Anda di halaman 1dari 51

KEWIRAUSAHAAN

JUM’AT 08.00 – 09.40


KELAS - A
10 JUNI 2022

Disampaikan Oleh :
Ir. FAUZI BULDAN, MT
Ir. HERALYADI, MT

JURUSAN TEKNIK SIPIL


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
MODAL USAHA
Menghitung modal usaha bisa saja menjadi pekerjaan yang tidak
mudah karena diperlukan pengetahuan mengenai akuntansi dan
keuangan, Oleh karena itu, menguasai akuntansi dasar merupakan
sebuah keharusan.

Modal menjadi salah satu aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam
suatu jalannya usaha, tanpa adanya modal, dalam bentuk apapun
suatu usaha tidak akan bisa beroperasi, itulah peran penting modal.

Pengertian Modal Usaha


Modal usaha adalah sesuatu yang digunakan untuk menjalankan
usaha, di mana dapat berupa materi (uang) dan tenaga.
Selain itu, modal uang dapat digunakan untuk pembiayaan keperluan
usaha, seperti pembelian barang, pengurusan ijin, atau pembelian
aset.
Sedangkan modal tenaga adalah skill seseorang dalam mengelola
usaha.
Pengertian Modal Usaha Menurut Para Ahli
Dalam mengartikan modal usaha, beberapa ahli memiliki pendekatan
yang berbeda dalam menetukan definisi terkait masalah tersebut.
Berikut beberapa pengertian modal usaha menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut Andrew Mayo
Modal usaha adalah uang dan aset yang dimiliki oleh pebisnis yang
bisa digunakan untukmenawarkan barang dan jas, dan
memasarkannya ke konsumen.
2. Menurut Eugene F. Brigham
Modal usaha adalah uang yang dibutuhkan untuk menghasilkan
barang dan jasa dalam bisang bisnis.
3. Menurut S. Munawir
Modal usaha adalah aser yang dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok orang yang ingin berbisnis. Aset keuangan itu bisa
berbentuk uang tunai, cek, uang non tunia, atau pinjaman dari
investor.
Jenis-jenis Modal Usaha
Modal usaha secara umum dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Capital Expenses
Modal yang digunakan untuk pengadaan fixed asset, seperti pembelian
peralatan usaha, pengadaan kendaraan, dan perlengkapan kantor.
Intinya adalah penggunaan barang dengan masa pakai yang lama.

2. Operasional Expenses
Modal yang digunakan untuk operasional usaha, seperti biaya listrik,
biaya telepon, gaji karyawan, sewa tempat dll.
Operational expenses ini bersifat berkala sehingga anda perlu membuat
anggaran biaya dalam satu periode tertentu untuk kebutuhan yang
sama.
Selain dua jenis atau kelompok modal di atas, yang tidak kalah pentingnya
adalah modal usaha yang digunakan untuk stok.
Besarnya modal yang dibutuhkan untuk stok dibuat berdasarkan target
omset dalam satu bulan dan jumlah perputaran stok yang diperlukan untuk
mencapai omzet dalam satu bulan.
Cara Mendapatkan Modal Usaha
cara mendapatkan modal usaha :

1. Tabungan pribadi
Modal usaha bisa didapatkan dari modal pribadi. Cara ini biasanya
dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki priviles kekayaan orang tua.
Biasanya mereka yang masih bekerja di bawah perusahaan orang lain,
mengumpulkan gaji untuk modal usaha di kemudian hari.

2. Pinjaman ke keluarga atau teman


Keluarga dan teman mungkin memiliki kepercayaan tinggi pada Anda,
sehingga mereka bisa dipertimbangkan sebagai pihak peminjam modal
usaha.

3. Jual aset
Jika Anda ingin memulai bisnis namun tidak memiliki modal, maka
menjual aset bisa dipertimbangkan. Pastikan aset yang dijual memang
tidak begitu menunjang kegiatan Anda ketika berbisnis nanti.
Contoh aset yang bisa dijual seperti perhiasan, pakaian dan sepatu
mewah, gim, jam tangan, dan lain sebagainya.
4. Gadai aset
Aset yang Anda miliki bisa digadaikan ke Pegadaian agar mendapatkan dana
pinjaman.

5. Mencari rekan bisnis


Rekan bisnis bisa memberikan tambahan modal usaha, selain mendapatkan
modal tambahan untuk bisnis, Anda juga mendapatkan tenaga ekstra, karena
rekan bisnis akan memulai dari nol bersama Anda untuk membangun
perusahaan.

6. Modal usaha dari konsumen


Ada saja orang yang berhasil berbisnis tanpa modal, mereka ada dropshipper
atau reseller. Tugasnya mempromosikan barang dan menjual barang tanpa
harus menyimpan stok barang.
Setelah mendapatkan keuntungan, para dropshipper dan reseller bisa membeli
stok dan mulai membesarkan bisnis.
Selain itu, modal dari konsumen juga berlaku untuk sistem pembelian pre-order,
biasanya konsumen membayar terlebih dahulu, kemudian Anda membuatkan
produk yang ditawarkan.
Biasanya sistem PO berlaku untuk barang custom seperti pakaian, sepatu, tas,
dan lain-lain.
7. Ikut program UMKM
Banyak program UMKM yang dibuat baik oleh negara maupun swasta, Anda bisa
mengikutii program mereka untuk mendapatkan modal usaha tambahan.

