Karakteristik Autis
Menurut Powers (1989) karakteristik anak autistik adalah adanya enam (6)
gejala/gangguan, yaitu dalam bidang:
1. Interaksi sosial:
a) Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka menyendiri
b) Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
c) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia
inginkan, misalnya bila ingin meminta minum atau makan
2. Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi):
a) Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
b) Senang meniru atau membeo (echolalia); Bila senang meniru, dapat hafal
betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya
c) Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi sirna
d) Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya
e) Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat
dimengerti orang lain; Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
f) Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara
(kurang verbal) sampai usia dewasa
3. Pola bermain:
a) Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
b) Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, gasing
c) Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya
di putar-putar; tidak kreatif, tidak imajinatif
d) Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan
dibawa kemana-mana.
4. Gangguan sensoris:
a) Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
b) Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, seperti senang
mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
c) Dapat sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
d) Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
5. Perkembangan terlambat atau tidak normal:
a) Perkembangan tidak sesuai seperti pada anak normal, khususnya dalam
ketrampilan sosial, komunikasi dan kognisi.
b) Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian
menurun atau bahkan sirna, misalnya pernah dapat bicara kemudian hilang.
6. Penampakan gejala:
a) Gejala diatas dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil. Biasanya
sebelum usia 3 tahun gejala sudah ada
b) Pada beberapa anak sekitar umur 5 – 6 tahun gejala tampak agak berkurang.
Alasan
Hasil penelitian philip seseorang yang ikut membidangi lahirnya indocare
(pusat percontohan khusus autis indonesia) menyatakan, jumlah penderita autis
Indonesia sekitar 475 ribu anak, artinya dari 500 anak di Indonesia satu di
antaranya adalah penderita autis. Demikian pula dengan anak-anak penderita di
YSI Yogyakarta. Penderita autis mengalami kelambatan dalam kemampuan,
perkembangan fisik dan psikisnya tidak mengikuti irama dan tempo
perkembangan yang normal. Mereka pada dasarnya tidak menginginkan adanya
gangguan mental ataupun gangguan kelemahan mental, realitanya bahwa autis itu
dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat. Hakekatnya kelompok autis
memerlukan pendidikan sebagaimana anak normal biasanya, karena seharusnya
mempunyai potensi untuk dikembangkan, potensi-potensi tersebut akan dapat
dikembangkan semaksimal mungkin apabila mendapatkan penanganan yang
tepat.
Dari pernyataan diatas, maka kelompok kami mengangkat kelompok
rentan anak autisme karena kami ingin anak autis dapat diperlakukan seperti anak
normal lainnya. Kami ingin memberikan edukasi kepada orang tua. Orang tua
diharapkan memberi lebih banyak kontak dengan cara lebih sering mengajak anak
bicara, bercanda, kontak mata, dan skin to skin contact sehingga anak merasakan
kasih sayang dan kehangatan orangtua. Dan kami akan memantau perkembangan
anak misalnya melakukan observasi sebulan sekali untuk melihat kekurangan dan
kelebihan anak kemudian memberikan masukan. Jika kemampuan anak dalam
bersosialisasi masih kurang, maka akan kita latih bersosialisasi dengan cara yang
sederhana misalnya dengan mengajak berbicara dan bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Davidson, G.C., Neale, J.M., and Kring, A.M., 2006. Psikologi Abnormal Edisi ke-9. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Veskarisyanti, G.A., 2008. 12 Terapi Autis Paling Efektif & Hemat: untuk Autis, Hiperaktif, dan
Retardasi Mental. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.