Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Pendidikan Agama Islam


" Amar Ma'ruf Nahi Munkar dan Jihad "

Disusun oleh:
Wiwin Suprianti ( 07201901010 )

Prodi Agroteknologi
Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Muslim Buton
Baubau
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemampuan kepada penulis, sehingga
dapat menyusun makalah tentang “AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DAN JIHAD” ini
tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi para mahasiswa. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Tentunya masih banyak kekurangan,
baik dari segi materi yang dipaparkan maupun dalam kesempurnaan sistematika. Selanjutnya
dengan kerendahan hati, penulis berharap kepada para pembaca agar memberikan koreksi
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna memperbaiki penulisan makalah dimasa yang
akan datang.

Bau-bau, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Amar Ma`ruf Nahi Munkar dan Jihad
B. Karakteristik Masyarakat Menyikapi Amar Ma’ruf Nahi Munkar
C. Perintah Mencegah Kemunkaran dan Hukum Jihad
D. Penurunan Azab Menimpa Semua Masyarakat
E. Manfaat Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Macam-macam Jihad

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah menciptakan manusia di dunia ini pastilah ada tujuannya, tidak ada yang sia-sia.
Manusia diciptakan di dunia sebagai khalifah di bumi ini yang memiliki tugas dan tanggung
jawab. Manusia dituntut untuk bergotong royong dan bersosialisasi. Tak lepas pula pada alam
semesta ini, tidak dibolehkan untuk merusaknya, bahkan manusia disuruh untuk menjaga dan
merawatnya tanpa terkecuali. Manusia juga dituntut untuk berbuat baik kepada sesama dan tidak
boleh melakukan pengrusakan. Di dunia ini manusia memiliki tanggung jawab yang sama karena
sama-sama makhluk Allah, yakni berbuat baik dan meninggalkan keburukan agar kehidupan ini
berjalan selaras dan seimbang.

Bahwasanya menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat jahat itu adalah suatu kewajiban
fardhu kifayah. Apabila sebagian dari kaum muslimin menjalankan tugas ini, gugurlah dosa dari
yang lain-lain. Orang yang menjalankan tugas itu akan memperoleh pahala yang besar dari Allah
SWT. Tetapi jika semua kaum muslimin mengabaikan tugas itu, maka dosanya akan menimpa
setiap orang yang mengetahui hukum-hukumnya, apabila munkar itu berlaku di hadapan
matanya, sedang ia tiada mengubahnya dengan tangan atau lisan padahal ia berkuasa.

Islam tidak hanya memerintahkan umat Islam untuk menyembah Allah dengan mendirikan shalat,
puasa, membaca doa, meyisihkan sebagian hartanya melalui zakat, dan menyantuni kaum dhuafa. Itu
semua belum cukup untuk umat Islam jika banyak kebenaran ditutupi oleh kebatilan. Orang islam
diwajibkan beribadah dengan ibadah itu dia ikut andil dalam menanggulangi kejahatan sebagaimana
andilnya ibadah zakat dalam berbuat kebaikan. Demikian itulah yang dinamakan ibadah jihad fi
sabilillah.

B. Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan amar ma’ruf nahi munkar dan jihad?
B. Bagaimanakah karakteristik masyarakat menyikapi amar ma’ruf nahi munkar?
C. Bagaimanakah perintah mencegah kemunkaran dan hukum jihad?
D. Mengapa penurunan azab menimpa semua masyarakat?
E. Apa saja manfaat melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan macam-macam jihad?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Jihad

1. Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Makna ma’ruf secara bahasa kebanyakannya berputar di atas makna semua perkara yang
diketahui dan dimaklumi oleh manusia satu dengan yang lainnya dan mereka tidak
mengingkarinya. Adapun secara istilah, ma’ruf bermakna semua perkara yang diketahui,
diperintahkan, dan dipuji pelakunya oleh syari’at, maka masuk di dalamnya semua bentuk
ketaatan, dan yang paling utamanya adalah beriman kepada Allah Ta’ala dan mentauhidkan-
Nya[1]. Yang dimaksud amar ma’ruf adalah ketika engkau memerintahkan orang lain untuk
bertahuid kepada Allah, menaati-Nya, bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama
manusia, sesuai dengan jalan fitrah dan kemaslahatan.[2]

Adapun secara istilah, mungkar adalah semua perkara yang diingkari, dilarang, dan dicela
pelakunya oleh syari’at, maka masuk di dalamnya semua bentuk maksiat dan bid’ah, dan yang
paling jeleknya adalah kesyirikan kepada Allah ’Azza wa Jalla, mengikari keesaan-Nya dalam
peribadahan atau ketuhanan-Nya atau pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan
Nahi Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung.
Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa
ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan
Allah swt beserta RasulNya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak
melaksanakannya sementara ia mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.[3]

Ketahuilah bahwa amar ma’ruf nahi munkar termasuk Ushul Ad-Din, dengan dicapai
tujuan perutusan (bi;tsah) para nabi. Hal itu berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Ali-
Imran: 104.

ِ ‫َو ْلت َ ُكن م ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَ ْدعُونَ ِإلَى ْٱل َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْٱل َم ْع ُر‬
‫وف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن‬
)۱۰ ۴ :‫(آل عمران‬. َ‫ْٱل ُم ْن َك ِر َوأ ُ ْولَ ٰـئِ َك ُه ُم ْٱل ُم ْف ِل ُحون‬
“Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan merekalah termasuk orang-orang
yang beruntung”(Ali Imran: 104)

2. Jihad
Jihad ( ‫ ) جهاد‬adalah berjuang dengan sungguh-sungguh menurut syariat Islam. Jihad
dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan agama Allah atau menjaga
agama tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran.
Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali
kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan mendidik manusia
agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi.

Arti kata Jihad sering di salahpahami oleh orang yang tidak mengenal prinsip-prinsip agama Islam
sebagai 'perang suci' (holy war); istilah untuk perang adalah Qital, bukan Jihad. Jihad dalam bentuk
perang dilaksanakan jika terjadi fitnah yang membahayakan eksistensi ummat (antara lain berupa
serangan-serangan dari luar).
Pada dasar kata arti jihad adalah "berjuang" atau "ber-usaha dengan keras" , namun bukan harus berarti
"perang dalam makna "fisik". Jika sekarang jihad lebih sering diartikan sebagai "perjuangan untuk
agama", itu tidak harus berarti perjuangan fisik. Jika mengartikan jihad hanya sebagai peperangan fisik
dan extern, untuk membela agama, akan sangat ber-bahaya, sebab akan mudah di-manfaat-kan dan
rentan terhadap fitnah.

Jihad di jalan Allah SWT adalah mengarahkan segala kemampuan dan tenaga untuk memerangi
orang-orang kafir dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan meninggikan kalimat-Nya. Yang
terpenting jihad adalah amal kebaikan yang Allah syari’atkan dan menjadi sebab kokoh dan kemuliaan
umat islam. Sebaliknya (mendapatkan kehinaan) bila umat Islam meninggalkan jihad di jalan Allah.

B. Karakteristik Masyarakat Menyikapi Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Ada 3 karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar:


1. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter orang
mukmin.
2. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan karakter orang
munafik.
3. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan munkar, dan melarang sebagian yang ma’ruf dan
munkar. Ini adalah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.[4]

Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah jelas bahwa tugas beramar ma’ruf
nahi munkar bukanlah hanya tugas seorang da’i, mubaligh, ataupun ustadz saja, namun
merupakan kewajiban setiap muslim. Dan ini merupakan salah satu kewajiban penting yang
diamanahkan Rasulullah SAW kepada seluruh kaum muslim sesuai dengan kapasitasnya masing-
masing. Rasulullah mengingatkan, agar siapa pun jika melihat kemunkaran, maka ia harus
mengubah dengan tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya. Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau
menekankan, bahwa aktivitas amar ma’ruf dan nahi munkar adalah kutub terbesar dalam urusan
agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus para nabi.
Jika aktivitas amar ma’ruf nahi munkar hilang, maka syiar kenabian hilang, agama menjadi
rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu juga umat
secara keseluruhan.