8. Pinjaman online
Tidak dianjurkan karena berisiko tinggi, tetapi jika Anda yakin bisa mengatasi
risikonya, maka pinjol bisa dijadikan opsi untuk mendapatkan modal dalam
waktu cepat tanpa ribet.

9. Kredit Tanpa Agunan (KTA)


Salah satu program modal usaha yang biasanya dimiliki oleh bank. Namun, buat
Anda yang ingin mencari modal usaha, di usahakan opsi ini menjadikan sebagai
opsi terakhir.
Kenapa demikian?
Peminjaman modal melalui skema KTA memang tergolong mudah dan cepat
dibanding kredit biasa. Namun, KTA umumnya memberikan bunga yang lebih
tinggi dibanding jenis kredit lainnya.
Sehingga, jika perencanaan dan perhitungan Anda kurang cermat, skema KTA
ini bisa saja malah merugikan bisnis Anda.
Cara Menghitung Modal Usaha
Menghitung modal usaha terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu modal
investasi, modal kerja, dam modal operasional bulanan.

Dan berikut penjelasan mengenai ketiga jenis perhitungan modal


usaha tersebut.
1. Modal Pengadaan Barang Asset (Modal Investasi)
Modal ini dikeluarkan untuk jangka panjang misalnya sewa gedung
dan membeli alat produksi.
Ciri-ciri aset adalah pemakaiannya lama, namun perlu dihitung
penyusutan dalam kurun waktu tertentu.
Contoh, jika Anda berbisnis di bidang makanan ringan, maka
beberapa aset adalah oven, mixer, kulkas, dan alat-alat lain.
Jika semua aset tersebut bernilai total Rp20 juta, maka subtotal
asset adalah Rp20 juta.
2. Modal Barang Dagangan (Modal Kerja)
Modal ini adalah barang-barang yang diolah setiap hari untuk
membuat produk. Contohnya tepung terigu, susu, minyak,
cokelat, mentega, dan lain-lain, jika Anda berbisnis makanan
ringan.
Contoh: Bahan terigu 10 kilogram Rp50 ribu, susu 10 liter
Rp100 ribu, total modal Rp150 ribu. Subtotal aset Rp150
ribu.

3. Modal Operasional Bulanan (Biaya SDM + Akomodasi)


Modal operasional berkaitan dengan proses jalannya
perusahaan mencakup pembayaran gaji karyawan hingga
pembayaran listrik.
Contoh: Gaji karyawan per hari Rp30 ribu, listrik per hari
Rp30 ribu, subtotal asset Rp60 ribu.
Rumus Menghitung Modal Usaha
Terdapat empat rumus yang bisa Anda gunakan untuk menentukan modal
awal usaha, yaitu:

1. Modal Awal = Modal Akhir – (Laba + Prive)


Modal akhir adalah jumlah keseluruhan dana dalam bisnis. Dana ini
diperoleh dari modal awal ditambah laba rugi, kemudian dikurangi prive.
Laba adalah keuntungan bersih yang didapat, sementara prive adalah
penarikan dana untuk kepentingan pribadi.

2. Modal Awal = Modal Capital Expenses + Modal


Operational Expenses
Capital expenses adalah modal yang dipakai untuk mendukung operasional
bisnis, contohnya mesin yang digunakan dalam waktu lama.
Sementara, operational expense adalah modal untuk kepentingan operasional
perusahaan seperti gaji karyawan, sewa kantor, listrik, telepon, pantry, dan
sebagainya.
Dengan mengurangi dua kebutuhan itu, Anda bisa menghitung berapa modal
awal yang dikeluarkan.
3. Modal Awal = Modal Investasi + Modal Kerja +
Modal Operasional
Modal investasi adalah uang yang dikeluarkan untuk membeli peralatan
pendukung perusahaan dengan harga tinggi namun berusia panjang,
misalnya mesin fotocopy, komputer, telepon, dan lain-lain.
Modal kerja adalah uang yang digunakan untuk membeli bahan baku
produksi. Modal operasional adalah uang yang dikeluarkan untuk
menunjang kegiatan bisnis.

4. Modal Awal = Modal Akhir – Seluruh Pendapatan +


Seluruh Beban + Pajak + Prive
Terakhir, untuk menghitung modal, Anda bisa mengombinasikan lima
unsur secara keseluruhan, seperti di atas.
Cara ini tentunya melibatkan lebih banyak variabel dan butuh
perhitungan yang lebih kompleks dibandingkan dengan perhitungan
modal lainnya.
Contoh Perhitungan dan Rincian Modal Usaha
Dalam menghitung modal usaha, Anda bisa membuat perkiraan modal stok
berdasarkan asumsi penjualan per bulan.
Misalnya: Anda mempunyai usaha toko sembako dengan target omset Rp20 juta per
bulan. Dalam satu bulan jumlah perputaran modal stok sebanyak 3 kali.
Jadi, dalam 1 bulan, setiap 10 hari sekali anda harus membeli barang untuk stok.
Maka kalkulasi modal stok yang anda gunakan adalah :
 Modal stok Rp. 20.000.000 x (1 -30%) / 2 = Rp7.000.000
Ketika anda dalam tahap baru membuka usaha, anda harus menyediakan anggaran
cadangan untuk alokasi operational expenses minimal untuk 3 bulan pertama, jika
memungkinkan untuk 6 sampai 12 bulan ke depan.
Mengapa harus ada dana cadangan?
Biasanya di awal sebuah usaha baru berdiri, profit yang diraih belum sesuai dengan
terget yang ditetapkan.
Dana cadangan inilah yang akan mendukung berjalannya usaha anda pada 3 bulan
kedepan atau di tahun pertama dibukanya usaha anda.
Dibawah ini contoh kalkulasi capital expenses dan operational expenses yang
nantinya menjadi total modal bisnis yang harus disiapkan:
Misalnya anda seorang pengusaha clothing yang menjual kaos dagangan melalui
online.
Capital Expenses

