Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji dan
umroh. Ibadah ini mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan
disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf,
wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi
dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang
salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat),
sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.
Sebenarnya antara umroh dan haji itu hampir sama, namun ada sedikit hal yang
membedakan antara keduanya. Mengapa demikian? oleh karena itu kami akan menjelaskan
bagaimana pengertian dari umroh, syarat-syarat, dan rukun-rukun yang berkenaan dengan
pelaksanaan ibadah umroh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Umroh?
2. Bagaimanakah dalil tentang disyariatkannya Umroh?
3. Bagaimanakah hukumnya melaksanakan Umroh?
4. Apa saja syarat-syarat untuk orang yang melakukan Umroh?
5. Apa saja rukun-rukun yang harus dilakukan ketika Umroh?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Umroh.
2. Untuk mengetahui dalil tentang disyariatkannya Umroh.
3. Untuk mengetahui Bagaimana hukumnya melaksanakan Umroh.
4. Untuk mengetahui Apa saja syarat-syarat untuk orang yang melakukan Umroh.
5. Untuk mengetahui Apa saja rukun-rukun yang harus dilakukan ketika Umroh.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian
Umroh secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu ‫ االعتمار‬yang bermakna ‫الزيارة‬
(berpergian).1[1] Sedangkan pengertian umroh dalam terminologi ilmu fiqih adalah
berpergian menuju ke baitullah untuk melaksanakan serangkaian ibadah umroh, yakni tawaf
dan sa’i.2[2] Atau dengan kata lain datang ke baitullah untuk melaksanakan umroh dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan.3[3]
Dengan demikian, dalam definisi ibadah umroh ada 4 unsur penting. Yaitu
berpergian, baitullah, rukun umroh (serangkaian ibadah umroh), dan syarat umroh.

1.2 Dalil Disyariatkannya Umroh


Dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 196 Allah SWT. menyebutkan,
4 ¬! not•÷Kãèø9$#ur ¢kptø:$# (#q‘ JÏ?r&ur
“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”
Di dalam Hadits nabi menyebutkan dalam beberapa hadits mengenai umroh itu
sendiri. Diantara hadits-hadits terebut adalah
[4]4)‫ع ْم َرة ِفى َر َمضَانَ ت َ ْع ِد ُل ِحجَّةً (رواه ابن ماجه‬
ُ
“ Umroh pada bulan Ramadlan itu setara dengan Haji”
[5]5)‫العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إال الجنة (رواه البخاري‬
“ Antara umroh 1 dan yang selanjutnya itu menjadi pelebur dosa antara kedua umroh
tersebut. Dan balasan untuk haji yang mabrur adalah surga.”

1.3 Hukum Umroh


Kalangan ahli fiqh menyepakati legalitas umroh dari segi syara’ dan ia wajib bagi
orang yang disyariatkan untuk menyempurnakannya. Namun mereka berbeda pendapat
mengenai hukumnya dari segi wajib dan tidaknya ke dalam dua arus pendapat berikut.6[6]
Pertama, sunnah mu’akkadah. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad menurut salah satu versi pendapat, juga
Tsaur dan kalangan mazhab Zaidiyah. Pendapat mereka didasarkan atas sabda Nabi SAW
tatkala ditanya tentang umroh, apakah ia wajib atau tidak? Beliau menjawab,” Tidak. Namun
jika kalian umroh, maka itu lebih baik,” Juga berdasarkan sabda Nabi SAW:
‫الحج جهاد والعمرة تطوع‬
Haji adalah jihad, sementara umroh hanya tathawwu’
.
Alasan lain, umroh adalah nask (ibadah) yang pelaksanannya tidak ditentukan waktu,
maka ia pun tidak wajib sebagaimana halnya thawaf mujarrad.
Kedua, wajib, terutama bagi orang-orang yang diajibkan haji. pendapat ini dianut oleh
Imam Asy-Syafi’i menurut versi yang paling sahih di antara kedua pendapatnya, Imam
Ahmad menurut vers lain, Ibnu Hazm, sebagian ulama mazhab Maliki, kalangan mazhab
Imamiyyah, Asy-Sya’bi, dan Ats-Tsauri. pendapat ini juga merupakan pendapat mayoritas
ulama dari kalangan sahabat dan lainnya, dan mereka bersepakat bahwa pelaksanannya hanya
sekali seumur hidup sebagaimana halnya haji.7[7]

