Anda di halaman 1dari 15

Kem Chicks Menikmati Ragam Roti Eropa Sehat Favorit

Ekspatriat
by Post on 10/03/2012 in Recommended

Kehadiran Kem Chicks, supermarket yang


menyediakan pilihan beragam produk pangan impor di tengah masyarakat Jakarta,
tentunya tidak lepas dari nama besar Bob Sadino sebagai founder dan owner. Sejak
tahun 1970, Kem Chicks sudah dikenal sebagai supermarket yang menyediakan
beragam produk impor. Karena itu, pangsa pasar kami adalah para ekspatriat dan
kalangan menengah ke atas, ujar Arif Budiyono, Sales Manager Kem Chicks
Kemang.
Didukung dengan tekad untuk terus menjaga kualitas produk dan pelayanan prima,
tidak heran Kem Chicks sudah menjadi salah satu icon Kemang yang sukses. Di
samping menyediakan produk retail impor yang berkualitas, kami juga menyediakan
produk home made bakery yang dibuat fresh setiap harinya, jelas Arif. Menurut Arif,
produk bakery yang ditawarkan oleh Kem Chicks sudah menjadi favorit banyak
pelanggan yang menyukai berbagai macam jenis European bread.
Konsep Open Kitchen
Sebagai elemen yang sangat penting, bakery shop Kem Chicks hadir dengan
konsep open kitchen yang menarik. Kebersihan dapur terbuka di area bakery,
menjadi bukti keseriusan Kem Chicks dalam menjaga kualitas produk dan
pelayanannya. Jejeran display beragam jenis roti Eropa diatur agar memudahkan
para pelanggan dalam memilih roti favorit mulai dari Baguette, Kraftkorn, German
Bread, dan beragam tipe roti multi grain. Pastry showcase pun terlihat menarik
dengan banyaknya pilihan produk pastry yang beragam, seperti Carrot Cake, Red
Velvet Cake, beragam jenis Flan dan produk pastry favorit lainnya.
Terena Petrich, warga negara Switzerland (Swiss) yang tinggal di area Kemang
Raya, mengakui bahwa ia adalah customer setia Kem Chicks selama hampir 15

tahun menetap
di Jakarta. Ia berkata bahwa ia belum
menemukan roti Eropa selain di Kem Chicks Kemang, yang memiliki kualitas baik.
Sebagai warga Swiss, roti memang menjadi menu utama yang sangat penting bagi
Terena sehingga 3 kali dalam seminggu, ia pasti selalu kembali mengunjungi Kem
Chicks untuk membeli roti Eropa favoritnya, seperti Kraftkorn, Rye Bread dan Sour
Bread. Beragam varian roti Eropa yang ditawarkan Kem Chicks sesuai dengan
selera Terena karena memiliki citarasa dan tekstur khas roti Eropa yang otentik.
Roti yang mengandung Multi Grain dan Kacang-Kacangan
Roti Eropa bertipe multigrain, hadir dengan beragam varian rasa di bakery shop
Kem Chicks Kemang, seperti Sun Flower Bread yang terbuat dari campuran rye dan
sun flower seeds. Produk ini hadir lebih istimewa dengan warna serat roti yang lebih
gelap, tekstur agak lembut dan kulit roti yang crispy khas roti Eropa.

Varian roti lainnya, Multigrain Bread hadir dengan


citarasa yang lebih istimewa. Multigrain Bread dibuat dari campuran whole wheat,

oatmeal, cereal, flax seed, white sesame dan sun flower seed. Cita rasa dan aroma
rempah-rempah (spices), yang didapat dari penggunaan tepung multigrainnya
membuat roti ini menjadi lebih istimewa, jelas Chef Juhanda, Chef Baker Kem
Chicks. Jika menyukai campuran biji-bijian yang lebih banyak, tersedia Nine Grain
Bread yang terbuat dari 9 jenis biji-bijian dan kacang-kacangan seperti flax seed,
poppy seed, sun flower seed, pumpkin seed, oatmeal, sesame seed, walnut, pecan
dan pistachio.
Penggunaan kacang-kacangan pun tampak pada beberapa varian roti Kem Chicks.
Salah satu varian roti favorit di sini adalah Pistachio Bread yang menggunakan
campuran tepung pumpernickel (jenis gandum kasar), oatmeal, multi malt dan
kacang pistachio memberi rasa dan aroma khas gandum yang lebih kuat. Selain
dicampur ke dalam adonan roti, kacang pistachio juga digunakan sebagai taburan
pada permukaan roti.
Roti lain yang menjadi favorit adalah Pecan Bread dan Raisin and Walnut Bread
yang menggunakan campuran kacang-kacangan pada adonan rotinya. Pecan
Bread mengandung kadar grain lebih banyak, karena pemakaian tepung whole grain
dan oatmeal. Campuran kacang pecan ini merata di dalam serat rotinya sedangkan
Raisin and Walnut Bread menggunakan campuran multi malt, rye dan pumpernickel,
sehingga memberi aroma dan rasa gandum yang lebih kuat dengan warna tekstur
yang lebih gelap. Pemakaian raisins/kismis memberi sedikit rasa manis dan
cincangan walnut yang merata di serat roti memberi rasa gurih pada roti, jelas Chef
Juhanda.
Pemakaian bahan multigrain pada roti seringkali menjadi kendala dan menyebabkan
roti sulit untuk mengembang karena menghambat kerja gluten pada tepung terigu
putih. Rupanya, komposisi resep yang seimbang menjadi kunci agar roti jenis ini
tetap mampu mengembang dengan baik. Penggunaan multigrain tidak boleh terlalu
banyak. Jika komposisi resep tepat, maka roti tetap akan mengembang sempurna.
Dan untuk jenis roti yang memakai kacang-kacangan, sebaiknya memasukkan
kacang yang digunakan pada saat adonan roti hampir kalis, sekitar 80% setelah
proses pengadukan. Jika dimasukkan saat awal, tekstur kacang akan menjadi lebih

halus, sehingga tidak akan memberikan butiran-butiran kacang yang masih terlihat

dan merata di serat roti, jelas Chef Juhanda.


The Bittersweet Pecan Pie
Untuk produk pastry, Pastry Chef Siti Lulu mengkreasikan varian cake dan dessert
yang mendapat sambutan baik dari para customernya. Pecan Pie yang bercitarasa
manis-pahit karena pemakaian brown sugar, cokelat bubuk dan kopi pada filling pie
nya, ternyata merupakan favorit banyak customer ekspatriat. Varian cake lainnya,
yang menjadi favorit adalah Carrot Cake yang menggunakan kacang walnut
sebanyak 30% pada resep, memberikan rasa gurih dan tekstur tambahan pada serat
sponge carrot. Taburan kacang walnut juga memenuhi sisi cake, sehingga
menambah tekstur crunchy ketika digigit. Selain Pecan Pie dan Carrot Cake, Pastry
Shop kami juga memiliki varian Flan seperti Pear Flan yang menggunakan kacang
almond sebagai campuran filling flan, ungkap Chef Siti Lulu. Terakhir, French
Macaron yang juga menggunakan almond bubuk dalam resepnya, merupakan salah
satu best seller produk pastry di Kem Chicks Kemang.
Meskipun jumlah bakery yang menyediakan roti-roti khas Eropa di Jakarta tidak
terlalu banyak, namun ternyata pelanggan produk ini lebih setia. Dengan tingkat
konsumsi yang rutin, terutama bagi para kaum ekspatriat, ditambah dengan semakin
meningkatnya kesadaran akan pola hidup sehat, tampaknya tren roti sehat ala
Eropa ini akan terus berkembang di masa depan.
Sosok Bob Sadino tak hanya meninggalkan kesan mendalam terhadap keluarga, khususnya para
putrinya. Pengusaha yang baru saja tutup usia di umur 81 tahun ini juga meninggalkan warisan Toko
Kemchikcs bukan sekedar bisnis swalayan.
Siapa tak tahu toko kemchicks di Jakarta ini ! Semasa hidupnya Bob Sadino sangat memperhatikan
kualitas produk yang di jual kepada customer. Beliau mengutamakan produk-produk yang sehat yang
menjadi ciri khas dari swalayan ini.

Salah satunya ialah produk Baby Bar yang di jual di Kem Chicks Pacific Place. Hal ini menjadi
kebanggan tersendiri untuk Baby Bar karena untuk barang di jual di Kem Chicks tidaklah mudah
harus melalui qualities of high control about health, higenis, and tasty. Puji syukur Banyak moms
bersama kids hunting di rak Kem Chicks mencari produk Baby Bar yang menjadi the best seller.
Bagi bunda dan ayah berada di sekitar Jendral Sudirman atau Senanyan dapat kunjung segera kem
Chicks Pacific Place, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52 - 53 No.Lt. Lg, No.99, Kecamatan Kebayoran Baru,
Senayan, Jakarta Selatan. Dapat segera produk Baby Bar untuk asupan terbaik balita An
Kem Chicks Supermarket
Kem Chicks Supermarket, located in Pacific Place (mall) and Kemang (Jl. Kemang Raya No. 3-5),
provides an extensive range of imported products, like American cereals, Afghan nan (naan
bread), Hoegaarden (Belgian beer), Australian vegetables and European cheese. They also sell local
foodstuffs, like tropical fruits, Kopi Luwak and krupuk (crackers).
Prices of imported products are relatively high (everywhere in Jakarta) and local products are also
somewhat more expensive at Kem Chicks than at other supermarkets in Jakarta (like Carrefour and
Hypermart), but Kem Chicks is the place to go for expats who are looking for products from their
home country.

Pizza Dough Large 2pcs Rp 14.500


Pizza Dough Medium 2 pcs Rp 9.500
Pita Bread Large 3 pcs Rp 11.500
Pita Bread Small 3pcs 7.500
Afghan Bread (Nan) Plain Single Rp 12.500
Afghan Bread (Nan) Plain Double Rp 22.500
Afghan Bread (Nan) Cheese Rp 19.500

TRIO MENDONGKRAK KEMCHICKS

Di usianya yang melewati 74 tahun, Bambang Mustari Sadino masih berpenampilan seperti dulu.
Celana jins pendek kiwir-kiwir dan lengan kemeja digulung pendek adalah ciri khasnya. Rambut
dan kumisnya yang berwarna putih membuat penampilan pria yang kerap dipanggil Om Bob ini
kian nyentrik.
Sejauh ini Bob dikenal sebagai pengusaha agrobisnis; pemilik tunggal Kems Grup (KG),
perusahaan yang dibangunnya lebih dari 30 tahun silam. Di bawah KG, berdiri sejumlah anak
usaha yang mengelola bidang agrobisnis dari hulu ke hilir: PT Boga Caturrata (ritel), PT Kemang
Foods Industries (produksi pengolahan makanan) dan PT Kems Farm Indonesia (perkebunan).
PT Boga Caturrata sudah beranak-pinak, yang bergerak di luar jalur pertanian: PT Lambung
Andal (katering, restoran, kafe), PT Andal Citra Promotion (percetakan dan majalah) serta PT
Kemang Nusantara Travel (agen perjalanan).
Bob telah lama dikenal nyeleneh dan keluar dari pakem istilah kerennya, maverick. Contoh
mutakhir, dalam pertemuan dengan beberapa pengusaha usaha kecil-menengah di rumahnya, 6
Juni lalu, seorang pengusaha wanita menanyakan alih generasi GK kepada anak-anaknya.
Namun, apa jawaban Bob? Saya tidak perkenankan kedua putri saya duduk di
perusahaan. Jelas, jawaban ini tidak memuaskan. Jadi, rencananya akan
diwariskan kepada siapa? tanya ibu tadi penasaran. Saya tidak pakai
rencana, Bob menjawab seenaknya. Bagaimana kalau nanti Om sudah tidak
ada? ibu itu melanjutkan. Emangnya gua pikirin. Kalau saya sudah mati, mau
bubar atau maju bukan urusan saya lagi, ungkapnya blak-blakan yang disambut tawa
riuh tamu yang hadir.
Entah tulus ataupun tidak, jawaban yang bagi kebanyakan orang dianggap aneh itu justru logis
di mata Bob. Pendiriannya untuk tidak melibatkan anak atau saudara di perusahaan ini diambil
lantaran ia tidak ingin ada konflik kepentingan. Selain itu, ia pun tak ingin memaksakan
kehendak kepada anak. Anak-anak saya bebas menentukan pilihan, ujarnya
tandas. Lagi pula, Anak saya berpikir ngapain kerja sama Bapak? Mereka dilahirkan
sebagai anak orang kaya. Kalau saya, anak orang miskin, makanya saya bekerja.
Hal yang sama berlaku untuk Kemchicks yang kini dikelola PT Boga Caturrata. Selama puluhan
tahun sejak supermarket ini berdiri (pada 1969), Bob tak punya keinginan berekspansi. Padahal,
brand-nya kuat. Ketika pasar ritel modern makin berkembang di Jakarta, lelaki nyentrik ini juga
tidak ikut-ikutan berekspansi. Ia bertahan dengan satu gerai saja. Dalam satu artikel di sebuah
media beberapa tahun lalu, Kafi Kurnia pernah membahas strategi pemasaran Bob yang,
menurutnya, mengacu pada konsep pulang ke rumah. Kemchicks selalu ramai dan
terkenal di mana-mana. Walaupun demikian, Bob Sadino tidak pernah tergiur untuk membuka
cabang di manapun, tulis Kafi. Dan seperti dituturkan Bob dalam tulisan itu, Kemchicks
didesain sebagai rumah belanja. Rumah itu biasanya cuma ada satu. Kalau banyak,
nanti jadi vila dan apartemen, demikian alasannya. Karena hanya ada satu, Kemchicks
menjadi unik, beda dan selalu istimewa.

Di luar alasan tersebut, Bob mengaku senang dengan sikapnya yang easy going. Menurutnya,
sikap ini melahirkan ketegaran dalam menghadapi berbagai hambatan, serta membuatnya
senantiasa melihat ke depan. Sikap easy going ditambah ingin tampil beda inilah yang
membuatnya keukeuh pada pendirian bahwa gerai Kemchicks cukup satu saja. Kalau
satu saja, kenapa? ujarnya kepada SWA. Terkesan aneh, memang, mengingat sebagian
besar pengusaha cenderung berekspansi selagi ada kesempatan.
Diakuinya, banyak orang bertanya, Om, kenapa Kemchicks hanya satu?
Itu bukan karena saya arogan, katanya seraya menjelaskan,
Menerjemahkan cukup itu gimana sih? Cukup itu buat saya ketika bisa mendapatkan
sepiring nasi setelah tidak makan selama beberapa hari. Itu merupakan sukses saya yang
terbesar. Jadi, kalau hanya dengan satu Kemchicks saya sudah merasa cukup, kenapa harus
dua?
Bob memaparkan, selama ini orang hanya melihat bisnisnya dari sisi Kemchicks yang selama
bertahun-tahun tak pernah bertambah gerainya. Namun, ia menandaskan, ia tidak hanya
memiliki Kemchicks. Di belakangnya ada Kems Farm yang mempekerjakan ribuan orang. Itu
belum termasuk pemasok yang menyuplai produknya ke Kemchicks. Tampilannya
memang satu. Tapi di belakangnya melibatkan banyak orang. Ribuan petani di Jawa Tengah dan
Jawa Timur saya libatkan, tuturnya menjelaskan. Kemchicks yang menjual lebih dari 18
ribu item memang didominasi produk makanan dan pertanian yang dihasilkan sendiri.
Bob boleh bersikukuh dengan prinsip there is only one Kemchicks . Namun,
roda zaman berputar, dan Bob jelas tak kuasa menahan putarannya. Terbukti, tidak jauh dari
Kemchicks, telah menggeliat supermarket sejenis (menyasar ekspatriat), Ranch Market.
Dibanding Kemchicks, Ranch Market bisa dikatakan berkembang lebih cepat. Sejak berdiri pada
1998 (29 tahun setelah Kemchicks), Ranch Market telah memiliki empat cabang di Jakarta:
Pondok Indah, Mampang, Dharmawangsa Square dan Kebon Jeruk.
Yang menarik, situasi ini tampaknya membuat Bob tak lagi merasa cukup dengan satu
Kemchicks. Terlebih, seperti diakuinya, selama dua tahun terakhir pendapatan Kemchicks
cenderung datar. Kecuali Sabtu dan Minggu, jumlah pengunjung pada hari-hari biasa berkurang.
Bob mengungkapkan, jumlah pengunjung gerai Kemchicks sekarang rata-rata sekitar 2.500
orang/hari. Bandingkan dengan Ranch Market. Menurut Erna Esti Utama, Manajer Pemasaran &
Public Relations Ranch Market (PT Supra Boga Lestari), rata-rata total pertumbuhan penjualan
dari semua gerainya sebesar 30%-40% per tahun. Sebagai contoh, jumlah pengunjung Ranch
Market Kebon Jeruk pada hari biasa (Senin-Jumat) sekitar 300 orang/hari dan mencapai 500
orang pada akhir pekan. Sementara gerai Pondok Indah sekitar 600 orang/hari dan 1.000 orang
di akhir pekan.
Menyiasati dinamika yang berkembang, Bob mengambil kebijakan yang mematahkan pakemnya
selama ini. Ia menggandeng Suzy Dharmawan putri ikon peritel Indonesia, Hari Dharmawan

untuk menjadi mitra mengembangkan gerai Kemchicks. Tepatnya, mendirikan Kemchicks di


Pacific Place Sudirman, Jakarta (depan Gedung Bursa Efek Jakarta). Saya memilih
keluarga Hari Dharmawan karena sevisi dan semisi dalam membangun jaringan ritel lokal yang
berpikir global, kata Bob. Adapun bentuk kerja samanya, Suzy yang menyediakan lahan
(ruang) untuk gerai-gerai Kemchicks, sedangkan Bob yang menyediakan sistem pengelolaan
toko, standar kualitas dan suplai produk.
Atas nama perusahaan milik Suzy, Kemchicks menjadi anchor tenant Pacific Place dengan luas
ruangan yang disewa sekitar 2.500 m2 1.000 m2 menjadi area selling dan sisanya untuk
service park. Urusan menyewa tempat di Pacific Place, dijelaskan Bob, sepenuhnya wewenang
Suzy. Tim manajemen KG, khususnya Kemchicks, bertugas men-set up produk dan sistem
operasional supermarket seperti yang diterapkan selama ini di Kemchicks Kemang.
Hubungan kami lebih bersifat joint venture, tutur Bob. Berapa besar
kepemilikannya?
Hm, yang pasti Kems Food masih menjadi pemilik Kemchicks, ungkapnya.
100%? Ah, tidak bisa saya katakan karena komitmen kami dengan Ibu Suzy,
katanya. Yang pasti, hubungan kami sama-sama menang. Brand dan sistem manajemen
operasional dari kami, termasuk standar rekrutmen SDM, katanya lagi. Apakah ini
berarti Kemchicks mulai diwaralabakan?
Bob menggeleng. Menurutnya, kerja samanya dengan Suzy dan suaminya (Hutomo) bukan
dalam bentuk waralaba. Kemchicks tidak akan diwaralabakan sampai kapan pun karena
tidak akan ada kontrol dalam hal kualitas layanan dan produk. Kems Food Group tetap menjadi
pemilik Kemchicks, ungkapnya pasti. Dan pengusaha gaek ini pun hanya tertawa ketika
ditanyakan apakah lay-out gerai Kemchicks di Kemang dan di Pacific Place akan mirip dengan
gerai Ranch Market di Pondok Indah. Rahasia, ujar lelaki kelahiran Lampung, 9
Maret 1933 ini. Akankah mirip Sogo Foodhall? Rahasia! Nanti kamu bisa lihat deh,
katanya, enggan menjelaskan.
Yang jelas, lanjutnya, dasar menjalin kerja sama dengan Suzy-Hutomo semata-mata bisnis. Bob
mengungkapkan, selama ini bukannya tidak ada orang yang melobinya untuk bekerja sama.
Lalu, apa kelebihan Suzy dan Hutomo? Bob tertarik bekerja sama dengan pasangan ini lantaran
di matanya, Suzy dan Hutomo adalah pebisnis muda yang gigih. Awalnya, dia (Hutomo)
tidak berniat bekerja sama dengan saya. Dia mau bantu Om. Ternyata kami punya kepribadian
dan selera yang sama, tuturnya tentang Hutomo.
Di luar itu, ia juga melihat sosok Hutomo sebagai orang muda yang punya visi. Tak
mengherankan, ia berani mempertaruhkan nama Kemchicks bersama Suzy-Hutomo.
Pak Hutomo itu orang hebat, katanya seraya mengacungkan jempol. Yang tak
kalah penting, Kami sudah punya chemistry work, ujarnya. Kebetulan pula,
keluarga Dharmawan dikenal sebagai pelaku bisnis ritel yang disegani di Tanah Air.

Khususnya karena kami sama-sama orang Indonesia yang mengembangkan bisnis ritel
lokal dari nol dan berharap terus eksis, ujar Bob optmistis. Sayang, Suzy dan Hutomo
tak bisa dikonfirmasi mengenai kolaborasi ini.
Yang pasti, karyawan Kemchicks Pacific Place akan banyak direkrut dari sekolah perhotelan.
Mengapa? Ada jasa gourmet dan kitchen yang memungkinkan tamu meminta bantuan koki
Kemchicks memasakkan makanan yang diinginkan. Hasil belanjaan di Kemchicks pun bisa
dibawa pulang atau dimakan di tempat yang sengaja di-set up seperti resto.
Mencermati gerakan ini, maka muncul pertanyaan: berubahkah Bob?
Kehadiran Kemchicks Pacific Place, menurut Bob, bukan karena dirinya merasa dikepung
pesaing. Kini, dikatakannya, jumlah ekspat yang menetap di Indonesia, khususnya di Jakarta
Selatan, makin banyak. Artinya, bisa ditafsirkan bahwa ia bergerak karena sasaran juga terus
bertambah banyak.
Well, suka ataupun tidak, terlihat dari luar, Bob memang terlihat telah keluar dari pakem bahwa
Kemchicks hanyalah satu. Apakah ia telah berubah karena persaingan seiring dengan dinamika
pasar, faktanya, penambahan gerai di Pacific Place juga akan diikuti perombakan gerai
Kemchicks di Kemang Raya, baik interior maupun eksteriornya. Kelengkapan barang pun
diperbaiki, khususnya yang sangat dibutuhkan ekspat yang tidak dijual di supermarket biasa.
Barang-barang tersebut secara khusus diimpor dari beberapa negara. Ya, sudah
saatnya Kemchicks Kemang berdandan cantik kembali, ungkap Bob yang menolak
menyebutkan nilai investasi proses refurbishment gerai di Kemang ini.
Perkara berdandan ini memang penting karena bisa membuat pelanggan yang loyal tetap
datang. M. Radhi A. Razak, pelanggan yang dijumpai ketika sedang berbelanja di Kemchicks,
mengatakan, ia berbelanja sini karena dekat dengan rumahnya di kawasan Prapanca. Razak
yang bekerja di Kedutaan Besar Malaysia untuk Indonesia ini sering berbelanja di Kemchicks
karena kental dengan suasana Asia. Banyak produk impor Asia yang biasa saya temui
dan kenal di supermarket di Kuala Lumpur, Malaysia, tutur pria asal negeri jiran ini. Di
supermarket lain, masih kata Razak, produk impor yang dijual kebanyakan untuk orang-orang
Eropa.
Menggunakan kacamata manajemen, langkah Bob me-leverage Kemchicks lewat ekspansi
merupakan hal yang wajar, terlebih seperti diakuinya di atas, selama dua tahun terakhir
pendapatan Kemchicks cenderung datar. Di atas kertas, amat berbahaya membiarkan
Kemchicks sendirian dalam kepungan pesaing. Melebarkan sayap tentunya berpotensi meraih
pelanggan lebih banyak. Namun, bagaimana dengan prospek gerai di Pacific Place? Tepatkah
membuat kebijakan ini?

