Anda di halaman 1dari 7

1.

Duncan Bannatyne

Duncan Bannatyne adalah seorang pengusaha sekaligus penulis. Keterampilannya


dalam berwirausaha meluas di berbagai industri, mulai dari bisnis hotel, klub kesehatan
dan spa, media, TV, sekolah panggung, properti, dan transportasi.
Lahir pada tahun 1949 di kota Clydebank, Duncan dibesarkan dalam keadaan yang
relatif sederhana. Untuk membeli sepeda, sang ibu tidak mempunyai cukup uang untuk
membelinya sehingga muncul ide dari dalam dirinya untuk berjualan koran keliling.
Niatnya untuk berjualan pintu demi pintu membuatnya dapat membeli sepeda dengan jerih
payahnya sendiri.
Pada tahun 1964, saat usianya 15 tahun, Duncan menjadi sukarelawan selama
kurang lebih 5 tahun di angkatan laut Skotlandia sebelum diberhentikan seara tidak hormat
karena menentang seorang perwira. Aksi ini dilakukannya untuk membela sesamanya
akibat penyalahgunaan wewenang oleh perwira tersebut.
Di usia dua puluhan, Duncan pindah ke Jersey, dimana beliau bertemu pertamakali
dengan istrinya. Selain itu, disanalah karir bisnisnya dimulai dengan membeli van eskrim
seharga £ 450, lalu diperluas hingga bisnisnya ia jual seharga £ 28.000 karena
ketertarikannya pada bisnis rumahan.
Sejak saat itu hingga sekarang, Bisnis Duncan bercabang ke dalam Klub Kesehatan,
dengan jaringan Klub Kesehatan Bannatyne yang populer, dan juga bar, hotel, dan properti.
Beliau mengakuisisi 26 Klub Kesehatan dari Hotel Hilton pada bulan Agustus 2006, yang
membuatnya menjadi jaringan Klub Kesehatan independen terbesar di Inggris.
Duncan telah mengubah kecerdasannya dalam bidang kewirausahaan ke dalam
serangkaian buku pendidikan bisnis. Karya-karyanya menunjukkan bagaimana orang bisa
menjadi pengusaha sukses jika mereka mau menerapkan caranya sendiri.
Buku-bukunya menawarkan tips berbisnis secara ringkas, dan juga saran tentang
cara untuk mengubah hidup anda dan mendapatkan kesuksesan seperti terlihat dalam judul-
judul buku yang ia tulis : Anyone Can Do It, Wake Up and Change Your Life, How to be
Smart With Your Money, How to be Smart With Your Time, 43 Mistakes Businesses
Make, 37 Questions Everyone in Business Needs to Answer, dan Riding The Storm.
Selain sukses sebagai pengusaha dan penulis, Duncan tak lupa berkontribusi untuk
amal dan mendukung banyak tujuan yang baik, terutama untuk anak-anak yang tergabung
dalam UNICEF. Selain itu, beliau merupakan juru kampanye anti rokok.

