Oleh:
Syafira 2018.112.008
KATA PENGANTAR
Ucapan puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena-Nya kami
diberikan kesehatan dan juga kelancaran dalam menyusun makalah ini yang berjudul
“Without Borders - Perjalanan Hidup Anak Hutan Kalimantan Menjadi Raja Properti
Australia”. Maaf jika dalam makalah ini ada banyak kekurangan ataupun tulisan yang
membuat hati pembaca tersinggung dan merasa tidak enak. Semoga makalah ini
memberikan manfaat dan wawasan bagi pembaca seperti apa yang kami harapkan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Bab 1 – 3..................................................................................................................2
Bab 4 - 6...................................................................................................................5
Bab 7 – 9..................................................................................................................8
Bab 10 – 12............................................................................................................10
Bab 13 – 15............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
1
PENDAHULUAN
Saat menjalani hidup, siapapun pasti akan menghadapi rintangan dan masalah.
Apapun pekerjaan yang dijalaninya, dimanapun ia berada, dan apapun statusnya pasti
akan dihadapi masalah. Orang yang derajatnya tinggi dan sudah sukses pun tentu saja
akan dihadapi berbagai macam masalah. Maka dari itu, manusia butuh motivasi untuk
menjalani hidup yang bisa dijadikan sebagai acuan agar mereka tidak pernah jatuh dan
menyerah. Dengan adanya motivasi, mereka bisa mendapatkan kekuatan untuk
memecahkan apapun rintangan dan masalah yang dihadapinya.
Motivasi bisa datang dari berbagai macam sumber, contohnya adalah dari sesama
teman, dari orang yang dikagumi atau dari keluarga, dari media yang dikonsumsi, dan
lain sebagainya. Buku juga bisa dijadikan sebuah motivasi untuk seseorang jika buku
tersebut memiliki banyak nilai-nilai yang bisa diaplikasikan dalam hidup. Dewasa ini,
sangat banyak buku-buku yang ditujukan khususnya untuk memberikan motivasi kepada
para pembacanya, seperti buku-buku yang berisi tentang motivasi untuk hidup, cara-cara
khusus untuk menghadapi masalah tertentu, cerita fiksi yang memiliki nilai-nilai moral di
dalamnya yang bisa menggerakan hati para pembaca, atau non-fiksi seperti biografi yang
menceritakan tentang latar belakang seseorang yang sudah sukses.
Dalam makalah ini, penulis akan mengambil contoh salah satu buku yang
berjudul “Without Borders: Perjalanan Hidup Anak Hutan Kalimantan Menjadi Raja
Properti Australia” oleh Teguh Sri Pambudi. Buku ini merupakan buku non-fiksi yang
berbentuk biografi seorang tokoh yang bernama Iwan Sunito, yaitu seorang entrepreneur
atau pengusaha yang menggeluti bidang properti yang sukses di Indonesia dan di luar
negeri, khususnya negara Australia. Di dalam buku ini, diceritakan bagaimana proses
beliau dalam membangun sebuah perusahaan bernama Crown Group dari nol menjadi
sebuah perusahaan dalam bidang properti besar dan menghasilkan banyak untung, serta
membantu memberikan banyak jasa kepada masyarakat di Australia dengan bangunan-
bangunan yang diciptakannya, dan memenangkan penghargaan serta pengakuan dari
rakyat luar maupun Indonesia. Buku ini menceritakan bahwa siapapun orang yang sukses
pasti memiliki cerita dibalik kesuksesannya, terutama orang-orang yang membangun
kesuksesannya dari nol dengan kerja keras. Biografi ini diharapkan bisa memberikan
motivasi yang banyak bagi pembacanya, agar para pembaca bisa meraih sukses dalam
bidangnya masing-masing setelah mendengar cerita beliau dan mengaplikasikan apa yang
dibacanya pada hidup pembaca agar mereka selalu semangat dalam menjalani hidup dan
memecahkan apapun masalah dan rintangan yang dihadapinya.
Buku ini dibagi dalam 15 bab, dan setiap babnya menceritakan satu bagian dari
kehidupan Pak Iwan dalam menjalani pekerjaannya. Setiap bab pun memiliki kutipan dari
beberapa tokoh terkenal yang merepresentasikan amanat dari bab tersebut.
2
Bab 1 – 3
Iwan itu merupakan seorang yang biasa saja, tidak terlalu menonjol dan istimewa
saat beliau duduk di bangku SMP. Bahkan, sahabatnya mengatakan kalau beliau
itu sangat lemah dipelajaran matematika. Jika ulangan tiba, beliau harus belajar
dengan sangat keras. Tetapi, beliau pun memiliki kelebihan tersendiri yaitu di
pekerjaan tangan. Beliau sangat terampil mengolah tripleks menjadi sebuah karya
seni dan juga jago menggambar.
“Everyone has a story to tell. When a story is told, it is not forgotten. It becomes
something else, a memory of who we were; the hope of what we can become.”
(Tatiana de Rosnay)
Iwan Sunito yang biasa di panggil Cen Huan oleh teman-temannya semasa ia
sekolah. seorang anak dari pangkalan bun,dari pedalaman Kalimantan Tengah
yang menjadi sesorang yang berhasil atau sukses dibidang perperty di negara
kanguru (Australia). Beliau lahir di tanah surabaya pada 29 juli 1966 dari rahim
susana satiowijaya (Tio Su Loen) dan ayahnya bernama Handy Sunito (Ge Ping
Kuan). Mereka memberi nama Ge Cen Huan yang artinya adalah gembira.
Pangkalan bun mempunyai makna bagi iwan meski ia lahir ditanah surabaya.
Pada saat kelahiran iwan ayah nya handy mengalami sakit dan tidak bisa bekerja
sehingga keluarganya dibelit kesulitan finansial. Iwan merupakan anak ke dua dari
tiga bersaudara, anak pertama yaitu Ge Cen Sin biasa di panggil Nissin dan anak
yang ke tiga diberi nama Ge Cen Lie yang merupakan anak bungsu yang
dipanggil Henrdy sunito pada saat kelahiran anak ketiga ini kondisi ekonomi
keluarga iwan sudah jauh lebih baik rezeki mengalir dengan lancar. Iwan memang
lahir disurabaya dan sempat 1 tahun menghirup kota buaya tetapi pangkalan bun
lah yang menjadi awal tempat persinggahannya meski saat itu iwan baru belajar
3
Handy sunito merupakan anak dari pasangan Ge Zhao Tie dan Tan Moy san orang
tua mereka datang dari Hok Tjia yang merupakan sub etnis yang berdiam di
provinsi Fujian. Ayahnya dari Tiongkok yang berkelana untuk mencari
kehidupan yang lebih baik sehingga ia datang dan berkelana ke pangkalan bun
untuk mengadu nasib. Sebelum datang ke pangkalan bun orang tua iwan datang
lebih dulu ke singapura untuk mencari pekerjaan tetapi pekerjaan di singapura
tidak sesuai yang diharapkan karena mereka hanya bekerja serabutan.
Iwan merupakan anak yang bisa dibilang otaknya pas-pasan, Sedari kecil Iwan
termasuk anak yang penurut, selalu ingin rapi dan selalu ingin berpenampilan
bersih, namun Iwan juga termasuk anak yang suka berkelahi walaupun hanya
sekedar untuk membela diri ketika ada teman-temannya yang ingin
memukulinya.Meski begitu iwan disekolah hanya anak yang biasa saja tidak
mempunyai prestasi dan tidak menyukai hitung-hitungan dan jarang sekali iwan
mendapatkan nilai yang bagus. Iwan bersekolah di SD Teladan (sekarag menjadi
SDN 1 Sidorejo) Pangkalan Bun yang terletak di Jl. Domba 41. Sebuah sekolah
negeri yang menggabungkan seluruh etnis yang ada dikota itu. Iwan yang masih
duduk dibangku SD termasuk anak yang tidak terlalu pintar, tapi juga tidak
bodoh.
Dalam masalah pelajaran ia tidak mudah untuk menyerap materi, tetapi soal
menggambar kemampuan Iwan diatas rata-rata jika dibandingkan dengan anak-
anak lain. Karena lemahnya kemampuan dalam menyerap pelajaran, iwan sering
merasa minder. Selesai masa pendidikannya di SD, iwan pun dipindahkan ke
Surabaya oleh Ayahnya pada tahun 1978 untuk melanjutkan jenjang
pendidikannya dibangku SMP Perwita
Setelah lulus SMP, Iwan melanjutkan pendidikannya di SMA Katolik St. Louis
pada tahun 1981, salah satu sekolah terbaik di Surabaya. Terletak di Jl. Dr.
Soetomo (sekarang Jl. Polisi Istimewa). Ia masuk ke jurusan IPA pada kelas 2,
semenjak masuk IPA dia berpikir karna dia lemah dalam hitung-hitungan karna
itu ia sempat tidak naik kelas pada akhir semester di kelas 2 karena sikapnya yang
minder dan menjadi malas belajar
Iwan Sunito, yg berawal dari nobody menjadi somebody, berawal dari seorang
anak yg sebelumnya dikatakan “goblok” kemudian ber-evolusi (menjalani 5 tahap
evolusi) menjadi seseorang yg dikagumi begitu luar biasa di Australia dan dalam
negeri, sebagai Raja Properti. Iwan pernah mengalami koma dan hampir
meninggal dalam kecelakaan motor di Bali ketika sedang berlibur dengan teman-
5
Bab 4 - 6
“The brave man is not he who does not feel afraid, but he who conquers the fear”
(Nelson Mandela)
yang tidak mengenal siapa anak Pangkalan Bun ini, dia sudah menancapkan
keinginan “Aku ingin dari nobody menjadi somebody. Aku ingin membuat
orangtua bangga.” Keinginan ini tentunya membutuhkan ongkos serta
pengorbanan yang besar. Tanpa disadari ada shifting paradigm. Ada perubahan
pola pikir yang drastis. Dan perubahan ini diturunkan menjadi kebiasaan untuk
membaca buku lebih lama, belajar lebih tekun serta membuat catatan. Jam belajar
ditambah lebih banyak. Iwan sudah mengubah perilakunya setelah gagal naik
kelas. Di lingkungan baru ini, Iwan mendapati metode belajar perkara
kemandirian yang tidak diterimanya di Indonesia. Banyak hal baru yang ia temui
bagaimana para guru mengapresiasi murid yang terlihat agak tertinggal dibanding
teman-temannya. Bahwa semua orang punya potensi non-akademik yang
mungkin belum tergali. Iwan memiliki target untuk melanjutkan kuliah di
Univerisity of New South Wales (UNSW). Ini bukan perkara enteng. Sekolah ini
termasuk terbaik di dunia. Di tengah semangat melakukan perubahan besar, Iwan
pun bertemu dan jatuh hati pada Liana Effendy. Keberadaan Liana menjadi
multivitamin bagi anak muda yang sudah punya tekad untuk mengubah dirinya ke
arah lebih baik.
b. 5 - Bersiap
Nothing is impossible,
(Audrey Hepburn)
membuka usaha sendiri, dia menyadari kemampuannya sangat terbatas. Dari sisi
modal dan koneksi sama sekali tidak ada. Merasa mesti menimba ilmu
pengetahuan, dia pun memutuskan bergabung di Cox, Richardson and Taylor. Dia
bergabung setelah Philip Cox yang dating ke UNSW tertarik denganIwan setelah
melihat desain-desain buatan anak muda ini yang mendapat nilai terbaik di
kampusnya. Bekerja di Cox sedikitnya banyak membantu Iwan dalam memupuk
pengalamannya bersentuhan dengan dunia arsitek. Namun, karena desakan untuk
menjadi entrepreneur sangat kuat, dia pun memutuskan melanjutkan studi ke
jenjang S-2 sambil bekerja di Cox, ia mengambil Master of Construction
Management di UNSW pada tahun 1992.
“God always works with workers and moves with movers, but He does not sit
with sitters.”
(Reinhard Bonnke)
success akan membawa kepada big success dan bigger success, bahkan biggest
success.
Bab 7 – 9
“In case you never get a second chance: don't be afraid and what if you do get a
second chance? you take it”
a. 7 - Crown Group
Evolusi ketiga
Pekerjaan sebagai arsitek di Joshua memang menyenangkan, tapi Iwan merasa itu
tidaklah memadai untuk mengejar mimpi – mimpinya. Dia masih merasa masih
punya banyak mimpi yg harus diraihnya, khususnya mimpi 1 juta dolar. Dan,
sebagai entrepreneur, semakin kuat desakan perasaan untuk tidak membatasi diri.
Terlebih perbincanagn dengan Anthony Buntoro telah memuat matanya terbuka.
Sang mentor telah menunjukan bagaimana caranya untk berkembang lebih jauh.
Kini dia melihat dirinya, melihat apa yang telah dimilikinya. Apa yang dilihatnya
semasa kuliah bahwa desain berserta bangunan yang bagus memiliki nilai jual
yang tinggi, menggodanya untuk terjun lebih jauh ke dunia property development,
dia benar – benar tidak merasa cukup sebagai arsitek.
Sejak tahun 1994, saat mendirikan Joshua Iwan sudah mulai melirik dunia
property development. Dia mengungkapakan di tengah pekerjaanya sebagai
arsitek muncul hasrat yang begitu besar. “ Ada passion menjadi desainer
entrepreneur dengan menjadi developer,’’katanya.
Dalam urusan developer dia terinspirasi dari seseorang yang bernama Jhon
portman seorang developer hebat, adapun dalam urusan desain desain dia ingin
menjadi seperti Leoh Ming Pei. Berangkat dari hasrat itu, dia pun mencoba ingin
tahu, meski belum terlalu focus. Seorang temanya di universitas di Hongkong,
Vincent pang membawanya mencicipi dunia ini.
Vincent merintis karir sebagai seorang builder dan developer, dia mengajarinya
dunia property development. Setelah mengenal Vincent, Iwan pun mulai mencoba
apa yang diinginkannya: masuk dunia property development. Bersama paman
(Tze Yen) serta bibinya (Ho Cui Ling) dan berserta teman dari hongkong Anthony
sun yang memiliki agensi real estate Raine and Horne. Lewat Joshua, Iwan
sempet mengerjakan desain rumah milik paman dan bibinya ini, hal ini
mendatangkan banyak manfaat ibarat pintu masuk untuk order selanjutnya buat
Joshua.
9
Mereka pun mencari proyek untuk dibangun, tetapi mereka tidak mendapatkan
itu. Melihat ke masa itu, ada satu faktor yang membuat langkahnya membentur
tembok “ buta akan kota Sydney yang begitu besar. Saya tidak tahu daerah mana
yang bagus untuk di-develop,’’kata Iwan. Merasa langkahnya membentur tembok
terus akhirnya Iwan mencoba mencari solusi dengan instingnya , dia belum
pernah berpikir perihal aspek strategis pemasaran sebuah property. Secara
kebetulan saat itu kian banyak orang Hongkong yang masuk ke Australia. Pada
tahun 1995, Iwan menatap gelombang itu sebbagi peristiwa yang mendatangkan
banyak hikmah. Terutama dalam usaha property development yang dirintisnya,
para imigran itu pasti membutuhkan tempat tinggal, pikirnya. Di tengah
ketidakjelasan nasib kongsi meski modalnya telah jauh lebih banyak dia
mendengar ada tender pembangunan rumah disebuah daerah bernama Coogee
Beach. Melihat ada peluang Iwan pun mencoba mengadu peruntungan, namun
seorang pengembang telah mendapatkannya, dia adalah seorang yang datang dari
Indonesia yang bernama Paul Sathio. Tak mau kehilangan peluang Iwan pun
meawarkan jasa sebagai arsitek, keduanya pun menggarap proyek ini.
Awal 1996, seusai dari indonesai. Iwan merenungi perjalananya yang sudah
direntangkannya di Sydney selama 2 tahun tidak ada yang bias dibanggakannya.
Tapi dia berpikir di setiap kegagalannya bukan berarti tidak ada yang bias dia
ambil sama sekali, dalam dua tahun itu dia banyak belajar. Di tengah upaya
mecari kesana ke mari itu, sebuah telepon berdering seseorang menawarinya
sebuah tanah punya Waverly Municipal Council, dia pun tertarik dan melihat
lokasi yang sebenarnya begitu dilihat tanahnya saja perlu Rp 50 miliar, urang
mereka tidak cukup saat itu mereka hanya punya dana Rp 10 miliar. Sekalipun
dana tidak mencukupi, Iwan tidak langsung mundur. Dia merasa tanah itu sangat
menarik karena lokasinya yang strategis.
Di situ, secara tiba – tiba dia terpikir untuk menelepon Paul Sathio dan Anthony
Sun, jalan memang tengah dimudahkan, begitu di telepon semua merasa tertarik.
Dia mengerahkan banyak cara untuk mengumpulkan dana hingga moadal
10
terkumpul. Setelah itu, Iwan, Paul,dan Anthony bersatu dalam sebuah perusahaan
bernama Crown International Holding Group.
”Success is not final, failure is not fatal. It is the courage to continue that
counts”.
(Winston Churchill)
Pencarian
”When a defining moment comes along, you can do one of two things: define the
moment, or let the moment define you.”
Big News
7 April 2004 menjadi hari yang istimewa bagi Iwan dan Crown Group. Proyek
apartement dan ritel Genesis di daerah Epping yang mereka bangun senilai Rp
800 miliar diresmikan langsung oleh PM Australia, John Howard. Pada saat
seperti ini Iwan sangat beruntung memiliki mentor yang reputasinya sebagai
pengusaha sangat diakui yaitu mendiang Robby Djohan. Namun dia merasa ada
sesuatu yang memanggilnya agar hidupnya lebih seimbang.
Bab 10 – 12
a. 10 - Perlambatan Supernatural
11
“It’s not what happens to you that determines how far you will go in life; it is how
you handle what happens to you.”
(Zig Ziglar)
Terdapat krisis ekonomi yang merembet dari Amerika ke Australia pada saat itu,
namun tidak berpengaruh sama sekali terhadap Crown Group. Malah justru
Crown Group ini sehat sehat saja. Memang pada tahun 2004-2007 Crown Group
ini seperti berjalan di tempat. Namun setelah beliau mengabdi di SCWC, beliau
selalu melibatkan Tuhan dalam semua perjalanan yang beliau alami. Benar saja
pada tahun 2008, Crown Group seperti orang yang kelaparan. Mereka membeli
proyek-proyek besar dari grup-grup besar yang sedang bermasalah.
12
“Surround yourself with only people who are going to lift you higher”.
(Oprah Winfrey)
Iwan dan Paul ini sudah seperti Batman dan Robin. Mereka merupakan dua CEO
yang sangat hebat. Crown Group semakin maju dan berkembang karena
kerjasama antara kedua orang ini. Dalam mengambil beberapa keputusan, Iwan
selalu meminta saran terlebih dahulu kepada Paul. Mereka berdua saling percaya
satu sama lain sehingga itulah yang membuat bisnis mereka sama sama maju dan
berkembang sangat pesat. Beliau selalu berkata “ I know I can trust him. It’s built
by time. He knows he can trust me for marketing. The good thing is our skills
complete one another, bukan competing with one another. Saya gak ngurusin dia.
Dia juga gak ngurusin saya soal marketing karena itu kekuatan saya. Grafik,
brosur, marketing, negosiasi, arsitektur, finance, desain. Semua system itu kan
bagian saya. Sebaliknya, no doubt, dia kuat di konstruksi. Ini luar biasa. Jadi, saya
bisa focus dengan yang saya kerjakan, Paul bisa focus dengan apa yang dia buat.”
c. 12 – Tipping Point
“The Tipping Point is that magic moment when an idea, trend, or social
behaviour crosses a threshold, tips, and spreads like wildfire”
(Malcolm Gladwell)
Proyek 10 Triliun
Crown Group membeli tanah seharga 10 triliun untuk dijadikan proyek besar
besaran bagi Crown Group. Mereka ingin Crown Group disegani di seluruh dunia
sebagai butik properti terbesar. Crown Group juga lebih mengedepankan sistem
“keunikan” yang akan menarik banyak perhatian orang-orang dan itu merupakan
sebuah kunci persaingan pasar.
Bab 13 – 15
Kutipan yang mengiringi bab ini berbunyi “Chase the vision, not the
money. The money will end up following you.” (Tony Hsieh, Zappos) yang
memiliki arti “Kejarlah impianmu, bukan uangnya. Uanglah yang nantinya akan
mengikutimu.” Kutipan ini memiliki makna bahwa saat kita menjalani pekerjaan
atau meraih mimpi, sebaiknya kita memikirkan saja impian kita dibandingkan
memikirkan apa keuntungan materil yang bisa kita dapatkan. Apapun impian kita,
selama kita tekun dan menyukai bidang tersebut uang pun pasti akan datang di
masa depan. Pada bab ini diceritakan bahwa Crown Group sudah berkembang
menjadi suatu perusahaan yang besar dan tenar, dari kelas butik menjadi pemain
besar. Crown Group yang dulunya lebih banyak membangun proyek di wilayah
pinggiran Sydney, sekarang telah berpindah ke kota, yaitu Sydney CBD. Crown
Group berhasil meraih untung yang sangat besar dalam jangka waktu 3 tahun,
berkat keaktifannya dalam membangun proyek dengan rata-rata 2 proyek setiap
tahunnya. Pak Iwan tidak berhenti disitu saja – ia ingin melanjutkan proyek
Crown Proyek agar menjadi lebih besar dan memiliki impian untuk membangun
sebuah bangunan yang ikonik dan berada di jantung kota Sydney.
Pak Iwan pun membuat sebuah proyek yang dinamakan Arc by Crown
Group, yang merupakan sebuah pijakan penting bagi Crown Group karena
terletak di jantung kota Sydney. Beliau sangat antusias dalam menjalani proyek
ini dengan bantuan dari Koichi Takada dan berhasil meraih sukses lagi. Setelah
proyek Arc by Crown Group sukses, Pak Iwan juga terus membuat proyek baru
lagi karena ia masih belum puas. Selanjutnya, diadakan proyek Infinity by Crown
Group, yang merupakan salah pencapaian tersendiri dan sumbangan Crown Group
untuk bangunan serta arsitektur yang ikonik di Sydney dan Australia. Pak Iwan
memiliki motivasi untuk membangun bangunan yang bisa diingat oleh banyak
orang, yang ikonik dan berada di tengah kota sehingga banyak orang yang akan
melihatnya. Beliau juga mengungkapkan bahwa visinya adalah agar Crown Group
tumbuh tanpa batas, dan dia berani untuk mulai berpikir lebih besar lagi. Beliau
pun ingin bermain di level global, dan untuk mencapai impiannya itu beliau harus
14
menaklukkan Sydney dan Australia terlebih dahulu dengan bangunan yang ikonik.
Dari bab ini, bisa disimpulkan bahwa Pak Iwan tidak takut untuk mengambil
resiko, beliau tidak pernah berhenti untuk meraih impiannya untuk menjadikan
perusahaannya berkembang menjadi lebih besar lagi, meskipun biaya, waktu dan
resiko pun pasti akan besar. Beliau tidak memikirkan apakah keuntungan yang
didapatkannya akan besar atau tidak, tetapi beliau memikirkan apa impiannya dan
terus maju untuk meraihnya. Akhirnya, meskipun Pak Iwan merasa gugup dan
takut saat meluncurkan proyek Infinity by Crown Group, proyek itu pun meraih
keuntungan besar lagi dan keuntungan yang dicapainya berhasil menembus angka
Rp. 3,8 triliun dalam 5 jam.
Kali ini, kutipan yang didapat di dalam awal bab ini berbunyi “I don’t
know where we should take this company, but I do know that if I start with the
right people, ask them the right questions, and engage them in vigorous debate,
we will find a way to make this company great.” (James C. Collins) yang memiliki
arti “Saya tidak tahu kemana sebaiknya saya membawa perusahaan ini, tetapi saya
tahu jika saya memulainya dengan orang-orang yang tepat, bertanya pertanyaan
yang tepat, dan mengajak mereka berdebat dengan bersemangat, kita bisa mencari
jalan untuk membuat perusahaan ini menjadi hebat.” Memang benar, dalam
menjalani impian yang besar dibutuhkan juga tenaga kerja yang besar, dan kita
sebagai manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia pasti membutuhkan teman,
dan dalam bekerja pun kita membutuhkan rekan kerja agar kita bisa meraih
impian kita. Tidak ada perusahaan yang bisa maju dengan satu orang, perlu
seorang pemimpin yang hebat dan pengikut-pengikutnya yang tidak kalah
hebatnya juga agar sebuah perusahaan bisa meraih kesuksesan yang tinggi.
Pak Iwan membangun Crown Group dari nol, dan beliau merekrut orang-
orang terbaik yang ia sebut dengan julukan eagles atau elang. Ia berkata seperti itu
karena “Elang akan terbang tinggi, menembus hujan dan badai sekalipun dengan
gagahnya. Elang itu orang-orang yang penuh inisiatif. Tak perlu banyak disuruh-
suruh kerjakan ini-itu,” ujarnya. Ia pun berkata bahwa Crown Group tidak bisa
menjadi sesukses ini tanpa bantuan dari orang-orang yang telah ia rekrut selama
ini, orang-orang yang membantunya dan Crown Group terbang tinggi. Saat Crown
Group masih sebuah perusahaan kelas butikpun Pak Iwan memiliki prinsip yaitu
build the people, atau membangun orangnya. Karena tidak mungkin sebuah
perusahaan untuk merekrut nama-nama besar atau orang-orang yang mahal, beliau
pun bertekad untuk menjadikan pegawainya yang ia miliki saat itu untuk menjadi
orang-orang yang tangguh seperti layaknya burung elang. Pak Iwan pun memiliki
beberapa cara untuk membangun orang-orang tersebut, seperti melatih mereka
dalam membuat proyek agar mereka merasakan bagaimana sulitnya memimpin
proyek, yang nantinya akan membangun karakter dan skill yang dimiliki setiap
15
Bab 15 yang mengakhiri buku ini diiringi dengan sebuah kutipan yang
berbunyi “There are no constraints on the human mind, no walls around the
human spirit, no barriers to our progress except those we ourselves erect.”
(Ronald Reagan) yang memiliki arti “Tidak ada pembatas di dalam pemikiran
manusia, tidak ada tembok disekitar jiwa manusia, dan tidak ada batas dalam
perkembangan kita selain batasan yang kita bangun sendiri.” Kutipan yang sangat
indah ini memberikan kita motivasi agar terus berkarya, terus bekerja, dan terus
meraih mimpi dan untuk tidak cepat puas akan apa yang kita raih. Sesungguhnya,
kesuksesan setiap orang tidak memiliki batas selama ia memiliki kemampuan
untuk terus maju. Musuh terbesar dari kita semua adalah diri kita sendiri, dimana
seringkali kita malas atau memiliki ketakutan yang lebih untuk meraih mimpi dan
mengambil resiko karena kita takut gagal dan lain sebagainya. Jika kita bisa
menaklukan batasan yang kita ciptakan sendiri itu, kita pun bisa meraih impian
apapun yang kita miliki. Manusia telah diberikan akal oleh Tuhan yang Maha Esa,
oleh karena itu kita harus memanfaatkan pemberian tersebut untuk mencapai
impian yang tidak ada batasnya, agar kita sebagai manusia bisa terus berkembang
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Teguh Sri Pambudi (2016). Without Borders: Perjalanan Hidup Anak Hutan
Kalimantan Menjadi Raja Properti Australia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama