Penyaji:
Syamsul Arifin
107103002309
PENDAHULUAN
Kulit menutupi seluruh permukaan tubuh manusia dan merupakan bagian
tubuh yang terpapar dengan dunia luar. 1
Kulit memiliki fungsi yaitu melindungi jaringan bagian dalam tubuh dari
trauma, radiasi, infeksi, mengatur suhu tubuh dengan cara berkeringat,
vasokonstriksi atau vasodilatasi. 1
Luka yang tidak dapat ditutup secara primer, dapat dilakukan penutupan
dengan berbagai cara diantaranya dengan melakukan skin graft. 1,2
Skin graft telah dilakukan di India sejak 2000 tahun yang lalu tetapi tidak
mengalami perkembangan hingga abad ke-19. Pada abad ke-19 skin graft mulai
diperkenalkan di dunia barat. Selama 100 tahun terakhir, alat dan metode yang
digunakan mengalami banyak perubahan. Beberapa nama berhubungan dengan
perkembangan awal skin graft yaitu Bunger tahun 1823 melakukan pemindahan
kulit dari paha ke hidung. Reverdin tahun 1869 melakukan eksisi kulit kecil dan
tipis (epidermic graft) yang diletakkan pada permukaan granulasi. Ollier (1872)
dan Thiersch (1874) mengemukakan dan mengembangkan tentang thin split
thickness skin graft. 1-3
DEFINISI
Skin graft yaitu tindakan memindahkan sebagian atau seluruh tebalnya
kulit dari satu tempat ke tempat lain supaya hidup ditempat yang baru tersebut
dan dibutuhkan suplai darah baru (revaskularisasi) untuk menjamin
kelangsungan hidup kulit yang dipindahkan tersebut. 3,4
2. Ketebalannya
a. Split thickness skin graft (STSG) :
Graft ini mengandung epidermis dan sebagian dermis.
Tipe ini dapat dibagi atas 3 bagian :
1. Thin Split Thickness Skin Graft sering disebut Thiersch atau
Ollier- Thiersch graft, berukuran 0,008 - 0,012 mm.
2. Intermediate (medium) Split Thickness Skin Graft, berukuran
0,012 - 0,018 mm.
3. Thick Split Thickness Skin Graft, nama lainnya Three quarter
thickness graft, berukuran 0,018 - 0,030 mm.
b. Full Thickness Skin Graft (FTSG) :
Graft ini meliputi epidermis dan seluruh ketebalan dermis, sering
disebut Wolfian graft. 1-4
3
VASKULARISASI SKIN GRAFT
Skin graft membutuhkan vaskularisasi yang cukup untuk dapat hidup,
sebelum terjalin hubungan erat dengan resipien dan setelah ada jalinan dengan
resipien. Setelah kulit dilepas dari donor akan berubah menjadi pucat oleh
karena terputus dari suplai pembuluh darah dimana terjadi kontraksi kapiler pada
graft dan sel darah merah terperas keluar. Setelah graft ditempelkan ke res ipien
secara perlahan tampak perubahan warna graft menjadi pink seperti ada
sirkulasi kembali, hal ini terjadi diakibatkan perpindahan pasif sel darah merah
yang bebas ke dalam kapiler graft. Efek kapiler terjadi selama 12 jam pertama.
Nutrisi pada skin graft dimulai dengan proses sirkulasi plasmatik dimana
terjadi proses inhibisi plasma / serum dan oksigen kedalam graft. Graft secara
pasif meny erap nutrient secara spons kemudian akan menjadi oedem secara
bertahap dan beratnya bertambah hingga 40%.
Setelah periode penyerapan nutrient, terjadi hubungan kapiler dari
resipien ke graft. Anastomose kapiler resipien dengan graft (revaskularisasi)
terjadi mulai 22 jam dan menetap 72 jam setelah penempelan graft.
Revaskularisasi pada skin graft merupakan kombinasi dari ke 3 proses
dibawah ini yaitu :
1. Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah
resipien disebut proses inokulas i.
2. Pertumbuhan ke dalam dari pembuluh darah resipien ke dalam saluran
endothelial graft.
3. Penetrasi pembuluh darah resipien ke dalam dermis dari graft yang akan
membentuk saluran endothelial baru.
Revaskularisasi dari split thickness skin graft di daerah resipien lebih cepat
dibandingkan full thickness skin graft oleh karena split thickness skin graft lebih
tipis sehingga masuknya pembuluh darah dari resipien menempuh jarak yang
lebih pendek. 1-3, 5, 6
4
Imobilisasi 3
Keuntungan :
Kemungkinan take lebih besar
Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas
Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja
Daerah donor dapat sembuh sendiri / epitelialisasi
5
Kerugian :
Punya kecendrungan kontraksi lebih besar
Punya kecendrungan terjadi perubahan warna
Permukaan kulit mengkilat
Secara estetik kurang baik
Indikasi :
Menutup defek kulit yang luas
Dapat digunakan untuk penutupan sementara dari defek
Kontra indikasi :
Ukuran luka kecil yang dapat diperbaiki dengan melakukan flap atau
full thickness skin graft
Keuntungan :
Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih kecil
Kecendrungan untuk berubah warna lebih kecil
Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil
Secara estetik lebih baik dari split thickness skin graft
Kerugian :
Kemungkinan take lebih kecil dibanding split thickness skin graft
Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas
Donor harus dijahit atau ditutup oleh split thickness skin graft bila luka donor
agak luas sehingga tidak dapat ditutup primer
Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu seperti inguinal, supraklavikular,
retroaurikular
6
Indikasi :
Kehilangan jaringan yang tidak begitu luas
Kontra indikasi :
Tidak terdapatnya suplai darah
Humby
3. Dermatome :
Mempunyai kemampuan mempertahankan jarak antara mata pisau
dengan tebal kulit yang disayat.: Dermatome tangan (drum dermatome),
dermatome listrik dan tekanan udara.
7
Dermatome listrik
Melubangi kulit
9
graft, bila akan melakukan tie over saat menjahit tepi graft beberapa sisa simpul
dibiarkan panjang untuk fiksasi. 1,3,4
Defek daerah donor split thickness skin graft akan sembuh sendiri dimana
terjadi proses epiteliasasi. Ini dimungkinkan oleh karena masih ada unsur-unsur
epitel didalam dermis seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak /
sebasea. Luka donor pada split thickness skin graft ditutup tulle dan kasa steril
kemudian dibalut dengan verban elastis.
Defek daerah donor full thickness skin graft ditutup dengan melakukan
undermining pada tepi luka dan sedapatnya ditutup primer tanpa ketegangan.
Bila tidak dapat ditutup primer, luka ditutup dengan split thickness skin graft.
Pada donor full thickness skin graft setelah pengambilan graft harus dijahit
karena lapisan yang diambil tidak menyisakan asesori kulit yang mengandung
unsu-unsur epitel sehingga tidak memungkinkan terjadi epitelialisasi. 1-4
10
dari skin graft maksudnya adalah telah terjadi revaskularisasi, dimana skin graft
memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup. Disarankan pada penderita paska
tindakan skin graft di ekstremitas tetap memakai pembalut elastis sampai
pematangan graft kurang lebih 3-6 bulan.
Bila diduga akan adanya seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah
kulit sebaiknya dalam waktu 24 - 48 jam dilakukan pengamatan skin graft, oleh
karena bila terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft
akan mengurangi kontak graft dengan resipien sehingga akan menghalangi take
dari skin graft tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan
dengan hati-hati jangan sampai merusak graft (terangkat atau tergeser). Seroma,
hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi
kecil pada skin graft tepat diatas seroma, hematoma atau bekuan darah tersebut
dan selanjutnya dilakukan pembalutan kembali. Bila evakuasi tersebut dilakukan
dalam waktu 24 jam pertama maka graft masih dapat terjamin take 100%. 3,6,8
11
2. Pergeseran skin graft
Pergeseran akan menghalangi / merusak jalinan hubungan
(revaskularisasi) dengan resipien. Harus diusahakan terhindarnya daerah
operasi dari geseran dengan cara fiksasi dan imobilisasi yang baik.
3. Daerah resipien yang kurang vital
Suplai darah yang kurang baik pada daerah resipien, misalnya daerah
bekas crush injury, akan mengurangi kemungkinan take, kecuali telah
dilakukan debridement yang adekuat. Penempelan skin graft pada daerah
yang avaskuler seperti tulang, tendon, syaraf membuat tindakan skin graft
gagal.
4. Infeksi
Merupakan penyebab kegagalan yang sebenarnya tidak sering. Infeksi
luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan jumlah
mikroorganisma. Bila jumlah mikroorganism a lebih dari 10 4 /gram jaringan
kemungkinan terjadinya infeksi yaiu 89%, sedangkan bila jumlah
mikroorganisma dibawah 10 4 /gram jaringan kemungkinan terjadi infeksi
yaitu 6%. Pada luka-luka dengan jumlah mikroorganisma lebih dari
105 /gram jaringan hampir dipastikan akan selalu gagal.
5. Tekhnik yang salah
Menempelkan skin graft pada daerah berepitel (sel basal epidermis)
dipermukaannya.
Penempelan skin graft terbalik.
Skin graft terlalu tebal. 1-4
12
KESIMPULAN
1. Skin graft merupakan tindakan memindahkan sebagian atau seluruh
tebalnya kulit dari donor ke resipien yang membutuhkan revaskularisasi
untuk menjamin kelansungan hidup kulit yang dipindahkan tersebut.
2. Pelaksanaan skin graft bergantung kepada tebal / tipisnya skin graft yang
akan dipindahkan dari donor ke resipien.
3. Penyebab terjadinya kegagalan tindakan skin graft harus selalu
dievaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grande D. Skin grafting. April 29, 2002. www.emedicine.com .
2. Revis DR. Skin, Grafts. August 1, 2001, volume 2, Number 8.
www.emedicine.com
3. Perdanakusuma DS. Skin Grafting. Surabaya : Airlangga University
Press, 1998; 1-38.
4. Burge S, Rayment R. Graft-graft Kulit Bebas dalam : Bedah kulit
Praktis, Widya Medika, 1993 ; 74-88.
5. Eka N et all. Bedah Skalpel dalam : Buku Panduan Pelaksanaan
Bedah Kulit 1, Ed. Yogyakarta P, bagian SMK Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Fk Universitas Dipenogoro - RSUP Dr. Kariadi Semarang,
2000; 95-99.
6. Arndt et all. Skin Grafting dalam : Cutaneous Medicine and Surgery,
volume 2B, W.B saunders Company, 1996 ; 1417-21.
7. Keunen H. Skin Grafting dalam : Skin Surgery, Ed Harahap M, Warren,
H Green Inc, St. Louis, Missouri, USA, 1985; 137-48.
8. Rudolf R. Ballantyne Dl Jr. Skin Graft dalam : ed Mc.JG, Plastic
Surgery, volume 1, Philadelphia , W.B Saunders Company, 1990; 221-
74.
13