2. Anita Roddick

Lahir tahun 1942 di Littlehampton, Sussex, England dari keluarga imigran Yahudi-
Italia, nama kecilnya adalah Anita Lucia Perilli. Ibunya mengelola sebuah kafe, dan
keempat anaknya termasuk Anita diminta membantu sepulangnya mereka dari sekolah dan
pada akhir pekan. Masa sekolah dilewatkannya di St Joseph’s Convent, dan diteruskannya
di Maude Allen Secondary Modern. Selanjutnya Anita masuk sekolah guru di Bath College
of Higher Education (sekarang Universitas Bath Spa). Ia senang pergi berkelana keliling
dunia ke Tahiti, Australia, dan Afrika Selatan, dan akhirnya diperkenalkan oleh ibunya
dengan seorang penyair Skotlandia bernama Gordon Roddick dan menikah pada tahun
1970.
Sewaktu suaminya berkelana di Amerika, Anita Roddick membuka toko The Body
Shop dengan uang hasil pinjaman. Toko pertama didirikannya di Brighton pada tahun
1976, dan belum banyak mempunyai barang. Ketika baru dibuka, tokonya hanya menjual
sejumlah krim dan produk perawatan rambut.
Pada tahun 1977, 10 bulan dari awal kepergiannya, popularitas Body Shop telah
menjadi sangat populer sehingga banyak pelanggan yang ingin membuka cabang. Sampai
saat itu toko-toko hanya dijalankan oleh keluarga dan teman dari keluarga Roddicks.
Mereka tidak pernah mendengar tentang franchising, maka Gordon “menciptakan” nya.
Pasangan Roddicks tidak memungut biaya start up atau royalti, mereka hanya diwajibkan
untuk menanggung biaya operasi agar mereka bisa memakai nama the body shop. Sebelum
seseorang dapat menerima hak untuk franchise, Anita akan mewawancarai mereka dengan
pertanyaan seperti “Apa bunga kesukaan anda?” atau “Bagaimana anda memandang akhir
hidup anda?” sebagian besar franchise dijalankan oleh para wanita.
Body shop bukan hanya sekedar bisnis biasa. Sangat berbeda dengan kebanyakan
perusahaan kosmetik lain. Dalam Autobiografi nya, Body and Soul: Prinsip dan
Keuntungan – Cerita Sukses tentang Anita Roddick dan The Body Shop, Anita menyatakan
“Saya membenci bisnis kecantikan. Monster industri yang menjual mimpi yang tak pernah
dapat dicapai. Kebohongan. Penipuan. Dan mengeksploitasi wanita”. Dengan mind set ini
dia mengembangkan filosofi unik dari Body Shop. Tujuan nya adalah untuk menciptakan
keuntungan yang berbasiskan prinsip. Tidak hanya ingin mendapatkan keuntungan,
mereka juga ingin menciptakan perubahan sosial dan lingkungan. Anita tidak menjanjikan
untuk mengubah wajah seseorang dalam waktu satu tahun atau menipu pelanggan dengan
cara yang lain. Tetapi anita menawarkan “Dua keuntungan yang tidak akan diberikan oleh
perusahaan kosmetik yang lain: membeli sebotol pembersih kosmetik alami dan
mendapatkan gratis keadilan sosial”. Pernyataan misi Body Shop mencerminkan bisnis
unik yang mereka lakukan. Diantaranya adalah: “Mendedikasikan bisnis kami untuk usaha
perubahan dalam lingkungan hidup dan masyarakat. Menciptakan keseimbangan kreatif
dari kebutuhan hidup dan kemampuan finansial dari para pengambil keputusan: pekerja,
pelanggan, pemegang franchise, pemasok dan pemegang saham. Untuk selalu memastikan
bahwa usaha ini mendukung pelestarian lingkungan hidup, memenuhi kebutuhan saat ini
tanpa mengorbankan masa depan. Untuk bisa berkontribusi dan memberi arti kepada
masyarakat lokal, nasional, dan internasional yang merupakan tempat kami melakukan
perdagangan dengan menggunakan aturan-aturan yang condong kepada kepedulian,
kejujuran, keadilan dan rasa hormat” (website the body shop). Ini adalah beberapa
pernyataan yang mendasari keberadaan Body Shop.
Anita juga tergabung dalam aktivis sosial di Amerika Serikat. Dia bergabung
dengan perusahaan-perusahaan lainnya untuk membentuk bisnis yang mempunyai
tanggung jawab kepada masyarakat. Ambisi mereka adalah untuk merevolusi bagaimana
bisnis di amerika berjalan dengan mempromosikan kebijakan seperti “cuti keluarga” dan
“pabrik yang peduli kebisingan” Di Amerika.

3. Yendi Amalia

Merupakan seorang pendiri sekaligus CEO Wordsmith Group. Usaha yang dirintis
bersama tiga rekannya dan beroperasi sejak 2012 tersebut bergerak di bidang layanan
bahasa. Mengimplementasi konsep mobile workstyle, memiliki staf in-house yang tersebar
di beberapa kota dan mampu memberikan solusi terhadap 14 bahasa merupakan inovasi
yang diunggulkan, mengingat saat ini Indonesia sudah membuka lebar pintu kerjasama
dengan luar negeri. “Saat ini yang paling banyak dibutuhkan adalah layanan bahasa seperti
Spanyol, Arab, Mandarin, dan Korea,” ucapnya.
Selain itu, kemampuan mengerti terminologi dari setiap artikel yang akan
diterjemahkan juga menjadi kelebihan yang ditonjolkan. “Kita selalu mendalami konteks
dari tulisan yang akan diterjemahkan, apa sih objektifnya? Siapa sih yang bakal baca
tulisan ini? Jadi kita pengin konsumennya bisa paham dengan bacaan yang dibaca,” ujar
Yendi yang merupakan lulusan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung ini. Berkat
keunggulan tersebut, Wordsmith Group sudah menjadi langganan dari perusahaan besar
dari dalam dan luar negeri di antaranya World Bank, European Chamber, dan American
Chamber.
Menjadi pengusaha dan berkontribusi di dunia sosial bukanlah hal yang mustahil
untuk bisa disatukan. Salah satu caranya adalah memberikan kesempatan bagi perempuan
yang sudah memiliki keluarga dan menjadi ibu rumah tangga untuk menyalurkan
kemampuan menulis. Hal itu dilakukan Yendi, beliau percaya kedua hal tersebut dapat
dijalankan secara bersama-sama dalam satu wadah. Yendi saat ini memiliki karyawan
sebanyak 10 orang dan mayoritas adalah perempuan. Kebanyakan dari mereka merupakan
ibu rumah tangga. “Ada staf saya yang merupakan ibu rumah tangga yang memiliki anak
balita, tapi ia juga ingin mandiri secara finansial," ujarnya. Selain itu, Wordsmith Group
yang saat ini berada di Jakarta, ke depannya juga ingin bisa memberikan kesempatan bagi
penyandang disabilitas untuk bisa ikut berkarier di usaha layanan bahasa ini.
4. Susi Pudjiastuti

Perempuan kelahiran 1965 yang sekarang menjabat sebagai Menteri Kelautan dan
Perikanan RI di bawah Presiden Jokowi ini adalah seorang pengusaha yang terkenal tegas.
Ia merintis bisnisnya di bidang perikanan dan kemudian maskapai penerbangan dari nol.
Setelah memilih untuk berhenti sekolah sebelum lulus SMA, ia memulai usahanya
sebagai pedagang pakaian dan bed cover. Setelah melihat potensi wilayah tempat
tinggalnya, Pangandaran, sebagai penghasil ikan, Susi lantas memanfaatkannya sebagai
peluang bisnis dan beralih ke usaha perikanan.

Dengan modal hanya Rp750 ribu hasil dari menjual perhiasannya, ia mulai
membeli ikan dari tempat pelelangan dan memasarkannya ke sejumlah restoran. Setelah
sempat tersendat, bisnis Susi akhirnya berhasil menguasai bursa pelelangan ikan di
Pangandaran dan bahkan kemudian merambah ke ekspor ikan dan lobster.
Bisnis maskapai penerbangannya juga berawal dari bisnis perikanan tersebut.
Untuk mengatasi masalah pengiriman ikan yang lambat apabila lewat darat atau laut, Susi
membeli sebuah pesawat dari pinjaman bank untuk pengangkutan produk laut yang berasal
dari para nelayan yang tersebar di seluruh Indonesia, yang kemudian berkembang menjadi
armada maskapai penerbangan Susi Air yang melayani rute pedalaman dan carter.
5. Mark Zuckerberg

Mark Zuckerberg adalah Mark Elliot Zuckerberg. Mark Zuckerberg lahir pada 14 Mei 1984
di kawasan Dobbs Ferry, Westchester Country, New York adalah seorang pemrogram
komputer dan pengusaha Internet. Ia dikenal karena menciptakan situs jejaring sosial
Facebook bersama temannya, yang dengan itu ia menjadi pejabat eksekutif dan presiden.
Facebook didirikan sebagai perusahaan swasta pada tahun 2004 oleh Zuckerberg dan
teman sekelasnya Dustin Moskovitz, Eduardo Saverin, dan Chris Hughes ketika menjadi
mahasiswa di Universitas Harvard. Pada tahun 2010, Zuckerberg terpilih sebagai Person
of the Year versi majalah Time. Hingga 2011, kekayaan pribadinya ditaksir mencapai
$17,55 miliar. Di profil Facebook Zuckerberg, ia menyebutkan tertarik pada "keterbukaan,
menciptakan sesuatu yang membantu orang-orang terhubung dan berbagi segala hal yang
penting bagi mereka, revolusi, aliran informasi, minimalisme".
Walaupun menjadi pengusaha sukses, Mark tetap peduli dengan kondisi di sekitarnya. Sisi
filantropis seorang Mark harus ditiru, walaupun dia bergelimang harta dan hidup
sederhana, dia tidak ragu memberi kepada yang membutuhkan. Mark dan istrinya juga
membangun suatu organisasi kemanusiaan yang memfokuskan pendidikan dan kesehatan
dunia.

Anda mungkin juga menyukai