Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Nurhasanah (A04130019)

Mata Kuliah

: Kewirausahaan

Semester

: VII

Profil Pengusaha
Nama

: Yasa Paramita Singgih

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 23 April 1995.


Pendidikan Terakhir

: SMA Regina Pacis Jakarta

Universitas

: Bina Nusantara University

Jenis Usaha

: Konveksi

Nama Brand

: Mens Republic

Awal Mula Kisah Sukses Usaha Yasa Paramita Singgih


Namanya Yasa Paramita Singgih lahir di Bekasi 23 April 1995. Dia adalah anak ke tiga
dari tiga bersaudara, Prajna, Viriya dan Yasa sendiri. Ayahnya bernama Marga Singgih dan
ibunya bernama Wanty Sumarta. Ia lebih dikenal dengan sebutan Yasa Singgih, dan sering
muncul diberbagai media cetak dan digital. Dia dikenal sebagai salah satu pengusaha muda
dibawah 20 tahun. Ia lahir di keluarga sederhana membuatnya selalu menghargai kerja keras.
Yasa sukses menyelesaikan pendidikannya SD Ananda dan SD Surya Dharma, lalu
melanjutkan di sekolah menengah dan akhir di SMA Regina Pacis Jakarta. Dia hanyalah anak
biasa yang masih suka bermain dan meminta uang jajan. Belum kuliah usahanya sudah kemanamana. Semuanya dimulai dari angka nol besar alias tanpa modal uang. Yang berbeda padanya
hanyalah kasih sayang keluarga. Dia tumbuh menjadi anak yang menginginkan kebahagiaan
orang tuanya dan itu semangatnya.
Semua berawal dari tuntutan hidup yang membuat yasa harus hidup mandiri, Keadaan
sang ayah yang menderita sakit jantung, kala itu ia masih duduk di bangku SMP kelas tiga.
Penghasilan sang ayah saat itu digunakan untuk membiayai sekolah anak-anaknya daripada
membiayai pengobatan sakit sang ayah. Keadaan ini membuat Yasa berpikir bagaimana kelak
masa depannya, sedangkan ayahnya terbaring sakit. Ia pun tidak ingin menambah beban pada

orang tua, ia kemudian mulai berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan pemasukan secara
mandiri. Setidaknya bisa untuk mencukupi uang saku dan untuk membeli buku tanpa harus minta
pada orang tua.
Keinginan Yasa tersebut membawanya untuk melamar sebagai seorang MC pada salah
satu acara yang digelar di pusat belanja di Jakarta. Kala itu, dalam seminggu Yasa bisa mengisi
sampai tiga acara dalam akhir pekan. Uang yang ia terima kala itu adalah Rp. 350.000 setiap kali
ia tampil.

Usaha Mandiri
Selepas masuk SMA Regina Pacis, Jakarta, barulah dimulai usahanya sendiri untuk
mencari uang. Selepas kontrak sebagai pembawa acara selesai, ia mulai berbisnis lampu hias
warna- warni selama enam bulan. Sebuah buku berjudul "the Power of Kepepet" karya Jaya
Setiabudi, membuatnya terbakar berbisnis mandiri. Kala itu Yasa langsung menghubungi
temanya yang memiliki usahan konveksi (milik ayahnya).
Singkat cerita ia menemui tiga orang yang ahli aplikasi desain. Dia yang tidak bisa
mendesain, mulai berguru selama 7 hari. Hasilnya, ia masih tidak bisa sama sekali hingga hari
terakhir desainnya harus dikirim. ia benar terdesak atau kepepet dan memutuskan menggunakan
Microsoft Word untuk mendesain. Akhirnya ia pun mengirimkan sebuah desain yaitu gambar Ir.
Soekarno. "Orang Indonesia ada ratusan juta, masa 24 orang aja gak ada yang beli," ucapnya
tertawa.
Setelah dua minggu kaosnya jadi, dia segera menjual kasonya dan hanya laku terjual 2
buah saja dari dua kaosnya, satu kaosnya dibeli oleh ibunya sendiri karena kasihan. Yasa lalu
berlari ke Tanah Abang, membeli selusin pakaian kaos hingga menghabiskan 4 juta. Dia harus
bersusah payah membawa kaos- kaos tersebut, melewati ribuan penjual dan pembeli yang
tumpah jadi satu.
Di rumah, dia benar- benar terkejut atas keputusanya membeli banyak sekali barang. Ia
harus memutar otak lagi untuk menjualnya atau merugi besar- besaran. Beberapa kali
menawarkan ditambah rasa percaya diri, ia mulai menjual produknya tanpa ada marketing
khusus atau brand tersendiri. Lama kelamaan, Yasa berhasil menutup modalnya dan mulai
mencari cara menjual produknya sendiri. Dua kali bisnis kaos yang bermodal kepepet, Yasa
mulai merencanakan bisnisnya secara matang- matang.
Perhitungan Bisnis Tidak Matang Membuatnya Gagal
Dari bisnis kaos, ia pernah diwawancarai oleh majalah entrepreneur besar di Indonesia.
Bisnis lainnya yaitu membuka toko online "Men's Republic".
Kemudian dia mencoba membuka bisnis minuman yang diberi nama "Ini Teh Kopi",
sebuah usaha kedai menjual minuman kopi duren. Usahanya tersebut bisa dibilang sukses besar