Pengamat ritel dari Aprindo, Sugianto Wibawa, menuturkan, Di Kawasan Bisnis Pusat Sudirman
(SCBD), Kemchikcs akan berhadapan dengan Grand Lucky yang mengambil alih Clubstore.
Kebetulan, pemilik Grand Lucky adalah pemilik toko Lucky di Jl. Hayam Wuruk, Jakarta,
spesialis berjualan barang-barang impor dan buah. Toko Lucky ini kental dengan suasana
oriental (Chinese). Grand Lucky pun akan menjual barang impor seperti yang ditawarkan toko
Lucky. Baik Grand Lucky maupun toko Lucky menyasar kalangan ekspat. Produk yang
ditawarkan adalah produk yang biasa dikonsumsi orang-orang asing, seperti susu dalam
kemasan besar, keju dan buah-buahan yang jarang tumbuh di Indonesia. Dalam pengamatan
Sugianto, kehadiran Grand Lucky bisa dianggap sebagai pesaing baru Kemchicks yang juga
menyasar kaum ekspat.
Sugianto menilai, Kemchicks dulu dan sekarang sangat berbeda. Sebelum 1995,
Kemchicks ramai pengunjungnya. Sekarang tidak seramai dulu lagi. Jujur saja, saat ini Ranch
Market lebih kelihatan geregetnya, tuturnya mengomentari. Dilihat dari jumlah gerainya
pun, Ranch Market lebih banyak. Jumlah gerai Ranch Market di kawasan Jakarta Selatan yang
tidak jauh dari gerai Kemchicks di Kemang, ada tiga: di Mampang, Dharmawangsa Square dan
Pondok Indah. Mau tak mau keberadaan Kemchicks terjepit di antara Ranch Market Mampang
dan Pondok Indah.
Sejauh ini Sugianto melihat Kemchicks kental dengan suasana Western, Japanese dan Korean.
Pertanyaannya, bagaimana konsep yang akan diterapkan di Pacific Place? Kalau
konsep yang dipilih hanya meng-copy paste dari Kemchicks Kemang, saya pikir mengapa harus
membuka gerai di sebuah mal? Kenapa tidak buka gerai sendiri saja? ujarnya balik
bertanya.
Menurutnya, pengunjung mal adalah orang yang datang tanpa tujuan berbelanja kebutuhan
rumah tangga, tetapi jalan-jalan (windows shoping). Jika komunitas yang disasar Kemchicks
Pacific Place kelak sama dengan komunitas Kemchicks Kemang, Sugianto meragukan
keberhasilannya. Pasalnya, Apa iya orang bule mau berbelanja di gerai yang bergabung
dengan mal? ungkapnya ragu. Asal tahu saja, ekspat yang datang ke Kemchicks atau
Ranch Market benar-benar bertujuan berbelanja kebutuhan rumah tangga. Datang, berbelanja,
lalu pulang. Kebetulan, Kemchicks Kemang berada dalam komunitas ekspat yang demikian.
Bila Kemchicks membuka gerainya secara independen alias tidak bergabung dalam mal, atau
sekalipun buka gerai di mal tetapi yang sudah terbukti keramaian pengunjungnya, seperti Citos,
Sugianto akan melihatnya berbeda. Saya cenderung mengatakan kesuksesan
Kemchicks di mal sangat tergantung pada tingkat keramaian mal. Kalau malnya sepi, akan
susah bagi peritel yang bersangkutan. Berapa lama peritel mampu membayar sewa terusmenerus sementara penjualannya sepi? tuturnya sanksi. Dengan demikian, ia
menandaskan, berhasil-tidaknya Kemchicks di Pacific Place sangat tergantung pada konsep
malnya.

Seandainya Pacific Place tetap bertahan sebagai mal A+, adakah jaminan dengan membuka
gerai Guci, Bally, atau Louis Vutton bakal mendatangkan pengunjung yang lebih banyak?
Menurut Sugianto, seseorang yang datang membeli produk mahal bukanlah orang yang
membeli barang secara impuls. Pembeli produk mahal akan berbelanja di gerai karena memang
sudah diniatkan dari rumah. Lagi pula, belum tentu dalam sebulan ia berkali-kali berbelanja di
gerai-gerai mahal.
Sekalipun logis, analisis di atas hanya di atas kertas. Masa depan Kemchicks akan bergantung
pada strategi Bob dan duet Suzy-Hutomo menyisati hal-hal tersebut. Tantangan mereka adalah
bagaimana membuat Kemchicks tetap unik, beda dan selalu istimewa , seperti
dikatakan Bob.
Persoalannya, sang pesaing tak tinggal diam. Ranch Market juga ingin terus melakukan
diferensiasi. Contohnya, menggelar pameran produk makanan dan minuman dari Italia dan
Australia. Pameran ini akan menarik minat para komunitas Italia di Jakarta: yang bekerja di
kedutaan, lembaga-lembaga Italia, sekolah, dan sebagainya. Selain itu, Ritel ini juga cukup
tematik. Ranch Market Kebon Jeruk, umpamanya, kental dengan produk oriental atau Chinese.
Sementara Ranch Market di Jakarta Selatan, yang mengepung Kemchicks, lebih didominasi
western product.

Bob Sadino Wariskan Bisnis Toko


Swalayan Kem Chicks ke Putrinya
Dana Aditiasari - detikfinance
Selasa, 20/01/2015 16:34 WIB

Jakarta -Sosok Bob Sadino tak hanya meninggalkan kesan mendalam terhadap keluarga, khususnya
para putrinya. Pengusaha yang baru saja tutup usia di umur 81 tahun ini juga meninggalkan warisan
bisnis.
Selama ini Bob Sadino terkenal dengan bisnis gerai toko swalayan segar Kem Chicks, di bawah
bendera PT Boga Caturrata. Selain itu, ada PT Kems Farm Indonesia, yang bergerak di bisnis ekspor
sayur dan buah-buahan.

Bob juga punya usaha di bidang properti, yaitu salah satu pemegang saham perusahaan pengelola
apartemen mewah, The Mansion di Kemang, Jakarta Selatan. Ia berkerja sama dengan pengembang
properti Grup Agung Sedayu.
Salah satu putri Bob Sadino, Mira Sadino mengakui akan meneruskan bisnis ayahnya termasuk
gerai-gerai Kem Chicks. Mira mengaku tak merasa terbebani melanjutkan bisnis sang ayah.
"Dari dulu saya tinggal di lingkungan rumah, cuma kan saya belum diberi kesempatan seperti yang
bapak berikan. Pasti akan meneruskan. Insya Allah mempertahankan," kata Mira usai pemakaman
sang ayah di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Selasa (20/1/2015).
Mira mengungkapkan kenangannya terhadap sang ayah sebagai pribadi yang bersedia meluangkan
waktu kepada siapa pun dan tak pelit berbagi. Termasuk soal ilmu kewirausahaan.
Selain itu, Bob di mata Mira juga sebagai sosok yang blak-blakan kepada siapa pun termasuk kepada
anaknya. Sikap ini juga diterapkan saat mendidik dirinya.
"Kalau dimarahi sampai nangis pernah, beliau memang blak-blakan. Memandang anak-anaknya
sendiri sama seperti siapa pun, kalau memang perlu dimarahi ya dimarahi," katanya.
Di tempat yang sama, Santi Sadino yang merupakan adik Mira juga menyampaikan kesan-kesannya.
Ia mengaku bangga punya ayah Bob Sadino yang sifatnya blak-blakan.
"Ya itu memang dia, tapi justru itu lah menarik dia, yang membuat dia legend mungkin nggak semua
orang bisa (dikata-katai) digoblok-goblokin," katanya.

WORD OF MOUTH : START FROM


YOUR UNHAPPY CUSTOMERS
MAY 5, 2009 BUDIWIYONO LEAVE A COMMENT

Sering menemukan konsumen yang kecewa dan kemudian secara


CEREWET cerita dan komplain kemana-mana? Perusahaan atau tim
marketing Anda menghindari UNHAPPY CUSTOMERS seperti ini? Bukankah
mereka justru merupakan agen word of mouth yang paling
menguntungkan? kenapa?
1.

mereka adalah orang yang sudah TERBUKTI CEREWET. itu berarti bisa
ngomongin kita kemana-mana

2.

mereka adalah orang yang terbukti SENANG NGOMONG dan NGOBROL.

Dengan kata lain, unhappy customers are your most PROFITABLE


TALKERS! mari kita belajar dari Pak Bob Sadino dan Telur Busuk. Kayak
dongeng aja yang judulnya. Tapi ini memang kejadian nyata. Bob Sadino
punya cara yang unik dalam menciptakan WOM di toko miliknya, Kem
Chicks. Pada awal berdirinya, Bob Sadino mencari cara agar tokonya bisa
ramai dikunjungi orang tapi dengan cara promosi yang tidak mahal.
Caranya? Dia malah sengaja membuat pelanggannya menjadi tidak puas
agar bisa memperlancar terciptanya WOM. Aneh kan? Awalnya, penjualan
telur yang dijual di tokonya belum memuaskan. Padahal Oom Bob itu kan
punya peternakan ayam dan telur sendiri, sehingga bisa memastikan
kesegaran dari produk-produknya. Pak Bob pun memasang pengumuman
bahwa telur yang dijualnya 100% fresh. Tapi lucunya, suatu hari Pak Bob
malah sengaja menaruh sebuah telur busuk diantara telur yang dia
rencanakan akan dibeli oleh seorang ibu ekspatriat yang sangat cerewet.
Karena merasa kecele sama iklannya Pak Bob, besoknya si Ibu datang
kembali dan marah-marah pada pak Bob, karena telur yang dibelinya
busuk. Pak Bob pun menepati janjinya untuk menggaransi barang yang
dijualnya. Telur tersebut langsung ditukar. Yang juga gila, 1 telur busuk itu
tidak ditukar dengan 1 kilogram telur (sesuai dengan janji), tapi
ditukarnya dengan 2 kilogram telur. Seneng dong si Ibu. Pengalaman itu
akhirnya diceritakan si ibu ekspatriat ini kemana-mana. Dia selalu bilang.
Enak beli telur di pak Bob. dijamin, busuk satu ditukar satu kilo.
Akibatnya dalam tempo yang sangat cepat telur yang dijual Pak Bob
menjadi terkenal, dan akhirnya telur yang dijualnya pun menjadi laku
keras. Dari cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa pelanggan yang tidak
puas pun dapat menjadi pemasar yang handal melalui WOM.
WOM juga bisa memiliki pengaruh yang sangat besar dalam jangka waktu
yang cepat. Dapat dibayangkan apabila Bob Sadino tidak melakukan hal
tersebut, mungkin Bob Sadino dan telur-telur tidak akan sepopuler saat
ini. Malah, jadinya banyak yang penasaran dating ke Kem Chicks pengen
menemukan telur busuk.
Kalau cerita Bob Sadino hanya beredar dari mulut ke mulut, kasus yang
satu ini sempat masuk ke media massa. Ini adalah cerita tentang seorang
wajib pajak yang kecewa dengan pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Tangerang di Tengerang Timur. Karena merasa kecewa dengan

pelayanan di KPP Tengerang di Tengerang Timur, seorang wajib pajak


menulis surat pembaca disebuah surat kabar. Ia mengeluhkan buruknya
pelayanan di KPP tersebut. Awalnya ia akan mengurus administrasi yang
berhubungan NPWP-nya, tapi disana ia malah dikecewakan. Memang
orang ini sedang tidak beruntung. Gimana nggak, wong pas dia datang,
sedang terjadi gangguan jaringan komputer. Jadi pengurusan kartu gak
bisa dilakukan saat itu juga. Tapi, dia kaget abis, karena petugas bilang
kalau butuh waktu hingga 2 minggu untuk memperbaiki jaringan
komputer tersebut. Dia merasa sangat kecewa karena telah membuang
banyak waktunya pada hal yang percuma, dia lalu mencoba untuk
menelpon Kring Pajak. Keesokan harinya, dia dihubungi oleh staf KPP
Tangerang dan menjelaskan prihal offline nya jaringan di kantornya. Staf
tersebut langsung memeberikan solusi dengan menyelesaikan
pengurusan administrasi, sampai mengantarkannya ke rumah orang
tersebut. Orang tersebut sangat puas dengan pelayanan tersebut. Bahkan
dia pun sampai menulis surat terimakasihnya melalui surat pembaca, dan
menceritakan pengalamannya kepada orang lain.
Proses WOM marketing sebenarnya dapat membantu kantor pelayanan
pajak yang sedang mengalami proses perubahan. Melalui pemberian
proses pelayanan yang baik dan membuat orang-orang yang sebelumnya
kecewa menjadi puas terhadap pelayanan kantor pajak, akan membuat
WOM Marketing yang kuat, sehingga dapat berdampak kepada masyarakt
luas, bahkan untuk menyadarkan mereka . Apa kata dunia apabila Ditjen
Pajak selalu mengajak masyarakat untuk membayar pajak tanpa
memberikan pelayanan yang baik bagi para pelanggannya?
Wah, kayanya sudah mulai banyak lho bisnis yang memahami bagaimana
cara menangani pelanggan tidak puas ya? Saya yakin 100% bahwa
penanganan seperti itu sama sekali tidak merugikan bisnis. Justru akan
mendatangkan bisnis baru.
Kasus berikut ini dialami langsung oleh teman saya. Suatu hari teman
saya pernah berkunjung di restoran Platinum di Ciwalk, Bandung. Pada
saat dia sedang menikmati makanannya tiba-tiba seorang pelayan secara
tidak sengaja menumpahkan makanan yang penuh dengan bumbu dan
saus di cardigannya. Jadi kotor deh tuh cardigan. Spontan, teman saya
menjadi sangat marah dan kecewa, walaupun si pelayan sudah meminta
maaf. Atas inisiatif manajer Platinum, cardigan teman saya langsung

dikirim ke laundry oleh pelayannya. Sambil menunggu cardigan tersebut


selesai dibersihkan, manajer mempersilahkan teman saya untuk
menikmati makanan yang telah dipesan. Lalu tidak lama setelah
menikmati makanan, cardigan pun sudah kembali bersih. Saat teman
saya mau membayar, manajer Platinum langsung mengatakan bahwa
pesanan tersebut tidak perlu dibayar sebagai permohonan maaf atas
perilaku yang mengecewakan tadi. Hal tersebut membuat teman saya
menjadi terharu sekaligus sangat senang, padahal awalnya teman saya
kecewa dengan kesalahan dari pelayan Platinum. Teman saya pun
menceritakan pengalamannya kepada teman-temanya, dan sampai saat
ini pun dia selalu merekomendasikan restoran tersebut kepada temanteman dekatnya.
Dari cerita tersebut dapat kita simpulkan bahwa pada proses WOM
marketing tidak selalu diawali dengan kepuasan pelanggan. Proses
recovery untuk membuat pelanggan yang kecewa menjadi pelanggan
yang puas sangat penting untuk membuat proses WOM menjadi semakin
kuat. Tapi, kalau pelanggan yang kecewa tidak ditangani dengan baik,
siap-siaplah menuai akibatnya. pelanggan yang kecewa dan komplain?
mereka sudah teruji tingkat KECEREWETANNYA. jadi mereka adalah GOOD
TALKER, beranikah Anda mengubahnya menjadi PROFITABLE TALKER?
Source: Sumardy Ma
You can expect a different scene today. Wine bars are aplenty; almost all notable 5-star hotel has
its own wine collection in its restaurant. Reputable supermarkets such as Kem Chicks (now there
are 2 in the city; Kemang and Pacific Place) has quite good variety, not to forget the wine shop
and restaurant; Socialhouse at Harvey Nichols, Grand
Indonesiahttp://www.ismaya.com/socialhouse/ Local supermarket chain such as Hero and
FoodHall also stock a limited number of wine (but this is not for serious wine affocionados).
But still, as wine is also an imported goods, price are somewhat more expensive than you would
find overseas.
In Kem Chicks, a general wine starts from Rp170,000 per bottle. In the bar, it's from Rp70,000
per glass and from Rp300,000 per bottle. All are house wine.
Different place has different selection, so you gotta check them out by yourselves. But the
SocialHouse offer quite varied from French, Chilean, Australian, and Californian

Anda mungkin juga menyukai