Anda di halaman 1dari 7

1.

Autobiografi

Namaku Nuraeni, aku tinggal di kota Bandung dan menjadi salah satu siswi kelas XI,
SMA Negeri 76 Bandung Jurusan IPA. Aku lahir di Ambon pada tanggal 10 Agustus 1999.

Semasa kecil aku pernah tinggal di dekat kali Ciliwung. Setiap musim hujan rumahku
selalu kebanjiran dan kemudian aku bersama keluarga akan mengungsi ke tempat
penampungan. Kejadian seperti ini terus saja terulang dari tahun ke tahunnya sehingga
membuatku berpikir bahwa banjir bukan semata karena faktor alam. Tapi juga karena faktor
manusia yang sering membuang sampah di sungai, juga pemukiman liar di bantaran sungai
dan kurangannya resapan air.

Itulah yang membuat hatiku tergerak untuk ikut menyadarkan masyarakat agar tak
membuang sampah sembarangan. Aku pun kemudian bergabung dengan komunitas peduli
lingkungan di kota Jakarta. setiap akhir pekan gadis berkulit hitam manis ini ikut melakukan
penyuluhan dan bakti sosial. Untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihan dan lingkungan.

Saat ini Aku tinggal bersama ayah yang berprofesi sebagai pegawai swasta di
perumahan Puri Makmur no 103 Kemang. Selain aktif di komunitas peduli lingkungan, ia
juga aktif di komunitas sepeda Batavia, komunitas tanaman hias dan juga komunitas parkour
Jakarta Selatan.
2. Biografi

Raden Dewi Sartika dilahirkan dari sebuah keluarga yang bernama priyayi dan
letaknya berada di tanah Sunda, Raden Somanagara dan Nyi Raden Rajapermas meskipun
waktu itu beliau sangat bertentangan dengan adat, ayah dan juga ibunya berusaha keras untuk
memasukan Dewi Sartika di sekolahan Belanda.

Sesudah Ayahnya Dewi Sartika meninggal dunia, Dewi Sartika ini dididik oleh
pamannya yang mana ketika itu pamannya sedang menjabat menjadi patih di daerah
Cicalengka. Dengan pamannya, beliau bisa mendapati ilmu pengetahuan tentang kebudayaan
Suku Sunda. Sementara wawasan-wawasan tentang kebudayaan atau kehidupan barat beliau
dapati dari seorang Nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda.

Sejak kecil, Dewi Sartika telah memperlihatkan bakat pendidikan dan juga
memperlihatkan kegigihan yang dimiliki oleh dirinya untuk bisa menggapai keberhasilan.
Ketika ia sedang bermain di belakang gedung kerajaan, beliau sering mengerjakan aktivitas-
aktivitas yang pernah ia dapati di sekolah.Yakni belajar membaca, belajar menulis, dan
belajar bahasa Belanda bersama anak-anak pembantu di kerajaan. Papan bilik kandang
kereta, arang, dan pecahan-pecahan genting ia jadikan sebagai tempat untuk melakukan
kegiatan belajar bersama.

Ketika itu, Dewi Sartika baru memasuki usia sepuluh tahun. Ketika keberadaannya di
daerah Cicalengka ia digemparkan oleh kemahirannya dalam membaca dan menulis serta
beberapa kata yang dikatakan oleh anak-anak pembantu dengan memakai bahasa Belanda.

Adanya persoalan ini membuat seluruh penduduk menjadi heboh, karena ketika itu
belum ada anak-anak yang mempunyai keahlian untuk berbahasa Belanda.

Setelah tumbuh menjadi seorang gadis, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya
yang kebaradaan ibunya itu di daerah Kota Bandung. Jiwanya yang telah berkembang
menjadi dewasa semakin membawanya untuk bisa menggapai seluruh cita-cita yang ia
impikan.

Hal ini di dukung juga oleh pamannya, Bupati Martangara, yang memiliki cita-cita
yang sama dengan Dewi Sartika. Namun, walaupun memiliki keinginan yang sama dengan
pamannya, tidak membuat cita-cita itu bisa tercapai dengan mudah.

Karena ketika itu terdapat sebuah adat yang membatasi para kaum perempuan.
Persoalan itu lah yang membuat paman Dewi Sartika mendapati kesusahan dan sangat
khawatir sekali kepada Dewi Sartika.

Sudah sepantasnya kita sebagai salah satu anggota generasi muda harus selalu
mengenang dan mengenang seluruh jasa Dewi Sartika yang telah diberikan kepada kita
semua. Semangat dan jasanya dalam memperjuangkan pendidikan untuk para kaum wanita
tidak sepantasnya untuk kita lupakan begitu saja.

Semoga dengan apa yang sudah dikerjakannya, perempuan-perempuan di negara


Indonesia bisa mendapati pendidikan yang lebih baik lagi untuk dimasa yang akan datang dan
dimasa yang lebih cerah.
3. Authorized biography
Sebagai seorang miliader, ternyata Jack Ma dilahirkan dari keluarga ekonomi lemah.
Dia dilahirkan di daerah Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China. Orangtuanya adalah pemusik
dan pendongeng tradisional, ayahnya hanya mendapatkan tunjangan pensiunan bulanan
sebesar sekitar Rp 500.000 untuk menghidupi keluarganya. Saat umur 12 tahun, Jack Ma
sudah tertarik untuk belajar bahasa Inggris, selama delapan tahun masa kecilnya dihabiskan
sebagai pemandu wisata di sebuah hotel di dekat Danau Hangzhou, sekitar 160 kilometer dari
Shanghai. Waktu itu China baru mulai membuka diri dan mulai banyak turis yang datang ke
China. Hal inilah yang membantu dia lebih terbuka pemikirannya dibandingkan teman-teman
seumurnya.

Selanjutnya dia mendaftar ke Universitas Keguruan Hangzhou, semacam institut


keguruan dan ilmu pendidikan. Disini dia belajar menjadi guru sekolah menengah. Selulus
dari Universitas, dengan gelar Sarjana di bidang bahasa Inggris, dia ditugaskan mengajar di
universitas. Ketika itu gaji Ma sebulan sebesar 100-120 renminbi, setara dengan Rp 114.000-
Rp 142.500 per bulan. Pada tahun 1992, saat perekonomian China mulai bertumbuh, dia
mencoba melamar di berbagai pekerjaan, akhirnya ia menjadi sekretaris general manager
gerai penjual ayam goreng Kentucky Fried Chicken.

Disinilah ia bekenalan dengan komputer dan internet, dari seorang teman. Ketika dia
mencari kata “beer” di mesin pencari Yahoo, dia menemukan kenyataan bahwa tidak ada data
tentang China. Akhirnya dia tertarik pada komputer dan meminjam uang 2.000 dollar AS dari
kerabatnya untuk mendirikan perusahaan komputer. Padahal dia tidak mengerti tentang
komputer ataupun surat elektronik, bahkan dia tidak pernah menyentuh keyboard komputer
sebelumnya.

Setelah mengenal internet inilah, dia memutuskan untuk memfasilitasi para


pedagangan Tiongkok menjual barang ke luar negeri melalui dunia maya, dia mendirikan
Alibaba. Sekarang perusahaan yang dia pimpin, Alibaba Group bernilai lebih dari US$ 200
miliar setelah melantai di Bursa New York pada Oktober 2014.
4. Unauthirized biography

Beliau dilahirkan di Bodas Karangjati Purbalingga pada tanggal 24 Januari 1916, dari
keluarga rakyat biasa. Ayahnya bermama Karsid Kartoworidji dan ibunya bernama Siyem.
Sejak lahir beliau diambil anak angkat oleh Tjokrosoenaryo, kakak ipar ibunya, yang saat itu
menjadi Camat (assisten Wedono) di Rembang dan Purbalingga.

Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia


melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai tamat. karena
semenjak Pak Tjokro meninggal pada 1934 tidak ada lagi yang membiayai. Soedirman saat
itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS
Muhammadiyah di Cilacap

Pada jaman pendudukan jepang beliau mengikuti pendidikan tentara PETA (Pembela
Tanah Air) di Bogor. Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan
Batalyon di Kroya Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas.

Sesudah kemerdekaan Indonesia di proklamirkan, beliau diangkat menjadi Ketua


Badan Keamanan Rakyat (BKR) daerah Banyumas. Sesudah TKR terbentuk (dulunya BKR),
dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia, dan dilantik
oleh Presiden Soekarno dengan Pangkat Jendral pada tanggal 18 Desember 1945 di
Yogyakarta.

Nama Soedirman semakin terkenal setelah selesainya Perang Ambarawa (Palagan


Ambarawa) dimulai 12 Desember kemudian pada 15 Desember 1945 TKR pada saat itu
mampu memukul mundur tentara Belanda ke Semarang. Untuk mengenang hal tersebut pada
tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infantri.

Pada saat perang melawan Agresi Belanda II (1948-1949) beliau menjadi tokoh
simbol perjuangan karena terus memimpin perang gerilya dari luar kota. Sepanjang delapan
bulan berada di dalam pedalaman. Meskipun dalam keadaan sakit, beliau tetap memimpin
dengan ditandu secara berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain,diantaranya:
Jogjakarta, Surakarta, Madiun hingga Kediri dan pada tanggal 10 Juli 1949 Sudirman
kembali ke Jogja.

Karena kesehatannya yang semakin memburuk karena TBC, maka Sudirman tinggal
di pesanggrahan Tentara di Magelang.Akhirnya beliau wafat pada tanggal 29 Januari 1950.
Jenasahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Jogjakarta.

Atas Jasa-jasa dan pengorbanan Sudirman ,maka pemerintah melalui SK Presiden


No.025/1970 tanggal 20 Mei 1970 menetapkan Sudirman sebagai Pahlawan Pembela
Kemerdekaan dan pada tahun 1997 dianugerahi gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta
dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang,
yaitu Soedirman, Haji Muhammad Soeharto, dan Abdul Haris Nasution.
5. Biografi perjalanan hidup

Susanto, S.Pd bekerja sebagai guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Bandung.
Namanya agak Pak Santo. Pak Santo lahir pada 22 Oktober 1970 di Magelang. Beratnya
65 kg dan tingginya 167 cm. Dia adalah putra Hermanto dan Dian Sari.

Orang tua Pak Santo bekerja sebagai petani di desa Nyentilik. Sejak menghadiri
sekolah dasar, Pak Santo telah berusaha untuk menjadi seorang guru. Ia belajar 22
Magelang di SD Negeri. Dia kemudian melanjutkan pelatihannya dengan SMP Negeri 10
Magelang dan SMA Negeri 2 Magelang.

Sejak sekolah menengah ia telah menunjukkan cintanya di dunia jurnalisme.


Dengan hasratnya untuk belajar, ia aktif dalam majalah sekolah ekstrakurikuler. Selain
itu, Pak Santo juga menjadi jurnalis muda ketika ia masih di sekolah menengah. Ketika
dia menempuh pendidikan di perguruan tinggi, dia telah menjadi guru pengganti di
Sekolah Kejuruan Swasta Bina Harapan di Magelang.

Setelah menyelesaikan studinya, Pak Santo mengabdikan dirinya untuk mengajar


di berbagai sekolah. Sekolah tempat layanan diberikan meliputi SMA Negeri 3 Bandung,
SMA Negeri 11 Bandung dan SMK 1 Bandung. Ketika berusia 30, ia menikahi tempat
tidurnya, yaitu Sinar Mentari, Spd, yang tidak lain adalah salah satu teman kuliahnya.

Setelah menikah, ia dan istrinya bekerja sampai sekarang di sekolah yang sama,
yaitu SMA Negeri 2 Bandung. Dari pernikahan mereka, mereka memiliki tiga anak, yaitu
Randi Pangestu, Putra Atmaja dan Fika Pratiwi. Dia dan keluarganya sekarang tinggal di
Jln. Cambodia II No. 16, Bandung.

Pak Santo adalah guru yang ulung dan ramah. Selama pelajarannya, ia tidak hanya
memenangkan penghargaan sebagai guru teladan, tetapi juga melahirkan juara Olimpiade
dari SMA Negeri 2 Bandung. Karena kegigihan dan komitmennya, ia dapat mengirim
semua anaknya ke gelar sarjana.

Pada usia setengah abad, dia berharap semua putra dan putrinya akan berhasil.
Kariernya tidak hanya sukses tetapi juga sukses secara mental dan memberi contoh bagi
orang lain. Pak Santo adalah orang yang saleh dalam ibadah dan merupakan teladan bagi
anak-anak. Dia selalu menyarankan untuk memprioritaskan pendidikan dan nilai-nilai
moral agama di masyarakat.
6. Biografi perjalanan karir

Sutan Syahrir tentu saja nama terkenal di telinga orang Indonesia. Sutan Syahrir
memiliki karir tertinggi ketika ia mencapai perdana menteri pertama Indonesia. Untuk
informasi lebih lanjut tentang perdana menteri pertama, lihat biografi Sutan Syahrir, yang
pada waktu itu terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari pasukan kolonial
Jepang.

Salah satu penulis biografi Sutan Syahrir adalah Rosihan Anwar dengan judul
biografi tokoh Kemerdekaan Nasional, yaitu Sutan Sjahrir: negarawan humanis, demokrat
sejati yang mendahului waktunya. Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang
Panjang, Sumatra Barat. Orang tuanya adalah Mohammad Rasad Memegang Maharaja
Soetan bin Soetan Leman Soetan Palindih dan nama ibunya adalah Putri Siti Rabiah.
Sejarah pendidikannya dimulai di sekolah dasar ELS dan sekolah menengah pertama di
MULO Medan, sekolah terbaik di Medan. Sutan Syahrir kemudian melanjutkan
pendidikannya di sekolah menengah di AMS di Bandung. Sekolah itu adalah sekolah
termahal di India saat itu. Setelah lulus dari sekolah menengah, Sutan Syahrir
melanjutkan pendidikannya di Belanda di Universitas Amsterdam di fakultas hukum.

Berdasarkan biografi Sutan Syahrir, yang telah ditulis Rosihan Anwar selama
pelatihannya, Syahrir Suriah menjadi tertarik pada politik. Kisah hidup Sutan Syahrir juga
menceritakan tentang dirinya sendiri, yang telah memulai inisiatif pendirian organisasi
Jong Indonesie. Tidak hanya itu, Sutan Syahrir juga merupakan kekuatan pendorong di
belakang janji pemuda. Pada 1930 Sutan Syahrir juga bergabung dengan Ikatan
Organisasi Indonesia (PI). Selanjutnya, Sutan Syahrir juga bergabung dengan PNI baru,
yang sebelumnya telah dibubarkan oleh pemerintah India Timur Belanda. Akibatnya, PNI
dilihat sebagai semakin radikal, sehingga Sutan Syahrir dan Moh Hatta diasingkan ke
Boven Digoel selama satu tahun dan kemudian dipindahkan ke Neiras Banda untuk
jangka waktu 6 tahun.

Semangat memerangi penjajah tidak hanya selama pemerintah Belanda, dalam


biografi Sutan Syahrir, ia masih berperang selama pendudukan Jepang. PNI terus
berkembang. Dia membuat roda pergerakan kekuatan bawah tanah. Sampai Sutan Syahrir
bersama pemuda Indonesia meminta Soekarno Hatta untuk memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia. Biografi Sutan Syahrir berlanjut. Sambil mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, Sutan Syahrir juga memainkan peran dalam menjaga
kemerdekaan. Yaitu melalui pembentukan Kabinet Syahrir I menjadi Kabinet Syahrir III
dan pertahanan Indonesia melalui diplomasi.

Setelah Sutan Syahrir tidak memimpin kabinet, ia menjadi duta besar keliling dan
penasihat bagi Presiden Soekarno. Pada saat yang sama, biografi Sutan Syahrir
melengkapi sejarah Partai Sosialis Indonesia PSI, sebuah partai yang didirikan oleh Sutan
Syahrir. Karena dia bergerak ke arah komunis dan Sutan Syahrir terkait dengan kasus
PRRI, Presiden membubarkan PSI pada tahun 1960. Sutan Syahrir kemudian ditahan
tanpa diadili selama 3 tahun dan menderita sakit. Dengan izin, ia diizinkan dirawat di
Swiss dan akhirnya meninggal di Swiss. Sutan Syahrir meninggal pada 9 April 1966 dan
dimakamkan di TMP Kalibata, mengakhiri kisah hidup Sutan Syahrir.

Anda mungkin juga menyukai