1.4 Syarat umroh


Secara umum, syarat-syarat haji dan umrah adalah sama, yaitu:

1. Islam

Orang non muslim tidak sah dalam melaksanakan haji atau umrah. Jika dia
berkunjung ke tanah suci bahkan mengikuti ibadah haji atau umrah seperti thawaf dan sa'i
maka perjalanan haji atau umrahnya hanya sebatas melancong saja.

2. Baligh

Anak kecil tiak diwajibkan berhaji atau pun umroh, baik yang sudah mumayyiz
maupun yang belum. Kalau sudah mumayyiz ia naik haji atau umroh maka sah, tetapi
pelaksanaan haji atau pun umroh yang sebelum mumayyiz itu merupakan sunnah dan
kewajiban melaksanakan haji atau pun umroh tidak gugur. Setelah baligh dan bisa atau
mampu, ia wajib melaksanakan haji atau pun umroh lagi, menurut kesepakatan ulama
mazhab.8[8]

3. Berakal sehat

Orang gila sebenarnya tidak mempunyai beban atau bukan seorang mukallaf. Kalau
dia naik haji atau umroh dan dapat melaksanakan kewaiban yang dilakukan oleh orang yang
berakal, maka haji atau umrohnya itu tidak diberi pahala dari kewajiban ittu, sekalipun pada
waktu itu akal sehatnya sedang datang kepadanya. Tapi kalau gilanya itu musiman dan bisa
sadar (sembuh) sekitar pelaksanaan haji atau umroh, sampai melaksanakan kewajiban dan
syarat-syaratnya dengan sempurna, maka dia wajib melaksanakannya. Tapi kalau
diperkirakan waktu sadarnya itu tidak cukup untuk melaksanakan semua kegiatan-kegiatan
haji atau umroh, maka kewajiban itu gugur.9[9]

4. Merdeka

Maksud dari merdeka ini adalah tidak berstatus sebagai budak (hamba sahaya di masa
Rasulullah Saw yang di masa modern ini hampir tidak ditemukan di dunia). Istilah merdeka
juga bisa diartikan bebas dari tanggungan hutang dan tanggungan nafkah keluarga yang
ditinggalkan

5. Istitha'ah (mampu)

Secara sepakat para ulama mazhab menetapkan bisa atau mampu itu merupakan
syarat kewajiban haji atau pun umroh, berdasarkan firman Alloh SWT dari surat Ali ‘Imron
ayat 97 yang berbunyi:

tb%x. ¼ã&s#yzyŠ `tBur ( zOŠ Ïdºt•ö/Î) ãP$s)¨B ×M»uZÉi•t/ 7M»tƒ #uä ÏmŠ Ïù
Ïmø‹ s9Î) tí$sÜtGó™$# Ç`tB ÏMø•t7ø9$# •kÏm Ĩ$¨Z9$# ’ n?tã ¬!ur 3 $YYÏB#uä
tûüÏJn=»yèø9$# Ç`tã ;ÓÍ_xî ©!$# ¨bÎ*sù t•xÿx. `tBur 4 Wx‹ Î6y™

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim,
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Q.S. Ali ‘Imron 97)

1.5 Rukun Umroh


Rukun dalam ibadah umroh di bagi menjadi empat bagian yang mana tidak sah suatu
ibadah umroh jika tidak mengerjakan rukun-rukun tersebut, rukun umroh antara lain :
1. Ihram.
2. Tawaf.
3. Sa`i.
4. Tahallul.10[10]

1. Ihram
Bagi orang yang hendak beribadah umrah, maka ia wajib melakukan ihram krena hal
tersebut bagian dari rukun umrah.
Kewajiban-kewajiban ihram.
Dalam ihram ada tiga hal yang wajib dilakukan yaitu:
a. Niat.
Tidak ada perbuatan yang dilakukan dengan sadar tanpa adanya niat. Niat sebagai
motivasi dari perbuatan, dan niat merupakan hakikat dari perbuatan tersebut. Dengan kata
lain jika berihram dalam keadaan lupa atau main-main tanpa niat maka ihramnya batal.

b. Talbiyah.
Lafadz talbiyah adalah:
“labbaikallahumma labbaika, la syarika laka labbaika, innal hamda wan ni`mata laka wal
mulka la syarika laka”.
Waktu membaca talbiyah bagi orang yang berihram, dimulai dari waktu ihram dan
disunnahkan untuk membaca terus sampai melempar jumrah `aqobah.

c. Memakai pakaian ihram.


Para ulama madzhab sepakat bahwa lelaki yang ihram tidak boleh memakai pakaian
yang terjahit, dan tidak pula kain sarung, juga tidak boleh memakai baju dan celana, dan tidak
boleh pula yang menutupi kepala dan wajahnya.
Kalau perempuan harus memakai penutup kepalanya, dan membuka wajahnya
kecuali kalau takut dilihat lelaki dengan ragu-ragu. Perempuan tidakboleh memakai sarung
tangan, tetapi boleh memakaisutera dan sepatu.11[11]
Hal-hal yang disunnahkan pada waktu hendak ihram:
1. Membersihkan badan.
2. Memotong kuku.
3. Mencukur.
4. Melakukan shalat ihram.
5. Melebatkan rambut.
6. Memakai wangi-wangian.12[12]
Hal-hal yang dilarang dalam ihram.
1. Kawin.
2. Bersetubuh.
3. Memakai wangi-wangian.
4. Bercelak.
5. Memotong kuku
6. Memotong rambut
7. Menebang pohon.
8. Melihat dirinya di dalam cermin.
9. Memakai pacar.
10. Memakai payung dan penutup kepala.
11. Memakai pakaian yang terjahit dan memakai cincin.
12. Berbuat kefasikan dan bertengkar.
13. Berbekam.
14. Membunuh hewan.
15. Memburu binatang

2. Tawaf
Tawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang wajib di laksanakan, adapun
mengenai pembagiannya, ulama membagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Tawaf qudum.
Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang jauh(bukan orang mekkah dan sekitarnya)
ketika memasuki mekkah.tawaf ini menyerupai sholat dua rakaat tahiyatul masjid. Tawaf ini
hukumnya sunnah, dan yang meninggalkannya tidak dikenakan apa-apa.
b. Tawaf ziarah.
Tawaf ini juga dinamakan tawaf ifadhah. Tawaf ini dilakukan oleh orang yang
haji(bukan orang yang umrah)setelah melaksanakan manasik di mina, dinamakan tawaf
ziarah karena meninggalkan mina dan menziarahi baitullah. Tapi juga dinamakan tawaf
ifadhah karenaia telah kembali dari mina ke mekkah.
c. Tawaf wada`
Tawaf ini merupakan perbuatan yang terakhir yang dilakukan oleh orang yang haji
ketika hendak melakukan perjalanan meninggalkan mekkah.

3. Sa`i
Ulama` sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah tawaf. Orang yang melakukan sa`i
sebelum towaf maka ia harus mengulangi lagi(ia harus bertawaf kemudian melakukan sa`i).
Terdapat hal-hal yang disunnahkan bagi orang yang sedang melakukan sa`i
diantaranya :
a. Disunnahkan menaiki bukit shafa dan marwah serta berdo`a diatas kedua bukit tersebut
sekehendak hatinya, baik masalah agama maupun dalam masalah dunia sambil menghadap ke
baitullah.
b. Melambaikan tangan ke hajar aswad,.
c. minum air zam-zam.
d. menuangkan sebagian air ke tubuh.
e. keluar dari pintu yang tidak berhadapan dengan hajar aswad
f. Naik ke bukit shafa, menghadap ruknul iraqi, berhenti lama di shafa, dan bertakbir kepada
Allah sebanyak tujuh kali.
Barang siapa yang tidak mampu melakukan sa`i walau dengan mengendarai
kendaraan, maka hendaklah meminta orang untuk mewakilinya, dan hajinya tetap sah. Boleh
menoleh ke kanan, ke kiri, ke belakang ketika pergi dan pulang(kembali).
Orang yang menambah lebih tujuh kali dengan sengaja, maka sa`i-nya dianggap batal,
tetapi tidak batal kalau lupa. Apabila ragu-ragu dalam jumlah maka sa`inya tetap dianggap
sah, dan tidak diwajibkan sesuatu apa-apa baginya.
Kalau ia ragu apakah ia memulai dari shafa, yang berarti sa`i-nya sah, atau mulai dari
yang lainyang menjadikan sa`i-nya batal, maka hal ini perlu diperhatikan: kalau orang yang
ragu tersebut dalam hal jumlah dan bilangan, tidak mengetahui berapa kali ia melakukannya
maka-sa`inya batal. Tapi kalau ia benar-benar mengetahui berapa kali ia telah berjalan dan
hanya ragu darimana ia memulai, maka kalau jumlah yang dilakukannya itu genap apakah
dua kali, empat kali, atau enam kali dan ia sedang berada di shafa atau sedang menghadap ke
shafa, maka sa`i-nya sahkarena ia mengetahui bahwa ia telah memulai dari shafa.13[13]

