Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BAHASA INDONESIA AKADEMIK

MEMBUAT ARTIKEL
Kelompok 1 :

1. Pannia Putri Budi Chandra (20190100056)


2. Donny Santoso (20190100062)
3. Valentine Febri Yani (20190100063)
4. Nicky Winiadi (20190100064)
5. Viriya Chandra (20190100110)
6. Kenny Kurniawan (20190100118)
7. Cynthia Mellisa (20190100133)

PERJALANAN YASA SINGGIH, PENGUSAHA MUDA YANG RUGI


RATUSAN JUTA DIUSIA MUDA, HINGGA SUKSES MASUK FORBES 30
UNDER 30 ASIA

Namanya Yasa Paramita Singgih lahir di Bekasi 23 April 1995. Dia adalah anak ke tiga dari tiga
bersaudara, Prajna, Viriya dan Yasa sendiri. Ayanya bernama Marga Singgih dan ibunya
bernama Wanty Sumarta. Ia lebih dikenal dengan sebutan Yasa Singgih, dan sering muncul
diberbagai media cetak dan digital. Dia dikenal sebagai salah satu pengusaha muda dibawah 20
tahun. Ia lahir di keluarga sederhana membuatnya selalu menghargai kerja keras.

Yasa sukses menyelesaikan pendidikannya SD Ananda dan SD Surya Dharma, lalu melanjutkan
di sekolah menengah dan akhir di SMA Regina Pacis Jakarta. Dia hanyalah anak biasa yang
masih suka bermain dan meminta uang jajan. Belum kuliah usahanya sudah kemana- mana.
Semuanya dimulai dari angka nol besar alias tanpa modal uang. Yang berbeda padanya hanyalah
kasih sayang keluarga. Dia tumbuh menjadi anak yang menginginkan kebahagiaan orang tuanya
dan itu semangatnya.

Usaha mandiri

Di kelas 3 SMP, dia melihat sang ayah menderita sakit jantung, ayahnya Marga Singgih,
memberikannya satu titik balik. Ia pun mulai menjadi pembawa acara guna mencari uang jajan
sendiri. Yasa tak mau membebani kedua orang tuanya. Usaha pertamanya adalah melamar
sebagai Master of Ceremony, bekerja sebagai pembawa acara di sebuah pusat perbelanjaan.
Dalam seminggu ia menerima uang Rp.350.000 setiap kali tampil sehari.

Sehari setidaknya ada 3 kali tampil untuk kesempatan berbeda bermodal nekat. Jujur saja Yasa
tak pandai bercuap- cuap menjadi pembawa acara. Apalagi saat itu dirinya masih berbaju putih-
biru. Tak cuma acara biasa tapi juga acara dewasa dibawakannya. Bukan usaha baik untuk anak
di usia 15 tahun kala itu. Tak jarang Yasa harus membawakan acara sebuah merek rokok yang
diperuntukan kalangan 18 tahun keatas. Tetapi itu semua ada hikmahnya selain melatih mental.
Itu juga mendorongnya memilih memulai bisnis sendiri. "Karena terpaksa, ya, jadi bisa dan
malah terbiasa," pungkasnya.

Selepas masuk SMA Regina Pacis, Jakarta, barulah dimulai usahanya sendiri untuk mencari
uang. Selepas kontrak sebagai pembawa acara selesai, ia mulai berbisnis lampu hias warna-
warni selama enam bulan. Sebuah buku berjudul "the Power of Kepepet" karya Jaya Setiabudi,
membuatnya terbakar berbisnis mandiri. Kala itu Yasa langsung menghubungi temanya yang
memiliki usahan konveksi (milik ayahnya).

"Halo Von, mau bikin baju sama bokap loe... Belom ada Von, besok gw DP dulu 500 ribu, kalo
dalem 3 minggu belom ada design, Dp nya buat loe." begitu kiranya reka adegan
diperagakannya.

Singkat cerita ia menemui tiga orang yang ahli aplikasi desain. Dia yang tidak bisa mendesain,
mulai berguru selama  7 hari. Hasilnya, ia masih tidak bisa sama sekali hingga hari terakhir
desainnya harus dikirim. ia benar terdesak atau kepepet dan memutuskan menggunakan
Microsoft Word untuk mendesain. Akhirnya ia pun mengirimkan sebuah desain yaitu gambar Ir.
Soekarno. "Orang Indonesia ada ratusan juta, masa 24 orang aja gak ada yang beli," ucapnya
tertawa.

Setelah dua minggu kaosnya jadi, dia segera menjual kasonya dan hanya laku terjual 2 buah saja.
Dari dua kaonya, satu kaosnya dibeli oleh ibunya sendiri karena kasihan. Dan lucunya, dia
merasa semuanya menarik dan perasaan kepepet itu semakin jadi. Yasa lalu berlari ke Tanah
Abang, membeli selusin pakaian kaos hingga menghabiskan 4 juta. Dia harus bersusah payah
membawa kaos- kaos tersebut, melewati ribuan penjual dan pembeli yang tumpah jadi satu.

Di rumah, dia benar- benar terkejut atas keputusanya membeli banyak sekali barang. Ia harus
memutar otak lagi untuk menjualnya atau merugi besar- besaran. Beberapa kali menawarkan
ditambah rasa percaya diri, ia mulai menjual produknya tanpa ada marketing khusus atau brand
tersenidiri. Lama kelamaan, Yasa berhasil menutup modalnya dan mulai mencari cara menjual
produknya sendiri. Dua kali bisnis kaos yang bermodal kepepet, Yasa mulai merencanakan
bisnisnya secara matang- matang.

Dia membuka bisnis minuman yang diberi nama "Ini Teh Kopi", sebuah usaha kedai menjual
minuman kopi duren. Usahanya tersebut bisa dibilang sukses besar ditambah dengan namanya
yang dikenal. Dari bisnis kaos, ia pernah diwawancarai oleh majalah entrepreneur besar di
Indonesia. Bisnis lainnya yaitu membuka toko online "Men's Republic".

Bangkit bangkrut
Naik kelas dari sebelumnya cuma berjualan produk milik orang lain. Kini, seorang Yasa Singgih
adalah salah satu pengusaha online sukses bersama Men's Republic. Mengambil pasar anak
muda -pria pada khususnya. Ini membawa namanya kian berkibar di berbagai media masa. Dulu
ketika berjualan kaos tanah abang yang ia miliki cuma Black Berry sebagai modal. Usahanya
kala itu masih bermodal hutang tapi lama- lama bisa jadi modal.

Sebelumnya cuma ambil di Tanah Abang kini punya merek sendiri. Di tahun 2012, ia menjajal
berbisnis cafe, membuka sebuah tempat nongkrong keci bernama Ini Teh Kopi. Di awalnya
cukup berjalan apik hingga bisa membuka cabang. Usaha pertamanya terletak di kawasan Kebun
Jeruk, selang enam bulan, Yasa membuka cabang di Mal Ambassador, Jakarta Selatan. Semangat
tinggi tak dibarengi perhitungan matang. Usahanya berkembang terlalu cepat tapi hasilnya
minus.

Bahkan uang dari bisnis kaos Men's Republic terbawa- bawa. Usahanya resmi ditutup, kedua
cafe -nya itu ditutup dan juga habis modal tanpa sisa. Bangkrut Yasa Singgih bahkan ikut
menghentikan bisnis kaosnya. Dihitung- hitung Yasa merugi sampai 100 juta ketika dirinya
masih di bangku SMA. Disaat bersamaan, sekolah tengah mempersiapkan ujian nasional, begitu
pula dirinya yang sudah kelas 3 SMA. Makanya urusan rugi atau membuka bisnis kaos kembali
dihentikan dulu.

Untuk waktu itu semua urusan bisnis dihentikan sementara waktu.


"Karena tak punya modal lagi untuk membeli barang dan ada UN, jadi saya fokus untuk urusan
sekolah saja. Usaha baju saya hentikan sementara," terangnya kepada awak media.

Selepas UN, tepatnya di 2013, fokus Yasa ada pada bisnis aneka produk buat pria. Ya, Men's
Republic itu masih berdiri dan belum dijajah rasa kapok, baginya kehilangan uang 100 juta tak
membuatnya kapok dan berhenti berbisnis kembali. Yasa bermodal nama mulai membangun
bisnis tanpa modal. Kali ini, ia bertemu dengan satu pabrik yang memberinya 250 pasang sepatu.
Itu diberikan untuk dijualkan dengan tenggat waktu selama dua bulan.

Kepepet membuat Yasa berpikir serius bagaimana agar semuanya terjual. Dijualnya sepatu itu
bermodal brand atau mereknya. Menggunakan survei sebagai landasa, kali ini, Yasa tak mau
bangkrut kembali seperti yang dulu- dulu. Dia mendapati pembeli rata- rata Men's Republic
adalah umur 15 tahun- 25 tahun. Untuk itu pula ia menyesuaikan harga produknya tak lebih dari
Rp.500.000. Selain menjual sepatu ada pula produk lain seperi jaket, sandal, bahkan pakaian dan
celana dalam.

Kisaran harga dipatoknya ada pada angka Rp.195.000- Rp.390.000 per- itam. Fokus Yasa cukup
agar itu bisa terjual melalui aneka branding lewat online. Total ada enam pabrik bekerja sama
dengannya di kawasan Bandung. Uniknya pabrik tempatnya bekerja sama tak cuma membangun
mereknya. Mereka juga bekerja sama dengan produk bermerek lain seperti Yongki Komaladi
dan Fladeo. Ia sendiri mencontoh para pemilik merek tersebut.

"Merek-merek itu tak punya pabrik sama sekali, tapi penjualannya luar biasa, kan? Saya mau
terapkan hal yang sama pada usaha saya," kata dia.

Kini, perlu kamu ketahui, produk Men's Republic telah menjual 500 buah pasang sepatu per-
bulan. Tanpa ada pabrik Yasa mampu menghasilkan mozet ratusan juta rupiah. Soal laba bersih,
tenang, dia sanggup untuk menghasilkan 40% dari sana. Tak puas pada produknya sekarang,
masih ada pemikiran dibenaknya untuk menjual produk ikat pinggang, dan celana. Yang paling
pasti adalah ia akan terus mematangkan konsep bisnis sambil berjalan.

Yasa juga sering dipanggil mengisi seminar atau memberikan training. Melalui Twitter, ia rajin
menyemangati para pengusaha muda agar selalu semangat. Prinsipnya satu yaitu "Never too
Young to Become Billionaire" atau tidak ada kata terlalu muda untuk menjadi seorang miliarder.
Berikut beberapa Twitternya yang mampu memotivasi banya orang (@YasaSinggih):

Never too young to become a billionaire


1. Adrenalin berbisnis lebih kencang daripada jatuh cinta
2. Selalu merasa bodoh terhadap ilmu, ga pernah berhenti belajar
3. Walaupun sekarang kita belum kaya, tapi kita harus mulai praktekkin "habbit" nya orang2
kaya.
4. Coba deh, ambil satu keputusan untuk ngelakuin habbit nya orang kaya. Mungkin keputusan
kecil, tp bisa berdampak besar
5. Rutin beli majalah/tabloid bisnis, walaupun ga suka baca.. Paksain aja! Baca kisah2 jatuh
bangun pebisnis.
6. Terjun di organisasi & bisnis, memaksa saya untuk memiliki pola pikir diatas rata2 usia saya
sendiri.
7. Di usia 17thn byk remaja dpt undangan sweet17an. Tp saya udah dpt undangan kawinan,
gegara maen sama yg lebih gede terus.
8. Orang2 bilang saya kecepetan tua, tapi saya bilang ini percepatan menuju keberhasilan.
9. Dulu pas umur 15 tahun demi nyari duit rela2in ngeMC di Mall, ngaku2 umur 18 tahun biar
keterima.
10. Menjelang malem, mau ngebakar temen2 dulu ah.. Kita cerita2 tentang awal mula bisa usaha
ya.

"Men's Republic" adalah bisnis ketiganya yang berfokus pada penjualan secara online. Dia
menjual produk yang dikhususkan untuk pria. Dia menjual baik produk miliknya sendiri atau
produk milik orang lain. Ia juga berencana membangun "Bilionary Versity, yaitu sekolah bisnis
non- formal untuk para pengusaha muda. Dia berbisnis dengan kepercayaan bahwa usia muda
haruslah dimanfaatkan baik- baik.

Anda mungkin juga menyukai