Anda di halaman 1dari 2

Di Indonesia, dunia perfilman berkembang dengan sangat pesat terbukti dengan

banyaknya fasilitas-fasilitas hiburan baru seperti movie box, movie cafe, dan lain sebagainya.
Bioskop pertama di dunia sudah ada sejak 1895, tepatnya di Paris, Prancis. Sedangkan di
Amerika Serikat sudah ada setahun kemudian. Lalu, sejak kapan bioskop ada di Indonesia?
Ternyata hanya beberapa tahun setelah bioskop pertama di dunia memutar film untuk
pertama kalinya.

Sejarah bioskop

Kota Besar jakarta sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah sebenarnya memiliki
potensi dalam perkembangan gedung sinepleks, dilihat dari dua kali kota ATLAS ini menjadi
tuan rumah untuk acara bergengsi Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun 1980 dan 2013.
Akan tetapi pada kenyataannya perkembangan sinepleks di Semarang tertinggal cukup jauh
dari kota-kota besar di Provinsi lain. Untuk perbandingan, Bandung memiliki 9 bioskop
dengan 59 layar dan Surabaya memiliki 12 bioskop dengan 63 layar, sementara Semarang
baru memiliki 3 bioskop dengan 11 layar. Bahkan Semarang kalah dengan kota Solo yang
memiliki 4 bioskop dengan 21 layar. Tidak hanya itu, letak gedung-gedung pertunjukan film
ini berada di daerah pusat kota yang memang sudah padat dengan berbagai bangunan
komersil, padahal sebenarnya Semarang masih memiliki daerah-daerah lain yang bisa
dimanfaatkan sebagai area hiburan bagi warganya.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), memiliki ciri-ciri masyarakat yang hampir sama
dengan kota Semarang, yaitu merupakan kota pelajar yang memiliki cukup banyak
Universitas, baik negeri maupun swasta. Di DIY sendiri sudah memiliki 5 gedung bioskop
terdiri dari XXI Ambarukmo dengan 6 layar, Empire XXI dengan 5 layar, Jogja City XXI
dengan 8 layar, Cinemaxx dengan 6 layar, dan CGV Blitz dengan 7 layar. Dengan demikian
DIY memiliki total 32 layar.
Pada tahun 2014 jumlah penduduk dengan usia 15-39 tahun (yang diperkirakan
sebagai potential demand gedung Sinepleks) berjumlah 1.418.100 jiwa. Dan apabila
dibandingkan dengan jumlah layar bioskop yang ada, maka didapatkan bahwa setiap satu
layar bioskop mampu menampung kebutuhan 44.316 jiwa. Sementara di Semarang, menurut
Badan Pusat Statistika kota Semarang, terdapat 716.880 jiwa penduduk berusia diantara 15-
39 tahun, yang kemudian apabila dibandingkan dengan jumlah penonton tiap layar di DIY,
Semarang membutuhkan 16 layar bioskop untuk memenuhi kebutuhan hiburan warganya.
Selain itu, Semarang sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah dan salah satu kota besar
di Indonesia, tidak memiliki fasilitas hiburan pertunjukan film yang memadai. Sebagai
contoh, Semarang tidak memiliki fasilitas studio eksklusif dan studio dengan teknologi
modern seperti IMAX milik 21 Cineplex atau 4DX milik Megaplex. Sementara di kota Solo
sudah memiliki fasilitas studio eksklusif The Premiere milik 21 Cineplex.
Melihat beberapa pertimbangan di atas, kota Semarang sebagai salah satu kota besar
di Indonesia, memiliki potensi untuk dapat menghadirkan fasilitas hiburan berupa gedung
sinepleks yang ditunjang dengan beberapa fasilitas pendukung seperti cafe dan lounge yang
mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengunjungnya. Gedung Sinepleks di
kota Semarang ini nantinya akan dapat menampung kebutuhan akan hiburan dari masyarakat
kota Semarang dan diharapkan mampu menjadi sebuah fasilitas penunjang bagi kegiatan
wisata.

Film bukan hanya sebagai sebuah karya seni tetapi juga sebagai salah satu produk
yang berpotensi mendatangkan keuntungan ekonomi. Produksi dan distribusi film di
Indonesia menyumbang sebesar Rp. 1,9 triluin dari total PDB ekonomi kreatif Indonesia
(Oxford Economics, 2011), hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penonton film nasional
dari tahun ke tahun. Film merupakan salah satu sarana hiburan yang memiliki daya tarik yang
cukup tinggi dalam berbagai macam genre yang dihasilkan saat ini. Film juga memiliki
klasifikasi tersendiri dalam masyarakat, dimana mulai dari kalangan dewasa hingga anak-
anak. Sampai saat ini film masih menjadi sesuatu yang sangat diminati, dapat dilihat dari
masih banyaknya keinginan menonton film-film yang tengah muncul di bioskop maupun
televisi. Selain itu beberapa genre film juga dapat dijadikan sebagai sebuah sarana yang
memberikan pesan moral yang terkandung pada inti film kepada para penontonnya disamping
sebagai sarana hiburan semata.

Anda mungkin juga menyukai