4. Tahallul
Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang melakukan umroh tamattu` telah
selesai bersa`i, ia harus menggunting rambutnya, namun tidak boleh mencukurnya. Bila ia
telah memotongnya, maka apa yang diharamkan baginya telah menjadi halal. Tapi kalau telah
mencukurnya, maka ia harus membayar kifarah berupa seekor kambing. Tapi kalau berumroh
mufrodah, maka ia boleh memilih antara menggunting atau mencukur, baik ia mengeluarkan
kurban atau tidak.
Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu dengan sengaja sedangkan ia
bertujuan untuk melakukan haji tamattu` dan berihranm sebelum menggunting rambut, maka
umrahnya batal. Ia wajib melakukan haji ifrad. Maksudnya melakukan amalan-amalan haji,
kemudian melakukan umrah mufradah setelah amalan-amalan haji itu. Dan lebih utama
adalah mengulangi haji lagi pada tahun yang aka

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Umroh adalah berpergian menuju ke baitullah untuk melaksanakan serangkaian ibadah
umroh, yakni tawaf dan sa’i. Atau dengan kata lain datang ke baitullah untuk melaksanakan
umroh dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Dalil tentang disyariatkannya umroh adalah:
4 ¬! not•÷Kãèø9$#ur ¢kptø:$# #q‘ JÏ?r&ur
“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”
3. Hukum mengenai disyariatkannya umroh ada dua pendapat, yaitu ada sebagian ulama yang
menghukuminya dengan sunnah mu’akkad dan sebagian ulama yang lain mewajibkannya.
4. Syarat-syarat umroh di antaranya adalah Islam, baligh, berakal sehat, merdeka, istitha'ah
(mampu).
5. Rukun-rukun umroh di antaranya adalah ihram, tawaf, sa`i, tahallul

DAFTAR PUSTAKA

Azzam, Abdul Aziz Muhammad & Hawwas, Abdul Wahhab Sayyed. 2010.Fiqh Ibadah.
Jakarta: Amzah.
Maktabah al-Syamilah. Shohih al-Bukhoriy.
Maktabah al-Syamilah. Sunan Ibnu Majjah.
Mughniyah, Muhammad Jawwad. 1994. Fiqh Lima Mazhab. Jakarta: Basrie Press.
Rachimi, M. Abdurachman. 2012. Segala Hal Tentang Haji dan Umroh. Jakarta: Erlangga.
Sabiq, Sayyid. 2008. Juz 1 Fiqh al-Sunnah. Beirut: Dar al-Fikr.
Luth, Thohir.2004. Syariat Islam Tentang Haji dan Umroh. Jakarta: Rineka Cipta.
Zuhailiy, Wahbah. 1985. Fiqh al-Islam wa Adillatuhu. Beirut: Dar al-Fikr.
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya
Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo
mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah
dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000 orang . Ia menolak untuk membawa
pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI .

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pemberontakan DI / TII ?
Apa yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan ?
Bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi ?
Siapa dalang dari peristiwa tersebut ?

C. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuandan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.Khususnya dalam ilmu sosial masyarakat.
Dapat memberikan informasi tentang sejarah negara di masa silam mengenai DI / TII.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)

A. DI/TII Jawa Barat


Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya
Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo
mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah
dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000 orang . Ia menolak untuk membawa
pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI. dan
tujuannya juga menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah
makin kuat, S.M.Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 di Desa Cisayong,Jawa Barat dan
tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) saat itu lah tidak sedikit
rakyat yang menjadi korban. Upaya pemerintah untuk menghadapi gerakan
DI/TII pemerintah bekerja sama dengan rakyat setempat.Dan dijalankan lah
taktik dan strategi baru yang disebut Perang Wilayah.Pada 1 April 1962
dilancarkan Operasi Bharatayuda yaitu operasi penumpasan gerakan DI/TII.
Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, S.M.Kartosuwiryo beserta
para pengikutnya berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber,
Majalaya, Jawa Barat.Ia sempat mengajukan grasi kepada Presiden,tetapi di
tolak. Akhirnya S.M.Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati di hadapan regu
tembak dari keempat angkatan bersenjata RI 16 Agustus 1962.

B. DI/TII Jawa Tengah


Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai
Sumolangu di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan
Pekalongan. Inti kekuataanya adalah pasukan Hizbullah yang dibentuk di
Tegal,1946 dan pada 23 Agustus 1949, Amir Fatah memproklamasikan
berdirinya Darul Islam dan menyatakan brgabung dengan DI/TII
S.M.kartosuwiryo.Pasukannya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) dengan
sebutan Batalion Syarif Hidayat Widjaja Kusuma(SHWK).Untuk
menghancurkan gerakan ini, Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng
Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini. Pemberontakan di Kebumen
dilancarkan oleh Angkatan Umat Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Moh.
Mahfudh Abdurrahman (Kyai Sumolanggu) Gerakan ini berhasil dihancurkan
pada tahun 1957 dengan operasi militer yang disebut Operasi Gerakan Banteng
Nasional dari Divisi Diponegoro. Gerakan DI/TII itu pernah menjadi kuat
karena pemberontakan Batalion 426 di Kedu dan Magelang/ Divisi Diponegoro.
Didaerah Merapi-Merbabu juga telah terjadi kerusuhan-kerusuhan yang
dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC).
Gerakan ini juga dapat dihancurkan. Untuk menumpas gerakan DI/TII di daerah
Gerakan Banteng Nasional dilancarkan operasi Banteng Raiders.

C. DI/TII Sulawesi Selatan


Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar.Latar
belakang pemberontakan ini berbeda dari yang terjadi di Jawa barat dan Jawa
tengah. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat kepada
Pemerintah pusat untuk membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS) dan anggotanya disalurkan ke dalam APRIS. Tenyata Kahar Muzakar
menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya
dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah
pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak diantara mereka yang tidak
memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan
menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada
saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar
Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa
persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan serta pada tahun 1952, ia
menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam
Indonesia pimpinan S.M.Kartosuwiryo di Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus
1953. Penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar memakan waktu lebih dari
14 tahun. Faktor yang menjadi penyebab lamanya adalah rasa kesukuan yang
ditanamkan dan gerombolan ini telah berakar di Hati rakyat Kahar Muzakar dan
gerombolannya mengenal sifat rakyat dan memanfaatkan lingkungan alam yang
sangat dikenalnya. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak mati
dalam sebuah kontak senjata dengan pasukan RI.
D. DI/TII Aceh
Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan
antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar
menjadi penyebab meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh.Daerah Aceh
sebelumnya menjadi daerah istimewa diturunkan statusnya menjadi daerah
Karasidenan di bawah provinsi Sumatera Utara. Gerakan DI/TII di Aceh
dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang pada tanggal 21 September 1953
memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia
dibawah pimpinan S.M.Kartosuwiryo dan memutuskan hubungan dengan
Jakarta. Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan diadakannya
musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh pada tanggal 17 – 28 Desember 1962 atas
inisiatif Pangdam I Bukit Barisan, Kolonel Jasin. Dalam musyawarah ini,
dibicarakan berbagai permasalahan yang dihadapi dan kesalahpahaman yang
terjadi.Akhirnya dari musyawarah bersama tersebut ialah pulihnya kembali
keamanan di daerah Aceh.

E. DI/TII Kalimantan Selatan


Pada akhir tahun 1950,Kesatuan Rakyat Jang Tertindas(KRJT) melakukan
penyerangan ke pos-pos TNI di Kalimantan Selatan. KRJT dipimpin seorang
mantan Letnan dua TNI yang bernama Ibnu Hadjar alias Haderi alias
Angli.Ibnu Hadjar sendiri kemudian menyerahkan diri. Akan tetapi , setelah
merasa kuat dan memperoleh peralatan perang, ia kembali membuat kekacauan
dengan bantuan Kahar Muzakar dan S.M.kartosuwiryo. Pada tahun 1954, Ibnu
Hadjar diangkat sebagai panglima TII wilayah Kalimantan. Akhirnya,
Pemerintah melalui TNI berhasil mengatasi gerakan yang dilakukan oleh Ibnu
Hadjar pada tahun 1959 dan Ibnu Hadjar berhasil ditangkap dan pada 22 maret
1965 dan ia dijatuhkan hukuman mati oleh pengadilan militer.
Biografi Singkat 5 Pemimpin DI/TII
Sekar Marijan Kartosuwiryo (Jawa Barat)
Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan
menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat,
Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada
tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia
(TII). Upaya penumpasan dengan operasi militer yang disebut Operasi
Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962,
Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber,
Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16
Agustus 1962.

Ibnu Hadjar (Kalimantan Selatan)

Ibnu Hadjar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan
Dua TNI yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai
bagian DI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan
Rakyat Yang Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di
Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan pada bulan
Oktober 1950. Untuk menumpas pemberontakan Ibnu Hajar ini pemerintah
menempuh upaya damai melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada
saat itu pemerintah Republik Indonesia masih memberikan kesempatan kepada
Ibnu Hadjar untuk menghentikan petualangannya secara baik-baik, sehingga ia
menyerahkan diri dengan kekuatan pasukan beberapa peleton dan diterima
kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia. Tetapi setelah
menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan melanjutkan
pemberontakannya. Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar membulatkan tekadnya
untuk masuk Negara Islam. Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII wilayah
Kalimantan. Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya
Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas menggempur
gerombolan Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 pasukan gerombolan Ibnu
Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu Hadjar sendiri dapat ditangkap. Gerakan
perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar dan anak buahnya
menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965 Pengadilan Militer
menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.
Daud Beureueh (Jawa Tengah)
Teungku Muhammad Daud Beureu'eh (lahir di Beureu'eh, kabupaten Pidie,
Aceh, 17 September 1899 – meninggal di Aceh, 10 Juni 1987 pada umur 87
tahun) atau yang nama lengkapnya adalah Teungku Muhammad Daud
Beureu'eh adalah mantan Gubernur Aceh, pendiri NII di Aceh dan pejuang
kemerdekaan Indonesia. Ketika PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh)
didirikan untuk menentang pendudukan Belanda, Daud Beureu'eh terpilih
sebagai ketuanya. Pada masa perang revolusi, Daud Beureu'eh menjabat sebagai
Gubernur Militer Aceh. Sejak 21 September 1953 sampai dengan 9 Mei 1962,
ia melakukan pemberontakan kepada pemerintah dengan mendirikan NII akibat
ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno. Namun akhirnya ia kembali ke
pangkuan Republik Indonesia setelah dibujuk kembali oleh Mohammad Natsir.
Kahar Muzakkar (Sulawesi Selatan)

Abdul Kahar Muzakkar (ada pula yang menuliskannya dengan nama Abdul
Qahhar Mudzakkar; lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921 –
meninggal 3 Februari 1965 pada umur 43 tahun; nama kecilnya Ladomeng)
adalah seorang figur karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang
merupakan pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia adalah seorang
prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terakhir berpangkat Letnan
Kolonel atau Overste pada masa itu. Ia tidak menyetujui kebijaksanaan
pemerintahan presiden Soekarno pada masanya, sehingga balik menentang
pemerintah pusat dengan mengangkat senjata. Ia dinyatakan pemerintah pusat
sebagai pembangkan dan pemberontak. Pada awal tahun 1950-an ia memimpin
para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara mendirikan TII
(Tentara Islam Indonesia) kemudian bergabung dengan Darul Islam (DI),
hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DI/TII di Sulawesi Selatan dan
Tenggara. Pada tanggal 3 Februari 1960, melalui Operasi Tumpas, ia
dinyatakan tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan
Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Namun tidak
pernah diperlihatkan pusaranya, mengakibatkan para bekas pengikutnya
mempertanyakan kebenaran berita kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya
dikuburkan di Kilometer 1 jalan raya Kendari,sulawesi tengara. Tapi sampai
saat ini banyak yang tidak percaya atas kepergiannya karena belum ada bukti
nyata tentang keberadaannya di sana.
Amir Fatah (Jawa Tengah)

Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu
pimpinan Hizbullah Fisabilillah di daerah Besuki, Jawa Timur sebelum
bergolaknya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ketika Perjanjian Renville
ditanda tangani oleh pihak Belanda dan Indonesia, maka semua kekuatan
Republik diharuskan hijrah ke Jawa Tengah, termasuk kesatuan Hizbullah dan
Fisabilillah yang dipimpinnya. Pada tahun 1950, ia memproklamirkan
wilayahnya merupakan bagian DI/TII Kartosuwiryo. Melalui operasi yang
dilakukan oleh TNI untuk sementara waktu kekuatan mereka melemah tetapi
akibat ada pembelot, kekuatan DI/TII Amir Fatah kembali kuat. Pada akhirnya
pasukan Amir Fatah dapat ditaklukkan di perbatasan Pekalongan - Banyumas .
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut:

1.Eksistensi ulama dalam masyarakat sebelum kehadiran Belanda ke Ace adalah


sangat besar artinya. Ulama tidak hanya dipandang sebagai orang yang memiliki
ilmu keagamaan semata, melainkan juga dianggap orang yang mampu
menguasai adat istiadat serta pengetahuan lainnya.

2. Keterlibatan ulama sangat besar artinya terhadap kondisi sosial dan politik di
Aceh. Secara politis, sejak awal kemerdekaan ulama Aceh sudah memegang
peran yang sangat strategis, seperti yang dilakukan oleh Tgk. Muhammad Daud
Beureueh dalam memperjuangkan status Daerah Istimewa bagi Aceh.

3. Pengaruh keterlibatan ulama Aceh dalam kancah politik adalah dapat


menjadi pelopor dalam menyuarakan aspirasi masyarakat Aceh (umat Islam).
Ulama juga ikut berperan dalam menggagas perdamaian di Aceh, seperti halnya
dalam penyelesaian DI/TII dan juga ikut pro aktif dalam mengupayakan
perundingan Helsinki, yaitu perundingan antara pemerintah RI dengan GAM.

Saran
1. Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan
dari perjuangan para ulama Aceh dalam menyuarakan aspirasi umat Islam, serta
turut pro aktif dalam menggagas perdamaian di Aceh.
2. Diharapkan kepada para guru dan calon guru sejarah dapat lebih giat
berupaya untuk menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Upaya
ini salah satunya adalah dengan semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://benazirblog.blogspot.com/2009/03/pemberontakan-ditii-di-sejumlah-
daerah.html
2. http://smpn1banjar-pdg.net/index.php?
iew=article&catid=34:artikel&id=52:diitii&tmpl=component&print=1&page=
3. http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.sunda/2006-04/msg00200.html
4.
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Strategi_Nasional_dalam_Menghadapi_P
eristiwa_
Madiun/PKI,_DI/TII,_G_30_S/_PKI,_dan_Konflik-
Konflik_Internal_Lainnya_9.2_(BAB_13)#1._Pemberontakan_DI_.2F_TII
_di_Jawa_Barat
5. http://lukulo.blogspot.com/2008/01/peristiwa-tragedi-nasional.html
6. http://banisurahman.blogspot.com/2009/10/perjuangan-bangsa-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai