Raden Dewi Sartika yang mengikuti pendidikan Seko lah Dasar di Cicalengka,
sejak kecil memang sudah menunjukkan minatnya di bidang pendidikan.
Dikatakan demikian karena sejak anak-anak ia sudah senang memerankan
perilaku seorang guru. Sebagai contoh, sebagaimana layaknya anak-anak,
biasanya sepulang sekolah, Dewi kecil selalu bermain sekolah-sekolahan
dengan teman-teman anak perempuan sebayanya, ketika itu ia sangat senang
berperan sebagai guru. Waktu itu Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh
tahun, ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa
patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu
kepatihan. Gempar, karena di waktu itu belum banyak anak-anak (apalagi anak
rakyat jelata) memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak
perempuan.
Ia berusaha keras mendidik anak-anak gadis agar kelak bisa menjadi ibu rumah
tangga yang baik, bisa berdiri sendiri, luwes, dan terampil. Maka untuk itu,
pelajaran yang berhubungan dengan pembinaan rumah tangga banyak
diberikannya. Untuk menutupi biaya operasional sekolah, ia membanting tulang
mencari dana. Semua jerih payahnya itu tidak dirasakannya jadi beban, tapi
berganti menjadi kepuasan batin karena telah berhasil mendidik kaumnya. Salah
satu yang menambah semangatnya adalah dorongan dari berbagai pihak
terutama dari Raden Kanduruan Agah Suriawinata, suaminya, yang telah
banyak membantunya mewujudkan perjuangannya, baik tenaga maupun
pemikiran.
Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan
beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan
Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun
1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari
seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914,
nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan
Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki
Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke
Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh.