Disampaikan Oleh :
Ir. FAUZI BULDAN, MT
Ir. HERALYADI, MT
Modal menjadi salah satu aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam
suatu jalannya usaha, tanpa adanya modal, dalam bentuk apapun
suatu usaha tidak akan bisa beroperasi, itulah peran penting modal.
1. Capital Expenses
Modal yang digunakan untuk pengadaan fixed asset, seperti pembelian
peralatan usaha, pengadaan kendaraan, dan perlengkapan kantor.
Intinya adalah penggunaan barang dengan masa pakai yang lama.
2. Operasional Expenses
Modal yang digunakan untuk operasional usaha, seperti biaya listrik,
biaya telepon, gaji karyawan, sewa tempat dll.
Operational expenses ini bersifat berkala sehingga anda perlu membuat
anggaran biaya dalam satu periode tertentu untuk kebutuhan yang
sama.
Selain dua jenis atau kelompok modal di atas, yang tidak kalah pentingnya
adalah modal usaha yang digunakan untuk stok.
Besarnya modal yang dibutuhkan untuk stok dibuat berdasarkan target
omset dalam satu bulan dan jumlah perputaran stok yang diperlukan untuk
mencapai omzet dalam satu bulan.
Cara Mendapatkan Modal Usaha
cara mendapatkan modal usaha :
1. Tabungan pribadi
Modal usaha bisa didapatkan dari modal pribadi. Cara ini biasanya
dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki priviles kekayaan orang tua.
Biasanya mereka yang masih bekerja di bawah perusahaan orang lain,
mengumpulkan gaji untuk modal usaha di kemudian hari.
3. Jual aset
Jika Anda ingin memulai bisnis namun tidak memiliki modal, maka
menjual aset bisa dipertimbangkan. Pastikan aset yang dijual memang
tidak begitu menunjang kegiatan Anda ketika berbisnis nanti.
Contoh aset yang bisa dijual seperti perhiasan, pakaian dan sepatu
mewah, gim, jam tangan, dan lain sebagainya.
4. Gadai aset
Aset yang Anda miliki bisa digadaikan ke Pegadaian agar mendapatkan dana
pinjaman.
8. Pinjaman online
Tidak dianjurkan karena berisiko tinggi, tetapi jika Anda yakin bisa mengatasi
risikonya, maka pinjol bisa dijadikan opsi untuk mendapatkan modal dalam
waktu cepat tanpa ribet.
Operational Expenses
Sewa kantor dan gudang per bulan: Rp1.500.000
Gaji 3 orang karyawan @ Rp. 1.000.000: Rp3.000.000
Biaya listrik: Rp300.000
Biaya internet: Rp400.000
Biaya pulsa: Rp250.000
Total Operational Expenses: Rp. 5.450.000
Jika anda harus memiliki dana cadangan untuk 3
bulan pertama, maka total operational expenses
dikalikan 3 bulan, Rp5.450.000 x 3 = Rp16.350.000.
Jadi total modal usaha yang harus anda keluarkan
untuk usaha clothing online adalah:
1. Berpotensi gagal
Salah satu hal yang membuat bisnis gagal adalah kurangnya modal usaha, apalagi
jika skala bisnis masih kecil atau setara UMKM.
Setengah dari semua pengusaha menyebut bahwa kekurangan modal adalah
penyebab dari gagalnya bisnis.
Tak heran, sebab modal berperan penting dalam menjaga berjalannya operasional
perusahaan. Mulai dari membayar gaji karyawan, membayar biaya sewa, dan biaya
lain yang dibutuhkan.
Mengapa demikian?
Pinjaman bank mudah diajukan, namun mendapatkan
pencairan dana dari bank tidak semudah bagaimana Anda
menemukan marketing bank.
Tentu ada kelebihan dan kekurangan di balik melakukan
pinjaman modal usaha ke bank, berikut ulasannya :
Kelebihan Pinjam Modal Usaha di Bank:
Pencairan dana cepat, apalagi jika berkas-berkas yang dibutuhkan
lengkap dan mendapatkan persetujuan pihak bank.
Persayaratan pinjaman modal dari bank jelas, biasanya berupa identitas
diri lengkap dengan jaminan pembayaran utang, bisa berupa surat-surat
berharga seperti akta tanah dan BPKB sepeda motor.
Tahu kapan waktunya membayar cicilan atau melunasi tagihan pinjaman
dana.
3. Menghitung HPP
Contohnya, warung seblak memiliki persediaan atau stok awal sebanyak 25 porsi.
Total modal yang dikeluarkan untuk persediaan awal ini adalah 25 x Rp 8.000 =
Rp 200.000. (Stok awal)
Sementara untuk 7 hari ke depan, warung membeli bahan baku untuk 200 porsi.
Perhitungannya menjadi 200 x Rp 8.000 = Rp 1.600.000. (Pembelian stok)
Setelah dilakukan perhitungan sebelum penjualan atau stock opname, ternyata
ada 5 porsi untuk persediaan akhir seblak. Nilainya adalah 5 x Rp 8.000 = 40.000.
(Stok akhir)
Sekarang saatnya untuk menghitung HPP menggunakan rumus berikut:
HPP = stok awal + pembelian stok + stok akhir
HPP = Rp 200.000 + Rp 1.600.000 + Rp 40.000 = Rp 1.760.000
4. Menghitung Food Cost Aktual
Karena nilai HPP sudah didapatkan, sekarang Anda sudah bisa menghitung food
cost aktual. Sebagai contoh, jumlah seblak yang terjual adalah 210 porsi dengan
harga jual Rp 27.000 per porsi. Jadi pendapatannya adalah 210 x Rp 27.000 = Rp
5.670.000.
Food cost aktual memiliki rumus berikut:
Food cost aktual = (HPP/ total nilai yang terjual) x 100%
Food cost aktual = (Rp 1.760.000/Rp 5.670.000) x 100% = 31%
Nilai food cost aktual memang umumnya lebih besar dibandingkan food cost ideal.
Hal ini terjadi karena dalam setiap proses pembuatan makanan sudah pasti ada
bahan yang terbuang. Faktornya banyak, misalnya bahan baku rusak, busuk, dan
lain sebagainya.
Jika selisihnya tidak terlalu besar, hal tersebut tidak terlalu menjadi soal. Anda
perlu waspada jika nilainya lebih besar, misalnya mencapai 20%. Jika hal ini
terjadi, artinya ada pemborosan selama proses pembuatan makanan. Lakukan
evaluasi dan perbaikan agar hal tersebut tak terjadi lagi.
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa cara menghitung HPP dan food
cost tidaklah rumit. Sekarang Anda sudah bisa mengaplikasikan perhitungan tadi
di bisnis kuliner Anda. Selamat mencoba!
CARA MENGHITUNG HARGA JUAL
MAKANAN
Cara menentukan harga jual makanan merupakan salah satu tips
kesuksesan dalam menjalankan bisnis kuliner. Menjual makanan
memang terlihat mudah. Tapi, bagaimana cara menentukan dan
menghitung keuntungannya ya?
Dalam menentukan harga jual, tidak ada metode yang benar-benar
tepat untuk menentukan harga makanan. Perlunya melakukan riset
pasar untuk melakukan perbandingan harga yang kompetitif serta target
konsumen.
Dalam menentukan harga dari bisnis food and beverage dengan menghitung
persentase modal makanan saat pembelian bahan baku.
Sebisa mungkin modal yang dikeluarkan tidak melebihi dari 50 persen harga jual
yang ditentukan. Selain itu, jika kamu ingin berbisnis kuliner, perhatikan dan
pertimbangkan hal berikut ini.
1. Tentukan target pasar atau jenis konsumen yang Anda incar. Misalnya lokasi dekat
kampus dan targetnya mahasiswa. Sesuaikan dengan harga rata-rata ayam bakar
milik pesaing dijual dengan harga Rp 15.000, kamu tidak bisa menjual produk
yang sama dengan harga lebih mahal.
2. Kenali titik harga pesaing. Contohnya jika pesaing menjual Rp 10.000 jangan ragu
untuk mempromosikan makanan dengan harga Rp 9.000. Pastikan kamu harus
punya menu lain untuk meng-cover agar tak "bakar uang".
3. Berikan value lebih pada bisnis kamu. Misalnya tempat yang menarik, nyaman,
dan instagramable daripada pesaing. Sehingga pembeli tidak akan keberatan
untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi.
4. Temukan harga bahan baku yang lebih murah seperti membeli di distributor
tangan pertama.
Mengutip isi buku Sukses Bisnis Online: Panduan Membangun Toko Online
Profesional, Anton Ramdan (2014: 22), cara menentukan harga jual suatu produk
sendiri tentu tidak boleh dilakukan sembarangan dan butuh analisa yang matang.
Sebab produk tersebut tentu tidak boleh dijual dengan harga yang terlalu rendah
ataupun terlalu tinggi.
4 Cara Menentukan Harga Jual Makanan
Setelah mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan harga
jual, selanjutnya para pebisnis kuliner pemula juga perlu memahami cara
menentukan harga jual dengan menggunakan 4 metode yang terdiri dari Margin
Pricing, Mark-Up Pricing, Bundling, dan MSRP.
1. Margin Pricing
Margin Pricing merupakan cara menentukan harga jual dengan memperkirakan
terlebih dulu harga jual yang diinginkan, untuk mengetahui apakah margin
keuntungannya sesuai atau tidak. Perkiraan itu sendiri bisa didasarkan kepada
harga produk serupa dari perusahaan kompetitor. Dengan cara perhitungan ini,
maka pebisnis dapat menentukan apakah harga produk yang dijualnya terlalu
murah atau terlalu mahal.
2. Mark-Up Pricing
Dengan perhitungan mark-up pricing, maka pebisnis dapat langsung menghitung
seberapa banyak modal yang dikeluarkan dan seberapa besar profit yang
diinginkan dalam penjualan produk tersebut. Cara menentukan Mark-Up Pricing
ini sendiri umumnya lebih banyak digunakan dalam jenis bisnis reseller,
dropshipper ataupun jastip, yakni dengan menambah jumlah modal dan
keuntungan yang diinginkan (mark-up).
3. Bundling
Bundling banyak juga dikenal sebagai metode keystone, yakni cara menjual
produk dengan jumlah dua kali lipat. Meski menghasilkan keuntungan lebih
sedikit, namun metode satu ini tentu bisa menjual produk lebih banyak.
4. MSRP
MSRP atau Manufactured Retail Price adalah harga yang direkomendasikan oleh
produsen. Kamu dapat menetapkan harga tertentu untuk suatu makanan, jadi
para penjual tangan kedua dapat memasang harga yang tidak terlalu jauh. Hal ini
bertujuan agar menyetabilkan harga pasar, tidak adanya perang antar penjual
satu dengan lainnya.
Adapun rumus Margin Pricing tersebut ialah sebagai berikut:
Margin = (harga jual) – (harga modal) : harga jual
Contoh:
Anda akan menjual kopi kekinian dengan harga Rp32.000 per gelas. Sedangkan,
modal yang kamu keluarkan adalah Rp15.000 per gelas. Sehingga, perhitungannya
adalah:
(32.000-15.000)/32.000 = 0,53 atau 53 Persen.
Hasil keuntungan yang kamu peroleh dari satu cup es kopi sebesar 53 persen. Jika
angka tersebut terlalu besar atau terlalu kecil, Anda bisa menaikkan harga jualnya.
Tetapi patokan harga jual yang biasa dipakai maksimal profit 50 persen dari harga.
Berikut rumus perhitungan Mark up Pricing:
Harga jual = (modal) + (mark-up profit)
Rumus Bundling:
Harga jual = Modal x 2
Fixed Cost biasa disebut dengan biaya tetap atau biaya yang tidak akan
terpengaruh oleh bertambah maupun berkurangnya unit yang diproduksi.
Misalnya, biaya sewa lahan, depresiasi alat produksi, gaji pegawai, perawatan,
dan lain sebagainya.
Variable Cost mengacu pada rincian biaya yang dipengaruhi oleh unit
produksi, semakin banyak unit yang dibuat, semakin tinggi variable cost-nya
dan berlaku juga sebaliknya. Contoh, variable cost; harga bahan baku, biaya
pengemasan, biaya pengiriman, biaya listrik, dan lain sebagainya.
Harga satu unit produk merupakan harga yang ditetapkan jika satu produk
terjual.
Menghitung BEP
Penghitungan BEP bisa dilakukan dengan menggunakan rumus
yang sudah menjadi standar dan memang sejak lama
digunakan. Dengan rumus tersebut bisa diketahui beberapa hal
seperti berapa unit yang harus diproduksi agar mencapai BEP,
berapa rupiah total penjualannya untuk mencapai BEP, dan
seterusnya
Cara menghitung BEP usaha makanan adalah sebagai berikut:
BEP (unit produksi) = fixed cost / (harga jual satu unit –
variable cost)
BEP (rupiah) = fixed cost / (1 – variable cost/harga jual per
unit produk)
Jumlah Unit = Target penjualan (dalam rupiah) / (harga
satu unit produk – biaya variabel) + total unit menurut
penghitungan BEP
Soal:
Abi membuka usaha makanan keripik kentang impor premium,
dan dalam membangun usahanya, dia harus menyewa ruko untuk
tempat berjualan sebulan, Abi harus mengeluarkan biaya sebesar
Rp5.000 untuk biaya sewa.
Selain biaya sewa, ada biaya lain yang harus ditanggung oleh Abi
seperti biaya untuk menggaji satu pegawai tokonya, misalnya gaji
pegawai toko milik Abi adalah Rp1.500.000. dan tak hanya biaya
tersebut, Abi juga butuh biaya pembelian bahan baku, untuk
membeli kemasan, stiker, dan yang sejenis.
Abi mengeluarkan biaya sebesar Rp250.000 setiap satu bungkus
keripik kentang dimana harga keripik kentang tersebut adalah
Rp500.000.
Hitunglah BEP unit, BEP total penjualan, dan berapa unit yang
harus dijual jika target penjualan dalam sebulan adalah Rp
10.000.000.
JAWAB :
Menurut perhitungan BEP usaha kuliner yang dimiliki Abi, ia harus memproduksi
sepuluh bungkus keripik kentang impor premium sebanyak 10 unit untuk mencapai
titik impas atau BEP.
= Rp2.500.000 / (1 – Rp250.000/500.000)
= Rp2.500.000 / (1 – 0,5)
Laba bukanlah semua uang yang masuk ke kas perusahaan dari hasil berjualan,
tetapi masih harus mengakumulasikan dengan macam-macam biaya pengeluaran
yang Anda gunakan untuk menciptakan barang/jasa yang Anda jual.
Laba terdiri dari 3 jenis :
1. Laba kotor atau keuntungan pertama
2. Laba bersih atau keuntungan asli Anda
3. Laba bersih yang sudah dikurangi pajak
Pendapatan, yaitu Total Penghasilan yang Anda dapatkan dari hasil wirausaha.
Cara menghitungnya yaitu perlu mengalikan jumlah barang yang laku terjual dengan
harga barang tersebut.
Contohnya, Anda menjual 500 buah buku tulis seharga Rp 10.000,- untuk setiap
satuannya dan buku tulis yang laku sebanyak 350 buah.
Maka Pendapatan Anda sebesar Rp 3.500.000,-. bahwa ini baru pendapatan usaha,
belum laba!
Untuk mendapatkan laba, Anda harus mengurangi total pendapatan tersebut dengan
beban usaha.
Namun, banyak orang tidak mengetahui apa itu beban usaha, bahkan tidak memahami
dasar-dasar mengenai beban usaha sama sekali. Inilah salah satu kesalahan fatal yang
membuat manajemen pembukuan cash flow menjadi tidak rapi.
2 jenis biaya beban usaha :
1. Biaya tetap atau biaya produksi
Contohnya adalah gaji karyawan, biaya sewa gedung, dan lain sebagainya yang tidak
dipengaruhi seberapa banyak barang yang Anda produksi.
Contohnya, dengan usaha menjual buku tulis, Anda harus menggaji seorang karyawan
toko sebesar Rp 600.000,- perbulan dan membayar sewa toko sebesar Rp 150.000,-
perbulan. Biaya Total Rp. 750.000,-
2. Biaya overhead
Contohnya adalah biaya tenaga kerja tambahan, biaya perbaikan mesin produksi, biaya
iklan dan lain sebagainya.
Contohnya, setelah berjualan selama beberapa tahun toko Anda menjadi sepi pembeli.
Maka pada saat itu, Anda harus membayar sewa pamflet untuk sebulan saja seharga Rp
1.000.000,-.
Pengeluaran ini tidak terjadi setiap bulan atau bersifat accidental dan dipengaruhi oleh
jumlah produksi (karena semakin sepi toko Anda, maka semakin lama Anda memasang
iklan pamflet, misalnya).
Namun perlu dipahami bahwa terdapat dua kondisi yang umum
terjadi dalam penentuan beban overhead:
LABA KOTOR
Laba bersih = pendapatan – biaya produksi tetap – biaya overhead
= (Rp 3.500.000,-) – (Rp 750.000,-) – (Rp 1.150.000,-)
= Rp 1.600.000,-
Fungsi dari omset adalah untuk perputaran setiap bulannya. Cash flow
perputaran setiap bulan omset itu bukan duit kamu semuanya, karena ada
aset dan profit juga didalamnya.
Fungsi profit, baru bisa dipakai untuk kebutuhan sehari hari, karena inilah
yang sebenarnya menjadi sumber gaji kita sebagai pengusaha. Banyak
pengusaha pemula ketika mendapat profit, lalu kemudian mereka habiskan
semuanya. Ini adalah kesalahan besar, karena kamu tidak akan bisa maju
dan memiliki usahanya besar bila kamu selalu menghabiskan profit bisnis
mu.