100%(2)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
1K tayangan17 halaman
Masa Kekuasaan Belanda Kedua (1816-1942) di Indonesia dipimpin oleh Komisaris Jenderal hingga diberlakukannya sistem tanam paksa (cultuurstelsel) oleh Johannes van den Bosch (1830-1870). Sistem ini menimbulkan kemiskinan dan kematian namun memperkenalkan tanaman baru. Kemudian diganti dengan sistem usaha swasta asing berdasarkan UU Agraria dan Gula serta berkembangnya imperialisme modern Belanda di Indonesia.
Masa Kekuasaan Belanda Kedua (1816-1942) di Indonesia dipimpin oleh Komisaris Jenderal hingga diberlakukannya sistem tanam paksa (cultuurstelsel) oleh Johannes van den Bosch (1830-1870). Sistem ini menimbulkan kemiskinan dan kematian namun memperkenalkan tanaman baru. Kemudian diganti dengan sistem usaha swasta asing berdasarkan UU Agraria dan Gula serta berkembangnya imperialisme modern Belanda di Indonesia.
Masa Kekuasaan Belanda Kedua (1816-1942) di Indonesia dipimpin oleh Komisaris Jenderal hingga diberlakukannya sistem tanam paksa (cultuurstelsel) oleh Johannes van den Bosch (1830-1870). Sistem ini menimbulkan kemiskinan dan kematian namun memperkenalkan tanaman baru. Kemudian diganti dengan sistem usaha swasta asing berdasarkan UU Agraria dan Gula serta berkembangnya imperialisme modern Belanda di Indonesia.
(1816-1942) PETA KONSEP MASA PEMERINTAHAN KOMISARIS JENDERAL Flout, Buyskess, dan Van Der Komisaris Jenderal. Capellen
MASA TANAM PAKSA
Van den Bosch Cultuurstelsel
MASA USAHA SWASTA
UU Agraria Politik Etis MASA PEMERINTAHAN KOMISARIS JENDERAL Tahun 1816 Raffles mengakhiri pemerintahannya di Hindia. Dengan diadakan Konvensi London
Masa pemerintahan Komisaris Jenderal adalah
masa ketika hindia belanda dipimpin Flout, Buyskess, dan Van Der Capellen. Ketiga orang ini berpangkat Komisaris Jenderal. MASA PEMERINTAHAN KOMISARIS JENDERAL Perlawanan dari rakyat Indonesia • Perang Saparua (1817) • Perlawanan Sultan Palembang (1818-1825) • Perang Diponegoro (1825-1830) • Perang Padri (1815-1838) • Perang Bone (1824)
Van Der Capellen berakhir dengan digantikan oleh
Johannes Van den Bosch KEBIJAKAN TANAM PAKSA (CULTUURSTELSEL): JOHANNES VAN DEN BOSCH (1830-1870) Johannes Van den Bosch mengemukan ide tanam paksa / cultuurstelsel
Tanam paksa dilaksanakan untuk menutupi kesulitan ekonomi
pemerintah Belanda KEBIJAKAN CULTUURSTELSEL Rakyat wajib menyisihkan sebagian tanahnya (1/5 atau 20%) untuk ditanami komoditas ekspor khususnya kopi, tebu dan nila Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantikannya dengan bekerja di tanah – tanah pertanian Waktu pengerjaan tanaman pada tanah pertanian yang diperuntukkan bagi Culturestelsel tidak boleh melebihi waktu tanam padi atau kurang dari 3 bulan Kerusakan atau kerugian akibat gagal panen yang bukan disebabkan kesalahan petani, misalnya karena bencana alam atau serangan hama, akan ditanggung pemerintah kolonial Pengawasan penggarapan tanah diawasi oleh kepala desa CULTUURSTELSEL PENYIMPANGAN CULTUURSTELSEL Pemberlakuan cultuur procenten, yaitu bonus untuk para pegawai pemerintah Belanda yang mampu menyerahkan pajak lebih banyak. Kewajiban rakyat yang tidak memiliki tanah untuk bekerja di pabrik atau perkebunan Belanda yang melewati ketentuan. Pembebanan pajak tanah kepada para petani. Waktu pengerjaan cultuurstelsel ternyata lebih dari 3 bulan. Tidak ada pengembalian kelebihan hasil produksi pertanian. Pembebanan kepada para petani atas kerusakan atau kerugian akibat gagal panen. PROKONTRA TANAM PAKSA / CULTUURSTELSEL Dampak positif Dampak negatif Rakyat Indonesia mengenal teknik Kemiskinan serta penderitaan fisik dan menanam jenis-jenis tanaman baru mental yang berkepanjangan Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman Beban pajak yang berat dagang yang berorientasi ekspor Pertanian khususnya padi, banyak mengalami kegagalan panen Kelaparan dan kematian terjadi di banyak tempat Jumlah penduduk Indonesia mengalami penurunan EDUARD DOUWES DEKKER / MULTATULI Douwes Dekker dalam bukunya Max Havelaar (1860) mengkritik praktek tanam paksa yang dilakukan secara sewenang – wenang oleh Belanda. Kritik juga muncul dari orang – orang jurnalis seperti E.S.W. Roorda van Eisinga dan politikus beraliran liberal Wolter Robert baron van Hoevel SISTEM USAHA SWASTA Pemerintah tidak boleh ikut campur dalam kegiatan ekonomi rakyat. Kegiatan ekonomi sehari-hari harus ditangani oleh pihak swasta dengan corak dan gayanya sendiri-sendiri. Paham liberal menuntut agar beberapa faktor yang dapat menghambat kehidupan ekonomi masyarakat harus dihapuskan, misalnya Sistem Tanam Paksa, kerja rodi, dan pajak yang berlebihan. Tugas negara (pemerintah) adalah memelihara ketertiban umum dan menegakkan hukum agar kehidupan ekonomi berjalan lancar. PETA PERKEBUNAN SWASTA ASING UNDANG – UNDANG AGRARIA DAN UNDANG – UNDANG GULA Sistem tanam paksa dihapus pada 1870 dan dikeluarkan Undang – Undang Agraria (Agrarische Wet) dan Undang – Undang Gula (Suiker Wet), dengan tujuan : Melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasa dan pemodal asing Memberi peluang pemodal asing untuk menyewa tanah orang pribumi Membuka kesempatan kerja kepada penduduk untuk menjadi buruh perkebunan IMPERIALISME MODERN OLEH BELANDA Tanah jajahan berfungsi Tempat untuk mendapatkan bahan mentah untuk kepentingan industri di Eropa, dan tempat penanaman modal asing, Tempat pemasaran barang-barang hasil industri dari Eropa, Penyedia tenaga kerja yang murah. DAMPAK SISTEM USAHA SWASTA Usaha perkebunan di Hindia Belanda semakin berkembang Hasil barang tambang juga meningkat Pembangunan sarana prasarana di Indonesia POLITIK ETIS Politik etis dipelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus). Trias Van deventer yang meliputi: Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian. Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan. Selesai