KELOMPOK 1 :
NABILA ALIANDA
LAILATUL QODRIYANA R
BELLA ANJELICA
AINI NOURZAEIN
MA HASANAH PEKANBARU
TA. 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah prakarya dan kewirausahaan
ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah prakarya dan kewirausahaan ini, penulis
banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu
pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari pihak
lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.
Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif,
guna penulisan makalah yang lebih baik lagi. Harapan penulis, semoga makalah
yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.
Kelompok 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang yang berarti besarnya bahwa
untuk menyayangi sesuatu kita harus mengenalinya terlebih dahulu. Sebelum kita
menceritakan cerita rakyat yaitu Malin Kundang ada baiknya lebih mengenal dulu sejarah
Sumatera Barat dan kota Padang.
Sumatera Barat memiliki sejarah yang sangat beragam dari
zaman prasejarah sampai kedatangan orang Barat, sejarah Sumatera Barat dapat
dikatakan identik dengan sejarah Minangkabau. Walaupun masyarakat Mentawai diduga
telah ada pada masa itu, tetapi bukti-bukti tentang keberadaan mereka masih sangat
sedikit. Mulai dari masa prasejarah, Masuknya bangsa Eropa, Dari Perang Padri sampai
Perang Belasting , Gerakan Islam Modernis di Minangkabau , Gerakan Partai Komunis di
Indonesia,hingga kependudukan Jepang.
Kota Padang Tercinta juga memiliki sejarah yang beragam dengan kita mengenal
asal usul kota padang terlebih dahulu kita pasti lebih mengenalnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”Padang” berarti suatu tanah yang
datar dan luas, atau lapangan luas. Kondisi tersebut menjadi inspirasi bagi lahirnya nama
kota Padang. Secara topografi kota Padang merupakan dataran rendah yang dikelilingi
bukit-bukit yang tidak begitu tinggi. Di kota ini bermuara dua buah sungai yaitu Batang
Kuranji dan Batang Arau.
Pertumbuhan dan perkembangan Kota Padang pada tahun 2006 ini kota Padang
telah berusia 337 tahun, persisnya tanggal 7 Agustus 1669 - 7 Agustus 2006. Berbagai
bentuk pembangunan dilaksanakan. Derap langkah pembangunan terus dilakukan untuk
mewujudkan kesejahteraan warga. Padang sedang berbenah diri untuk menjadi kota
industri, kota perdagangan dan kota pariwisata.
3
za-man Belanda (VOC) di samping sebagai sebuah kam-pung nelayan Padang juga
sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan. Waktu itu Batang Arau merupakan
pelabuhan terpenting di pantai barat Sumatera.
Dan yang selanjutnya yang harus kita kenal adalah cerita rakyat di Kota Padang
yaitu Malin Kundang.
Malin Kundang adalah salah satu cerita rakyat terpopuler bukan hanya di
Indonesia tapi juga dimata dunia. Cerita Malin Kundang menceritakan seorang anak
yang merantau ke negeri seberang untuk mengubah ekonomi keluarganya dan
meninggalkan ibunya tapi setelah ia berhasil dan kembali ke kampung halamannya
bukannya membanggakan ibunya malah sebaliknya ia berpura-pura tidak mengenal
ibunya lagi karna ia malu mengakui ibu yang sudah tua dan miskin hingga ibunya
marah dan mengutuknya menjadi batu.
Dari semua saya jelas diatas akan lebih jelas setelah kita membaca makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah Sumatera Barat?
2. Bagaimana cerita rakyat “Malin Kundang”?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Masa Prasejarah
Nenek moyang orang Minangkabau diduga datang melalui rute ini. Mereka
berlayar dari daratan Asia (Indochina) mengarungi Laut Cina Selatan,
menyeberangi Selat Malaka dan kemudian melayari sungai Kampar, sungai Siak,
dan sungai Inderagiri. Setelah melakukan perjalanan panjang, mereka tinggal dan
mengembangkan kebudayaan serta peradaban di wilayah Luhak Nan Tigo (Lima Puluh
Kota, Agam, Tanah Datar) sekarang.
5
dan Dharmasraya. Banyak pula di antara mereka yang menyebar ke bagian barat, teruta-
ma ke daerah pesisir, seperti Tiku, Pariaman, dan Painan.
Nyawa Malin yang hampir melayang itu akhirnya dapat diselamatkan berkat usaha keras
ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia makin disayang. Demikianlah Mande Rubayah
sangat menyayangi anaknya. Sebaliknya Malin juga amat sayang kepada ibunya. Ketika
sudah dewasa, Malin berpamitan kepada ibunya untuk pergi merantau.
Pada saat itu memang ada kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis.
“Bu, ini kesempatan yang baik bagi saya,” kata Malin. “Belum tentu setahun sekali ada
kapal besar merapat di pantai ini. Saya berjanji akan merubah nasib kita sehingga kita
akan menjadi kaya raya.” Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah
mengijinkan anaknya pergi. Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang
sebanyak tujuh bungkus. Hari-hari berlalu terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap
pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut. Ia bertanya-tanya dalam hati, sampai
di manakah anaknya kini? Jika ada ombak dan badai besar menghempas ke pantai,
dadanya berdebar-debar. Ia mengadahkan kedua tangannya ke aas sembari berdo’a agar
anaknya selamat dalam pelayaran. Jika ada kapal yang datang merapat ia selalu
menanyakan kabar tentang anaknya. Tetapi semua awak kapal atau nahkoda tidak
pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Malin tidak pernah menitipkan barang
atau pesan apapun kepada ibunya. Itulah yang dilakukan Mande Rubayah setiap hari
6
selama bertahun-tahun. Tubuhnya semakin tua dimakan usia. Jika berjalan ia mulai
terbungkuk-bungkuk.
Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dulu membawa
Malin bahwa sekarang malin telah menikah dengan seorang gadis cantik putri seorang
bangsawan kaya raya. Ia turut gembira mendengar kabar itu. Ia selalu berdo’a agar
anaknya selamat dan segera kembali menjenguknya.
“Ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang...” rintih MANDE RUBAYAH tiap
malam. Namun hingga berbulan – bulan semenjak ia menerima kabar malin belum juga
datang menengoknya. Namun ia yakin bahwa pada suatu saat Malin pasti akan kembali.
Harapannya terkabul. Pada suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal
yang indah berlayar menuju pantai. Kapal itu megah dan bertingkat – tingkat. Orang
kampung mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka
menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merapat, tampak sepasang muda mudi berdiri di anjungan.
Pakaian mereka berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum.
Mereka nampak bahagia karena disambut dengan meriah.
Belum lagi tetua desa sempat menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu
menghampiri Malin. Ia langsung memeluk malin erat – erat. Seolah takut kehilangan
anaknya lagi.
7
Malin terpana karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang –
camping itu. Ia tak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya. Seingat Malin, ibunya
adalah seorang wanita berbadan tegar yang kuat menggendongnya kemana saja.
Sebelum dia sempat berpikir dengan tenang, istrinya yang cantik itu meludah sambil
berkata, “Cuih! Wanita buruk inikah ibumu? Mengapa kau membohongi aku?”
lalu dia meludah lagi. “Bukankah dulu kau katakan ibumu adalah seorang
bangsawan sederajad dengan kami?”
Mendengar kata – kata istrinya, Malin Kundang mendorong wanita itu hingga
terguling ke pasir. Mande Rubayah hampir tidak percaya pada perikau anaknya, ia jatuh
terduduk sambil berkata, “Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, nak!”
Malin Kundang tidak menghiraukan perkataan ibunya. Pikirannya kacau karena ucapan
istrinya. Seandainya wanita itu benar ibunya, dia tidak akan mengakuinya. Ia malu
kepada istrinya. Melihat wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya, Malin
menendangnya sambil berkata, “Hai, perempuan tua! Ibuku tidak seperti engkau!
Melarat dan dekil!”
Wanita tua itu terkapar di pasir. Orang banyak terpana dan kemudian pulang ke
rumah masing-masing. Tak disangka Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian.
Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah
sepi. Dilaut dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Hatinya perih seperti ditusuk-
tusuk. Tangannya ditadahkannya ke langit. Ia kemudian berseru dengan hatinya yang
pilu, “Ya, Allah Yang Maha Kuasa, kalau dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya
tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu,
Ya Tuhan ...!”
Tidak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak
berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya. Entah bagaimana
awalnya tiba-tiba datanglah badai besar. Menghantam kapal malin kundang. Disusul
sambaran petir yang menggelegar. Seketika kapal itu hancur berkeping-keping.
8
Kemudian terhempas ombak hingga ke pantai.Ketika mathari pagi memancarkan
sinarnya, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu.
Itulah kapal Malin Kundang. Tak jauh dari tempat itu nampak sebongkah batu yang
menyerupai tubuh manusia. Konon itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena
kutuk ibunya menjadi batu. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak
dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus
mencari Malin Kundang.
Demikianlah sampai sekarang jika ada ombak besar menghantam batu-batu yang
mirip kapal dan manusia itu, terdengar bunyi seperti lolongan jeritan manusia. Sungguh
memilukan kedengarannya. Kadang-kadang bunyinya seperti orang meratap menyesali
diri. “Ampuuuun, Bu ... ! Ampuuuun... Buuuuu ... !” konon itulah suara si Malin
Kundang.
Orang yang durhaka kepada orang tuanya terutama kepada ibunya, orang
tersebut tidak akan bisa masuk surga kecuali setelah mendapat pengampunan dari
ibunya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumatera Barat memiliki sejarah yang sangat beragam dari
zaman prasejarah sampai kedatangan orang Barat, sejarah Sumatera Barat dapat
dikatakan identik dengan sejarah Minangkabau. Walaupun masyarakat Mentawai diduga
telah ada pada masa itu, tetapi bukti-bukti tentang keberadaan mereka masih sangat
sedikit. Mulai dari masa prasejarah, Masuknya bangsa Eropa, Dari Perang Padri sampai
Perang Belasting , Gerakan Islam Modernis di Minangkabau , Gerakan Partai Komunis di
Indonesia,hingga kependudukan Jepang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”Padang” berarti suatu tanah yang
datar dan luas, atau lapangan luas. Kondisi tersebut menjadi inspirasi bagi lahirnya nama
kota Padang. Secara topografi kota Padang merupakan dataran rendah yang dikelilingi
bukit-bukit yang tidak begitu tinggi. Di kota ini bermuara dua buah sungai yaitu Batang
Kuranji dan Batang Arau.
Malin Kundang adalah salah satu cerita rakyat terpopuler bukan hanya di
Indonesia tapi juga dimata dunia. Cerita Malin Kundang menceritakan seorang anak yang
merantau ke negeri seberang untuk mengubah ekonomi keluarganya dan meninggalkan
ibunya tapi setelah ia berhasil dan kembali ke kampung halamannya bukannya
membanggakan ibunya malah sebaliknya ia berpura-pura tidak mengenal ibunya lagi
karna ia malu mengakui ibu yang sudah tua dan miskin hingga ibunya marah dan
mengutuknya menjadi batu.
Hubungannya dengan Pancasila adalah sesama manusia harus saling menghargai
sesuai dengan sila ke dua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
10
DAFTAR PUSTAKA
11