Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kementrian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai Standar

Instalansi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam KEPMENKES

RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009 untuk mengatur standarisasi pelayanan gawat

darurat di rumah sakit. Guna meningkatkan kualitas IGD di Indonesia perlu

komitmen Pemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah Pusat dengan ikut

memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa dalam penanganan

kegawatdaruratan tidak ditarik uang muka dan penanganan gawat darurat harus

dilakukan 5 (lima) menit setelah pasien sampai di IGD. (standar pelayanan

kesehatan pasien igd di rumah sakit umum abdul wahab sjahranie samarinda,

2014. http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/. didapaykan pada tanggal 29 mei

2016).

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mencapai cita-cita tersebut, Pemerintah

Indonesia menyelenggarakan pembangunan kesehatan. Undang-Undang (UU)

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 3 menyatakan bahwa

“Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan secara ekonomis.


Latar belakang pentingnya diatur standar IGD karena pasien yang masuk

ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu

perlu adanya standar dalam memberikan pelayanangawat darurat sesuai dengan

kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan

gawat darurat dengan response time yang cepatdan penanganan yang tepat.

Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana,

sumberdaya manusia dan manajemen IGD Rumah Sakit sesuai dengan

standar.Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telah memberikan peluang daerah

untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannyaserta siap mengambil alih tanggung jawab yang selama ini

dilakukan oleh pusat. Untuk itu daerah harus dapat menyusun perencanaan di

bidang kesehatan khususnya pelayanan gawat darurat yang baik dan terarah agar

mutu pelayanan kesehatan tidak menurun, sebaliknya meningkat dengan

pesat.Oleh karenanya Depkes perlu membuat standar yang baku dalam

pelayanangawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam

mengembangkan pelayanan gawat darurat khususnya di Instalasi Gawat Darurat

RS.

Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang penting,

sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan padanya.

Perkembangan rumah sakit di Indonesia, yang diikuti pula dengan perkembangan

tehnologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan masyarakat

terhadap pelayanan rumah sakit menjadikannya dibutuhkannya manajer-manajer

rumah sakit yang handal (Aditama, 2010).

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bentuk pelayanan yang

diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin termasuk tim keperawatan.
Tim keperawatan merupakan anggota tim kesehatan di garis terdepan yang

menghadapi masalah kesehatan klien selama 24 jam secara terus menerus. Tim

pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan

keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan

keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta

dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien yang dirawat ( Suwardi, 2008 ).

Terlaksananya pelayanan keperawatan sangat tergantung pada aspek

ketenagaan atau sumber daya manusianya baik kualitas maupun kuantitas.

Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga kesehatan terbanyak.

Penelitian dari VHA ( Voluntary Hospital of America ) tahun 2005 menyatakan

bahwa kriteria kualitas yang paling penting disebutkan oleh pasien adalah sikap

para perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan 52% konsumen diikuti

staf medis yang sangat memenuhi syarat 38% konsumen (Awaliyah, 2012).

Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency

Medicine (ACEM) adalah unit klinis inti dalam rumah sakit yang menangani

keadaan pasien di instalasi gawat darurat, pelayanan di IGD akan mempengaruhi

kepuasan pasien secara signifikan dan mempengaruhi citra rumah sakit. Fungsi

instalasi gawat darurat adalah untuk menerima pasien, triase, menstabilkan dan

menyediakan manajemen darurat untuk pasien dengan keadaan kritis, mendesak

(ACEM, 2014).

Instalasi gawat darurat merupakan salah satu bagian di rumah sakit yang

menyediakan penanganan pertama pada keadaan gawat darurat karena sakit atau

cedera yang dapat mengancam keselamatan nyawa dan mencegah cedera lebih

lanjut, pelayanan di instalasi gawat darurat harus memberikan pelayanan 24 jam

perhari (UU No 36, 2009).


Pemberian pelayanan yang tepat dan cepat merupakan standar pelayanan

yang dapat digunakan sebagai acuan pelayanan gawat darurat oleh tenaga medis

dan pihak rumah sakit, untuk mendukung terwujudnya pelayanan yang

berkualitas, efektif, dan efisien. (Kepmenkes,856/SK/IX/2009).

Manajemen merupakan suatu organisasi bisnis yang memfokuskan pada

produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan. Manajemen

keperawatan itu sendiri merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajer

keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan

mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan

asuhan keperawatan yang efektif dan efesien mungkin bagi individu, keluarga

dan masyarakat (Nursalam, 2008).

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang

menggunakan konsep-konsep manajemen yang di dalamnya meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam rangka

mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur yang dikelola oleh seorang manajer yang

meliputi orang, metode, materi, anggaran, waktu dan pemasaran (Kusnanto,

2006).

Manajemen Keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas

utama dalam pengembangan Keperawatan di masa depan. Hal ini bekaitan

dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan

perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan

setiap perubahan yang terjadi di Indonesia (Nursalam, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan adalah Rumah Sakit tipe B

pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jl. Kiastramandala Baleendah


Kabupaten Bandung yang memiliki visi sebagai rumah sakit terdepan dan

rujukan utama di Jawa Barat, untuk itu Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan

harus dapat meningkatkan predikatnya dengan meningkatkan mutu dan

pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan

ini dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan semua perawat di semua ruangan

yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan, salah satunya di Instalasi

Gawat darurat.

Dengan demikian kami mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKes) Budi Luhur Cimahi, merasa perlu untuk mengkaji

situasi dan kondisi Instalasi Gawat Darurat yang hasilnya diharapkan dapat

menemukan apakah terdapat masalah, dan bertujuan untuk mencari alternative

solusinya, sehingga pelayanan dan asuhan keperawatan di Instalasi Gawat darurat

semakin meningkat.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan proses manajemen keperawatan

secara umum di Instalasi Gawat Darurat RSUD Al – Ihsan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap enam dimensi

manajemen yaitu Man, Metode, Material, Money, Marketing, mutu di Instalasi

Gawat Darurat

b. Mendiagnosa masalah-masalah terkait enam dimensi manajemen yaitu Man,

Metode, Material, Money, Marketing dalam proses pemberian pelayanan

keperawatan Instalasi Gawat Darurat.


c. Membuat Plan Of Action untuk menjawab masalah-masalah yang ditemukan

di Instalasi Gawat Darurat.

d. Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang

ditemukan di Instalasi Gawat Darurat.

e. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan di

Instalasi Gawat Darurat..

f. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan di Instalasi

Gawat Darurat..

C. MANFAAT

1. Bagi Rumah Sakit

Membantu meningkatkan kualitas manajemen Rumah Sakit Umum Daerah

Al - Ihsan khususnya Instalasi Gawat Darurat.untuk dapat mencapai tujuan

organisasi dibidang peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna

dan sebagai lahan pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan, penelitian dan

pengembangan ilmu kesehatan klinis dan perawatan dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

2. Bagi Ruangan

Membantu SDM di ruangan khususnya para perawat dalam mencapai

standar pelayanan yang paripurna, termotivasi untuk meningkatkan kualitas

pelayanan keperawatan yang bermutu terhadap peningkatan kualitas hidup

pasien, yang didasari manajement keperawatan.

3. Bagi Mahasiswa

Dapat secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip Model Praktik

Keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di Instalasi Gawat

Darurat disuatu tatanan pelayanan kesehatan dan dapat berperan sebagai


pembaharuan dan model peran dalam kepemimpinan dan pengelolaan

keperawatan profesional.

Anda mungkin juga menyukai