 Membuat website toko online: Rp2.000.000


 1 unit komputer: Rp3.000.000
 1 unit modem: Rp350.000
 1 unit ponsel: Rp1.000.000
 Modal stock kaos: Rp7.000.000
Total Capital expenses: Rp11.350.000

Operational Expenses
 Sewa kantor dan gudang per bulan: Rp1.500.000
 Gaji 3 orang karyawan @ Rp. 1.000.000: Rp3.000.000
 Biaya listrik: Rp300.000
 Biaya internet: Rp400.000
 Biaya pulsa: Rp250.000
Total Operational Expenses: Rp. 5.450.000
Jika anda harus memiliki dana cadangan untuk 3
bulan pertama, maka total operational expenses
dikalikan 3 bulan, Rp5.450.000 x 3 = Rp16.350.000.
Jadi total modal usaha yang harus anda keluarkan
untuk usaha clothing online adalah:

 Modal usaha = Capital Expenses + Operational


Expenses
 Modal usaha = Rp11.350.000 + Rp16.350.000
 Modal usaha = Rp27.700.000
Perbedaan Modal Kerja dan Modal Usaha
Modal kerja memiliki beberapa definisi. Dan berikut pengertian modal kerja
menurut para ahli:
Menurut Kasmir, modal kerja atau working capital adalah dana yang
digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
Sementara menurut Gitman, working capital atau modal kerja adalah harta
yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk lain dalam sebuah kegiatan
bisnis.
Perubahan bentuk ini berupa perubahan nilai jual seiring dilakukannya
kegiatan berbisnis.
Sedangkan, modal usaha adalah uang yang diguanakan untuk bergadang.
Dalam artian lain, modal adalah uang yang digunakan untuk menambah
kekayaan.
Melihat pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja dan
modal usaha memiliki perbedaan dalam fungsi yang lebih dalam.
Modal kerja benar-benar digunakan untuk operasional perusahaan,
sementara modal usaha diputar demi menambah kekayaan.
Akibat Kekurangan Modal Usaha
Terdapat sejumlah dampak buruk yang akan diterima oleh perusahaan ketika
mengalami kekurangan modal usaha, di antaranya:

1. Berpotensi gagal
Salah satu hal yang membuat bisnis gagal adalah kurangnya modal usaha, apalagi
jika skala bisnis masih kecil atau setara UMKM.
Setengah dari semua pengusaha menyebut bahwa kekurangan modal adalah
penyebab dari gagalnya bisnis.
Tak heran, sebab modal berperan penting dalam menjaga berjalannya operasional
perusahaan. Mulai dari membayar gaji karyawan, membayar biaya sewa, dan biaya
lain yang dibutuhkan.

2. Tingginya Arus Keluar Masuk Karyawan


Kekurangan modal usaha menjadi alasan mengapa karyawan mudah keluar masuk.
Mengapa?
Karena kurangnya modal ikut berpengaruh pada minimnya gaji karyawan.
Tingginya arus keluar masuk karyawan juga lambat laun akan berpengaruh pada
kemajuan perusahaan, pasalnya, adaptasi akan terus-menerus dilakukan sementara
pekerjaan menumpuk.
Kelebihan dan Kelemahan Melakukan Pinjaman
Modal Usaha ke Bank
Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan pinjaman modal usaha.

Salah satu yang dianggap cukup efektif adalah pinjaman


modal dari bank.

Mengapa demikian?
Pinjaman bank mudah diajukan, namun mendapatkan
pencairan dana dari bank tidak semudah bagaimana Anda
menemukan marketing bank.
Tentu ada kelebihan dan kekurangan di balik melakukan
pinjaman modal usaha ke bank, berikut ulasannya :
Kelebihan Pinjam Modal Usaha di Bank:
 Pencairan dana cepat, apalagi jika berkas-berkas yang dibutuhkan
lengkap dan mendapatkan persetujuan pihak bank.
 Persayaratan pinjaman modal dari bank jelas, biasanya berupa identitas
diri lengkap dengan jaminan pembayaran utang, bisa berupa surat-surat
berharga seperti akta tanah dan BPKB sepeda motor.
 Tahu kapan waktunya membayar cicilan atau melunasi tagihan pinjaman
dana.

Kelemahan Pinjam Modal Usaha di Bank:


 Jika Anda tidak bisa melunasi utang, utang akan semakin banyak karena
berbunga. Sementara bank akan semakin untuk karena uang yang
masuk ke mereka terus bertambah seiring berjalannya waktu.
 Bank bisa menyita aset yang telah Anda jadikan jaminan pinjaman bank,
misalnya tanah, rumah, atau kendaraan, tanpa ampun.
 Bank akan ikut menyita aset milik perusahaan, bisnis, atau mitra yang
ikut mendandatangi kontrak kredit dengan si peminjam saat melakukan
pengajuan pinjaman.
MENGHITUNG HARGA POKOK PENJUALAN
(HPP) UNTUK BISNIS KULINER
Istilah HPP sendiri sangat sering dipakai dalam pembahasan bisnis,
akuntansi, dan ekonomi. Namun orang yang tidak berkecimpung di
dalam bidang tersebut mungkin asing dengan istilah ini.
Seperti yang telah disebutkan, HPP adalah kependekan dari Harga
Pokok Penjualan. HPP juga dikenal dengan istilah Cost of Good
Sold (COGS) dalam bahasa Inggris.
Definisinya yaitu keseluruhan modal atau biaya yang dibutuhkan oleh
pebisnis atau perusahaan untuk mendapatkan produk dan produk
tersebut nantinya akan dipasarkan kepada konsumen.
HPP ini sama sekali berbeda dengan harga jual, Anda harus memahami
hal ini sejak awal. Pengertian harga jual sendiri merupakan harga yang
harus dibayar oleh konsumen kepada pebisnis atau perusahaan untuk
mendapatkan sebuah produk. Sudah paham perbedaannya, kan?
Dalam bisnis kuliner, HPP berhubungan erat dengan food cost. Food
cost sendiri berperan sebagai acuan terpenting dalam menentukan
harga jual makanan agar pengusaha mendapatkan keuntungan.
Cara Menghitung HPP dan Food Cost
Perhitungan food cost atau HPP di dalam bisnis kuliner
terbagi menjadi dua tahap, yaitu perhitungan ideal dan
aktual.
1. Food Cost Ideal
Perhitungan food cost ideal selalu dilakukan di awal
untuk dijadikan sebagai pedoman di perhitungan
selanjutnya, yaitu food cost aktual. Idealnya, food
cost untuk makanan ada di angka 20 sampai 35%.
Untuk menghitung nilai ideal sudah ada rumus
bakunya, yaitu modal dibagi dengan harga jual,
kemudian dikali 100%. Jika ditulis dalam bentuk
rumus menjadi:
(Modal/harga jual) x 100%
Agar Anda lebih mudah memahaminya, dibawah ini contoh
perhitungan food cost pada usaha makanan seblak. Satu
porsi seblak membutuhkan rincian modal seperti berikut:
1. Kerupuk : Rp 500
2. Makroni : Rp 750
3. Mi keriting : Rp 250
4. Sosis : Rp 750
5. Bakso : Rp 1.000
6. Siomay : Rp 1.000
7. Telur ayam : Rp 2.000
8. Bumbu-bumbu : Rp 1.000
9. Gas untuk memasak: Rp 750
TOTAL : Rp. 8.000
Dari detail di atas, dapat dihitung bahwa total modal
untuk satu porsi seblak adalah Rp 8.000. Selanjutnya,
tentukan harga jual yang diinginkan untuk satu porsi
seblak. Misalnya Rp 27.000. Setelah itu, Anda baru bisa
menghitung berapa persentase food cost idealnya.
Gunakan rumus yang sudah disebutkan di atas, berikut
perhitungannya.
Food cost = (Modal/harga jual)x100%
Food cost = (Rp 8.000/Rp 27.000)x100%
Food cost= 29,6%
Dari perhitungan di atas didapatkan angka ideal di
29,6%. Angka tersebut sudah cukup aman dan sesuai
dengan standar food cost bisnis makanan.
2. Food Cost Aktual
Untuk mengetahui apakah food cost ideal tadi seusai dengan kenyataan atau
tidak, maka digunakanlah perhitungan food cost aktual. Nah, untuk menghitung
nilai dari food cost aktual, Anda harus menghitung nilai HPP-nya terlebih dahulu.
Artinya, Anda harus memiliki data persediaan di awal, pembelian yang dilakukan
untuk persediaan, serta persediaan di akhir setelah dilakukan stock barang.
Setelah mengetahui nilai HPP, selanjutnya Anda dapat menghitung food
cost aktual. Berikutnya bisa dibandingkan antara food cost ideal dengan aktual.

