Hal ini yang membuat Dewi Sartika ingin memajukan pendidikan bagi kaum
perempuan di Indonesia.
2. Minat terhadap pendidikan hingga mendirikan sekolah
Berbagai sumber menyebutkan, Dewi Sartika memang sudah memiliki minat terhadap dunia
pendidikan sejak kecil. Mahir dalam membaca dan menulis membuat Dewi Sartika sering
kali bermain peran dengan teman-temannya sebagai guru-guruan.
Ia mendapat dukungan dari sang kakek, Raden Agung A Martanegara dan seorang Inspektur
Kantor Pengajaran, Den Hamer.
Dewi Sartika berhasil mendirikan sebuah sekolah untuk kaum perempuan yang bernama
Sekolah Isteri.
Sekolah ini tak hanya mengajarkan para perempuan untuk dapat belajar membaca, menulis
serta berhitung, tetapi turut pula diajarkan seni menjahit, merenda dan belajar agama.
Seiring berjalannya waktu, jumlah perempuan yang ingin sekolah pun meningkat dan
membuat sekolah ini akhirnya dipindahkan dari kepatihan Bandung ke tempat yang lebih
luas.
3. Banyaknya perempuan yang memiliki cita-cita seperti Dewi Sartika
Sekolah Keutamaan Isteri Dewi Sartika (Website/disparbud.jabarprov.go.id)
Setelah berpindah tempat, nama skeolah ini pun berubah menjadi Sekolah
Keutamaan Isteri. Sejalan dengan kepindahan sekolah, pada tahun 1910,
Sekolah Keutamaan Isteri resmi dibuka di gedung yang lebih luas.
Tak hanya pelajaran umum dan seni belajar lainnya, para perempuan di sini
juga mendapat pelajaran bagaimana menjadi ibu rumah tangga yang baik,
mandiri dan terampil. Setelah dua tahun kepindahan sekolah ini, banyak
perempuan Sunda yang ahirnya memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi
Sartika.
4. Tak pernah mengeluh dalam mendirikan sekolah untuk kaum
perempuan
Sekolah Keutamaan Isteri (Website/pusakaindonesia.org)
Setelah berganti nama Sekolah Keutamaan Isteri, sekolah ini kemudian kembali
berganti nama menjadi Sekolah Keutamaan Perempuan.
Pada masa itu, seperempat wilayah Jawa Barat telah berdiri Sekolah Keutamaan
Perempuan.
Seorang perempuan bernama Encik Rama Saleh yang terinspirasi oleh Dewi
Sartika juga mendirikan sekolah di wilayah Bukittinggi.
Setelah perang agresi militer, sekitar tahun 1950, makam Dewi Sartika
dipindahkan ke kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jl. Karang Anyar –
Bandung.