Anda di halaman 1dari 12

PERAYAAN MAULID NABI

Dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Seminar Agama

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

1. Rian Rivaldi (2018.112.001)

2. Aldi Ramadan (2018.112.009)

3. Ilvan Sulaemanur Yutama (2018.112.007)

STBA YAPARI-ABA BANDUNG

BAHASA PRANCIS

2019
KATA PENGANTAR

Ucapan puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena-Nya kami
diberikan kesehatan dan juga kelancaran dalam menyusun makalah ini yang berjudul
“Perayaan Maulid Nabi”. Maaf jika dalam makalah ini ada banyak kekurangan ataupun
tulisan yang membuat hati pembaca tersinggung dan merasa tidak enak. Semoga
makalah ini memberikan manfaat dan wawasan bagi pembaca seperti apa yang kami
harapkan.

Bandung, 17 Februari 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kami mengambil judul “Perayaan Maulid Nabi” karena sampai saat ini masih
terjadi perdebatan tentang hukumnya merayakan Maulid Nabi. Banyak juga yang
memperdebatkan apakah ini sebuah budaya dalam agama islam yang seharusnya tidak
boleh dilakukan atau memang perayaan ini harus diikuti oleh kita yang beragama Islam
dan juga merupakan umat dari Nabi Muhammad SAW. Pada awalnya, peringatan
Maulid Nabi ini bertujuan untuk memberikan semangat positif dalam beragama Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Siapakah yang pertama kali merayakan Maulid Nabi?


2. Bagaimanakah seharusnya memperingati Maulid Nabi?
3. Apakah hukum merayakan Maulid Nabi?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuat makalah ini yaitu untuk mengetahui apakah hukum dari “Perayaan
Maulid Nabi”, apakah perayaan ini boleh dilakukan atau tidak, dan juga memberikan
penjelasan ataupun jawaban dari perdebatan yang terjadi di masyarakat tentang
perayaan ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Maulid Nabi Muhammad SAW Secara Umum.

A. Pengertian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja
(Arab: ‫النبي مولد‬, Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW,
yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam
penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir.
Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh
setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi
kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.

B. Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak
sekarang), bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 Hijriyah.
Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-
Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin
ilmu, baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu
kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya. Sejak tiga hari, sebelum hari
pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan. Ribuan kambing
dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir dalam perayaan
Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa
yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua berpandangan dan
menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.
Para ulama, semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga
sampai sekarang ini menganggap bahwa perayaan Maulid Nabi adalah sesuatu yang
baik.

Al-Imam Al-Suyuthi menulis karya khusus tentang Maulid yang berjudul “Husn Al-
Maqsid Fi Amal Al-Maulid”. Karena itu perayaan Maulid Nabi, yang biasa dirayakan
pada bulan Rabiul Awal menjadi tradisi umat Islam di seluruh dunia, dari masa ke
masa dan dalam setiap generasi ke generasi. Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan,
Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan
lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan
peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang
mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali
mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan
Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk
kembali berjihad dalam membela islam pada masa peperangan.

2.2 Dalil-dalil Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Merayakan maulid termasuk dalam membesarkan kelahiran para Nabi. Hal yang
berkenaan dengan kelahiran Nabi merupakan sesuatu yang memiliki nilai yang lebih,
sebagaimana halnya tempat kelahiran para nabi.

Dalam Al quran sendiri juga disebutkan doa sejahtera pada hari kelahiran para Nabi
seperti kata Nabi Isa dalam firman Allah surat Maryam ayat 33:

َّ َ‫و ِلدْت َي ْو َم َعل‬


‫ي َوالسَّالم‬

“dan kesejahteraan atasku pada hari kelahirannku”.


Maka Rasulullah juga lebih berhak untuk mendapatkan doa sejahtera pada hari
kelahiran beliau.

Dalam Al Quran, Allah juga tersebut perintah untuk mengingat hari-hari bersejarah,
hari dimana Allah menurunkan nikmat yang besar pada hari tersebut, seperti dalam
firman Allah surat Ibrahim ayat 5:

‫َللاِ ِبأَي َِّام َوذَ ِ ِّك ْره ْم‬


َّ ‫صبَّار ِلك ِِّل ََليات ذَلِكَ ِفي ِإ َّن‬
َ ‫شَكور‬

“dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah, Sesunguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak
bersyukur.”

Rasulullah sendiri pernah merayakan hari kelahiran beliau sendiri yaitu dengan
berpuasa pada hari senin. Ketika ditanyakan oleh para shahabat beliau menjawab:

‫ي أنزل وفيه ولدت فيه‬


َّ ‫عل‬

“itu adalah hari kelahiranku dan hari diturunkan wahyu atasku”.(H.R. Muslim)

Hadis ini tersebut dalam kitab Shaheh Muslim jilid 2 hal 819. Hadis ini menjadi
landasan yang kuat untuk pelaksanaan maulid walaupun dengan cara yang berbeda
bukan dengan berpuasa seperti Rasululah melainkan dengan memyediakan makanan
dan berzikir dan bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran
Rasulullah saw. Imam As Sayuthy menjadikan hadis ini sebagai landasan dibolehkan
melaksanakan maulid Nabi.

“Pelaksanaan maulid bertujuan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan


masyarakat, selain itu juga agar masyarakat lebih mengenal kepribadian, jalan hidup
dan liku-liku yang dilalui Rasulullah untuk dapat membawa ISLAM hingga sekarang”
Adapun Bentuk-bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.

Beberapa bentuk peringatan maulid yang sering dilaksanakan masyarakat adalah :

1. Pembacaan kalam wahyu Ilahi

2. Tahlilan

3. Doa bersama

4. Ceramah keagamaan

Yang paling sering dilakukan oleh masyarakat saat ini yaitu poin 2 dan poin 3.
Do’a bersama dan juga ceramah keagamaan pasti selalu ada di tiap perayaan Maulid
Nabi Muhammad SAW dan biasanya dilakukan di malam hari sampai shubuh. Acara
yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang
diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakdo
Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke
beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di
rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala
dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran,
dihadiri puluhan ribu umat Islam.
2.3 Hasil Wawancara

Ada 3 narasumber yang sudah kami wawancarai menyangkut perayaan Maulid


Nabi Muhammad SAW.

Narasumber yang pertama yaitu bernama Dede. Beliau lahir di Garut, beliau adalah
seorang guru ngaji dan Ustadz yang mengajar di salah satu masjid di Garut dekat
tempat tinggal salah satu dari kami.

Kami menanyakan pertanyaan yang ada pada rumusan masalah di makalah ini.

Siapa orang pertama yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?

Orang pertama yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW yang saya tahu
itu adalah Syeikh Al-Ayyubi. Beliau merayakan Maulid Nabi Muhammad ini pada
zaman dahulu hanya untuk meningkatkan semangat prajurit islam yang sedang
berperang dalam membela agama islam.

Bagaimanakan seharusnya kita sebagai umat muslim merayakan Maulid Nabi


Muhammad SAW?

Kita sebagai umat muslim sebaiknya memperingati hari kelahiran Nabi


Muhammad SAW atau Maulid Nabi Muhammad SAW ini cukup dengan hal-hal yang
sederhana saja. Seperti mengikuti pengajian, mengikuti kajian-kajian yang ada,
bershalawat, dan juga melaksanakan sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW.

Apa hukumnya merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?

Dari yang saya ketahui, hukum merayakan Nabi Muhammad itu sunnah. Tapi
jika kita sebagai umat muslim menyikapi perayaan Maulid Nabi Muhammad ini
dengan hal-hal yang positif, maka beruntunglah orang itu. Karena akan mendapatkan
rahmat dari Allah SWT.
Narasumber yang ke-2 bernama Wida. Wida merupakan seorang mahasiswa. Wida
lahir di Bandung.

Di bawah ini merupakan hasil wawancara dengan Wida.

Siapa orang pertama yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?

Orang pertama yang merayakan Maulid Nabi? Saya tidak tahu. Tapi saya
termasuk orang yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi ini
memang peristiwa penting yang seharusnya kita peringati tetapi dengan hal-hal yang
sederhana saja.

Bagaimanakan seharusnya kita sebagai umat muslim merayakan Maulid Nabi


Muhammad SAW?

Seharusnya sih hanya dengan melakukan hal-hal yang positif dan sederhana
saja. Tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran Rasul. Tidak harus dengan
arak-arakan membawa obor di malam hari. Saya melihat itu sebagai hal yang aneh.
Karena menurut saya hal-hal seperti itu tidak ada di Al-Qur’an, dan yang saya tahu
juga kalau Nabi Muhammad SAW tidak mewajibkan kita harus merayakan Maulid
Nabi ini.

Apa hukumnya merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?

Tentang hukum merayakan Maulid Nabi Muhammad ini menurut saya


tergantung. Kalau kita merayakannya hanya dengan mengaji dan juga bershalawat
mungkin itu termasuk sunnah. Tapi jika kita merayakannya dengan mengikuti arak-
arakan dengan obor dimalam hari itu menurut saya termasuk bid’ah. Kenapa termasuk
bid’ah? Karena di zaman dahulu tidak ada yang mencontohkan perayaan Maulid Nabi
ini dengan pawai obor.
Narasumber yang ke-3 atau bisa disebut narasumber terakhir ini bernama Alwi. Alwi
lahir di Bandung. Alwi merupakan seorang mahasiswa. Alwi berumur 22 tahun. Beliau
tinggal di Cimahi.

Di bawah ini merupakan hasil wawancara dengan Alwi.

Siapa orang pertama yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?

Maaf, saya tidak tahu orang yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
itu siapa. Saya tidak merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW karena saya bingung
dengan hal tersebut. Apakah itu termasuk sebuah keharusan atau tidak.

Bagaimanakan seharusnya kita sebagai umat muslim merayakan Maulid Nabi


Muhammad SAW?

Karena saya tidak merayakan, jadi saya tidak tahu seperti apa baiknya
merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tapi mungkin bisa diikuti dengan mengaji
dan ikut acaranya yang dilaksanakan di malam hari seperti yang sering dilakukan teman
saya jika sudah waktunya Maulid Nabi.

Apa hukumnya merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?

Hukumnya saya tidak tahu seperti apa yang saya bilang di awal, tapi yang bisa
saya katakana mungkin hukumnya ini sunnah ya. Karena tidak melakukan atau ikut
merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW ini tidak berdosa dari yang saya ketahui.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari tiga narasumber yang sudah kami wawancarai, kami dapat


menyimpulkan bahwa merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW itu hukumnya
sunnah. Karena seperti pada sabda Rasul “siapa yang merayakan hari lahir saya,
maka akan mendapatkan rahmat”. Dan dapat kami simpulkan juga bahwa merayakan
ataupun memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW ini cukup dengan hal-hal
positif dan juga sederhana. Contohnya seperti mengikuti kajian, mengaji,
bershalawat, dan juga melaksanakan sunnah-sunnah Rasul.

3.2 Saran
Sebaiknya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ini ditambah dengan
bakti sosial untuk membantu saudara-saudara kita diluar sana yang sedang
membutuhkan bantuan. Tidak hanya pengajian, kajian atau ceramah saja.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad

Anda mungkin juga menyukai