ditambah dengan namanya yang dikenal.Tak lama kemudian, sekitar enam bulan kemudian ia
sudah membuka cabang baru tepatnya di Mall Ambassador Jakarta Selatan.
Namun ternyata bisnis baru yang ia kelola tersebut mengalami kebangkrutan yang
membuatnya malah menderita kerugian. Pada tahun 2013 ia memutuskan untuk menutup
kafenya, dan bahkan bisnis kaosnya pun juga turut dihentikan. Menurutnya, jika dihitung
kerugian yang ia derita mencapai 100 juta ketika dirinya masih di bangku SMA. Disaat
bersamaan, sekolah tengah mempersiapkan ujian nasional, begitu pula dirinya yang sudah kelas
3 SMA. Makanya urusan rugi atau membuka bisnis kaos kembali dihentikan dulu.

Bangkit dari Kebangkrutan Mens Republic


Setelah UN usai, ia kembali lagi terjun ke dunia bisnis, kali ini dengan sebuah konsep
yang jelas dengan dilengkapi bisnis plan yang tersusun rapi. Saat itu dia berusia 19 tahun ia
memulai kembali bisnisnya dari 0, melihat peluang yang sangat besar, ia membangun merk
fashion pria dengan nama Mens Republic yang bergerak di dunia online. Ya, Mens republic
kembali dikibarkan Yasa.
Yasa bertemu dengan satu pabrik yang
memberinya 250 pasang sepatu. Itu diberikan untuk
dijualkan dengan tenggang waktu selama dua bulan.
Kepepet membuat Yasa berpikir serius bagaimana
agar semuanya terjual. Dijualnya sepatu itu
bermodal brand atau mereknya. Menggunakan
survei sebagai landasan, kali ini, Yasa tak mau
bangkrut kembali seperti yang dulu- dulu. Dia
mendapati pembeli rata- rata Men's Republic adalah
umur 15 tahun- 25 tahun.
Fokus Yasa cukup agar itu bisa terjual
melalui aneka branding lewat online. Total ada
enam pabrik bekerja sama dengannya di kawasan
Bandung. Uniknya pabrik tempatnya bekerja sama
tak cuma membangun mereknya. Mereka juga
bekerja sama dengan produk bermerek lain seperti
Yongki Komaladi dan Fladeo. Ia sendiri mencontoh para pemilik merek tersebut.
"Merek-merek itu tak punya pabrik sama sekali, tapi penjualannya luar biasa, kan? Saya
mau terapkan hal yang sama pada usaha saya," kata dia.
Kemudian ia mencoba menjalankan bisnisnya sendiri saja & hanya dari 4 lusin produksi
sepatu pertamanya, Kini, produk Men's Republic telah menjual 500 buah pasang sepatu perbulan. Men's Republic hadir dengan harga terjangkau di bawah Rp 500 ribu. Tanpa ada pabrik

Yasa mampu menghasilkan omzet ratusan juta rupiah. Produknya juga hanya dipasarkan melalui
pemesanan online. Dari usaha tersebut ia mampu mendapatkan laba bersih 40% .
Mens Republic telah bertransformasi menjadi brand fashion Indonesia yang digandrungi
oleh pria muda Indonesia, customer Mens Republic kini sudah sampai ke seluruh Indonesia dan
8 negara di Asia. Pada awalnya, Yasa Singgih hanya menjual sepatu kasual untuk pria. Namun
semakin besar usahanya membuat brand yang ia kelola semakin menawarkan produk yang
beragam. Saat ini Mens Republic menjual produk celana dalam, jaket dan juga sandal untuk
pria.
Tak puas pada produknya sekarang, masih ada pemikiran dibenaknya untuk menjual
produk ikat pinggang, dan celana. Yang paling pasti adalah ia akan terus mematangkan konsep
bisnis sambil berjalan.
Berada di puncak kesuksesannya Yasa tidak mendapatkannya secara instan banyak
perjuangan dan jatuh bangun yang ia alami sebelumnya. Ia hanya memiliki visi dan pemikiran
bahwa hidup hanya sekali, melakukan yang terbaik sebelum menyesal nanti.
Saat ini Yasa sedang menjalani kuliah di Bina Nusantara University jurusan Marketing
Communication & sudah mendirikan perusahaan bernama PT Paramita Singgih di ITC Permata
Hijau, Jakarta Selatan dan memiliki 5 orang staff yang masih berstatus mahasiswa juga untuk
menaungi bisnisnya tersebut.
Visi Yasa dan PT Paramita Singgih adalah menjadi perusahaan pemilik merk fashion &
consumer goods berbasis online terbanyak, terbesar & terbaik di Indonesia. Ia juga berencana
membangun "Bilionary Versity, yaitu sekolah bisnis non- formal untuk para pengusaha muda.
Atas karyanya membangun Mens Republic yang memberikan dampak bagi industri
fashion local brand di Indonesia, serta cerita perjalanan bisnisnya yang menginspirasi banyak
orang saat ini hampir seluruh media nasional dalam bentuk elektronik, cetak & internet telah
meliput Yasa & Mens Republic. Tepat di usia 20 tahun ia juga telah menerbitkan buku Never
Too Young to Become a Billionaire yang penjualannya sangat fantastis hingga mendapatkan
predikat National Best Seller dalam waktu yang sangat singkat walaupun ini adalah buku
pertamanya.
Yasa juga telah diundang oleh banyak komunitas dan universitas berkat semua yang
dilakukan Yasa & Mens Republic, ia telah menjadi narasumber di berbagai institusi mulai dari
Kementerian Republik Indonesia, perusahaan multinasional hingga nasional sampai universitas
universitas terbaik di seluruh Indonesia untuk memberikan sharing seputar bisnis, inspirasi dan
pengembangan diri.
Sampai dengan sekarang ia masih sering kali gagal, gagal dan gagal dalam setiap hal
yang ia lakukan, karena Yasa percaya bahwa gagal = belajar. Bahkan ia telah menghabiskan uang

puluhan juta rupiah untuk mengikuti seminar, training dan workshop pengambangan diri dan
bisnis. When you stop learning, you stop growing.

Penghargaan
Yasa juga telah mendapatkan beberapa penghargaan skala nasional hingga internasional
atas semua yang ia lakukan dalam dunia bisnis di Indonesia :

Narasumber Asia Pacific Youthpreneur 2014

Tokoh Muda Inspiratif versi Metro TV

10 Pengusaha Muda Sukses versi YukBisnis.com

7 Pengusaha Muda Berprestasi versi Kaskus.co.id

5 Entrepreneur Muda Tergila versi Lintas.Me

5 Wirausaha Muda Sukses versi SenengMedia.com

Tokoh Nyata Film Dokumenter Pemimpin Muda


Dunia Bisnis dari Kementerian Pemuda & Olahraga
Republik Indonesia

Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri Nasional Kategori


Mahasiswa Bidang Kreatif

Youth Marketeers Of The Year Award 2016 by Mark


Plu

Forbes 30 Under 30 Top Promising Young Leaders, Daring Entrepreneurs and Game
Changers in Asia by Forbes

The Youngest Forbes 30 Under 30 Asia in Retail & E-commerce Category 2016

Tidak seorang pun yang percaya akan bisnis yang dirintis Yasa termasuk orang tuanya
sendiri. Dari hasil binis online ini, Yasa sudah dapat memiliki rumah di Kawasan Citra
Tangerang senilai Rp 160 juta dan bisa membiayai kuliahnya di BINUS UNIVERSITY.
Yasa Paramita Singgih saat ini dikenal sebagai ikon entrepreneur muda Indonesia, ia
adalah cerita nyata dari pepatah From Zero to Hero.Visi besar seorang Yasa sebagai entrepreneur
muda adalah menjadikan Indonesia yang kuat dengan semangat entrepreneurship di Indonesia

serta menjadikan bisnisnya kebanggaan bangsa Indonesia yang dapat maju hingga dunia
internasional.

Kiat Sukses Dari Yasa Paramita Singgih


Never too young to become a billionaire

Adrenalin berbisnis lebih kencang daripada jatuh cinta


Selalu merasa bodoh terhadap ilmu, jangan pernah berhenti belajar
Walaupun sekarang kita belum kaya, tapi kita harus mulai praktekkin "habbit" nya orang
orang kaya.
Coba ambil satu keputusan untuk melakukan habbit nya orang kaya. Mungkin keputusan
kecil, tapi bisa berdampak besar
Rutin beli majalah/tabloid bisnis, walaupun tidak suka membaca. Paksain Baca kisah
kisah jatuh bangun pebisnis.
Terjun di organisasi & bisnis, memaksa saya untuk memiliki pola pikir diatas rata2 usia
saya sendiri.
Di usia 17 tahun banyak remaja dapat undangan sweet17an. Tapi saya malah dapat
undangan kawinan, gara gara main sama yang lebih tua terus.
Orang orang bilang saya kecepetan tua, tapi saya bilang ini percepatan menuju
keberhasilan.
Dulu pas umur 15 tahun demi nyari duit rela jadi MC di Mall, mengaku umur 18 tahun
biar diterima.
Hilang puluhan juta demi ratusan juta

Anda mungkin juga menyukai