C. Perintah Mencegah Kemunkaran dan Hukum Jihad

,‫ حدثنا شعبة‬:‫ و حدثنا محمد بن جعفر‬: ‫ (ح) و حدثنا محمد بن المثنى‬.‫ حدثنا وكيع عن سفيان‬: ‫حدثنا ابو بكر بن ٲبي شيبة‬
‫ قال أول من بدأ بالخطبة يوم العيد قبل الصالة مروان‬.‫ وهذا حديث أبي بكر‬.‫ عن طأرق بن شهاب‬,‫كالهما عن قيس بن مسلم‬
‫فقام إليه رجل فقال الصالة قبل الخطبة فقال قد ترك ما هنالك فقال أبو سعيد أما هذا فقد قضى ما عليه سمعت رسول هللا صلى‬
‫هللا عليه وسلم يقول من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فٳن لم يستطع فبلسانه فٳن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف اال يمان (أخرجه‬
)‫مسلم في كتاب اال يمان‬
Dari Thariq ibn’ Syihab. Ini merupakan cerita Abu Bakr. Dia berkata: “Salah seorang yang
mula-mula memulai Hari Raya dengan khutbah adalah Marwan. Pada saat itu, berdirilah
seorang lelaki dan ia berkata: “Shalat Idul Fitri sebelum khutbah.” Marwan pun menjawab:
“Yang demikian sudah ditinggalkan.” Abu Sa’id menyahut: “Hal ini telah diputuskan oleh
Rasulullah saw. Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Siapa pun diantara kamu yang
melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Namun jika ia tidak
mampu (dengan tangannya), maka hendaklah dengan lidahnya (berbicara). Jika ia juga tidak
sanggup melakukannya (dengan lidahnya), maka hendaklah ia mengubahnya dengan hatinya.
Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.

Kalau kita tidak sanggup mencegahnya atau takut akan membahayakan diri sendiri, kita
berusaha memberikan nasihat, kita pergunakan akal kita agar dia membatalkan niatnya. Kalau
tidak ada juga kesanggupan memberikan nasihat, maka hendaklah kita menanamkan rasa benci
kita, seperti menjauhkan diri dari dia, tidak menggaulinya, tidak bermu’amalah dengan dia, tidak
memberikan salam dan tidak menyahut salamnya.

Nabi pernah bersikap seperti ini pada Ka’ab Ibn Malik, Mirarah bin Rabi’ dan Hilal Ibn
Umaiyah yang tidak mau ikut pertempuran Tabuk. Nabi menyuruh para sahabat supaya
menjauhkan diri dari tiga orang itu dan tidak menyapanya. Lima puluh malam mereka dibiarkan
begitu. Sehingga mereka merasa gundah akibat boikot itu dan mereka menyesali perbuatannya
lantaran itu mereka bertaubat, taubat mereka diterima Allah.[5]

Dalam hadits lain juga dijelaskan seperti hadits di bawah ini:


‫ من دعا الى هوى كان له من االجر‬: ‫عن ابى هريرة ايضا ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قا ل‬
‫مثل اجور من تبعه الينقص ذلك من اجور هم شئا ومن دعا الى ضال لة كان عليه من االثم مثل ثام‬
)‫من تبعه ال ينقص ذلك من ثا مهم شيء(رواه مسلم‬
“Dari Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa mengajak orang
kepada suatu petunjuk (kebenaran) maka ia mendapat pahala sebanyak pahala orang-orang
yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa
mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendaat dosa seperti dosa-dosa orang yang
mengerjakannya dengan tidak mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR. Muslim)[6]

Ada tiga jenis perbuatan munkar yang harus dicegah secara sungguh-sungguh:
1. Yang menyangkut hak Allah SWT.
2. Yang menyangkut hak manusia.
3. Yang menyangkut hak Allah dan manusia.

Ibadat merupakan hak Allah bila kita mengingkari hak Allah tersebut, dianggap telah
mengerjakan munkar . Di samping itu kita melanggar larangan Allah, tidak berpuasa, minum-
minuman yang memabukkan. Orang yang memperdayakan minuman keras, jika dia beragama
Islam, haruslah dihukum dan dagangannya dirampas untuk dimusnahkan.

Sebagai anggota masyarakat, kita harus memperhatikan kemaslahatan dan kepentingan


orang lain. Dalam kaitan dengan kemunkaran terhadap hak manusia , seperti contoh mendirikan
bangunan yang menyebabkan tetangga tak punya jalan keluar / masuk.

Ada pun perbuatan munkar yang menyangkut kepentingan Allah dan kepentingan
manusia, adalah seperti memindahkan jenazah dari tempatnya, tanpa alasan yang jelas.
Pemindahan yang mempunyai alasan yang jelas demi kepentingan umum, tentu tidak termasuk
perbuatan munkar.[7]
Hukum Jihad

Berjihad di jalan Allah hukumnya fardu kifayah. Jika sebagian kaum muslimin telah
melakukannya maka gugurlah kewajiban itu bagi sebagian yang lain. Jihad diwajibkan kepada
setiap orang yang mampu berperang dalam beberapa keadaan seperti:
a. Apabila dirinya telah masuk dalam barisan peperangan.
b. Jika pemimpin memobilisasi masyarakat secara umum.
c. Jika suatu negeri/ daerah telah dikepung oleh musuh.
d. Jika dirinya adalah orang yang sangat dibutuhkan dalam peperangan, seperti dokter,
pilot, dan yang semisalnya.

Jihad di jalan Allah SWT adakalanya wajib dengan jiwa dan harta sekaligus, yaitu bagi
setiap orang yang mampu dari segi harta dan jiwa, terkadang jihad itu wajib dengan jiwa semata
(hal ini berlaku) bagi orang yang tidak mempunyai harta dan adakalanya wajib hanya dengan
harta tidak dengan jiwanya, yaitu bagi orang yang tidak mampu untuk berjihad dengan badannya
namun dia termasuk orang yang mempunyai harta.

Bagi kaum wanita tidak ada jihad, jihad mereka adalah haji dan ‘umrah. Hal ini
berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha,
ketika beliau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah, apakah kaum wanita wajib berjihad? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: ‘Ya, kaum wanita wajib berjihad (meskipun) tidak ada peperangan di
dalamnya, yaitu (ibadah) haji dan ‘umrah.’”

D. Penurunan Azab Menimpa Semua Masyarakat

Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa merubahnya, Dikawatirkan Allah
akan melimpahkan azab siksa-Nya secara merata.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :


ُ َ‫علَي ُكم الَي‬
َ ‫ض ُر ُكم َمن‬
‫ض َّل‬ َ ‫ق أَنَّهُ ايُّ َها إِنَّ ُك ٌم تَقٌ َر ُءونَ َهذِه االيَة (يَا اَيّ َها الّذينَ امنُوا‬
ِ ‫صدَي‬َ ‫ع ٌن أبِي بَ ٌك ٍر ال‬
َ
ّ ‫اس إذَا را َ ُوا‬
‫الظا ِل َم فَلَ ٌم يَا ُخذُوا على يَدَي ِه‬ َ ّ‫إن الن‬ َّ ‫س ِمعتُ رسول هللا عليه وسلّم يَقُو ُل‬ َ ‫إِذَا ٌهتَدَيتُم) َوإنّى‬
ِ ‫ا َ ٌوشَكَ ا َ ٌن يَعُ ّم ُه ْم هللا بِ ِعقا‬
)‫ (رواه ابو د و الترمذي و النساء‬.ُ‫ب ِمنه‬
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai manusia, hendaklah kalian membaca ayat
ini : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan
memberi mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan sesungguhnya
saya mendengar Rasululllah SAW bersabda :” sesungguhnya apabila orang-orang melihat
orang yang bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar
Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.” (HR. Abu Daud,
Tirmidzi dan An-Nasa’i)[8]

Bila kemungkaran telah mewabah di masyarakat, maka siksa akan turun menimpa semua
orang, apakah dia sholeh ataukah tidak sholeh. Bila tindakan orang-orang dzalim tidak ada yang
mencegahnya, maka hampir saja Allah Swt meratakan seluruh masyarakat dengan azabnya.[9]

E. Manfaat Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Macam-macam Jihad

Ada beberapa manfaat bila amar ma’ruf dan nahi munkar ditegakkan:
1. Kita akan menjadi bagian dari orang-orang mukmin.
2. Segala kebaikan akan diberikan siapa saja yang melakukan aksi amar ma’ruf nahi munkar, yaitu,
orang-orang yang

lahir dari umat terbaik (umat muslim).


