Anda di halaman 1dari 12

MORBILI

Definisi
Campak atau Morbilli merupakan penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh virus.
Penyakit ini dapat menyerang segala usia, namun paling banyak ditemukan pada anak-anak.
Terjangkitnya seseorang dengan infeksi campak, akan menimbulkan kekebalan tubuh seumur hidup
terhadap virus campak ini.

Etiologi
Bayi mendapat imunitas transplasenta dari ibu yang telah menderita campak atau imunisasi
campak. Imunitas ini biasanya sempurna selama umur 4-6 bulan pertama dan menghilang pada
frekuensi yang bervariasi. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor predisposisi, terutama bila si anak
kehilangan imunitas sebelum usianya sesuai dengan jadwal imunisasi yang telah ditentukan. Selain itu
terdapat beberapa faktor pemberat lainnya, misalnya anak dengan penyakit defisiensi imun serta anak
yang berpergian ke daerah endemik campak.

Struktur Antigenik
Virus campak menunjukkan antigenitas yang homogen. Infeksi virus campak akan
merangsang pembentukan neutralizing antibody, complement fixing antibody dan haemaglutinine
inhibition antibody. IgM dan IgG yang terbentuk diperkirakan muncul bersama-sama pada hari ke 12
setelah infeksi dan mencapai kadar tertinggi setelah 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat
yang kemudian diartikan sebagai pertanda baru terkena infeksi atau baru mendapatkan vaksinasi.
Sedangkan IgG akan tetap tinggal tak terbatas dan jumlahnya tak terukur, yang kemudian menjadi
pertanda pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Antibodi IgA sekretori dapat dideteksi dari
sekret nasal dan terdapat di seluruh saluran napas. Hal ini menjadi pembeda daya efektivitas vaksin
virus campak yang hidup dan virus campak yang mati, karena antibodi IgA sekretori hanya akan
ditimbulkan oleh vaksin virus campak hidup.

Patogenesis
Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara dan dapat bertahan selama lebih
kurang 2 jam. Masa penularan diperkirakan sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam.
Virus campak menyerang kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan saluran cerna
serta konjungtiva, sehingga lesi esensial campak dapat ditemukan pada tempat-tempat ini. Awalnya,
virus masuk ke dalam limfatik lokal, kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Di tempat
inilah virus memperbanyak diri dengan perlahan dan mulai melakukan penyebaran ke sel jaringan
limforetikular. Virus yang masuk dapat bebas, maupun berikatan dengan sel mononuklear. Sel
mononuklear yang terikat ini kemudian akan menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak.
Selain itu, limfosit T yang rentan terhadap infeksi juga akan turut aktif membelah. 5-6 hari setelah
infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi, yaitu pada saat virus mulai masuk ke dalam pembuluh darah
dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan
saluran cerna. Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva
akan menyebabkan nekrosis pada 1-2 lapis sel. Pada saat inilah, virus dalam jumlah yang banyak akan
masuk kembali ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi dari saluran nafas, berupa
batuk pilek disertai kemerahan pada selaput konjungtiva. Menanggapi hal ini, tubuh kita akan
memberikan respon imun berupa proses peradangan epitel pada saluran nafas yang berujung pada
manifestasi klinis berupa demam tinggi. Selain itu, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulserasi
kecil pada mukosa pipi yang disebut Bercak Koplik. Bercak Koplik inilah yang merupakan tanda pasti
untuk menegakkan diagnosis. Bercak Koplik sendiri terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel
endotel yang serupa dengan bercak pada lesi kulit.
Pada tahap selanjutnya, daya tahan tubuh mulai menurun. Dan sebagai respon terhadap
antigen virus, muncul ruam makulopapular yang diperkirakan terjadi pada hari ke-14 sesudah awal
infeksi, dan pada saat ini antibodi humoral juga dapat dideteksi pada kulit. Di kulit, reaksi terutama
menonjol sekitar kelenjar sebacea dan folikel rambut.

Manifestasi Klinis
Campak memiliki gejala klinis yang khas, yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-masing
memiliki ciri khusus. Masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari. Dapat terjadi kenaikan suhu ringan
yang biasanya muncul pada hari ke 9-10 setelah infeksi. Stadium pertama adalah stadium prodormal
dengan manifestasi klinis berupa pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada
mukosa pipi dan faring serta peradangan mukosa konjungtiva. Stadium prodromal biasanya berakhir
3-5 hari. Bercak Koplik yang muncul hampir selalu mendahului, biasanya pada 2-3 hari. Bercak
Koplik merupakan bintik putih keabu-abuan, biasanya sebesar butir pasir dengan areola sedikit
kemerahan. Bercak ini muncul dan menghilang dengan cepat, biasanya dalam 12-18 jam. Ketika
sudah menghilang, bintik- bintik perubahan warna merah mukosa mungkin tetap. Radang konjungtiva
dan fotofobia dapat mengesankan campak sebelum muncul bercak koplik. Selama fase ini, koryza,
demam dan batuk akan bertambah keparahannya hingga ruam timbul merata di seluruh bagian tubuh.
Berikutnya, stadium erupsi ditandai dengan munculnya ruam. Ruam timbul didahului dengan suhu
badan yang meningkat dan sering mencapai 40-40,5oC. Ruam timbul sebagai makula yang tidak jelas
pada bagian atas lateral leher, dibelakang telinga, sepanjang garis pertumbuhan rambut dan pada
bagian posterior pipi. Kemudian lesi akan menjadi makulopapuler sebagai ruam yang menyebar cepat
pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada 24 jam pertama. Selama 24 jam
berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, lengan dan paha. Ruam dapat disertai
gatal ringan. Ketika ruam akhirnya mencapai kaki pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-3, ruam akan
menghilang dimulai dari muka. Selanjutnya ruam akan menghitam dan kemudian mengelupas dengan
cepat pada kasus tanpa komplikasi. Biasanya hanya membutuhkan waktu lebih kurang 2 hari.
Hilangnya ruam sesuai dengan urutan ketika ruam muncul. Ketika ruam menghilang, deskuamasi
seperti kulit padi dan perubahan warna kecoklatan terjadi dan kemudian menghilang dalam 7-10 hari.
Stadium ini dikenal sebagai stadium konvalesen. Derajat keparahan penyakit biasanya dihubungkan
dengan luas dan menyatunya ruam. Pada campak yang ringan, ruam cenderung tidak menyatu. Dan
pada kasus yang sangat ringan, ruam muncul hanya sedikit. Sedangkan pada kasus yang berat, ruam
biasanya menyatu dan sangat luas. Seringkali didapatkan ruam yang menutupi kulit secara sempurna,
termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah pasien tampak membengkak, menjadi jelek dan tampak
sakit berat.
Pada campak tipe hemorragik (campak hitam), dapat terjadi perdarahan dari mulut, hidung,
atau usus besar. Namun, pada kasus yang ringan, ruam agak menyerupai ruam demam scarlet atau
rubella, karena ruam mungkin kurang makuler dan lebih mendekati ujung jarum atau pinpoint.
Limfonodi pada sudut rahang dan pada daerah servikal posterior biasanya membesar, dapat pula
ditemukan splenomegali ringan. Sedangkan campak yang tidak memiliki manifestasi klinis yang khas
disebut campak atipikal.

Diagnosis
Diagnosis campak biasanya ditegakkan berdasarakan kelompok gejala klinis yang sangat
berkaitan, yang meliputi koriza dan mata meradang, disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa
hari. Kemudian diikuti dengan timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari belakang
telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya
suhu tubuh dan akhirnya akan mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas. Dapat pula ditemui
keadaan diare. Sedangkan berdasarkan anamnesa, didapatkan terjadi kontak dengan penderita campak
maupun riwayat imunisasi yang tidak lengkap.

Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis antara lain
pemeriksaan sitologik dan pemeriksaan serologi. Pada pemeriksaan sitologik, didapatkan sel raksasa
(giant cell) pada lapisan mukosa hidung dan pipi. Sedangkan pada pemeriksaan serologi akan
didapatkan IgM yang spesifik terhadap virus campak.

Diagnosa Banding
Seringkali campak sulit dibedakan dengan penyakit lain yang memiliki gejala serupa.
Diagnosa banding untuk penyakit campak adalah Rubella, Demam Skarlatina, Eksantema Subitum
dan infeksi virus. Eksantema subitum dibedakan dengan campak dimana ruam dari Roseola tampak
ketika demam menghilang. Ruam rubella biasanya disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening
di retroaurikula dan oksipital. Ruam demam skarlatina disertai strawberry tongue dan tonsillitis
membranosa atau eksudativa. Sedangkan infeksi virus lain cenderung untuk kurang mencolok
daripada ruam campak.

Tatalaksana
Pada umumnya anak dengan campak tanpa komplikasi tidak memerlukan rawat inap. Anak
harus diberikan cukup cairan dan kalori, serta pengobatan simptomatik bila diperlukan.
Pemberian vitamin A sangat dianjurkan untuk mengurangi tingkat morbiditas dan mortilitas
penyakit infeksi, terutama campak. Dalam suatu penelitian tahuan 1990, pada 22-72% anak dengan
campak, ditemukan kadar retinol yang rendah. Pada penelitian lain juga ditemukan bahwa terdapat
korelasi antara kadar retinol dengan beratnya penyakit. Diberikan dengan dosis yang disesuaikan
dengan usia secara peroral 1 kali sehari selama 2 hari. Untuk anak dengan usia di bawah 6 bulan
diberikan dosis sebesar 50.000 IU. Untuk anak usia 6 bulan – 11 bulan diberikan 100.000 IU. Dan
untuk anak berusia lebih dari 11 bulan diberikan dosis sebanyak 200.000 IU. Apabila terdapat
malnutrisi, vitamin A diberikan 3 kali, yaitu pada hari pertama, kedua dan 2-4 minggu setelah dosis
kedua. Dapat pula diberikan antivirus berupa Ribavirin, yang merupakan analog nukleosida yang
efektif mencegah replikasi virus pada kasus immunocompromised.
Untuk pengobatan simptomatik dapat diberikan antipiretik untuk menurunkan panas. Dapat
diberikan paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari per oral dalam 3-4 dosis perharinya.
Berikan dukungan nutrisi dan cairan sesuai dengan kebutuhan. Untuk konjungtivitis ringan dengan
cairan mata jernih, tidak diperlukan pengobatan. Jika mata bernanah, bersihkan mata dengan kassa
atau kain yang telah direbus dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air bersih.
Oleskan salep mata kloramfenikol atau tetrasiklin 3 kali sehari selama 7 hari. Jangan menggunakan
salep steroid. Jika terdapat luka di mulut, dapat dibersihkan dengan air bersih yang diberi sedikit
garam, minimal 4 kali sehari. Dapat pula diberikan gentian violet 0.25% pada luka di mulut setelah
dibersihkan.
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul.
Seperti pada halnya bronkopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kg BB/hari intravena
dalam 4 dosis dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari intravena dalam 4 dosis,
sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai 3
hari demam reda. Pada keadaan otitis media yang seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder,
perlu diberikan antibiotik kotrimoksasol-sulfametoksasol (TMP) 4 mg/kg BB/hari dibagi dalam dua
dosis.

Pencegahan
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi baik aktif maupun pasif.
Pemberian imunisasi aktif pada bayi dianjurkan pada saat bayi berumur 9 bulan atau lebih. Dengan
dosis baku minimal 0,5 ml dan disuntikkan secara subkutan pada paha anterolateral anak. Penggunaan
vaksin campak hidup tidak dianjurkan untuk wanita hamil atau untuk anak dengan tuberkulosis yang
tidak diobati atau dengan konsumsi obat-obatan imunosupresif. Setelah diberikan imunisasi aktif,
biasanya anak akan mengalami gejala ringan dari penyakit campak, namun keadaan ini tidak menular.
Imunisasi pasif merupakan kumpulan serum orang dewasa, serum konvalesen, serta globulin plasenta.
Gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pelemahan dan pencegahan campak. Campak
dapat dicegah dengan menggunakan immunoglobulin serum dengan dosis 0,25 ml/kg diberikan secara
intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
Kegagalan vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder. Kegagalan
primer adalah keadaan dimana tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi, sedangkan kegagalan
sekunder adalah keadaan dimana tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi. Berbagai
kemungkinan yang menyebabkan tidak terjadinya serokonversi adalah adanya antibodi yang dibawa
sejak lahir yang dapat menetralisir virus vaksin campak yang masuk, vaksin yang rusak, ataupun
akibat pemberian immunoglobulin yang diberikan bersama-sama. Kegagalan sekunder dapat terjadi
karena potensi vaksin yang kurang kuat sehingga respons imun yang terjadi tidak adekuat dan tidak
cukup untuk memberikan perlindungan pada bayi terhadap serangan campak secara alami.

Komplikasi
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis. Ditandai dengan mata merah,
pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Tak jarang juga terjadi infeksi sekunder oleh
bakteri. Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-ophtalmitis hingga
menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea. Invasi virus ke dalam telinga tengah
umumnya terjadi pada campak dan menyebabkan otitis media. Membran timpani biasanya hiperemis
pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang
rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis. Laringitis
akut dapat terjadi karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang bertambah parah pada
saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress pernafasan, sesak, sianosis dan stridor.
Ketika demam turun, keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang. Dapat pula terjadi
bronkopneumonia yang ditandai dengan batuk, frekuensi nafas yang meningkat dan ronkhi basah
halus. Dapat disebabkan oleh virus campak maupun invasi bakteri lain. Yang membedakannya adalah,
pada saat suhu turun, gejala bronkopneumonia yang disebabkan oleh virus campak akan menghilang,
kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Keadaan ini dapat dipertegas
dengan adanya gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya leukositosis. Ensefalitis merupakan
penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari ke-4-7 setelah timbulnya
ruam. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung
virus campak ke dalam otak. Manifestasi klinisnya dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel.
Keluhan nyeri kepala, peningkatan frekuensi nafas, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pada
pemeriksaan cairan serebrospinal dapat ditemukan pleositosis ringan dan peningkatan protein ringan.
Beberapa anak yang menderita campak juga mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal.
Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. Dapat pula timbul enteropati yang
menyebabkan kehilangan protein.
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 3 tahun
Agama : Islam
Alamat : Petung
Pendidikan : Belum sekolah

ANAMNESA
Tanggal masuk rumah sakit : 29 Juni 2018
Tanggal pemeriksaan : 30 Juni 2018
Diambil dari : Alloanamnesa (Ibu pasien)
Keluhan Utama : Muncul ruam kemerahan di wajah, leher, punggung, dada, tangan
dan paha sejak hari Senin
Keluhan Tambahan : Demam sejak hari Senin, batuk dan pilek sejak hari Selasa.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke IGD Ratu Aji Puri Botung tanggal 29 Juni 2018 dibawa orangtuanya karena
muncul ruam kemerahan di wajah, leher, punggung, dada, tangan dan paha yang dimulai dari daerah
leher sejak 1 hari lalu, gatal (+). Ibu pasien mengeluhkan pasien demam sejak 4 hari sebelumnya.
Demam timbul mendadak tinggi, naik turun, sudah diberi sirup Paracetamol dari Puskesmas sejak
Senin, turun kemudian naik kembali. Batuk dan pilek sejak 3 hari sebelumnya. Batuk kering dan
pileknya berupa lendir bening. Sudah diberi obat sirup batuk pilek dari Puskesmas tetapi keluhan juga
tidak berkurang. Ibu pasien berkata bahwa terdapat sariawan pada bibir bawah dan dinding mulut
kanan dan kiri 3 hari lalu tetapi sudah menghilang. Riwayat mata merah beberapa hari lalu disangkal
ibu pasien. BAK hanya sekali malam itu, kuning jernih, tidak ada nyeri saat miksi, pancaran miksi
kuat. BAB hari ini belum, terakhir 1 hari sebelumnya, lembek, warna kuning kecoklatan, tidak ada
lendir maupun darah. Nafsu makan berkurang sejak sakit, hanya 1-3 suap sekali makan. Minum masih
mau walaupun tidak banyak.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat kejang disangkal.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DAN LINGKUNGAN
Pasien merupakan anak tunggal. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.
Sepupu pasien terkena campak kira-kira 1 minggu lalu, dan pada waktu itu pasien hampir setiap hari
bermain dengan sepupunya.
RIWAYAT PERSALINAN
Bayi perempuan lahir dari ibu dengan masa gestasi 40 minggu, secara spontan, ditolong oleh
bidan. Bayi lahir langsung menangis keras dengan berat badan lahir 3500 gram, panjang badan lahir
50 cm.
Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir spontan.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PEMERIKSAAN PRENATAL
Ibu memeriksakan kehamilan secara teratur kurang lebih setiap bulannya selama masa
kehamilan. Riwayat penyakit, riwayat perdarahan, riwayat trauma dan riwayat konsumsi obat-obatan
serta jamu disangkalnya. Ibu mengaku hanya mengkonsumsi vitamin yang dianjurkan bidan selama
kehamilan.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik
RIWAYAT IMUNISASI DASAR
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien telah menjalani imunisasi dasar lengkap sesuai dengan
jadwal.

RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien rutin memeriksakan pasien ke posyandu dan mengaku setiap pemeriksaan berat
badan dan panjang badan pasien selalu bertambah.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 4 bulan
Gangguan perkembangan mental dan emosi (-)
Tengkurap : 5 bulan Merangkak : 7 bulan
Duduk : 10 bulan Berdiri sendiri : 11 bulan
Berjalan sendiri: 13 bulan Berbicara : ibu bapak saat 18 bulan

RIWAYAT MAKAN DAN MINUM


ASI diberikan sampai usia anak 2 tahun dan makanan pendamping berupa susu formula dan
makanan lunak seperti bubur sejak usia 8 bulan. Makanan padat seperti nasi diberikan setelah usia 2
tahun.

PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 30 Juni 2018 sekitar pukul 21.00 WIB

Kesan Umum : Tampak sakit sedang, sesak (-), lemas (+), kesadaran compos mentis

Tanda Vital :
 Suhu : 38,5oC
 Nadi : 134x/menit, regular, isi cukup, kuat angkat
 Laju Nafas : 35x/menit, abdominotorakal
Data Antropometri :
 Anak perempuan usia : 3 tahun
 Berat badan : 12 kg
 Panjang badan : 94 cm

IMT : 13,6 kg/m2
Kesan: Normal

Kesan: Normal
Kesan: Normal

Kesan: Gizi Baik

Status Generalisata:
 Kepala : normocephali, tidak teraba benjolan, tidak ada kelainan di kulit
kepala, ubun-ubun besar datar
 Rambut : warna pirang, tampak terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
 Mata : kedudukan bola mata simetris, edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-/-
), sclera ikterik (-/-), conjungtivitis (-/-), pupil bulat, isokor, diameter 3mm, refleks cahaya
(+/+)
 Hidung : bentuk normal, simetris, sekret (+/+) : serous, bening, darah (-/-)
 Telinga : bentuk dan ukuran normal, liang telinga lapang, sekret (-/-), serumen (-/-), nyeri
tekan aurikel (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
 Mulut : bibir kering (+), sianosis perioral (-), lidah kotor (-), koplik spot (-), strawberry
tongue (-)
 Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 tidak hiperemis
 Leher : simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
 Thorax : dinding toraks datar dan simetris, Retraksi supra-sternal (-), Retraksi ICS (-)
 Cor :
o Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra
o Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo :
o Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris kanan-kiri saat inspirasi dan ekspirasi
o Auskultasi : suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen :
o Inspeksi : datar
o Palpasi : lemas, nyeri tekan dan lepas (-), turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak
teraba membesar
o Perkusi : timpani di empat kuadran abdomen
o Auskultasi : bising usus (+) normal
 Kulit : ruam makulopapular di wajah, leher, dada, punggung, kedua tangan (2/3
superior), dan kedua kaki (1/3 superior), gatal, turgor baik
 Anorektal : tidak ada kelainan
 Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)

Pemeriksaan Neurologis
 Rangsang meningeal
o Kaku kuduk (-)
o Brudzinski I dan II (-)
o Kerniq (-)
o Laseque (-)
 Refleks fisiologis
o Biceps : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Triceps : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Lutut : +/+ normal
o Tumit : +/+ normal
 Refleks patologis
o Babinski : -/-
o Klonus Paha : -/-
o Klonus Kaki : -/-
o Parese : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap tanggal 16 Februari 2016
Hematologi Nilai Nilai normal
Leukosit 9,2 5,5 – 15,5 ribu/uL
Eritrosit 5,09 3,6 – 5,20 juta/uL
Hb 11,2 10,7 – 12,8 g/dL
Ht 34 35 – 43 %
Trombosit 392 217 – 497 ribu/uL
MCV 74 73 – 101 fL
MCH 27 23 – 31 pq
MCHC 33 26 – 34 g/dL
LED 20 0 – 20 mm
HITUNG JENIS
Basofil 0 0–1
Eosinofil 0 1–5
Batang 0 3–6
Segmen 43 25 – 60
Limfosit 53 25 – 50
Monosit 4 1–6

A: Morbili
P: IVFD Ka-EN3B 700cc/24jam
PCT syr 3 x 1 cth
Ambroxol syr 3 x 1/2 cth
Vit A 100.000 IU (1 hari sebelumnya sudah diberikan Vit A 100.000 IU di Puskesmas)

RESUME

Telah diperiksa seorang anak perempuan berumur 3 tahun yang dibawa orangtuanya ke IGD
RSPI Sulianti Saroso dengan keluhan muncul ruam kemerahan di wajah, leher, dada, dan punggung,
kedua tangan dan kaki yang dimulai dari daerah leher sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
Ruam gatal (+). Ibu pasien juga mengeluhkan pasien demam sejak 4 hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Demam mendadak tinggi, naik turun, sudah diberikan sirup Paracetamol tetapi keluhan tidak
membaik. Batuk dan pilek sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, batuk kering, pilek berupa lendir
bening dan encer. Sudah diberikan obat sirup batuk pilek tetapi keluhan juga tidak berkurang. Ibu
pasien berkata bahwa terdapat sariawan pada daerah bibir bawah dan mulut bagian kiri dan kanan
beberapa hari lalu. Riwayat mata merah disangkal. Nafsu makan dan minum berkurang sejak sakit.
Riwayat Lingkungan: Sepupu pasien sedang terkena campak kira-kira 1 minggu sebelumnya, dan
pasien hampir setiap hari bermain dengan sepupunya.
Status Generalis
 Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Panjang Badan : 94 cm
 Berat Badan : 12 kg
 Suhu : 38,5 °C
 Nadi : 134 x/menit, kuat angkatm reguler
 Pernafasan : 35 x/menit, abdominotorakal
Pemeriksaan Fisik
 Mata : konjungtivitis -/-
 Hidung: sekret +/+ (serous bening)
 Mulut : mukosa bibir kering (+), koplik spot (-)
 Kulit : ruam makulopapular pada wajah, leher, dada, punggung, 2/3 superior lengan, dan
1/3 superior kaki, gatal (+)
 Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hitung jenis limfosit meningkat (53).

Diagnosis
Diagnosa Kerja : Morbilli

Diagnosis Banding
 Rubella
 Eksantema Subitum
 Demam Skarlatina
Terapi
 IVFD Ka-EN3B 700cc/24jam
 Vit A 100.000 IU 1x (Sebelumnya sudah diberikan Vit A 100.000 IU 1x di Puskesmas 1 hari
sebelumnya)
 PCT 3 x 1 cth
 Ambroxol 3 x 1/2 cth
Prognosa
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai