ‘’PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK’’

Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau informasi mengenai


peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 9 tahun 2017 tentang apotek ,
baik Contoh kasusnya beserta pembahasannya.

Kami mengharapkan agar makalah yang kami buat ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, November 2019

Tim penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek 2014 ................................................ 3
2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek 2016… ........................................... 6

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 8


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

ii
ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai


pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Standar pelayanan kefarmasian sangat diperlukan dalam menjalankan suatu


apotek. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek sebagai pedoman praktek apoteker
dalam menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian Jika suatu
apotek tidak menggunakan standar pelayanan farmasi dalam menjalankan apotek maka
tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Karena pelayanan
farmasi adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam
pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien/masyarakat.

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu


mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan atau masyarakat.Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan
praktek profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan.

Permenkes No. 9 Tahun 2017 mendefenisikan apotek sebagai sarana kesehatan


umum bagi masyarakat dan pelayanan kefarmasian dan tempat dilakukannya praktek
kefarmasian oleh apoteker.Maka segala kegiatan kefarmasian dalam suatu apotek harus
berdasarkan kepada Undang-Undang dan peraturan yang berlaku, sebagaimana yang
tertuang dalam Permenkes No. 9 Tahun 2017 tersebut.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014


(Permenkes Lama)
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
(Permenkes Baru)

1.3 Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 (Permenkes Lama)
b. Untuk mengetahui perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 (Permenkes Baru)

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian diApotek menurut Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 (Permenkes Lama)

A. Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan


praktik kefarmasian olehApoteker.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanankefarmasian.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupanpasien.
4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yangberlaku.
5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untukmanusia.

7. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan


yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,merawat

3
4

orang sakit memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau


membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
8. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur
dalam peraturanperundang-undangan.
9. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
10. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/AsistenApoteker.
11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian
Kesehatan yang bertanggung jawab di bidang kefarmasian dan alat
kesehatan.

2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian diApotek menurut Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 (Permenkes Baru)

A. Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksuddengan:

1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik


kefarmasian olehApoteker.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanankefarmasian.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupanpasien.
4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang

4
5

berlaku.

5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan


kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
untukmanusia.
7. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atauimplan
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
8. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur
dalam peraturanperundang-undangan.
9. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
10. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/AsistenApoteker.
11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian
Kesehatan yang bertanggung jawab di bidang kefarmasian dan alat
kesehatan.
12. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya
disingkat Kepala BPOM adalah Kepala Lembaga Pemerintah Non
Kementerian yang mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan obat danmakanan.
13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidangkesehatan

5
6

B. Pasal 10

1. Pengawasan selain dilaksanakan oleh Menteri, kepala dinas


kesehatan provinsi dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat (1), khusus terkait
dengan pengawasan sediaan farmasi dalam pengelolaan sediaan
farmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a
dilakukan juga oleh Kepala BPOM sesuai dengan tugas dan
fungsimasing-masing.
2.Selain pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
BPOM dapat melakukan pemantauan, pemberian bimbingan, dan
pembinaan terhadap pengelolaan sediaan farmasi di instansi
pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan sediaan
farmasi.
C. Pasal 11

1. Pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi dan


dinas kesehatan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 dan pengawasan yang dilakukan oleh Kepala BPOM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilaporkan secara
berkala kepadaMenteri.
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)tahun.
D. Pasal 12

1. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini


dapat dikenai saksi administratif.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiriatas:

6
7

a.Peringatan tertulis;

b.penghentian sementara kegiatan;dan/atau

c.Pencabutan izin.

E. Pasal 13

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1162) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1169), dicabut dan dinyatakan
tidakberlaku.

7
8

BAB III
PEMBAHASAN

Kementerian kesehatan memutuskan untuk mengkaji ulang Peraturan Menteri


Kesehatan (permenkes) terkait pelayanan kefarmasian. Permenkes yang mengalami
perubahan yaitu peratutan Menteri Kesehatan No 35 tahun 2014 tentang standar
pelayanan kefarmasian di Apotek, perubahan yang dibuat kemudian dicantumkan
dalam Peraturan Menteri kesehatan Baru, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Perubahan Peraturan tersebut melibatkan Badan Pengawasan Obat dan


Makanan dalam proses pengawasan,pengelolaan, dan distribusi obat-obatan di
Apotek. Peraturan Menteri Kesehatan yang baru nomor 73 tahun 2016 menambahkan
2 angka yaitu angka pada pasal 1 dan menyisipkan tiga pasal tambahan yaitu 11,12,
dan 13.

Poin yang ditambahkan pada pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan terbaru


tersebut berbunyi;” kepala badan pengawasan obat dan makanan yang selanjutnya
disingkat kepala BPOM adalah lembaga pemerintah Non Kementerian yang
mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan obat
dan makanan.

Pasal- pasal yang disisipkan pada Peraturan Menteri Kesehatan yang baru mencakup
3 poin yakni:

Pasal 11

1. Pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi dan dinas


kesehatan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
dan pengawasan yang dilakukan oleh Kepala BPOM sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilaporkan secara berkala

8
9

kepadaMenteri.
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling
sedikit 1(satu)kali dalam 1(satu) tahun.
Pasal 12

1. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini


dapat dikenai sanksiadministratif.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Terdiri atas:
a. Peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;dan/atau
c. pencabutan izin.

Pasal 13

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1162) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1169), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Dapat disimpulkan bahwa peran BPOM dalam pengawasan sediaan farmasi
dipertegas pada permenkes terbaru.Untuk peraturan sebelumnya hanya di
lakukan oleh Menteri, kepala D
inasProvinsi dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang dapat melakukan pengawasan terhadap sediaan farmasi.
Dengan adanya tindakan tegas terhadap pelanggaran atas ketentuan yang
berlaku akan dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

9
10

DAFTAR PUSTAKA

[Permenkes] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35


Tahun 2014, Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta,
Menteri Kesehatan RepublikIndonesia

[Permenkes] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73


Tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta,
Menteri Kesehatan RepublikIndonesia

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 3 Tentang Penyediaan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 1945.

Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI:
2009.

10

Anda mungkin juga menyukai