3. Menghitung HPP
Contohnya, warung seblak memiliki persediaan atau stok awal sebanyak 25 porsi.
Total modal yang dikeluarkan untuk persediaan awal ini adalah 25 x Rp 8.000 =
Rp 200.000. (Stok awal)
Sementara untuk 7 hari ke depan, warung membeli bahan baku untuk 200 porsi.
Perhitungannya menjadi 200 x Rp 8.000 = Rp 1.600.000. (Pembelian stok)
Setelah dilakukan perhitungan sebelum penjualan atau stock opname, ternyata
ada 5 porsi untuk persediaan akhir seblak. Nilainya adalah 5 x Rp 8.000 = 40.000.
(Stok akhir)
Sekarang saatnya untuk menghitung HPP menggunakan rumus berikut:
HPP = stok awal + pembelian stok + stok akhir
HPP = Rp 200.000 + Rp 1.600.000 + Rp 40.000 = Rp 1.760.000
4. Menghitung Food Cost Aktual
Karena nilai HPP sudah didapatkan, sekarang Anda sudah bisa menghitung food
cost aktual. Sebagai contoh, jumlah seblak yang terjual adalah 210 porsi dengan
harga jual Rp 27.000 per porsi. Jadi pendapatannya adalah 210 x Rp 27.000 = Rp
5.670.000.
Food cost aktual memiliki rumus berikut:
Food cost aktual = (HPP/ total nilai yang terjual) x 100%
Food cost aktual = (Rp 1.760.000/Rp 5.670.000) x 100% = 31%
Nilai food cost aktual memang umumnya lebih besar dibandingkan food cost ideal.
Hal ini terjadi karena dalam setiap proses pembuatan makanan sudah pasti ada
bahan yang terbuang. Faktornya banyak, misalnya bahan baku rusak, busuk, dan
lain sebagainya.
Jika selisihnya tidak terlalu besar, hal tersebut tidak terlalu menjadi soal. Anda
perlu waspada jika nilainya lebih besar, misalnya mencapai 20%. Jika hal ini
terjadi, artinya ada pemborosan selama proses pembuatan makanan. Lakukan
evaluasi dan perbaikan agar hal tersebut tak terjadi lagi.
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa cara menghitung HPP dan food
cost tidaklah rumit. Sekarang Anda sudah bisa mengaplikasikan perhitungan tadi
di bisnis kuliner Anda. Selamat mencoba!
CARA MENGHITUNG HARGA JUAL
MAKANAN
Cara menentukan harga jual makanan merupakan salah satu tips
kesuksesan dalam menjalankan bisnis kuliner. Menjual makanan
memang terlihat mudah. Tapi, bagaimana cara menentukan dan
menghitung keuntungannya ya?
Dalam menentukan harga jual, tidak ada metode yang benar-benar
tepat untuk menentukan harga makanan. Perlunya melakukan riset
pasar untuk melakukan perbandingan harga yang kompetitif serta target
konsumen.
Dalam menentukan harga dari bisnis food and beverage dengan menghitung
persentase modal makanan saat pembelian bahan baku.
Sebisa mungkin modal yang dikeluarkan tidak melebihi dari 50 persen harga jual
yang ditentukan. Selain itu, jika kamu ingin berbisnis kuliner, perhatikan dan
pertimbangkan hal berikut ini.
1. Tentukan target pasar atau jenis konsumen yang Anda incar. Misalnya lokasi dekat
kampus dan targetnya mahasiswa. Sesuaikan dengan harga rata-rata ayam bakar
milik pesaing dijual dengan harga Rp 15.000, kamu tidak bisa menjual produk
yang sama dengan harga lebih mahal.
2. Kenali titik harga pesaing. Contohnya jika pesaing menjual Rp 10.000 jangan ragu
untuk mempromosikan makanan dengan harga Rp 9.000. Pastikan kamu harus
punya menu lain untuk meng-cover agar tak "bakar uang".
3. Berikan value lebih pada bisnis kamu. Misalnya tempat yang menarik, nyaman,
dan instagramable daripada pesaing. Sehingga pembeli tidak akan keberatan
untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi.
4. Temukan harga bahan baku yang lebih murah seperti membeli di distributor
tangan pertama.
Mengutip isi buku Sukses Bisnis Online: Panduan Membangun Toko Online
Profesional, Anton Ramdan (2014: 22), cara menentukan harga jual suatu produk
sendiri tentu tidak boleh dilakukan sembarangan dan butuh analisa yang matang.
Sebab produk tersebut tentu tidak boleh dijual dengan harga yang terlalu rendah
ataupun terlalu tinggi.
4 Cara Menentukan Harga Jual Makanan
Setelah mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan harga
jual, selanjutnya para pebisnis kuliner pemula juga perlu memahami cara
menentukan harga jual dengan menggunakan 4 metode yang terdiri dari Margin
Pricing, Mark-Up Pricing, Bundling, dan MSRP.
1. Margin Pricing
Margin Pricing merupakan cara menentukan harga jual dengan memperkirakan
terlebih dulu harga jual yang diinginkan, untuk mengetahui apakah margin
keuntungannya sesuai atau tidak. Perkiraan itu sendiri bisa didasarkan kepada
harga produk serupa dari perusahaan kompetitor. Dengan cara perhitungan ini,
maka pebisnis dapat menentukan apakah harga produk yang dijualnya terlalu
murah atau terlalu mahal.
2. Mark-Up Pricing
Dengan perhitungan mark-up pricing, maka pebisnis dapat langsung menghitung
seberapa banyak modal yang dikeluarkan dan seberapa besar profit yang
diinginkan dalam penjualan produk tersebut. Cara menentukan Mark-Up Pricing
ini sendiri umumnya lebih banyak digunakan dalam jenis bisnis reseller,
dropshipper ataupun jastip, yakni dengan menambah jumlah modal dan
keuntungan yang diinginkan (mark-up).
3. Bundling
Bundling banyak juga dikenal sebagai metode keystone, yakni cara menjual
produk dengan jumlah dua kali lipat. Meski menghasilkan keuntungan lebih
sedikit, namun metode satu ini tentu bisa menjual produk lebih banyak.
4. MSRP
MSRP atau Manufactured Retail Price adalah harga yang direkomendasikan oleh
produsen. Kamu dapat menetapkan harga tertentu untuk suatu makanan, jadi
para penjual tangan kedua dapat memasang harga yang tidak terlalu jauh. Hal ini
bertujuan agar menyetabilkan harga pasar, tidak adanya perang antar penjual
satu dengan lainnya.
Adapun rumus Margin Pricing tersebut ialah sebagai berikut:
Margin = (harga jual) – (harga modal) : harga jual
Contoh:
Anda akan menjual kopi kekinian dengan harga Rp32.000 per gelas. Sedangkan,
modal yang kamu keluarkan adalah Rp15.000 per gelas. Sehingga, perhitungannya
adalah:
(32.000-15.000)/32.000 = 0,53 atau 53 Persen.
Hasil keuntungan yang kamu peroleh dari satu cup es kopi sebesar 53 persen. Jika
angka tersebut terlalu besar atau terlalu kecil, Anda bisa menaikkan harga jualnya.
Tetapi patokan harga jual yang biasa dipakai maksimal profit 50 persen dari harga.
Berikut rumus perhitungan Mark up Pricing:
Harga jual = (modal) + (mark-up profit)
Rumus Bundling:
Harga jual = Modal x 2

Metode Bundling sendiri umumnya banyak kita


temui di pusat perbelanjaan. Misalnya saja saat kita
menjual 1 donat seharga Rp 50.000/lusin, maka
dengan metode bundling tersebut kita bisa menjual
donat seharga Rp 90.000/2 lusin. Harga jual produk
dengan cara tersebut tentu dapat menarik perhatian
konsumen karena mereka merasa lebih diuntungkan
dengan potongan 10 ribu.
CARA MENGHITUNG BREAK EVEN POINT
( BEP ) MAKANAN
BEP adalah singkatan dari Break Even Point, yaitu sebagai titik dimana biaya
atau modal produksi dari suatu usaha seimbang dengan tingkat pendapatan
atas hasil penjualan, minimal, impas atau bisa balik modal, kalau bisa, lebih
atau mendapatkan laba dari penjualan dimana ini tentu sangat penting bagi
keberlangsungan usaha.

Dalam BEP, ada tiga komponen :


1. Fixed Cost,
2. Variable Cost,
3. Harga satu unit produk.

Fixed Cost biasa disebut dengan biaya tetap atau biaya yang tidak akan
terpengaruh oleh bertambah maupun berkurangnya unit yang diproduksi.
Misalnya, biaya sewa lahan, depresiasi alat produksi, gaji pegawai, perawatan,
dan lain sebagainya.

Variable Cost mengacu pada rincian biaya yang dipengaruhi oleh unit
produksi, semakin banyak unit yang dibuat, semakin tinggi variable cost-nya
dan berlaku juga sebaliknya. Contoh, variable cost; harga bahan baku, biaya
pengemasan, biaya pengiriman, biaya listrik, dan lain sebagainya.

Harga satu unit produk merupakan harga yang ditetapkan jika satu produk
terjual.
Menghitung BEP
Penghitungan BEP bisa dilakukan dengan menggunakan rumus
yang sudah menjadi standar dan memang sejak lama
digunakan. Dengan rumus tersebut bisa diketahui beberapa hal
seperti berapa unit yang harus diproduksi agar mencapai BEP,
berapa rupiah total penjualannya untuk mencapai BEP, dan
seterusnya
Cara menghitung BEP usaha makanan adalah sebagai berikut:
BEP (unit produksi) = fixed cost / (harga jual satu unit –
variable cost)
BEP (rupiah) = fixed cost / (1 – variable cost/harga jual per
unit produk)
Jumlah Unit = Target penjualan (dalam rupiah) / (harga
satu unit produk – biaya variabel) + total unit menurut
penghitungan BEP
Soal:
Abi membuka usaha makanan keripik kentang impor premium,
dan dalam membangun usahanya, dia harus menyewa ruko untuk
tempat berjualan sebulan, Abi harus mengeluarkan biaya sebesar
Rp5.000 untuk biaya sewa.
Selain biaya sewa, ada biaya lain yang harus ditanggung oleh Abi
seperti biaya untuk menggaji satu pegawai tokonya, misalnya gaji
pegawai toko milik Abi adalah Rp1.500.000. dan tak hanya biaya
tersebut, Abi juga butuh biaya pembelian bahan baku, untuk
membeli kemasan, stiker, dan yang sejenis.
Abi mengeluarkan biaya sebesar Rp250.000 setiap satu bungkus
keripik kentang dimana harga keripik kentang tersebut adalah
Rp500.000.
Hitunglah BEP unit, BEP total penjualan, dan berapa unit yang
harus dijual jika target penjualan dalam sebulan adalah Rp
10.000.000.
JAWAB :

Fixed cost: Rp 2.500.000

Variable cost: Rp250.000

Harga keripik kentang satu bungkus:Rp500.000

Target penjualan: Rp 100.000.000

BEP (unit) = fixed cost / (harga satu produk – variable cost)

= Rp2.500.000 / (Rp500.000 – Rp250.000)

= Rp2.500.000 / Rp250.000 = 10 unit

Menurut perhitungan BEP usaha kuliner yang dimiliki Abi, ia harus memproduksi
sepuluh bungkus keripik kentang impor premium sebanyak 10 unit untuk mencapai
titik impas atau BEP.

BEP (rupiah) = fixed cost / (1 – variable cost/harga satu produk)

= Rp2.500.000 / (1 – Rp250.000/500.000)

= Rp2.500.000 / (1 – 0,5)

= Rp2.500.000 / 0,5 = 5.000.000


Untuk mencapai titik impas, maka Abi harus mendapatkan total
penjualan sebesar Rp5.000.000.
Jumlah Unit = Target penjualan (dalam rupiah) / (harga satu unit
produk – biaya variabel) + total unit menurut penghitungan BEP
= Rp100.000.000 / (Rp500.000 – Rp250.000) + 10
= Rp100.000.000 / Rp 250.000 + 10
= 400 + 10
= 410 unit
Untuk mencapai target penjualan tersebut, maka Abi harus
melakukan penjualan sampai 410 unit keripik kentang impor
premium.
CARA MENGHITUNG LABA USAHA
Laba atau yang bahasa awamnya disebut sebagai keuntungan merupakan hasil dari
total penjualan yang sudah dikurangi dengan macam-macam biaya produksi atau
operasional usaha.