3. Kita akan menjadi orang-orang yang shaleh.
4. Kita akan mendapatkan keselamatan apabila kita mencegah perbuatan buruk (munkar).
5. Kita akan menjadi orang-orang yang meraih kemenangan.
6. Allah akan memberikan rahmat dan karunianya kepada kaum tersebut, sehingga tercipta
kerukunan, kedamaian dan ketentraman.
7. Akan dijauhkan dari Azab Allah.
8. Ilmu yang dibawa oleh para ulama (sebagai pewaris para nabi) akan terjaga dengan baik,
sehingga dijauhkan dari kesesatan dalam menuntut ilmu, yaitu niat/motivasi yang salah dan
belajar pada orang yang salah. Dengan terjaganya para ulama yang sholeh, maka akan lahirlah
umara (penguasa) yang baik dan mampu memimpin umatnya dengan adil.[10]

Namun tidak bisa dipungkiri, saat ini kema’rufan telah digerus oleh derasnya arus
kemunkaran. Hal ini terjadi karena kemunkaran telah dibungkus dengan performa yang menarik,
sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat mampu menikmatinya. Begitu mudahnya
kemunkaran sudah masuk dalam celah-celah sempit dalam rumah melalui media cetak dan
elektronik, yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat. Tentu ini sangat berbahaya, karena
kemunkaran/kebathilan yang secara terus-menerus disuguhkan dan diinformasikan, apalagi
didesain dengan performa yang menarik, maka sangat mungkin kemunkaran itu akan dianggap
sebagai kebaikan dan kemudian dijadikan sebagai kebiasaan.

Untuk menghadang arus kemunkaran ini diperlukan benteng yang kokoh, yaitu dari diri
kaum muslim sendiri yang harus sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah.
Kesadaran inilah yang akan mengantarkannya untuk menjadi seorang yang muttaqin, dan mampu
menjalankan amar ma’ruf nahi munkar dengan baik.

Ketika kita ingin menyelamatkan umat secara keseluruhan dari bahaya kemunkaran,
maka hendaklah dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. Dan jika Allah dan Rasul Nya telah
memberikan rambu-rambu yang tegas dan jelas, maka sebagai seorang muslim yang taat sudah
sepatutnya untuk berucap sami’na wa atho’na.

Macam-macam Jihad

1. Fardlu 'Ain; yaitu berjuang melawan musuh yang menyerbu ke sebagian negara kaum
muslim seperti jihad melawan kaum Yahudi yang menduduki negara Palestina. Semua orang
muslim yang mampu berdosa sampai mereka dapat mengeluarkan orang-orang Yahudi dari
negeri tersebut.
2. Fardlu Kifayah; yaitu jika sebagian telah memperjuangkannya, maka yang lain sudah tidak
berkewajiban untuk melakukan perjuangan tersebut, yaitu berjuang menyebarkan dakwah Islam
ke seluruh negara sehingga melaksanakan hukum Islam, dan barangsiapa yang masuk Islam serta
berjalan di jalan Islam kemudian terbunuh sehingga tegak kalimat Allah, maka jihad ini berjalan
terus sampai hari kiamat. Jika orang-orang meninggalkan jihad dan tertarik oleh kehidupan
dunia, pertanian dan perdagangan maka ia akan tertimpa kehinaan.
3. Jihad terhadap pemimpin Islam; yaitu dengan memberikan nasihat kepada mereka dan
pembantu mereka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Agama adalah nasihat, kami bertanya , untuk siapa wahai Rasulullah? Beliau
menjawab: untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin Islam dan orang-
orang muslim awam" (HR. Muslim).

Dan beliau bersabda:


"Jihad yang paling mulia adalah menyampaikan kebenaran kepada pemimpin
yang zalim" (HR. Abu Daud dan Tarmizi).
Adapun cara untuk menghindarkan diri dari penganiayaan pemimpin kita sendiri,
yaitu agar orang-orang Isilam bertaubat kepada Tuhan, meluruskan akidah mereka atas
dasar ajaran-ajaran Islam yang benar sebagai pelaksanaan dari firman Allah:
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (QS Ar-'Ad : 11).
4. Berjihad melawan orang kafir, komunis dan penyerang dari kaum ahli kitab, baik dengan
harta benda, jiwa dan lisan sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Dan berjihadlah menghadapi orang-orang musyrik dengan harta bendamu,
jiwamu dan lisanmu" (HR. Ahmad).
5. Berjihad melawan orang-orang fasik dan pelaku maksiat dengan tangan dan hati,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran maka rubahlah dengan
tangannya, jika tidak
mampu maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah
selemah-lemah iman" (HR. Muslim).
6. Berjihad melawan setan; dengan selalu menentang segala kemauannya dan tidak
mengikuti godaannya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah sebagai
musuhmu, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" (QS Faatir : 6).
7. Berjihad melawan hawa nafsu; dengan menghindari hawa nafsu, membawanya kepada
ketaatan kepada Allah dengan menghindari kemaksiatan-kemaksiatannya. Allah berfirman
melalui mulut Zulaihah yang mengakui telah membujuk Yusuf untuk berbuat dosa:
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang" (QS Yusuf : 53).

Jihad diwajibkan atas :


1. Setiap muslim.
2. Baligh.
3 Berakal.
4. Merdeka.
5. Laki-laki.
6. Mempunyai kemampuan untuk berperang.
7. Mempunyai harta yang cukup baginya dan keluarganya selama kepergiannya dalam berjihad.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Amar ma'ruf nahi munkar adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada
kemunkaran, ini merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim yang baik. Apabila perintah ini
tidak dijalankan, niscaya fungsi kenabian itu akan lenyap, agama akan hancur, kesesatan akan
merajalela, kebodohan akan subur, kerusakan ada di mana-mana, negeri menjadi hancur, dan
seluruh manusia menjadi binasa. Siapa saja yang melihat kemunkaran maka tugasnya adalah
merubah dengan tangannya, apabila tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, bila tidak
mampu juga rubahlah dengan hati, dan itulah selemah-lemahnya iman.

Jihad berasal dari kata jâhada, yujâhidu, jihâd. Artinya adalah saling mencurahkan usaha.
Makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah kemampuan yang dicurahkan semaksimal
mungkin; kadang-kadang berupa aktivitas fisik, baik menggunakan senjata atau tidak; kadang-
kadang dengan menggunakan harta benda dan kata-kata; kadang-kadang berupa dorongan sekuat
tenaga untuk meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini bersifat
umum, yaitu kerja keras.

B. Saran
Kaum Muslim harus lebih berhati-hati dalam menyikapi provokasi, ajakan, maupun
seruan-seruan jihad yang disalahgunakan oleh banyak pihak yang didasarkan pada kepentingan
politik tertentu. Alih-alih mengharapkan mati syahid, yang diperoleh ternyata mati
konyol.Sebagai Kaum Muslim kita wajib mengamalkan jihad dengan sebaik mungkin, dan tetap
berdasarkan rambu-rambu Islam yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Ahmad, Iwudh. Mutiara Hadis Qudsi. Bandung: Mizan Pustaka. 2006

Ash Shiddiqiey, Teungku, Muhammad, Hasbi. Al-Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. 2001

Haqqi, Ahmad, Muadz. Hadits Akhlak. Surabaya: Pustaka As-Sunnah. 2003

Muslim, Imam. Shahih Muslim. Bairut: Darul Fikri.

Qasyimi, Muhammad, Jamaludin. Roudhlotul Mu’minin terjemah Abu Ridho. Semarang: Assyifa. 1993

Tirmidhi, Imam. Sunan At Tirmidhi. Bairut: Darul Kutub Al-Ilmiyah

Muawiyah, Abu. Amar Ma’ruf Nahi Munkar. http://al-atsariyyah.com/2008/10/06/amar-maruf-dan-


nahi-mungkar.html

[1] Abu Muawiyah, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, http://al-atsariyyah.com/2008/10/06/amar-maruf-dan-


nahi-mungkar.html

[2] Ahmad Iwudh Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, (Bandung: Mizan Pustaka, 2006), hlm. 224

[3] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqey, Al-Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001)
hlm.348
[4] Muhammad Jamaludin Qasyimi, Roudhlotul Mu’minin terjemah Abu Ridho, (Semarang: Assyifa,
1993), hlm. 373

[5] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqey, hlm. 350-351

[6] Imam Muslim, Shahih Muslim, (Bairut: Darul Fikri), hlm. 47

[7] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqiey, hlm. 355

[8] Imam Tirmidhi, Sunan At Tirmidhi, (Bairut: Darul Kutub Al- Ilmiyah) hlm. 69

[9] Ahmad Muadz Haqqi, Hadits Akhlak, (Surabaya: Pustaka As-Sunnah, 2003), hlm. 10

[10] Ahmad Iwudh Abduh, hlm. 215

Anda mungkin juga menyukai