Anda di halaman 1dari 10

ANALISA UNSUR INSINTRIK DAN EKSINTRIK

PADA KARYA HIKAYAT MALIN KUNDANG

PENGAJAR :
Ahmed Faizal Rizfanny, S.Pd. Gr

DISUSUN OLEH:
Alfarizqi Zaidan Riawan Putra
X-DKV 1 (08)

SMKN 1 JABON
2022/2023
ABSTRAK
Zaman dahulu kala, hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah, yang tinggal bersama
anak laki-lakinya, Malin Kundang. Mande Rubayah sangat menyayangi dan memanjakan Malin
Kundang. Malin kemudian tumbuh menjadi seorang anak yang rajin dan penurut. Ketika Mande
Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual kue untuk mencupi kebutuhan
dirinya dan anak tunggalnya.
Suatu hari, Malin jatuh sakit keras, hingga nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia
dapat diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin disayang.
Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyayangi.
Saat dewasa, Malin memohon untuk merantau agar dapat mengubah nasibnya dan ibunya Saat
Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu
sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis. “Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu
denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya yang sedih
setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau. “Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-
apa denganku,” ujar Malin sambil menggenggam tangan ibunya. “Ini kesempatan, Bu, kerena
belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita
Bu, izinkanlah” pinta Malin memohon.
Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk merantau, ia pun memberikan bekal nasi untuk
Malin. “Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya
sambil menangis. Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk
pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus,
“Untuk bekalmu di perjalanan,” katanya sambil menyerahkannya pada Malin.
Setelah itu Malin Kundang berangkat ke tanah rantau meninggalkan ibunya sendirian. Mande
Rubayah yang selalu mendoakan agar Malin selamat dan cepat kembali Hari demi hari terus
berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah
memandang ke laut. “Sudah sampai manakah kamu berlayar Nak?” tanyanya dalam hati sambil
terus memandang laut. la selalu mendoakan agar anaknya selalu selamat dan cepat kembali.
Beberapa waktu kemudian ketika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan kabar
tentang anaknya. “Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia
pulang?” tanyanya. Namun setiap ia bertanya pada awak kapal atau nahkoda tidak pernah
mendapatkan jawaban.
Malin tak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya. Bertahun-tahun tak
ada kabar, Mande Rubayah mendapat kabar Malin telah menikah dengan putri bangsawan.
Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga tubuhnya
semakin tua, dan kini jalannya mulai terbungkuk-bungkuk. 
Pada suatu hari, Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dahulu membawa Malin,
nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah. “Mande, tahukah kau, anakmu kini
telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucapnya
saat itu. “Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…” rintihnya
pilu setiap malam. Ia yakin anaknya pasti datang.
Benar saja tidak berapa lama kemudian di suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah
kapal yang megah nan indah berlayar menuju pantai. Penduduk desa menyambut kapal yang
datang, terlihat sepasang anak muda yang berdiri di anjungan Penduduk desa mulai berkumpul,
mereka mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya
dengan gembira. Mande Rubayah amat gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya
selamat dan segera kembali menjenguknya.
Sinar keceriaan mulai mengampirinya kembali. Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia
menerima kabar Malin dari nahkoda itu, Malin tidak kunjung kembali untuk menengoknya.
Ketika kapal itu mulai merapat, terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan. Pakaian mereka
berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum karena bahagia disambut
dengan meriah.
Mande Rubayah langsung berusaha menghampiri dan memeluk Malin karena takut kehilangan
anaknya lagi Mande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras
saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu
adalah anaknya, Malin Kundang.
Belum sempat para sesepuh kampung menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri
Malin. la langsung memeluknya erat Malin karena takut kehilangan anaknya lagi. “Malin,
anakku. Kau benar anakku kan?” katanya menahan isak tangis karena gembira, “Mengapa begitu
lamanya kau tidak memberi kabar?” Malin terkejut karena dipeluk oleh ibunya dan istrinya pun
juga merendahkan Mande Rubayah Malin terkejut karena dipeluk perempuan tua renta yang
berpakaian compang-camping itu. Ia tidak percaya bahwa perempuan itu adalah ibunya.
Sebelum dia sempat berpikir berbicara, istrinya yang cantik itu meludah dan berkata,
“Perempuan jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku! Bukankah dulu kau
katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!” ucapnya sinis
Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya hingga
terguling ke pasir, “Perempuan gila! Aku bukan anakmu!” ucapnya kasar.
Malin tidak mengakui ibunya dan menendang Mande Rubayah hingga terkapar di pasir sambil
menangis Mande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata,
“Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!” Malin Kundang
tidak memperdulikan perkataan ibunya. Dia tidak akan mengakui ibunya. la malu kepada istrinya.
Melihat perempuan itu bersujud hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata,
“Hai, perempuan gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!” Perempuan tua itu
terkapar di pasir, menangis, dan sakit hati. Orang-orang yang meilhatnya ikut terpana dan
kemudian pulang ke rumah masing-masing.
Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi.
Mande Rubayah berdoa dengan hatinya yang pilu dan kemudian langit berubah menjadi gelap.
Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak menyangka Malin yang dulu disayangi tega
berbuat demikian. Hatinya perih dan sakit, lalu tangannya diangkat ke langit. Ia kemudian berdoa
dengan hatinya yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan
perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku
mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil menangis. Tidak lama kemudian cuaca di
tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan
teramat lebatnya. Datang badai besar yang menghantam kapal Malin Kundang dan tampak
sebongkah batu yang menyerupai tubuhnya Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal
Malin Kundang. Lalu sambaran petir yang menggelegar. Saat itu juga kapal hancur berkeping-
keping. Kemudian terbawa ombak hingga ke pantai. Esoknya saat matahari pagi muncul di ufuk
timur, badai telah reda. Di pinggir pantai terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah
kapal Malin Kundang! Tampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. Itulah tubuh
Malin Kundang anak durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Di sela-
sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal
dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia “ analisis unsur insintrik
dan eksintrik pada karya hikayat” dengan baik.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmed Faizal Rizfanny, S.Pd. Gr, selaku guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan saya.

Saya menyadari, laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makala ini.

Sidoarjo, 17 Desember 2022


Penyusun

DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................1
ABSTRAK...........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB 1..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................4
LATAR BELAKANG...................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH.............................................................................................5
TUJUAN.......................................................................................................................6
BAB 2..................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................8
BAB 3..................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................9
KESIMPULAN...............................................................................................................9
SARAN............................................................................................................................9
DAFTAR PUSAKA.............................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan sastra lama atau sastra daerah yang terdapat di berbagai pelosok nusantara,
tidak terlepas dari unsur-unsur masyarakat yang membangunnya, sehingga apa yang
dihasilkan dalam karya sastra lama merupakan replika atau sebuah panggambaran dari
keadaan masyarakat pada waktu itu, baik keadaan sosial, religi (keagamaan), maupun adat-
istiadat.
Sastra lama juga sebagai perekam kebudayaan masing-masing daerah di nusantara dari
kurun waktu yang relatif cukup lama, di dalamnya menampung berbagai buah pikiran, ajaran,
budi pekerti, nasihat, hiburan dan lain sebagainya.
Peranan sastra dalam masyarakat sangat penting, terutama dalam pembentukan
kepribadian atau watak bangsa. Dengan demikian maka sastra terutama sastra lama perlu
dikaji dan dipelajari kembali agar dapat diketahui dan dimengerti aspek-aspek atau nilai-nilai
penting yang terkandung di dalam karya sastra lama itu dengan sebaik-baiknya, sehingga
kegunaan karya sastra benar-benar diketahui.

B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa penngertian dari unsur intristik?
2.Analisa unsur intristik ?
3.Apa pengertian dari unsur ekstrinsik?
4.Analisa unsur ekstrinsik?

C. TUJUAN PENULISAN
Mengetahui bagaimana menganilisa suatu karya hikayat dengan unsur intristik dan ekstrinsik.

BAB II
PEMBAHASAN

A.MEMBAHAS UNSUR INSINTRIK


• Pengertian
Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang
mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
sudut pandang, dan amanat.

• Analisa pada karya hikayat


Tema
Seseorang yang durhaka kepada Orang Tuanya.

Alur
Alur maju, karena dalam cerita hikayat tersebut menampilkan peristiwa secara runtut
mulai dari awal, tengah sampai akhir.

Latar
-Latar tempat : di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di Padang, Sumatera
Barat. 
-Latar waktu :
a) Pagi dan sore
Dalam cerita :
“hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande
Rubayah memandang ke laut”.

“Di suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang megah
nan indah berlayar menuju pantai”.

b) Malam
Dalam cerita :
“Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…”
rintihnya pilu setiap malam.
-Latar suasana : Bahagia dan menyedihkan.

Tokoh dan penokohan


-Malin Kundang, berwatak protagonis dan antagonis
-Mande Rubayah (Ibu Malin), berwatak protagonis
-Istri Malin, berwatak antagonis

Sudut pandang
Dalam hikayat malin kundang sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang orang
ketiga, adapun alasannya karena dalam cerita penulis meletakkan tokoh utama
sebagai orang dengan kata ganti orang ketiga, yakni “ia”, contoh dalam kalimat “ia hanya
mampu bekerja sebagai penjual kue untuk mencupi kebutuhan dirinya dan anak tunggalnya”.
Amanat
Janganlah durhaka terhadap orang tua apalagi terhadap ibu kita. Karena sesungguhnya
durhaka terhadap orang tua apalagi terhadap seorang ibu, merupakan perilaku yang tercela
dan sangat dilarang oleh agama. Ingatlah bahwa Surga berada di bawah telapak kaki  ibu.
Oleh karena itu, berprilaku baik dan lemah lembut lah terhadap orang tua terlebih lagi kepada
seorang ibu.

B.MEMBAHAS UNSUR EKSINTRIK


• Pengertian
Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar yang berada dalam sebuah cerita yang juga ikut
membangun jalannya suatu cerita. Terdapat tiga hal utama dalam unsur ekstrinsik cerpen,
yaitu latar belakang masyarakat, latar belakang pengarang, dan nilai-nilai yang terkandung
dalam cerpen.

• Analisa pada karya hikayat


Latar belakang masyarakat
kita dapat melihat bahwa pengarang memasukan latar belakang masyarakat pada
ceritanya. Kutipan “Beberapa waktu kemudian ketika ada kapal yang datang merapat ia selalu
menanyakan kabar tentang anaknya”. Menunjukkan bahwa  masyarakat  pada saat itu dipesisir
pantai masilah banyak nelayan

Latar belakang pengarang/penulis


Penulis sekaligus pengarang cerita malin kundang ialah bernama  Rini Kurniasih, beliau
sudah banyak menulis cerita berupa dongeng, legenda, dan sebagainya. Malin kundang, cerita
yang ia tulis dan diterbitkan tahun 2004 ini . Cerita yang banyak dijadikan inspirasi dan
banyak orang tahu. Sepertinya ia menulis cerita malin kundang tujuannya agar anak anak
dapat mengambil hikmah dari cerita ini bahwa orang tua adalah orang yang harus dihormati
dan dimuliakan dan harus dipatuhi sebagai seorang anak.

Nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat malin kundang

Dalam legenda Malin Kundang telah memberikan nilai pendidikan kepada anak-anak


untuk tidak bersikap durhaka kepada orang tuanya, terutama sang ibu. Semua anak haruslah
berbakti kepada orang tua, sebagaimana mereka yang telah merawat dan mendidik kita dari
kecil.

BAB III
PENUTUPAN
• Kesimpulan
Setelah menganalisa unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik, dapat disimpulkan bahwa
Hikayat memiliki dua unsur, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrisik hikayat adalah yang
membangun cerita dari dalam. Sedangkan ekstrinsik adalah unsur yang membangun cerita
dari luar..

• Saran
Demikian yang dapat penulis sajikan, mungkin banyak kesalahan atau kekeliruan dalam
menulis karena ini semua jauh dari kesempurnaan penulis. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca agar penulis bisa memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat.

• DAFTAR PUSTAKA
https://mediaindonesia.com/humaniora/532239/cerita-malin-kundang-kisah-si-anak-
durhaka

Anda mungkin juga menyukai