Laba bukanlah semua uang yang masuk ke kas perusahaan dari hasil berjualan,
tetapi masih harus mengakumulasikan dengan macam-macam biaya pengeluaran
yang Anda gunakan untuk menciptakan barang/jasa yang Anda jual.
Laba terdiri dari 3 jenis :
1. Laba kotor atau keuntungan pertama
2. Laba bersih atau keuntungan asli Anda
3. Laba bersih yang sudah dikurangi pajak

Pendapatan, yaitu Total Penghasilan yang Anda dapatkan dari hasil wirausaha.
Cara menghitungnya yaitu perlu mengalikan jumlah barang yang laku terjual dengan
harga barang tersebut.
Contohnya, Anda menjual 500 buah buku tulis seharga Rp 10.000,- untuk setiap
satuannya dan buku tulis yang laku sebanyak 350 buah.
Maka Pendapatan Anda sebesar Rp 3.500.000,-. bahwa ini baru pendapatan usaha,
belum laba!
Untuk mendapatkan laba, Anda harus mengurangi total pendapatan tersebut dengan
beban usaha.
Namun, banyak orang tidak mengetahui apa itu beban usaha, bahkan tidak memahami
dasar-dasar mengenai beban usaha sama sekali. Inilah salah satu kesalahan fatal yang
membuat manajemen pembukuan cash flow menjadi tidak rapi.
2 jenis biaya beban usaha :
1. Biaya tetap atau biaya produksi
Contohnya adalah gaji karyawan, biaya sewa gedung, dan lain sebagainya yang tidak
dipengaruhi seberapa banyak barang yang Anda produksi.
Contohnya, dengan usaha menjual buku tulis, Anda harus menggaji seorang karyawan
toko sebesar Rp 600.000,- perbulan dan membayar sewa toko sebesar Rp 150.000,-
perbulan. Biaya Total Rp. 750.000,-
2. Biaya overhead
Contohnya adalah biaya tenaga kerja tambahan, biaya perbaikan mesin produksi, biaya
iklan dan lain sebagainya.
Contohnya, setelah berjualan selama beberapa tahun toko Anda menjadi sepi pembeli.
Maka pada saat itu, Anda harus membayar sewa pamflet untuk sebulan saja seharga Rp
1.000.000,-.
Pengeluaran ini tidak terjadi setiap bulan atau bersifat accidental dan dipengaruhi oleh
jumlah produksi (karena semakin sepi toko Anda, maka semakin lama Anda memasang
iklan pamflet, misalnya).
Namun perlu dipahami bahwa terdapat dua kondisi yang umum
terjadi dalam penentuan beban overhead:

• Bila iklan Anda dipasang setiap bulan atau Anda memang


menyediakan jasa pengiriman barang dan biayanya terjadi
secara konstan, maka bisa digolongkan sebagai biaya
produksi, sehingga bukan beban overhead.
• Bila produk Anda mengalami kecacatan dan pembeli ingin
uang kembali atau refund, maka masukan kerugian tersebut
dalam biaya overhead yang juga perlu Anda akumulasikan
untuk menemukan laba bersih.
Setelah memahami mengenai pendapatan dan kedua macam
biaya beban produksi, maka selanjutnya kita bisa mulai
mengenal rumus dan cara menghitung laba yang sederhana,
mulai dari laba kotor ke laba bersih.
LABA KOTOR
Laba kotor bisa dihitung dengan selisih dari pendapatan Anda dengan beban
biaya produksi tetap atau biaya yang dikeluarkan setiap bulan secara
konstan.

Laba kotor = pendapatan – biaya produksi tetap


= (Rp 3.500.000,-) – (Rp 750.000,-)
= Rp 2.750.000,-
Maka laba kotor dari hasil usaha Anda adalah Rp 2.750.000,-.

LABA KOTOR
Laba bersih = pendapatan – biaya produksi tetap – biaya overhead
= (Rp 3.500.000,-) – (Rp 750.000,-) – (Rp 1.150.000,-)
= Rp 1.600.000,-

Maka laba bersih dari hasil usaha Anda adalah Rp 1.600.000,-.


Jika usaha Anda mulai terkenal, maka Anda harus menyiapkan diri pula untuk
memotong penghasilan Anda dengan biaya pajak.
Contoh : Usaha Kue Donat.
Membuka usaha kue dona anda sudah memasuki bulan ketiga dan selalu
memproduksi donat di rumah sendiri dengan alat-alat yang sudah cukup mumpuni
sehingga tidak perlu menyewa alat masak donat atau dapur kecil.
Namun untuk menjaga kualitas donat Anda yang semakin laris, Anda menyewa
warung untuk menjajakan donat Anda sebesar Rp 200.000,- perbulan.
Karena usaha donat Anda semakin laris, maka Anda berinisiatif memperbanyak
produksi, bila dua bulan sebelumnya Anda hanya menghabiskan Rp 300.000,- untuk
berjualan 100 donat, bulan ini Anda menghabiskan Rp 600.000,- untuk berjualan
200 donat dan membeli tambahan token listrik warung menjadi sebesar Rp
100.000,- karena pembeli donat Anda datang dari pagi hingga malam hari,
sementara itu Anda menjual donat seharga Rp 5.000,- rupiah perbuah.
Dari hasil perhitungan tersebut, maka Anda sudah mulai bisa menentukan laba
bersih usaha dengan cara mencari selisih dari pendapatan dengan keseluruhan
biaya, baik produksi tetap maupun biaya overhead.
Laba bersih usaha = pendapatan – biaya produksi tetap – biaya overhead
= ( 200 x Rp 5.000,-) – (Rp 600.000,- + Rp 200.000,-) – (Rp 100.000,-)
= (Rp 1.000.000,-) – (Rp 800.000,-) – (Rp 100.000,-)
Laba bersih usaha = Rp 100.000,-
ASET, OMSET, INCOME, REVENUE
DAN PROFIT
Konsep Aset dalam Bisnis
Aset itu ada 2 jenis :
1. Aset Usaha
2. Aset Tabungan

Menurut laman wikipedia, Aset atau aktiva merupakan sumber


ekonomi yang memberikan manfaat usaha, atau dengan kata
lain semua hak yang dapat dimanfaatkan dalam operasi
perusahaan atau bisnis.

Konsep Omset dalam Bisnis


Omset adalah nilai bersih dari semua pendapatan perusahaan
atau bisnis yang berasal dari penjualan produk atau layanan.

Konsep Profit dalam Bisnis


Profit adalah keuntungan.
Konsep Revenue (Pendapatan) dalam Bisnis
Menitik beratkan kepada seluruh duit yang kita terima dari hasil
penjualan barang atau jasa
Jelas berbeda dengan konsep omset yang menitikberatkan
kepada apa yang menjadi milik kita (bisa saja karyawan,
gedung, mesin, alat dll) sementara revenue fokus kepada
berapa yang sudah kita dapatkan dari penjualan dalam bentuk
uang.

Konsep Income (Penghasilan) dalam Bisnis


Konsep income itu sama dengan profit atau keuntungan,
karena dalam konteks keuangan, penghasilan hampir selalu
mengacu pada laba bersih.
Income adalah total uang tunai yang tersisa dari jumlah
pendapatan (revenue) setelah menambahnya dengan
pendapatan tambahan yang ada dan menguranginya dengan
semua biaya yang dikeluarkan.
Contoh Kasus :

Marpaung memiliki duit 100 ribu, kita biasanya menyebut itu


modal, dan ternyata itu adalah aset si Marpaung sebesar 100
ribu

Berapakah omset Marpaung? Omset merupakan hasil dari


penjualan yang sudah Marpaung lakukan dengan menjual satu
unit kaos seharga 150 ribu. Berarti omset Marpaung adalah
modal ditambah dengan keuntungan yaitu 150 ribu, itu adalah
omsetnya

Berapakah profit dari bisnis Marpaung? bahwa profit Marpaung


adalah 50 ribu yang berasal dari selisih harga jual dikurangi
modal dan biaya-biaya lainnya.

Untuk itu revenue dari bisnis Marpaung tadi adalah sebesar


150 ribu, revenue fokus kepada berapa yang sudah kita
dapatkan dari penjualan dalam bentuk uang.
Fungsi aset itu jelas yaitu untuk perputaran usaha. Perputaran bisnis disini
jadi jangan sampai duit aset tadi terpakai untuk kebutuhan pribadi, misalnya
untuk keluarga dan orang terdekat. Atau misalnya penjualan produk terpakai
untuk makan siang.

Fungsi dari omset adalah untuk perputaran setiap bulannya. Cash flow
perputaran setiap bulan omset itu bukan duit kamu semuanya, karena ada
aset dan profit juga didalamnya.

Fungsi profit, baru bisa dipakai untuk kebutuhan sehari hari, karena inilah
yang sebenarnya menjadi sumber gaji kita sebagai pengusaha. Banyak
pengusaha pemula ketika mendapat profit, lalu kemudian mereka habiskan
semuanya. Ini adalah kesalahan besar, karena kamu tidak akan bisa maju
dan memiliki usahanya besar bila kamu selalu menghabiskan profit bisnis
mu.

Idealnya ketika mendapatkan profit kamu bisa menyisihkannya berapa


persen untuk investasi ke aset usaha supaya usaha nya bisa lebih besar lagi,
dalam artian bisa ekspansi.
Akan tetapi kalau memang anda maunya bisnis yang stagnan, statis atau
tidak berkembang bisa saja menghabiskan seluruh profit yang ada, maka
perputaran uangnya sebegitu saja setiap harinya. Baik aset, omset dan profit
mu juga akan segitu saja, tidak berkembang.
TUGAS HARIAN

Produk atau Jasa yang sudah anda pilih pada tugas


harian pertemuan 11, maka hitung beberapa
pertanyaan dibawah ini :
1. Nama dan Jenis Produk
2. Modal Usaha
3. Harga Pokok Penjualan ( HPP )
4. Harga Jual
5. Break Even Point ( BEP )
6. Laba Usaha
7. Aset, Omset, Income, Revenue dan Profit

Di kumpulkan paling lambat rabu, 15 Juni 2022, di


tujukan kepada Ketua Kelas Kewirausahaan Kelas A :
Inesita Hernanda
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai