Anda di halaman 1dari 4

10 PENGUSAHA YANG BERMULAI DARI 0 DI DALAM NEGERI (INDONESIA)

1.Chairul Tanjung
Chairul Tanjung. Nama ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga
anda, beliau adalah salah satu pengusaha sukses di Indonesia.
Beberapa perusahaan besar dan terkenal yang beliau miliki saat ini
diantaranya Bank Mega, Detik.com, TRANS TV, TRANS7, TRANS
STUDIO (Bandung dan Makassar), BSM ( Bandung Super Mall),
Carrefour, dan masih banyak lagi anak perusahaan lain yang berada di
bawah pimpinannya.
Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962.
Sebenarnya, Chairul Tanjung lahir di keluarga yang cukup berada.
Ayahnya, A.G. Tanjung adalah seorang wartawan surat kabar. Pada
saat Orde Baru terbentuk, sang ayah terpaksa harus menutup
perusahaan pers nya karena tulisannya banyak berseberangan dengan penguasa politik saat itu. Hal ini membuat orang tuanya
terpaksa menjual rumah dan pindah ke sebuah kamar losmen yang sempit.
Kedua orang tua beliau sangat tegas dalam mendidik anak, menurut mereka, untuk keluar dari jurang kemiskinan, pendidikan
adalah langkah yang harus ditempuh.

2.Dahlan Iskan
Dahlan Iskan adalah anak dari pasangan Mohammad Iskan dan Lisnah.
Dahlan adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak pertamanya
bernama Khosyatun, kakak keduanya bernama Sofwati sedangkan adik
bungsunys bernama Zainuddin.
Orang tua Dahlan Iskan bukanlah orang kaya, bahkan sangat miskin
sekali. Dahlan dan saudara-saudaranya terbiasa hidup dalam
kesederhanaan. Kehidupan telah menempa Dahlan kecil menjadi pribadi
yang tangguh. Sering ia dan saudaranya merasa perih di perut karena
menahan rasa lapar, ia belitkan sarung di perutnya. Kemiskinan bukan
berarti harus meminta-minta untuk dikasihani melainkan harus dihadapi
dengan bekerja dan berusaha. Ayah Dahlan pernah berkata Kemiskinan yang dijalani dengan tepat akan mematangkan jiwa.
Begitulah prinsip keluarga Dahlan.
Pada saat kecil Dahlan Iskan hanya memiliki baju satu stel yaitu kaos dan celana serta satu sarung. Sarung adalah baju serba guna
bagi dahlan, saat beribadah ia gunakan sarung, saat baju dan celana nya dicuci , ia gunakan sarung sampai pakaiannya kering,
saat tidur di malam hari ia gunakan sarung untuk selimut. Ketika sekolah ia tidak mempunyai sepatu. Saat itu jarak antara rumah
dan sekolahnya puluhan kilometer, sehingga ia dan saudaranya menempuhnya dengan berjalan kaki dengan merasakan lecet di
telapak kaki karena tak bersepatu. Sehingga ia menyimpan keinginan besar (menurutnya saat itu) yaitu bisa memiliki sepeda dan
sepatu (cerita ini bisa anda baca di buku Sepatu Dahlan).

3. EKA Tjipta Widjaja


EKA Tjipta Widjaja adalah seorang Bos dari Grup Sinarmas. Ia adalah
orang terkaya nomer dua di Indonesia dibawah sang pemilik Djarum
Budi Hartono. Berasal dari keluarga miskin ia hanya mampu
menyelsaikan sekolah sampai SD.
Eka Tjipta telah menjadi taipan sukses yang memiliki lebih dari 200
perusahaan dengan ratusan ribu karyawan. Menurut dia, bila satu
orang menanggung beban hidup satu keluarga dengan tiga anggota
lain, 1 juta lebih penduduk bergantung kepada Sinar Mas.
Sekali lagi fakta sejarah membuktikan,ijazah pendidikan formal
bukanlah segalanya. Berbekal Ijazah SD , Eka Tjipta yang dilahirkan sebagai anak orang miskin dengan gigih mengubah sejarah
menjadi orang terkaya nomor dua di Indonesia.

4. Basrizal Koto
Basrizal Koto atau yang biasa disebut Basko ini lahir di Kampung
Ladang, Pariaman. Masa kecil yang dialaminya sungguh sangat getir,
dia sering makan sekali dalam sehari. Mengingat pekerjaan orang
tuanya hanya sebagai buruh tani yang mengolah gabah. Ibunya pun
sering meminjam beras ke tetangga demi untuk makan keluarga.
Basrizal Koro hanya sempat bersekolah hingga kelas lima SD.
Keadaan ini membuat Basko bertekad untuk bisa merubah keadaan
keluarganya sekarang, ia rela meninggalkan sekolahnya demi
berkelana merantau di Riau. Basko yang panjang akal dan visioner
mengawali usahanya dengan berjualan pete. Kemahirannya
berkomunikasi, membangun jaringan, menepati janji, dan menjaga kepercayaan akhirnya membawanya sukses menaklukan
kemiskinan, membangun kerajaan bisnis, dan menciptakan lapangan kerja.
Jumlah perusahaan yang dikelolanya kini mencapai 15 perusahaan dan sejak 2006 dia juga terjun ke bisnis penambangan batu
bara di Riau, menyediakan jasa TV kabel dan Internet di Sumatra.Beberapa perusahaan yang masuk dalam MCB Group miliknya
adalah PT Basko Minang Plaza (pusat belanja), PT Cerya Riau Mandiri Printing (percetakan), PT Cerya Zico Utama (properti), PT
Bastara Jaya Muda (tambang batubara), PT Best Western Hotel (Hotel Basko), dll. Proyek terakhir yang tengah digarapnya adalah
pendirian Best Western Hotel dengan 198 kamar. Sebuah hotel bintang empat plus yang tengah di bangun di Padang, Sumatra
Barat.

5.Andrie Wongso
Andrie Wongso adalah motivator asal Indonesia, yang lebih dari 20
tahun berkiprah sebagai pengusaha sukses. Kemauannya untuk
berbagi semangat, pengalaman dan kebijaksanaan, dengan gaya
bahasa yang sederhana tetapi full power kepada begitu banyak
orang, membuat dirinya menyatakan diri sebagai The Best
Motivator atau Motivator No. 1 Indonesia.
Kegemaran Andrie Wongso merangkai kata mutiara membuahkan
hasil manis. Setelah sempat sukses di bisnis kartu ucapan lewat
bendera Harvest, berbekal keterampilan yang sama, saat ini, Andrie
mendulang sukses sebagai motivator.Pemilik PT Harvindo
Perkasa, pemegang merek Harvest, adalah Andrie Wongso. Pria
57 tahun ini mengaku, di masa jayanya, produksi kartu Harvest bisa
sampai 10 juta lembar semusim.
Pada tahun 1985, Andrie memulai bisnis kartu ucapan dari nol. Bermodal duit tabungan pribadi, dia membuat kartu ucapan di atas
kertas kecil. Kertas yang semula berfungsi sebagai pembatas buku tersebut ia tulisi kata-kata mutiara karangannya sendiri.Andrie
menawarkan kartunya ke sejumlah toko di Jakarta. Tapi, tidak mudah memasarkan produk yang masih dianggap remeh itu. Banyak
toko menolaknya. Untung, akhirnya, ada toko di Pasar Pagi, Mangga Dua, yang bersedia menerima produknya. Saat itu, produk
bermerek Harvest tersebut ia jual seharga Rp 100 per lembar.Tak disangka, kartu tersebut mendapat sambutan positif dari pasar
dan cepat menjadi tren di kalangan anak muda. Roda bisnis Andrie pun makin kencang berputar. Produk Harvest mulai masuk ke
toko-toko besar. Saking banyaknya penggemar, Andrie sampai mendirikan Harvest Fans Club, wadah bagi para pecinta produk ini.
Tapi, sebelum sukses membesarkan Harvest di Indonesia, Andrie harus melalui jalan hidup yang terjal. Pria asal Malang, Jawa
Timur, ini tidak pernah lulus sekolah dasar (SD). Sebab, SD Mandarin tempatnya belajar dulu ditutup ketika pecah kerusuhan politik
tahun 1965. Andrie yang berasal dari keluarga miskin tak mampu pindah ke SD umum. Ia harus puas menghabiskan masa kecil
dengan membantu orang tuanya membuat aneka kue yang dititipkan di pasar.Berniat ingin sukses, tahun 1974, Andrie merantau ke
Ibukota dan bekerja sebagai penjual sabun detergen keliling. Dia lalu berganti pekerjaan menjadi penjaga toko listrik di Kenari Jaya,
Jakarta Pusat. Upah saya saat itu sekitar Rp 30.000 per bulan, kenangnya.
Tahun 1976, anak kedua dari tiga bersaudara ini mendirikan perguruan kungfu Hap Kun Do. Ini bukan kebetulan. Andrie memang
memiliki kecakapan ilmu bela diri yang ia pelajari secara autodidak sejak kanak-kanak. Uang hasil mengajar kungfu ia kumpulkan
untuk mewujudkan cita-citanya menjadi bintang film kungfu.Cita-cita Andrie itu tercapai. Pada tahun 19801982, dia dikontrak oleh
perusahaan Eterna Film, Hongkong. Cuma, kariernya sebagai bintang film tak menjanjikan. Ia tidak pernah menjadi pemeran
utama. Dia hanya bisa puas lantaran cita-cita masa kecil tercapai.Andrie lantas memutuskan kembali ke Indonesia. Ia kembali

mengelola perguruan kungfu. Di tengah aktivitas mengajar ini, bapak tiga anak ini sering menuangkan hobi menulis kata-kata
mutiara yang ia ambil dari kisah hidupnya. Kumpulan kata-kata mutiara itulah yang kemudian memberi inspirasi untuk berbisnis
kartu ucapan.
Namun, torehan manis Harvest tak langgeng. Ketika Indonesia terkena krisis moneter pada 1998, Andrie merasakan bisnis kartu
ucapannya mulai porak-poranda. Namun, bukan cuma faktor ekonomi biang keladi satu-satunya.Sejak 2000, saat penggunaan
telepon seluler (ponsel) mulai marak, bisnis kartu ucapan memang makin terpuruk. Alhasil, sejak 10 tahun silam, bisnis kartu
ucapan Harvest mulai meredup. Kini, produk Harvest yang tersisa tinggal kertas isi ulang (looseleaf), kertas kado, dan tas sekolah
anak. Namun, Andrie tetap menghadapi kondisi tersebut secara bijak dan pantang menyerah.Andrie lantas mengalihkan bisnisnya
ke bidang motivasi. Kebetulan, sejak menggarap Harvest, dia kerap diundang menjadi pembicara untuk membagikan kisah
hidupnya. Lama-lama, namanya mulai dikenal sebagai motivator.

6.Tommy Winata
Tommy Winata (lahir dengan nama Oei Suat Hong di
Pontianak,Kalimantan Barat, 23 Juli 1958; umur 54 tahun), atau sering
dikenal dengan inisial TW, adalah seorang pengusaha
Indonesiaketurunan Tionghoa yang merupakan pemilik Grup Artha
Graha. Usahanya terutama bergerak dalam bidang perbankan, tekstil
dan konstruksi. Ia seringkali didesas desuskan mempunyai kaitan
dengan bisnis hitam dan ilegal.Grup Artha Graha miliknya didirikan
dengan dukungan dari TNI (dahulu ABRI), melalui beberapa kawan
dekatnya seperti Eddy Sudradjat ( dahulu KSAD, sekarang Ketua Umum
partai PKPI ).Ia termasuk taipan yang ditakuti karena di belakangnya
konon berdiri tokoh-tokoh militer. Suginato Kusuma atau lebih dikenal
sebagai Aguan juga adalah mitra Tomy dalam Grup Artha Graha.
Melalui Bank Artha Graha, Tommy menyelesaikan proyek SCBD termasuk gedung bursa saham Jakarta. Selain itu Tommy
mempunyai andil dalam pembangungan Bukit Golf Mediterania, Kelapa Gading Square, The City Resorts, Mangga Dua Square,
Pacific Place, Discovery Mall Bali, Borobudur Hotel, The Capital Residence, Apartemen Kusuma Candra, Ancol Mansion, The
Mansion at Kemang, Mall Artha Gading, Senayan Golf Residence.

Pada tahun 1976 ketika ia masih duduk dibangku STM, ia mulai memproduksikan hasil karyanya sendiri, dengan berbekal satu
mesin jahit. Selepas lulus STM ia berkeinginan untuk melanjutkan studinya di Itenas, karena mengetahui bahwa kondisi ekonomi
org tuanya yang tidak mampu membiayainya maka ia memendam keinginannya untuk kuliah.Sekarang ini Tommy sedang merintis
perkembangan bibit unggul padi yang diharapkan dapat meningkatkan produksi padi nasional Indonesia. Melalui PT Sumber Alam
Sutera, Tomy bekerja sama dengan Guo Hao Seed Industries Co. Ltd. dari China untuk bersama2 mengembangkan bibit hybrid
yang dapat meningkatkan produksi padi menjadi 5-8 ton/hektar.

7.Prof. Rhenald Kasali Ph.d


Seorang Rhenald, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, harus melalui masa kecil dalam kondisi perekonomian
keluarga sangat terbatas. Ia terbiasa berangkat sekolah sejak pukul
setengah lima pagi untuk berlari-lari mengejar bis karena jarak rumah
dan sekolah yang lumayan jauh. Ia juga pernah merasakan tak
pernah bisa memakai sepatu sekolah baru, karena ibunya hanya
sanggup membelikannya sepatu bekas. Ia juga pernah mengalami
pahitnya tinggal kelas saat kelas lima SD. Namun semuanya tak
mengurungkan niatnya yang sangat besar untuk terus sekolah.
Hingga Ia mampu menamatkan SMA-nya. Berbekal uang sepuluh
ribu rupiah, ia nekat membeli formulir pendaftaran masuk perguruan
tinggi. Saat diterima di UI, ia harus dihadapkan pada kesulitan bayar biaya kuliah. Dan ia harus bekerja keras untuk bisa membiayai
sendiri kuliahnya serta berburu beasiswa. Minatnya tak berhenti saat ia mampu meraih gelar sarjananya. Ia kemudian berburu
berbagai beasiswa untuk bisa meneruskan kuliah S2 dan S3 di Amerika Serikat. Dan tentu saja beragam kisah dan pengalaman
unik mengiringi perjuangannya hingga ia mampu meraih gelar doktor di University of Illinois, Amerika Serikat.

8.Prof. Azyumardi Azra


3

Prof.Azyumardi Azra, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (dulu


IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Azyumardi yang besar di Padang
ini, berayahkan seorang tukang kayu dan batu, dengan ibu seorang
guru agama. Ia dekat dengan segala keterbatasan ekonomi. Namun
visi dan misi yang besar terhadap pendidikan dari orang tuanya,
mendorong Ia turut menggandrungi dunia sekolah. Ia bisa membaca
sebelum sekolah, karena gemar memelototi nama bis yang lewat di
jalan raya dekat rumahnya. Saat SMP dan SMA, ia harus rela
membawa bekal lauk pauk untuk makan seminggu dari rumah ke
kos karena keterbatasan uang dari orang tuanya. Ia juga mau
bekerja serabutan di bengkel mobil, hingga jadi tukang jahit di selasela sekolahnya, untuk menambah uang saku.
Dan kerja kerasnya terus berlanjut saat ia harus membiayai sendiri kuliahnya di Jakarta. Lulus menggondol ijazah S1, ia langsung
memantapkan niat untuk melanjutkan ke S2 dan S3. Serupa seperti Rhenald, Ia rajin berburu beasiswa ke luar negeri dan sponsor
dalam negeri untuk mendukung upayanya. Perjuangan keras dan berbagai kisah unik pun mengiringi perjalanan hidupnya saat ia
diterima kuliah di Columbia University Amerika Serikat dan sekaligus harus menghidupi istrinya hingga meraih gelar doktor.

9.Prof. Yohannes Surya


Beratnya hidup untuk bisa sekolah tinggi mungkin untuk keluar dari
kemiskinan, juga dipikul oleh Profesor Yohannes Surya. Rektor
Universitas Multimedia Nusantara sekaligus pakar ilmu fisika ini, sejak
kecil sudah harus terbiasa bangun pukul 3 pagi untuk membantu sang
ibu membuat kue dagangan. Ketertarikannya yang besar pada fisika,
mata pelajaran momok bagi kebanyakan anak sekolah, justru menjadi
kunci keberhasilannya kemudian. Saat lulus SMA, ia harus memutar
otak untuk menyiasati biaya kuliahnya. Ia bersaing dengan banyak
orang untuk masuk perguruan tinggi melalui PMDK, dan ia memilih
jurusan yang paling sedikit diminati yaitu fisika. Klop sudah,
perhitungannya benar dan ia melenggang masuk Universitas Indonesia. Tinggal kemudian ia harus berpikir keras untuk mencari
uang untuk biaya kuliah. Dan kegemarannya pada fisika lagi-lagi menolongnya. Ia memanfaatkan kepintarannya untuk memberi les
privat fisika pada anak-anak SMA serta membuat buku tentang fisika, di samping berburu beasiswa.
Dan seperti dua koleganya di atas, penggagas dan ketua tim Olimpiade Fisika Indonesia ini pun juga sudah mewacanakan untuk
bisa melanjutkan kuliah hingga S3 sejak jauh-jauh hari. Ia memiliki moto hidup Mestakung, atau Semesta Mendukung. Dan
Mestakung inilah yang membuatnya mantap membuat paspor meski belum mendapatkan beasiswa di luar negeri. Dan saat
mendapat beasiswakuliah di Physics Dept. College of William and Mary, Amerika Serikat,walaupundengan kemampuan bahasa
Inggris pas-pasan namun mampu ia dapat meraih gelar doktor dengan predikat Summa Cum Laude.

10.Prof. Dr. Florentinus Gregorius Winarno


Prof. Dr. Florentinus Gregorius Winarno, Lahir di Klaten, 15 Februari
1938 ,seorang ahli ilmu dan teknologi pangan sekaligus doktor lulusan
University of Massachusetts yang juga guru besar Institut Pertanian Bogor.
Kiprah Winarno lebih banyak di almamaternya, IPB Bogor dan Departemen
Pertanian.
Banyak jalan menuju Roma, hal ini lah yang diyakini Winarno, seorang
anak yang lahir dari keluarga miskin. Ayahnya seorang informan polisi yang
tidak lulus SD dan ibunya seorang tukang pijat yang buta huruf. Masa
sekolah dan kuliah Winarno identik dengan perjuangan keras, dari urusan
biaya, fasilitas untuk bersekolah, hingga transfortasi yang cukup jauh. Satu
prinsip kuat yang ia yakini saat itu adalah, kalau pintar pasti bisa berhasil.
Maka ia pun memompa semangatnya untuk bisa meraih nilai tertinggi. Untuk urusan kuliah, ia menemukan taktik untuk bisa
memperoleh sekolah gratis. Dari seluruh perjuangannya, Winarno kini sudah meraih gelar professor untuk bidang ilmu dan
teknologi pangan. Di usianya yang sudah berkepala tujuh, ia masih aktif sebagai Rektor di Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta.
Kemauan untuk berubah, menurut Winarno, merupakan kunci menghadapi masa depan. Perubahan teknologi dan bisnis saat ini
memasuki kategori turbulensi. Turbulensi mengancam kemapanan universitas. Turbulensi menumbuhkan iklim persaingan,
sehingga berubah merupakan kunci kemenangan era modern.

Anda mungkin juga menyukai