Anda di halaman 1dari 9

KESEHATAN MASYARAKAT

“PENCEGAHAN TERSIER”

Dosen Pengampu : Nirwana Per-Angin², S.Pd, M.Pd

KELAS IV A

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


1. Mukarramah
2. Nadilla Septiana
3. Norafni Seri Utari
4. Nufaisah Mustika Riyadni
5. Nur Ayu Wulandari
6. Nur Syifa. S
7. Nurul Maghfirah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN DIII KEBIDANAN

2020
KONSEP DASAR

A. Pengertian Pencegahan Tersier


Pencegahan Tersier adalah upaya mencegah komplikasi klinik yang lebih berat dan
membantu dalam memberikan penanganan serta memulihkan pasien pasca berobat
agar dapat kembali berfungsi secara optimal. ( Asmadi,2008)

B. Tujuan Pencegahan Tersier


Pencegahan ini bertujuan untuk mencegah komplikasi serta meminimalkan kecacatan,
memperkecil penderitaan dan membantu pasien untuk melakukan penyesuaian
terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi dengan memaksimalkan terapi dan
perawatan pada pasien. (Komang Ayu henny achjar,2011)

C. Macam Macam Pencegahan Tersier


1. Disability Limitation
Disability Limitation atau pembatasan kecacatan dan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan berfikir dan bekerja yang diakibatkan
suatu masalah kesehatan dan penyakit. Usaha ini merupakan lanjutan dari
usaha early diagnosis and promotif treatment yaitu dengan pengobatan dan
perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat (
tidak terjadi komplikasi ). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar
kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang
cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin. ( Effendy, Nasrul. 1998)

Berbagai cara dalam melakukan Disability Limitation atau pembatasan


kecacatan diantaranya adalah:
a. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
1). Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
2). Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan
pemerikasaan lanjut yang lebih akurat seperti pemeriksaan
laboratorium dan pemerikasaan penunjang lainnya agar penderita
dapat sembuh dengan baik dan sempurna tanpa ada komplikasi
lanjut. Serta sejak dini semua kekuatan pembangunan harus
dilibatkan dalam upaya mengembangkan pola hidup sehat
sejahtera, disamping harus ada penanganan yang sangat
profesional pada mereka yang terkena suatu penyakit, strategi yang
dikembangkan di Indonesia, terutama karena masyarakat yang
awam dan sangat rendah kesadarannya dalam bidang kesehatan,
harus secara jelas dan tegas bersifat komprehensif. Untuk
mengembangkan strategi dengan target-target yang jelas dan
terarah perlu dilakukan penelitian epidemiologi suatu penyakit
yang benar dan tepat.
3). Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi
Masyarakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan
benar oleh tenaga kesehatan agar penyakit yang dideritanya tidak
mengalami komplikasi. Selain itu untuk mencegah terjadinya
komplikasi maka penderita yang dalam tahap pemulihan,
dianjurkan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan secara rutin
untuk melakukan pemeriksaan rutin agar penderita sembuh secara
sempurna.
b. Peran bidan dalam pembatasan kecacatan:
1). Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sesuai
dengan wewenang bidan,denngan memenuhi semua hak-hak
pasien.
2). Melakukan pendampingan pada pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan secara sempurna,baik dalam hal yang masih
wewenang bidan ataupun dalam melakukan rujukan ketempat-
tempat pelayanan kesehatan yang lebih canggih(rumah sakit yang
mampu mengatasi penyakit pasien secara tuntas dan sempurna).
3). Memberikan pendidikan kesehatan untuk masyarakat sejak
dini(preventive).
( Effendy, Nasrul. 1998)
2. Rehabilitasi
Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang proses pertumbuhan
penyakitnya telah berhenti. Tujuannya adalah untuk berusaha
mengembalikan penderita kepada keadaan semula (pemulihan kesehatan)
atau paling tidak berusaha mengembalikan penderita pada keadaan yang
dipandang sesuai dan mampu melangsungkan fungsi kehidupannya.
( Effendy, Nasrul. 1998)
1. Tujuan rehabilitasi adalah:
1). Agar dapat bersosialisasi seperti lazimnya atau sebelum cacat
individu lain yang tidak cacat.
2). Agar penderita dapat merawat dirinya sendiri sesuai dengan
usianya
3). Agarpenderita cacat dapat mempertahankan diri
4). Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat.
5). Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan
untuk bertahan.
6). Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
7). Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
b. Rehabilitasi ini terdiri atas:
1). Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimal maksimalnya. Misalnya, seorang yang karena
kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki
yang patah ini yaitu dengan mempergunakan kaki buatan yang
fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya.
2). Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali dengna
bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-
kelaianan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam
masyarakat.
3). Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan
dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-
maksimalny sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
4). Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan
rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya
itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata
palsu.
5). Rehabilitasi Medik
Dalam bidang Rehabllitasi Medik ada beberapa pelayanan yang
dibutuhkan
a) Fisioterapi :
Relaksasi, terapi manipulasi, latihan keseimbangan, latihan
koordinasi, latihan mobilisasi, latihan ambulasi dan latihan
Bobath dengan teknik inhibisi, fasilitasi dan stimulasi latihan
dapat diberikan ditempat tidur, di gymnasium, di kolam renang.
b) Terapi Okupasi :
(1) Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan,
permainan yang memerlukan keberanian.
(2) Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan
minum, penggunaan alat perkakas rumah tangga.
(3) Seni dan ketrampilan

c) Terapi Wicara :
Pada pasien dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan
dalam bahasa pasif : anggota tubuh, benda-benda di
dalam/diluar rumah dan disekolah dan dalam bahasa konsonan,
suku kata, kata, kalimat. dengan pengucapan huruf hidup/vocal,
d) Terapi Musik :
Tujuannya menumbuhkembangkan potensi-potensi pada anak
yang berkelainan baik fisik, mental intelektual maupun sosial
emosional sehingga mereka akan berkembang menjadi percaya
diri sendiri. Pelayanan tersebut dengan cara melatih : ritme,
nada dan irama, interfal, tarian, drama, cerita, senam,
pengenalan alat musik, pengenalan lagu, latihan baca
sajak/puisi.
e) Psikolog :
Merupakan suatu penyembuhan yang berkaitan dengan
kejiwaan pasien,sehinnga dapat mengetahui seberapa besar
tingkat kesadaran dalam minat kesembuhanya sertaseberapa
besar tingkat kekecewaan yang pasien rasakan atas
kecacatannya.

f) Sosial Medik :
Memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial, ekonomi,
pendidikan, lingkungan tempat tinggal, dsb. Yang dapat
bermanfaat bagi para dokter dan terapis dalam menyusun
program rehabilitasi. Selain itu pelayanan yang berhubungan
dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor Departemen
sosial, Rumah sakit, Sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan
erat dengan berbagai instansi yang sangat penting untuk
keberhasilan program rehabilitasi .

g) Ortotik Prostetik :
Memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misal brace,
tongkat ketiak, kaki tiruan, kursi roda.

h) Bina Mandiri :
Lingkup pelayanan meliputi :
(1) Kemandirian yang sesuai dengan aktifitas perawatan diri
sendiri, aktifitas dimeja makan, aktifitas rumah tangga,
aktifitas dikamar tidur, pengenalan alat pertukangan dan
kegunaannya, penggunaan alat bantu, kegiatan berjalan.
(2) Komunikasi
(3) Sosialisasi
( Effendy, Nasrul. 1998)
c. Peran bidan dalam rehabilitasi:
1). Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat.
2). Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali
dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang
bersangkutan untuk bertahan.
3). Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga
setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
4). Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap
dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
5). Memberikan konseling pada penderita kecacatan agar tetap
bersemangat dalam memulihkan kesehatan.
6). Memberikan keyakinan dalam kesembuhan,serta menumbuhkan
kepercayaan diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat
Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar dapat menerima
pasien sama seperti individu normal lainnya.
7). Memberikan pendidikan kesehatan agar hal yang lebih buruk
tidak terjadi pada kesehatan pasien. ( Effendy, Nasrul. 1998)

D. Upaya Pencegahan Tersier


Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi pembatasan kecacatan dan
mengadakan rehabilitasi. Upaya-upaya pencegahannya adalah yaitu :
1. Memaksimalkan fungsi organ yang cacat
2. Membantu dalam segi fisik maupun psikologis pada pasien ekremitas akibat
amputasi
3. Mendirikan Pusat Pusat rehabilitasi medik untuk membantu pasien

Pencegahan ini terus diupayakan selama pasien sehat dalam fisik maupun psikologis,
hingga kemungkinan yang dapat terjadi yaitu pasien meninggal. ( Budiarto, eko.2003)

E. Fungsi Pencegahan Tersier


1. Pencegahan tersier merupakan kegiatan yang menekankan pada pengembalian
indivudu pada tingkak fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga.
2. Pencegahan tersier dimulai ketika terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan
yang menetap bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan
menghambat proses penyakit.
3. Pencegahan tersier merupakan pencegahan yang dilakukan saat maasalah
kesehatan telah selesai, dengan tujuan mencegah komplikasi serta
meminimalkan ketunadayaaan (disability limitation) dan memaksimalkan
fungsi melalui rehabilitasi seperti melakukan rujukan kesehatan.
4. Penggunaan terapi modalitas dan terapi lengkap dilakukan berdasarkan peran
dan fungsi perawat komunitas, terutama saat memberi layanan langsung
kepada keluarga, kelompok, dan masyarakat. (Komang ayu henny
achjar.2011)
F. Pencegahan Tersier Terhadap Klien Dengan Penyalah Gunaan NAPZA
Dalam tahap pencegahan ini para pecandu akan direhabilitasi. Ini karena para pecandu
tersebut pada dasarnya adalah seseorang yang sakit sehingga perlu disembuhkan.
Dalam masa rehabilitasi para pecandu akan dipulihkan dari ketergantungan sehingga
mereka bisa hidup normal serta kembali bersosialisasi dengan keluarga dan
masyarakat. (Komang Ayu henny achjar,2011)
Adapun tahap-tahap dalam pencegahan tersier ini,yaitu :
1. Tahap Menjauhkan diri
Bisa berlangsung selama 2 tahun sejak tanggal penggunaan terakhir.
2. Tahap Konfrontasi
Berlangsung mulai akhir tahap 1 sampai selama 5 tahun tidak menggunakan
secara konsisten.
3. Tahap Pertumbuhan
Berlangsung selama 5 tahun atau lebih.
4. Tahap transformasi
Sudah melanjutkan gaya hidup yang baru yang di temukan pada tahap
pertumbuhan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :

1. Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta


kelompok lingkungannya.
2. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka
tidak terjerat untuk kembali sebagai pengguna narkoba.

Selain pencegahan yang telah disebutkan, maka wahana yang paling berpotensi
untuk dapat menghindari penyalahgunaan narkoba adalah dari lingkungan
keluarga.

Strategi sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam upaya pencegahan narkoba
diantaranya yaitu:

1. Orang tua harus memiliki pengetahuan secara jelas tentang narkoba , agar
dapat memberikan pengetahuan dan pembekalan pada anak tentang ganasnya
narkoba dan bagaimana cara menghindarinya.
2. Hindari kepercayaan diri yang berlebihan bahwa anaknya adalah anak yang
sempurna dan tidak punya masalah, ini perlu dilakukan agar secepatnya dapat
mendeteksi dini bila ada perubahan yang tidak lazim pada anaknya.
3. Jangan segan mengawasi dan mencari penyebab terjadinya perubahan tingkah
dan perilaku pada anaknya.
4. Cek secara berkala kondisi kamar ( bila anak memiliki kamar pribadi ),
pakaian yang habis dipakai (isi kantong, aroma pakaian, dls) tas sekolah dan
atribut lainnya. (dalam melakukannya perlu strategi yang baik agar tidak
menimbulkan konflik dengan anaknya).
5. Orang tua sebaiknya dapat menjadi model dan contoh yang baik bagi anaknya
serta sekaligus juga dapat berperan sebagai sahabatnya. ( agar anaknya tidak
segan mencurahkan segala isi hati, pendapat dan permasalahan yang
dihadapinya).
6. Menerapkan dan membudayakan delapan fungsi keluarga di dalam kehidupan
sehari-hari keluarga. Agar muncul rasa nyaman pada anak ketika berada di
lingkungan keluarganya. ( Effendy, Nasrul. 1998)
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Achjar, Komang Ayu henny. 2011. Teori & Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas.
Jakarta : EGC
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, edisi 2.
Jakarta : EGC
Budiarto, Eko. 2003. Pengantar epidemiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai