Latar Belakang
Tujuan
Metodologi
PT. Kebun Sayur Segar dengan brand Parung Farm didirikan pada tahun
1998 oleh Bapak Soebagyo Karsono dan Bapak Soedibyo Karsono yang
merupakan dua bersaudara. Pada mulanya, PT. Kebun Sayur Segar didirikan
dengan nama Kebun Hidroponik Sayur Segar yang hanya bergerak di bidang
hidroponik sayuran. Pada tahun 2000, PT. Kebun Sayur Segar mengembangkan
usahanya di bidang tanaman hias, dan akhirnya pada tahun 2001 PT. Kebun Sayur
Segar berubah nama menjadi PT. Parung Farm.
PT. Parung Farm mulanya bergerak di bidang pelatihan dan produksi
tanaman sayuran, hidroponik buah, hidroponik hortikultura, aeroponik, dan kultur
jaringan untuk budidaya anggrek. Usaha ini dimulai dari penelitian dan uji coba
penanaman tanaman secara hidroponik yang cocok dikembangkan di daerah
Parung. Penanamannya dilakukan di dalam greenhouse seluas 400 m2 yang
ditanami 750 tanaman meliputi 150 tanaman mentimun varietas spring swallow,
150 tanaman melon varietas eagle, 150 tanaman paprika varietas Spartacus dan
300 tanaman tomat varietas recent. Oleh karena suhu yang kurang mendukung,
produksi tanaman tersebut dilakukan di daerah Sukabumi, sedangkan tanaman
yang diproduksi di Parung meliputi tanaman selada, bayam hijau, bayam merah,
kangkung, pakchoi hijau, pakchoi putih, petsai dan caisim. PT. Parung Farm
memiliki kebun seluas 9.8 ha yang terdiri dari tiga kebun, yaitu Kebun Parung
seluas 3.8 ha, Kebun Sukabumi seluas 4 ha, dan Kebun Cianjur seluas 2 ha.
Kebun di Sukabumi dan Cianjur melakukan pembudidayaan tanaman secara
hidroponik dan organik, sedangkan kebun di Parung secara hidroponik.
Pada tahun 2010, PT. Parung Farm mendapakan sertifikat organik dari PT.
Mutu Agung Lestari sebagai salah satu lembaga akreditasi yang telah diakui dan
disahkan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). PT. Parung Farm merupakan
produsen sayuran berdaun (leafy vegetables) pertama di Indonesia yang
memperoleh sertifikat organik tersebut.
PT. Parung Farm melakukan pelatihan budidaya tanaman hidroponik setiap
hari sabtu dan minggu. Pelatihan ini ditujukan bagi karyawan swasta, pegawai
negeri dan pelajar dengan tema yang berbeda di tiap minggunya. Selain itu, PT.
Parung Farm juga membuka jasa konsultasi di bidang pertanian. Oleh karena
minat masyarakat yang begitu tinggi akan budidaya hidroponik sayuran dan
budidaya anggrek, maka kedua bidang tersebutlah yang akhirnya lebih
dikembangkan oleh PT. Parung Farm. Budidaya anggrek dimulai pada bulan
Januari tahun 2000 dan sampai saat ini jenis anggrek yang dibudidayakan di
Parung Farm antara lain adalah Dendrobium sp, Phaleonopsis sp, Oncidium sp,
Vanda sp dan anggrek silangan lainnya.
PT. Parung Farm didirikan dengan tujuan memperkenalkan teknik budidaya
hidroponik. Oleh karena itu, perusahaan ini mengadakan penelitian sederhana
terhadap teknologi yang tepat guna dan pelatihan praktek kerja di lapangan.
Teknologi yang digunakan di PT. Parung Farm antara lain, NFT (Nutrient Film
Technic), Aeroponik, DFT (Deep and Flow Technic), dan Ebb and Flow (Pasang
surut).
Lokasi dan Letak Geografis
PT. Parung Farm berlokasi di Jl. Raya Parung No. 546 Kampung Jati,
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PT. Parung Farm memiliki
lahan seluas 3.8 ha, berada pada 6°26’ Lintang Selatan dan 106°44’ Bujur Timur,
ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan topografi permukaan yang
relatif datar. Kebun hidroponik ini berbatasan dengan Desa Jabon di sebelah utara,
Desa Gunung Sindur di sebelah selatan, Desa Waru Jaya di sebelah barat dan
Depok di sebelah timur.
