Anda di halaman 1dari 3

TUGAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Di susun oleh

NURUNISSA MUJAMILLAH AL-BANJARY

IX-9

Norbadriyah, S.Pd

SMP NEGERI 1 PALANGKARAYA


RADEN DEWI SARTIKA
Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A.
Rajapermas di Cicalengka pada 4 Desember 1884 Ketika masih kanak-kanak, ia selalu bermain
peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman-temannya. Setelah ayahnya
meninggal, ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan
budaya Sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai
budaya barat Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.
Pada 16 Januari 1904, ia membuat sekolah yang bernama Sekolah Isteri di Pendopo
Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah
nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910. Pada tahun 1912, sudah ada
sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu
sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920Pada September 1929, sekolah tersebut
berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi
Dari biografi Dewi Sartika, kita juga dapat melihat masa kecilnya. Setelah
kedua orang tua Dewi Sartika meninggal, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya
yang merupakan kakak kandung dari Nyi Raden Ayu Rajapermas. Patih Aria,
paman Dewi Sartika adalah seorang patih di Cicalengka. Dari pamannya lah,
Dewi Sartika meningkatkan ilmu pengetahuannya terkait adat budaya sunda.
seorang Residen Asisten Residen berkebangsaan Belanda juga telah
mengajarkannya  tentang budaya dan adat bangsa Barat. Kedua orang tua Dewi
Sartika memang sudah mengenalkan pendidikan sejak kecil, meskipun hal
tersebut bertentang bagi perempuan.  Dewi Sartika pernah mengikuti pendidikan
Sekolah Dasar Cicalengka. Juga ingin agar seluruh wanita dapat menjadi istri
yang baik. Namun, ia tidak hanya berhenti disitu perjuangan Dewi Sartika. Ia
turut serta banting tulang bekerja siang-malam untuk membayar pengeluaran
operasional sekolah. Dewi Sartika tak pernah mengeluh, ia justru merasa sangat
terobati saat melihat kaumnya.

Sesuai SK Presiden RI no 152/1966 Dewi Sartika mendapat penghargaan


sebagai Pahlawan Nasional. Tepatnya pada tanggal 1 Desember 1966 ketika
sekolah Keutamaan Isteri berusia 35 tahun ia mendapat gelar Orde van Oranje-
Nassau.

Kehidupan Rumah Tangga Dewi Sartika


Dua tahun setelah mendirikan sekolah Isteri, tepatnya tahun 1906, Dewi
Sartika ternyata telah menikah. Ia menikah dengan salah seorang Guru di
Sekolah Karang Pamulang yang menjadi Sekolah Latihan Guru. Kesamaan visi
dan misi Dewi Sartika dan Raden Kanduruan Agah Suriawinata menambah
semangat Dewi Sartika.
Tak ada  biografi dewi sartika yang menjelaskan tentang kisah asmara Dewi
Sartuka dan Raden Kanduruan  Agah Suriawinata secara rinci. Pada intinya
suami Dewi Sartika telah banyak berperan dalam proses pendirian Sekolah
Isteri. Ia tidak hanya memberikan dorongan motivasi, namun ia juga membantu
baik tenaga maupun pemikiran. Berkat suaminya pula, Dewi Sartika mampu
memperjuangkan semuanya, tanpa kata lelah. Memasuki usia Senja Dewi
Sartika hidup bersama warga dan pejuang di Sunda. Tahun 1947 Belanda
kembali melakukan serangan agresi militer. Seluruh rakyat pribumi, Pejuang
serta Dewi Sartika dan Keluarga ikut melakukan perlawanan untuk membela
tanah air. Seluruh penduduk kemudian mengungsi untuk mempertahankan
Indonesia.

Tanggal 11 bulan September tahun 1947 di Tasikmalaya tepatnya saat berada


di pengungsian Dewi Sartika menghembuskan nafas terakhirnya. Seluruh rakyat
berduka atas peninggalan Dewi Sartika. Karena keadaan masih dalam masa
perang, hanya pemakaman dan upacara sederhana yang dilakukan.

Pemakaman Cigagadon yang ada di Desa Rahayu, Kecamatan Cineam


adalah makam dari Dewi Sartika. Usai perang Agresi Militer, sekitar tahun 1950
makam Dewi Sartika dipindahkan ke kompleks Pemakaman Bupati Bandung di
Jl. Karang Anyar  – Bandung.
Dari biografi dewi sartika diperoleh banyak sekali ilmu. Salah satunya adalah
keikhlasan. Dewi Sartika baru mendapat gelar pahlawan 19 tahun setelah ia
meninggal. Ia sama sekali tak pernah mengharapkan gelar itu. Karena Dewi
sartika melakukannya dengan ikhlas.
Dari biografi Dewi Sartika juga kita dapat mengetahui bahwa perjuangan beliau
sebagai Pahlawan Nasional  berbeda dengan pahlawan Nasional lainnya.
Kebanyakan Pahlawan berjuang dengan mengangkat senjata  dalam medan
perang. Dewi Sartika tidak, ia berjuang melalui pendidikan. Ia
mampu menginspirasi perempuan sunda lainnya yang memiliki cita-
cita yang sama.
Perjuangan Dewi Sartika sangatlah berarti terutama untuk kaum
perempuan. Dengan semangat kegigihan dan ketulusan hatinya
untuk membangun masyarakat negeri, sekolah yang didirikannya
sebagai sarana pendidikan kaum wanita hingga masa kini. Dengan
adanya ulasan biografi Dewi Sartika ini diharapkan dapat
menginspirasi kaum wanita seperti halnya R. A. Kartini.

Anda mungkin juga menyukai