Ia juga
merupakan salah satu tokoh perempuan Indonesia paling terkenal.Ia diakui sebagai pahlawan
nasional oleh pemerintah Indoneia pada tahun 1966.
Hingga ketika itu pada saat Dewi Sartika berusia 10 tahun, Cicalengka
digemparkan oleh kemampuan baca tulis dan beberapa pepatah dalam
bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan. Hal
tersebut menjadi gempar karena waktu itu belum banyak anak-anak yang
memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.
Memasuki usia ke sepuluh, yaitu pada tahun 1914, nama Skolah Isteri
diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan).
Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola
Kautamaan Istri tinggal 3/4, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, dimana
Sakola Kautamaan Istri di dirikan oleh Encik Rama Saleh.