Kebun Parung memiliki iklim tropis yang sesuai untuk jenis sayuran yang
diproduksi sehingga sayuran dapat tumbuh dengan baik. Daerah ini memiliki
musim hujan pada bulan Oktober – Maret dan musim kemarau pada bulan April –
September. Lokasi ini memiliki suhu 26°C – 35°C, kelembaban udara 70%, serta
curah hujan rata-rata 2.774 mm/tahun. Adapun lokasi kebun PT. Parung Farm
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Struktur Organisasi
PT. Parung Farm memiliki struktur organisasi yang terdiri dari komisaris,
direktur utama Kebun Sayur Segar (KSS), direktur utama Kebun Anggrek Parung
(KAP), serta direktur utama Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan
(BANGDIKLAT). Adapun struktur organisasi PT. Parung Farm dapat dilihat pada
Gambar 2 dibawah ini:
PT. Parung Farm
Kegiatan PT. Parung Farm terbagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan
produksi dan kegiatan pengembangan pendidikan yang dipimpin oleh direktur
utama. Adapun penjelasan mengenai masing-masing bagian adalah sebagai
berikut.
1. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi dan pemasaran sayuran dipimpin oleh seorang general
manager. Tugas general manager adalah mengelola semua unit produksi dan
pemasaran serta melaksanakan keputusan direktur. General manager membawahi
tiga bagian yaitu:
A. Bagian Administrasi dan Keuangan
Bagian administrasi dan keuangan bertugas menangani semua masalah yang
berhubungan dengan administrasi, keuangan, ketenagakerjaan, penyediaan
barang-barang untuk produksi dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan
perusahaan, serta mengendalikan persediaan barang. Semua bahan dan
peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi disediakan oleh bagian
administrasi.
B. Bagian Pemasaran
Bagian pemasaran bertugas mencari pasar dan pelanggan, melakukan
promosi serta menerima berbagai pesanan dari konsumen. Produk yang telah
dihasilkan oleh bagian produksi dan siap dipasarkan, pertanggungjawaban
produknya berpindah dari bagian produksi ke bagian pemasaran.
C. Bagian Produksi
Bagian produksi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan dalam proses
produksi dan melakukan pengawasan terhadap kelancaran produksi. Kegiatan
produksi di bawah tanggung jawab seorang asisten manajer produksi.
2. Kegiatan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan
Bagian pelatihan pendidikan dipimpin oleh seorang direktur pendidikan.
Direktur pendidikan bertugas mencari peserta pelatihan dengan melakukan
promosi dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelatihan.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja PT. Parung Farm terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga
kerja tidak tetap. Perbedaan antara tenaga kerja ini yaitu dalam pemberian upah
(gaji) dan kehadiran. Tenaga kerja tetap dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja
tetap harian dan tenaga kerja bulanan. Untuk tenaga kerja tetap harian upah
diberikan setiap minggu dengan perhitungan kehadiran setiap harinya. Sedangkan,
untuk tenaga kerja bulanan dibayar setiap bulan dengan tidak memperhitungkan
kehadiran setiap harinya.
Tenaga kerja tetap harian adalah tenaga kerja yang mendukung proses
produksi seperti tenaga kerja untuk persemaian dan tenaga kerja yang bertugas
untuk penanaman. Sedangkan, tenaga kerja tetap bulanan terdiri dari pengurus
administrasi dan keuangan perusahaan, manager produksi sayuran, pemasaran,
pengelola kebun anggrek, mandor greenhouse, supir, dan petugas keamanan.
Tenaga kerja tidak tetap adalah tenaga kerja yang bekerja di bagian
pascapanen, membersihkan tanaman dari daun-daun yang patah dan daun yang
terserang hama, serta standarisasi sayur yang layak packing, penimbangan dan
pengepakan. Tenaga kerja tidak tetap digaji setiap hari dengan memperhitungkan
kehadiran. Disamping itu ada juga tenaga kerja borongan yaitu karyawan yang
bekerja secara borongan dengan waktu kerja jika ada panggilan pekerjaan. Tenaga
kerja borongan ini biasanya diperlukan untuk memperbaiki dan membersihkan
areal di sekitar greenhouse.
Penyemaian
Pembersihan &
Sortasi Bibit
Pembungkusan Bibit
Penanaman Bibit
Pemeliharaan
Pemanenan
Pencucian
Sortasi Sayur
Pengemasan Sayur
Pendistribusian
Pemasaran
Selesai
Penyemaian
Gambar 5. Rockwool
Pembungkusan Bibit
Penanaman Bibit
Pemeliharaan
Pemanenan
Persiapan Pascapanen
2. Waktu Panen
Waktu panen juga akan sangat mudah jika tanggal tanam atau umur
perkembangan tanaman sayuran telah diketahui. Namun demikian untuk beberapa
jenis sayuran, waktu panen dapat dilihat pada kondisi perkembangan organ
panenan tersebut. Tomat memiliki waktu panen berdasarkan perkembangan warna
sayur, sawi berdasarkan jumlah daun, dan kangkung berdasarkan panjang pucuk
dan kondisi daun.
4. Wadah Transportasi
Penempatan komoditi panenan pada wadah merupakan tindakan menghindari
sayur dari kerusakan fisik dan mekanik maupun menghindari kotoran. Oleh
karena itu, pemilihan jenis bahan wadah sebaiknya didasarkan pada sifat
permukaan komoditi bersangkutan. Permukaan wadah seharusnya bersih dan rata
untuk menghindari luka lecet atau gesekan. Pengumpulan atau penumpukan
komoditi panenan sudah pasti terjadi dan sering menyebabkan kemungkinan
kerusakan yang cukup besar. Biasanya panen dilakukan sekaligus terhadap
sayuran yang ada di lapang produksi. Penempatan pada wadah selama
pengumpulan hasil panen lainnya merupakan teknik yang baik digunakan untuk
mengurangi kerusakan. Oleh karena itu, penyediaan wadah yang cukup banyak
sangat diperlukan. Persentase kerusakan yang lebih tinggi terjadi pada komoditi
panenan yang dikumpulkan secara menumpuk di pinggir lapang produksi,
dibandingkan dengan komoditi panenan yang ditempatkan dalam wadah tanpa
membongkar muat kembali. Penempatan komoditi dalam wadah juga untuk
menghindarkan hasil panen dari kehilangan karena susut tercecer saat
pengangkutan.
Transportasi sudah pasti diperlukan terutama bagi lokasi lapang produksi yang
jauh dengan tempat penanganan selanjutnya. Seperti halnya pada komoditi sayur-
sayuran, terdapat beberapa hal yang dapat dan perlu dilakukan untuk menghindari
kerugian yang lebih besar pada aspek pengangkutan (transportasi). Hal-hal
tersebut antara lain menghindari menggunakan alat pengangkut yang terlalu jauh
antara tempat panenan ke tempat pengangkutan, pengawasan terhadap
penanganan yang kasar pada saat menaikkan dan menurunkan wadah komoditi
panenan, mengurangi kecepatan alat pengangkut untuk menghindari besarnya
goncangan, dan menjaga kebersihan permukaan wadah (Suhardi 1992).
5. Pengendalian Suhu
Komoditi panenan sayur yang dibiarkan terkena sinar matahari langsung dapat
menjadi panas hingga beberapa derajat di atas suhu yang aman bagi komoditi
sayur. Kenaikan suhu tersebut bergantung pada warna dan tekstur permukaan
sayur. Pengendalian suhu di lapang meliputi penanganan komoditi dari terpaan
sinar matahari langsung maupun pra-pendinginan (pendinginan awal). Sayur yang
telah berada dalam wadah sebaiknya juga tidak terkena langsung sinar matahari,
karena akan menyebabkan fenomena panas yang buruk di dalam wadah tersebut.
Sebaiknya panas dalam wadah yang telah berisi sayur diupayakan konstan atau
stabil.
Penanganan Pascapanen
1. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada
produk. Menurut Peleg (1985), pencucian ada dua macam yaitu pencucian basah
dan pencucian kering. Pencucian basah dilakukan dengan perendaman,
penghilangan kotoran, dan pestisida dengan air. Pencucian kering dilakukan
dengan cara membersihkan permukaan kulit komoditas dari kotoran tetapi tidak
dapat membersihkan residu bahan kimia dan kotoran yang tersembunyi.
2. Sorting
Setelah pencucian, proses selanjutnya adalah pemilahan. Pemilahan terhadap
sayur dilakukan untuk memisahkan sayur-sayur yang berbeda tingkat
kematangan, berbeda bentuk (mallformation), dan juga berbeda warna maupun
tanda-tanda lainnya yang merugikan (cacat) seperti luka, lecet, dan adanya infeksi
penyakit maupun luka akibat hama.
3. Sizing
Pengukuran sayur (sizing) dimaksudkan untuk memilah sayur berdasarkan
ukuran, berat atau dimensi terhadap sayur-sayur yang telah dipilih. Proses
pengukuran sayur dapat dilakukan secara manual maupun mekanik.
4. Grading
Pada tahap ini, sayur dipilah berdasarkan tingkatan kualitas pasar (grade).
Tingkatan kualitas yang dimaksud adalah kualitas yang telah ditetapkan sebagai
patokan penilaian ataupun ditetapkan sendiri oleh produsen. Pemilihan kualitas
sayuran dapat berdasarkan ukuran, bentuk, kondisi, dan tingkat kemasakan. Tahap
ini tentunya sangat penting bagi sayuran yang ditujukan untuk pasar segar. Namun
tahap ini tidak perlu dilakukan jika sayuran ditujukan untuk proses pengolahan.
6. Pre-Cooling
Pre-cooling adalah perlakuan pendahuluan untuk mengurangi panas lapang
pada komoditi pascapanen. Tujuan dari pre-cooling adalah mengurangi panas
lapang, menghambat respirasi, menghambat transpirasi, mempertahankan sayur
dari pelayuan dan pengkriputan, dan memudahkan perlakuan pendinginan.
7. Pengemasan
Pengemasan adalah pemberian wadah yang cocok kepada komoditi sehingga
terlindung dari kerusakan fisik, mekanis, kimiawi, fisiologis, dan biologis. Tujuan
dari pengemasan adalah melindungi dari kerusakan, melindungi dari kehilangan
air karena transpirasi, menghindarkan dari komoditi tercecer atau hilang,
mempermudah pengangkutan, mempermudah penyusunan baik dalam
pengangkutan atau penyimpanan, dan mempermudah penghitungan.
Keuntungan dari pengemasan adalah lebih efisien dalam pengangkutan atau
pemasaran, memungkinkan penggunaan teknologi pengemasan dengan modifikasi
atmosfer, bersih, rapi, dan memenuhi syarat kesehatan, pelayanan penjualan yang
lebih baik pada konsumen, mengurangi biaya pengangkutan, dan memungkinkan
cara pengangkutan baru. Adapun jenis bahan dan bentuk kemasan adalah sebagai
berikut.
A. Kemasan langsung (primer), langsung berhubungan dengan komoditi hasil
panen yang dikemas seperti karung, plastik film, kertas, daun.
B. Tidak langsung (sekunder), untuk melindungi hasil panen yang tidak
bersentuhan langsung, bertujuan untuk melindungi dari kerusakan fisik,
mekanik, mempermudah penyimpanan, dan distribusi. Contohnya adalah
peti kayu, peti plastik, peti karton, keranjang bambu.
8. Penyimpanan
Komoditi sayur yang dipasarkan harus masih dalam kondisi segar, sehingga
teknik penyimpanan merupakan suatu faktor yang kritis untuk dipertimbangkan.
Tujuan penyimpanan adalah menunggu untuk dipasarkan, mendapatkan harga jual
yang tinggi, persediaan konsumsi, keperluan benih, dan keadaan mendesak.
Menurut Tranggono dan Sutardi (1996), contoh jenis penyimpanan sayuran terdiri
dari :
1. Penyimpanan suhu dingin
Penyimpanan suhu dingin adalah untuk menentukan kapasitas suhu yang
meliputi panas jenis bahan yang disimpan, satuan kapasitas alat atau ton
refrigerasi, panas lapang atau panas sensibel, panas vital atau panas yang
dihasilkan pada saat buah dan sayur berespirasi, serta beban lainnya, seperti
transmisi gedung, pergantian udara, lampu, kipas, pekerja, dan forklift.
Kemudian ada faktor penting yang mempengaruhi bahan yang disimpan pada
suhu dingin yang meliputi mutu bahan seperti tingkat kematangan atau bebas
dari kerusakan, perlakuan pre-cooling, kelembaban nisbi atau RH, sirkulasi
udara, dan perkembangan kalor atau panas. Teknik penyimpanan suhu dingin
ada beberapa macam yaitu pendinginan ruang, pendinginan tekanan udara,
pendinginan menggunakan air, pendinginan vacum, dan pendinginan
menggunakan es batu.
4. Penyimpanan Hipobarik
Penyimpanan hipobarik adalah pengaturan tekanan di sekeliling produk
yang disimpan, dimana tekanan tersebut lebih rendah dari tekanan atmosfer
normal. Efek dari penyimpanan hipobarik adalah suplai oksigen untuk produksi
menurun dan mengakibatkan penurunan kecepatan respirasi serta mengalami
penurunan produksi etilen dan gas lain yang dihasilkan produk dikeluarkan
dengan menghampakan ruangan, akibat pematangan dan proses penuaan
terhambat.
Pemasaran
Kegiatan produksi sayuran komersial yang segar dan bermutu tinggi dengan
harga yang layak dan keuntungan yang memadai memerlukan penanganan yang
baik mulai dari perencanaan tanam hingga pemasarannya ke konsumen. Beberapa
jenis pasar yang digunakan untuk menyalurkan produk sayuran yaitu pasar umum,
pasar induk, pasar swalayan, pasar khusus (hotel, rumah sakit, restoran, industri,
usaha katering), pasar ekspor, dan koperasi (Rahardi 2001). Terdapat dua macam
sistem pembayaran yang umumnya dilakukan oleh supermarket, yaitu sebagai
berikut.
1. Pemasok
PT. Parung Farm dalam menjalankan operasi bisnisnya didukung oleh berbagai
macam pemasok yang menyediakan bahan baku untuk proses produksi sayuran
hidroponik. Adapun bahan baku yang dimaksud adalah benih, rockwool, batu
screening, dan pupuk. Semua bahan baku tersebut merupakan komponen esensial
yang sangat berpengaruh dalam proses produksi sayuran hidroponik. Oleh karena
itu, ketersedian bahan baku merupakan aspek penting bagi PT. Parung Farm
dalam menjalankan operasi bisnisnya. Dalam hal tersebut, PT. Parung Farm
menerapkan sistem investasi pada bahan baku, dimana pembelian bahan baku
dilakukan dalam jumlah besar dengan tujuan sebagai cadangan persediaan untuk
jangka panjang karena produk sayuran sangat dipengaruhi oleh iklim dan
terkadang iklim berlangsung secara tidak menentu.
Pemasok bahan baku menjadi aktor penting dalam keberlangsungan bisnis
sayur hidroponik PT. Parung Farm. Semua kebutuhan bahan baku untuk produksi
diperoleh dari pemasok. Oleh karena itu, hubungan kerja sama yang baik perlu
dilakukan secara kontinyu demi keberlangsungan bisnis pihak-pihak terkait.
Hubungan kerja sama yang dimaksud dapat berjalan secara terikat atau tidak
terikat. Salah satu contoh hubungan kerja sama terikat yaitu dengan pemberlakuan
sistem kontrak dengan pemasok. Sementara itu, kerja sama tidak terikat dilakukan
dengan pemesanan (order) secara langsung tanpa terikat kesepakatan tertentu
sebelumnya. Semua bahan baku yang dibutuhkan PT. Parung Farm dipesan secara
langsung kepada pemasok secara berkala, yakni setiap satu bulan sekali. Khusus
untuk batu screening, pemesanan dilakukan apabila persediaan sudah habis atau
rusak. Hal itu karena batu screening yang telah digunakan pada proses produksi
akan dibersihkan dan dicuci untuk kemudian digunakan kembali pada proses
produksi selanjutnya. Berbeda dengan benih, rockwool, dan pupuk yang pasti
akan selalu habis pakai setiap kali produksi dilakukan sehingga jumlah
persediaannya pun akan selalu berkurang.
Benih sayur hidroponik yang digunakan PT. Parung Farm diperoleh dari PT.
East West Seed Indonesia yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. Benih yang
digunakan mempunyai merk dagang Cap Panah Merah. Bahan baku rockwool
diperoleh dari PT. Nichias Rockwool Indonesia yang juga berlokasi di
Purwakarta, Jawa Barat. Bahan baku lain, seperti pupuk dan batu screening
diperoleh dari pemasok di sekitar wilayah Bogor. Pemasok pupuk yaitu PT. Amris
Andalas Putra yang berlokasi di Ciawi, Bogor, sedangkan pemasok batu screening
merupakan pedangang lokal di daerah Gunung Rumping, Kabupaten Bogor.
2. Perusahaan
Pemasok sebagai mata rantai pertama dihubungkan dengan manufacturer atau
assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat,
memfabrikasi, meng-asembling, merakit, mengkonversikan, atau menyelesaikan
barang (finishing). Setelah pasokan bahan baku diperoleh, PT. Parung Farm,
dalam hal ini bertindak sebagai perusahaan yang akan mengkonversikan bahan
baku menjadi produk sayur hidroponik. Semua unit yang terdapat pada PT.
Parung Farm berperan penting dalam keberhasilan proses produksi sayur
hidroponik. Alur proses produksi dimulai dari Unit Pemesanan yang menerima
pemesanan produk sayur hidroponik setiap harinya. Jumlah pemesanan yang
diperoleh nantinya akan dijadikan target pemanenan yang harus dipenuhi hari itu
juga. Informasi pemesanan yang diperoleh akan diteruskan kepada Unit Produksi.
Hasil panen kemudian diserahkan kepada Unit Pascapanen untuk diproses lebih
lanjut hingga menjadi produk akhir siap kemas dan siap jual. Produk kemudian
didistribusikan kepada distributor sesuai jumlah pemesanan. Adapun kelebihan
produk yang dihasilkan akan dijual sendiri oleh PT. Parung Farm melalui Unit
Penjualannya.
3. Distributor dan Konsumen
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat mulai disalurkan kepada
pelanggan. Pada umumnya penyaluran produk dilakukan melalui distributor dan
hal ini ditempuh oleh sebagian besar rantai pasokan. Produk yang dihasilkan
perusahaan akan disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang
besar dalam jumlah besar, dan akhirnya pedagang besar akan menyalurkan dalam
jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer. Pengecer akan
menawarkan produk secara langsung kepada konsumen yang membutuhkan.
Pihak yang termasuk pengecer antara lain toko, warung, toko serba ada, pasar
swalayan, toko koperasi, mall, clubstore, dan sebagainya dimana konsumen akhir
melakukan pembelian. Mata rantai pasokan baru benar-benar berhenti setelah
produk tiba di pemakai sebenarnya.
Dalam operasi bisnisnya, PT. Parung Farm memiliki distributor tertentu yang
dipercayakan untuk menyalurkan produk sayur hidroponiknya. Pada umumnya,
distributor yang dimaksud merupakan supermarket atau hypermarket yang
memiliki banyak cabang di kota-kota besar Indonesia. Distributor tersebut antara
lain, HERO, Carrefour, Giant, Matahari, dan Lottemart. Terdapat dua sistem kerja
sama yang diterapkan antara distributor dengan PT. Parung Farm, yaitu sistem
kontrak dan tidak. Adapun sistem kontrak yang dimaksud adalah distributor
memiliki jumlah pemesanan produk yang tetap setiap harinya dan harus dipenuhi
oleh PT. Parung Farm. Meskipun demikian pada praktiknya, karena produk yang
ditawarkan PT. Parung Farm merupakan produk sayuran yang produksinya sangat
dipengaruhi oleh iklim / cuaca, maka sistem kontrak tersebut bersifat tentatif.
Satu-satunya syarat khusus yang harus dipenuhi PT. Parung Farm, yaitu produk
yang dihasilkan harus alami bebas pestisida.
Pola aliran rantai pasok adalah pola yang terbentuk dari kegiatan bisnis
dalam rantai pasok, yaitu dimulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan,
pendistribusian, hingga pemakaian oleh konsumen akhir. Pola aliran rantai pasok
yang terbentuk untuk setiap produk berbeda-beda tergantung dari banyaknya
pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis serta jenis produk itu sendiri. Menurut
Pujawan (2005), terdapat tiga macam aliran rantai pasok yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream). Kedua adalah aliran informasi uang yang mengalir dari hilir ke
hulu atau sebaliknya. Ketiga adalah aliran informasi yang mengalir dari hulu ke
hilir ataupun sebaliknya. Model aliran rantai pasok sayuran hidroponik yang
melibatkan pemasok bahan baku, PT. Parung Farm, serta distributor dan
konsumen dapat dilihat pada Gambar 14 di bawah ini.
Distributor
(HERO, Giant,
Careefour, Lottemart)
Konsumen Akhir
Keterangan:
: Aliran Barang : Aliran Informasi
: Aliran Uang
Gambar 14. Model Aliran Rantai Pasok Sayuran Hidroponik
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA