Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ZULHANI RISOVI
NIM: 109011000118
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi yang berjudul ”Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih” ini merupakan salah satu
syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang dialami. Namun berkat kerja keras, do’a dan kesungguhan hati serta
dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua kesulitan
dan hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Nurlena Rifai, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA Ketua
dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
3. Drs. Masan AF, M.Pd. Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam
membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan
bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses
mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.
4. Ubaidillah, S.Ag. Kepala sekolah MTs At-taqwa 06 Bekasi yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
yang beliau pimpin.
v
5. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha MTs At-taqwa 06 Bekasi yang
telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini.
6. Siswa-siswi MTs At-taqwa 06 Bekasi khususnya kelas VII-1 yang telah
bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
7. Orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan
dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.
8. Kakakku Siti Riyani S.Pd.I beserta suami & anak, aaku Sofyan Yavin
S.pd.I beserta istri & anak, terimakasih atas doa dan dukungannya selama
ini.
9. Sirru qolby (My Sun) yang selalu setia menemani, memotivasi, serta
memberi keceriaan yang mampu menghibur hatiku dan memberikan
arahan yang tepat untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan
2009, kelas C dan Fiqih A. Terimakasih atas kebersamaan, dukungan,
bantuan dan motivasinya.
11. Sahabat-sahabat (The Finger) yang selalu menemani penulis baik suka
maupun duka.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta
perhatian yang luar biasa.
Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah semata, segala
kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini,
mohon di maafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
2. Tujuan Metode Tanya Jawab ............................................... 30
3. Pemakaian Metode Tanya Jawab......................................... 32
4. Kebaikan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab ................. 32
C. Aktivitas Belajar ....................................................................... 33
1. Pengertian Aktivitas Belajar ................................................ 34
2. Prinsip-prinsip Aktivitas ...................................................... 38
3. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar ..................................... 39
4. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ........................................ 44
D. Fiqih ......................................................................................... 45
1. Pengertian Fiqih.................................................................. 45
2. Dasar-dasar Fiqih................................................................ 47
E. Penelitian yang Relevan ........................................................... 48
F. Kerangka Berpikir .................................................................... 49
G. Hipotesis Penelitian .................................................................. 50
viii
1. Pelaksaan Pembelajaran Fiqih dengan Keterampilan Bertanya
guru pada Mata Pelajaran Fiqih ........................................... 69
a. Aspek Keterampilan Bertanya Umum ............................ 71
b. Komponen Keterampilan Bertanya Dasar ...................... 73
c. Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjut ........ 74
2. Aktivitas belajar Fiqih Siswa ............................................... 74
3. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 94
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung
Harapan), h.793.
1
2
Artinya: “Menuntut ilmu itu kewajiban atas setiap orang muslim laki-laki maupun
muslim perempuan.” (Ibnu Abdul Bari)
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), Cet.
V, h. 112-113.
6
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. I, h.
122.
4
sehingga mereka tidak berani mengutarakan pendapat ataupun bertanya. Hal ini
akan berdampak pada aktivitas belajar siswa. Sering sekali ditemukan siswa tidak
memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap penjelasan yang diberikan guru di
depan kelas, tidak konsentrasi, mengobrol, atau mengerjakan tugas pelajaran lain.
Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas untuk
menumbuhkan aktivitas dan partisipasinya siswa salah satu caranya dengan
merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan berarti
menunjukkan pola pikir yang dimiliki oleh seorang siswa. Dalam dunia
pendidikan kita, siswa belum banyak terrangsang untuk mengajukan pertanyaan
dari materi yang dipelajari, karena siswa tidak terlatih dalam mengajukan
pertanyaan, siswa kurang percaya diri dengan konsep yang dimilikinya atau siswa
tidak diberi kesempatan bertanya oleh guru. Selain itu guru juga dapat
mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memancing keaktifan siswa.
Pertanyaan biasanya diajukan oleh guru pada saat awal memulai pelajaran dan
akhir pelajaran. Pertanyaan biasanya dijawab oleh anak tertentu saja, tidak semua
turut aktif dalam menjawab pertanyaan. Apabila guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya kepada guru, hanya terlihat beberapa siswa saja yang
aktif mengajukan pertanyaan.
Dalam proses pembelajaran strategi yang ditetapkan oleh guru di kelas
hendaknya memperhatikan keaktifan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan tidak
belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya,
misalnya dari teman, orang tua ataupun media. Siswa dapat memperoleh ilmu
pengetahuan dimana pun berada. Siswa yang aktif mempunyai peluang yang besar
untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya
menerima saja.
Di dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peran penting dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru diharapkan
dapat mengelola kelas dengan baik dan menyuguhkan pembelajaran yang
menyenangkan. Sayangnya sebagian besar guru hanya menggunakan metode
ceramah saja, dan jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
dan menanggapi pelajaran secara leluasa. Akibatnya peserta didik merasa jenuh
6
dalam belajar bahkan sebagian peserta didik tidak memperhatikan pelajaran ketika
guru sedang menjelaskan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Mereka
bercanda dan mengobrol dengan teman sebangkunya bahkan ada diantara mereka
yang asyik bermain dengan mainannya, seperti menggambar, gangsing, dan
sebagainya.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan
menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang
sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta
mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keutuhan delapan keterampilan
mengajar tersebut di atas merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.
Setiap keterampilan mengajar memilki komponen dan prinsip-prinsip
dasar tersendiri. Termasuk keterampilan teknik bertanya guru atau keterampilan
bertanya siswa akan berpengaruh terhadap kesegaran proses pembelajaran. Oleh
karenanya siswa harus menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah
motivasi untuk belajar, mengembangkan ide dan gagasan yang dimiliknya.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”.
Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa, bagi siswa kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali
informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.9
Kita semua belajar dari pertanyaan-pertanyaan yang kita tanyakan dan dari
pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada kita. Kita punya pertanyaan yang
ingin ada jawabannya, kita punya pertanyaan yang terkadang takut untuk
ditanyakan, dan terkadang orang menanyakan sesuatu kepada kita yang kita tidak
9
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya, 2011), Cet. I, h. 85.
7
tahu jawabannya. Mungkin ada banyak pertanyaan yang kita harapkan tidak akan
ditanyakan orang kepada kita, dan ada pertanyaan-pertanyaan yang kita tahu tidak
boleh kita tanyakan kepada orang lain tapi tetap kita tanyakan karena manusia
pada dasarnya inginnya selalu tahu. Orang bertanya untuk mendapatkan
informasi, untuk meningkatkan pemahaman, dan bahkan untuk menarik perhatian.
Sebagian pertanyaan yang ditanyakan mengagetkan, dan sebagian jelas
pertanyaan ada yang salah. Terkadang guru terlalu memperhatikan jawaban
sehingga mereka melewatkan pentingnya pertanyaan, menanyakan pertanyaan
yang benar dan mendengarkan serta mempelajari pertanyaan yang ditanyakan para
siswa mereka. 10
Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa, untuk mendorong
siswa berpikir, dan untuk menyusun serta mengarahkan pembelajaran. Pertanyaan
digunakan oleh guru sebagai alat diagnosa dalam menentukan tingkat pengajaran
yang diperlukan siswa untuk memulai pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan
untuk mengatur tingkah laku siswa atau pengaturan kelas biasanya dimaksudkan
untuk membantu siswa mengingat aturan-aturan, sementara sebagian pertanyaan
memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan serta pendapat mereka
sendiri. Pertanyaan merupakan metode yang utama untuk mengetahui pemahaman
siswa. Pertanyaan bisa diberikan dalam suatu rangkaian cepat untuk membahas
ulang isi pelajaran atau digunakan sebagai evaluasi akhir dari pembelajaran siswa.
Mempelajari seni bertanya pertanyaan yang tepat di waktu yang tepat dan dengan
cara yang tepat bisa merupakan salah satu dari aspek-aspek mengajar yang paling
menantang.11
Alasan penulis mengambil pembelajaran fiqih karena pembelajaran fiqih
di Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan siswa dapat memahami
pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehingga menjadi seorang muslim yang selalu taat menjalankan
syariat Islam secara kaffah (sempurna).
10
Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar dengan Senang, (Jakarta:
PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. I, h. 369.
11
Ibid,, h. 370.
8
B. Identifikasi Masalah
Efektif atau tidaknya suatu metode dapat dilihat dari tiga sudut pandang,
yaitu tahap perencanaan dan pemilihan metode, penggunaan atau proses di kelas
Proses Belajar Mengajar (PBM) meliputi penyampaian materi dan perhatian siswa
serta evaluasi (mengukur keberhasilan metode yang telah digunakan dengan
melihat prestasi siswa).
9
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas,
penggunaan keterampilan bertanya sering digunakan ketika proses belajar
mengajar berlangsung dan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Agar
penulisan skripsi ini lebih terarah dan lebih jelas pembahasannya, maka penulis
membatasi masalah sebagai berikut:
1. Keterampilan guru yang diteliti pada penelitian ini adalah keterampilan
bertanya, yaitu teknik keterampilan bertanya di kelas pada materi yang telah
diajarkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan
lebih terarah yang membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun
keterampilan bertanya pada penelitian ini dibatasi melalui metode tanya
jawab.
2. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar
siswa yang dilakukan di dalam kelas atau selama proses pembelajaran
berlangsung (seperti; bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan
10
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan keterampilan bertanya
dalam mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas VII di MTS At-Taqwa 06 Bekasi.
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas VII dengan keterampilan bertanya
pada mata pelajaran Fiqih di MTS at-taqwa 06 Bekasi.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana guru mendeskripsikan tekhnik keterampilan
bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS at-Taqwa 06
Bekasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS at-
Taqwa 06 bekasi.
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian memiliki tujuan dan manfaat baik bagi penulis sebagai
mahasiswa maupun lembaga pendidikan, berdasarkan tujuan penelitian yang telah
disebutkan, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Bagi penulis adalah dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan sebagai
salah satu syarat dalam menyelasaikan studi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan
11
1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I,
h. 235.
2
Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung
Harapan), h. 417.
3
Ibid, h. 417.
12
13
8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2006),
cet. XI, h. 75.
9
Rusman, Model-Model Pembelajaran Menegmbangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 82.
10
Ibid, h. 83-84.
15
11
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.
XI, h. 62.
12
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.
XI, h. 63.
16
4. Jenis-jenis Pertanyaan
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting
sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat
akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik dibagi menjadi dua jenis,
yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom.
Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari: pertanyaan permintaan (compliance
question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau
menuntun (prompting question), dan pertanyaan menggali (probing question),
sedangkan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan
(recall question atau knowledge question), pemahaman (conprehention question),
pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sinestis (synthesis
question), dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).13
Dan jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan.
a. Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
1) Pertanyaan permintaan (Compliance question), pertanyaan yang
mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan
dalam bentuk pertanyaan.
Contoh: Dapatkah Anda tenang agar suara saya dapat didengar oleh
seluruh kelas?
2) Pertanyaan Retorik (rhetorical question)
Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab
sendiri oleh guru karena merupakan teknik penyampaian informasi
kepada siswa.
Contoh:
Guru: “apakah yang dimaksud dengan mengajar?
13
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 286.
18
Mengajar adalah. . . . . . . “
3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)
Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam
proses berpikir.
Contoh:
Guru: “Minggu yang lalu kita telah membicarakan macam-macam
strategi belajar-mengajar. Coba, Halim, manakah yang lebih
tinggi derajat CBSA-annya, strategi eksporsitorik atau
heuristik?”
Halim: Diam (sedang berpikir)
Guru: “silahkan tinjau dulu dasar pengklasifikasian SBM. Nah. . . . .
bagaimana. . . . . Halim?”
4) Pertanyaan menggali (probing question)
Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih
mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
Contoh:
Guru: “Setelah kemarin kita bersama-sama meninjau Bendungan
Karangkates, bagaimana pendapatmu tentang bendungan
tersebut, Amin?”
Amin: “sangat menarik, Pak.”
Guru: “faktor apa yang menarik?”
Dan seterusnya.14
14
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet
XI, h. 15.
19
Contoh:
- Apa nama ibu kota Argentina?
- Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2?
- Di mana Raden Ajeng Kartini dilahirkan?
2) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)
Pertanyaan ini menurut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan
jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya
dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca
informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan
membandingkan atau membeda-bedakan.
Contoh:
- Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari
pariwisata?
- Informasi apa yang dapat kita peroleh dari kurva semacam ini?
3) Pertanyaan penerapan (application question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal
dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan,
kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya.
Contoh:
- Berdasarkan batasan yang telah diutarakan tadi, maka persamaan
mana yang memenuhi syarat?
- Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang
termasuk protozoa?
4) Pertanyaan analisis (analysis question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan
cara:
- Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.
- Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu
kesimpulan atau generalisasi.
- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau
membuat generalisasi dari atau berdasarkan informasi yang ada.
20
Contoh:
- Identifikasi motif:
Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama bentuknya?
- Menganalisa kesimpulan generalisasi:
Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat.
Dapatkah saudara menunjukkan bukti-buktinya;
- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada:
Setelah kita mempelajari Perang Diponegoro, Paderi, dan
Trunojoyo, maka kesimpulan apa yang dapat kita buat tentang latar
belakang, motif, serta sebab-musababnya?
5) Pertanyaan sintesis (synthesis question)
Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal,
melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk
mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis
menuntut siswa untuk:
- Membuat ramalan atau prediksi:
Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka?
- Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya:
Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan
serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang
Anda tampilan untuk mengatasinya;
- Mencari komunikasi:
Susunlah suatu karangan pendek yang menggambarkan nilai serta
perasaan anda!
6) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)
Pertanyaan semacam ini menghendaki ssiwa untuk menjawabnya
dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu
issue yang ditampilkan.
Contoh:
21
- Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan
murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau
sekolah terbuka? 15
15
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet
XI, h.16-18.
22
5. Macam-Macam Pertanyaan
Macam-macam pertanyaan menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan
Agama Islam” dibagi menjadi 2: pertanyaan dilihat dari waktu penyampaiannya
dan dilihat dari sasarannya yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran:
a. Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi tiga:
1) Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang
dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan
pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima
pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
2) Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian
pelajaran dan menarik sebagian fakta baru.
3) Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan
untuk mengulang, atau menyimpulkan materi pembelajaran.17
16
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet
XI, h. 18-19.
17
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 306-307.
23
6. Teknik-teknik Bertanya
Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara
mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang
dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipakai dan
dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses
belajar-mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan
pertanyaan antara lain:
a. Kejelasan dan kaitan pertanyaan
Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya
antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari kebiasaan-
kebiasaan yang tidak bagus dalam bertanya.
b. Kecepatan dan selang waktu
Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta tidak tergesa-gesa.
Begitu pertanyaan selesai diucapkan, berhentilah sejenak untuk memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpikir; sementara itu, sambil memonitor
kelas, apakah sudah ada yang siap menjawab.
c. Arah dan distribusi penunjukkan
Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah diberi
kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya.
Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh
kelas.
18
ibid.
24
d. Teknik reinforcement
Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada siswa serta
meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang lebih baik.
e. Teknik menuntun dan menggali (prompting and probing)19
19
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet
XI, h. 19-20.
20
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 308.
25
7. Fungsi Pertanyaan
Fungsi pertanyaan di dalam kegiatan pembelajaran menurut Turney (1979)
mendefinisikan 12 fungsi pertanyaan seperti:
a. Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik.
b. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
c. Menggalakkan penerapan belajar aktif.
d. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
e. Menstruktur tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara
maksimal.
f. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
g. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat
secara aktif dalam pembelajaran.
h. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan
pemahamannya tentang informasi yang diberikan.
i. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat
mendorong mengembangkan proses berpikir.
j. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pertanyaan teman atau
pertanyaan guru.
k. Memberi kesempatan untuk belajar diskusi.
l. Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni bagi siswa.21
21
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I,
h. 236.
26
22
Sudarmaji Lamiran, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi
Pustaka, 2011), Cet. I, h. 85.
23
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), Cet. IV, h. 115-116.
27
24
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
h. 58-59.
25
Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. I, h. 160.
26
Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,
(Bandung : Yrama Widya, 2013), Cet I, h. 6.
28
هلل
ضٍَ اهللُ عَ ُْٔ قَاهَ :بََََُْْا َّحُِْ عِ ْذَ سَسُىْهِ اهللِ صَيًَ ا ُ
عَِْ عََُشَ بُِْ اىْخَّطَابِ سَ ِ
جوٌ شَذَِْذُ بََُاضِ اىّثَُِابِ شَذَِْذُ سَىَادِ اىّشَعْشِ ,ىَا
عَئَُِْ وَسَيٌََ رَاثَ َىٍٍْاِرْ طَيَعَ عَيََُْْا سَ ُ
َُشَي عَئَُِْ أَثْشُ اىّسَفَشِ ,وَىَا َعْشِفُُٔ ٍَِْا أَحَذٌ حَخًَ جََيسَ اِىًَ اىَْ ِبٍِ صَيًَ اهللُ عَئَُِْ وَسَيٌََ
فَأَسَْْذَ سُمْبَخَُِْٔ اِىًَ سُمْبَخَُِْٔ ,وَوَضَعَ مَفَُِْٔ عَيًَ فَخِزََِْٔ وَقَاهَََ :ا ٍُحَََذُ أَخْبِشٍِّْ عَِِ
اىْاِسْيَاًِ,
فَقَاهَ سَسُ ْىهُ اهللُ صَيًَ اهللُ عَئَُِْ وَسَيٌََ :اَىْاِسْيَاًُ أََُ حَّشْهَذَ أَُْ ىَا اِىََٔ اِىَا اهللِ وَأََُ ٍُحَََذًا
سَسُىْهُ اهللِ ,وَحُقٌَُِْ اىّصَيَاةَ ,وَحُؤْحٍَِ اىّزَمَاةَ ,وَحَّصُىْ ًَ سٍََضَاَُ ,وَحَحُّجَ اىْبَُْجَ اُِِ
اسْخَّطَعْجَ اِىَُِْٔ سَبُِْيًا قَاهَ صَذَقْتَ قَاهَ فَعَجِبَْْا ىَُٔ َّسْأَىُ ُٔ وََُّصَذِقُُٔ قَاهَ :فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِِ
اىْاَََِْاُِ قَاهَ :أَُْ حُؤٍَِِْ بِااهللِ ,وٍََيَائِنَخِِٔ ,وَمُخُبِِٔ ,وَسُسُىْىِِٔ ,وَاىَُْىًَْ اىْأَخِشِ ,وَحُؤٍَِِْ
بِاىْقَذَسِخَُْشِِٓ وَشَشِِٓ قَاهَ صَذَقْجَ قَاهَ فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِِ اىْاِحّْسَاُِ قَاهَ :أَُْ حَعْبُذَ اهللِ مَأََّلَ
حَشَآُ ,فَأُِْ ىٌَْ حَنُِْ حَشَآُ فَأَُِّ َشَآُ َشَاكَ قَاهَ :فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِِ اىّسَاعَتِقَاهٍََ :ااىََّْسْؤُوْهُ
عَ ْهَا بِأَعْيٌََ ٍَِِ اىّسَا ِئوِ قَاهَ :فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِْ أٍََاسَاحِهَا قَاهَ :أَُْ حَيِذَ اىْأٍََتُ سَبَخَهَا ,وَاَُْ
حَشَي اىْحُفَاةَ اىْعُشَاةَ اىْعَاىَت َسِعَاءَ اىّشَاءَ َخَّطَاوَىُىَُْ فٍِ اىْبُ َُْاُِ ثٌَُ اّّْطَيَقَ فَيَبِّثْجُ ٍَيًُِا ثٌَُ
قَاهَ ىٍََِ :اعََُشَ ,أَحَذْسٌِْ ٍَِِ اىّسَا ِئوِ؟ قُيْجُ :اهلل وَسَسُىْىُُٔ أَعْيٌَُ قَاهَ :فَأَُِّ جِبْشِ َْوُ أَحَامٌُْ
َُعَيَُِنُ ٌِ دََِْْنٌُْ (سوآ ٍّسيٌ)
Artinya: “Dari Umar bin Khathab r.a. berkata: Pada suatu hari ketika kami ada
di samping Rasul datanglah seorang laki-laki yang berpakaian sangat
putih, berambut sangat hitam, tidak diketahui dari arah mana dia datang,
dan tidak ada yang mengenalnya di antara kami seorang pun, sehingga
dia duduk mendekati Nabi dan menyandarkan kedua lututnya pada kedua
lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya ke atas kedua
pahanya. Lalu berkata: “Hai Muhammad beritakan padaku tentang
Islam”. Lalu Rasul bersabda: “Islam itu, kamu bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, dan
kamu menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan
29
pergi haji ke Baitullah jika kamu mampu.” Lalu orang itu berkata “Kamu
benar”. Umar berkata: “Kami heran, dia bertanya dan dia
membenarkannya”. Lalu dia berkata lagi “Beritakan padaku tentang
Iman”. Lalu Nabi bersabda: “Kamu percaya pada Allah, para malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kamu percaya pada
takdir baik dan buruknya”. Lalu orang itu berkata: “Kamu benar”.
Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul
bersabda: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan
jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat
kamu”. Orang itu berkata lagi: “Beritakan padaku tentang hari kiamat”.
Nabi bersabda: “Tidaklah orang yang ditanya tentang kiamat lebih tahu
daripada yang ditanya”. Lalu dia berkata lagi: “Beritakan padaku
tentang tanda-tanda hari kiamat itu”. Lalu Nabi bersabda: “Diantara
tanda-tandanya jika telah muncul budak melahirkan majikannya, dan
kamu melihat orang yang berjalan nyeker (tidak beralas kaki), telanjang,
dan miskin berlomba membangun berbagai bangunan”. Kemudian
pergilah orang tersebut, maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian
Nabi bersabda kepadaku: “Hai Umar apakah kamu tahu siapa yang
bertanya itu?” Saya menjawab “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang
mengetahui”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril
datang kepadamu untuk mengajarkan kamu tentang agama kamu.” (HR.
Muslim).27
27
Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), Cet. I, h. 45-46.
30
Nabi dengan sesama sahabat atau antara guru dengan murid dan antara murid
dengan sesama murid , jadi terjadi interaktif antar beberapa arah.28
28
ibid.
29
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 305.
30
Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), Cet. I, h. 43.
31
Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,
(Bandung : Yrama Widya, 2013), Cet. I, h. 6.
31
32
Melvin L. Silbermen. Active Learning. (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Mandiri, 1996).
h. 147-150.
32
33
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. V, h. 45-46.
33
C. Aktivitas Belajar
Di dalam teknik penggunaan keterampilan bertanya, aktivitas menjadi
tujuan utama dalam penelitian peneliti. Pembelajaran harus menumbuhkan
34
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 312.
35
Subari, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994), Cet. I, h. 82.
36
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 312.
34
37
Agus Supriyanto, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), h. x.
38
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), Cet. XIX, h. 95.
39
Ibid, h. 100.
40
ibid, h. 95.
35
41
Ibid, h. 100.
42
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. IV, h. 114-115.
43
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2001), Cet. I, h.
171.
44
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 96.
36
45
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2003), Cet. I, h.
170.
46
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010),
Cet. III, h. 77.
37
47
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Meperhatikan Keragaman Individu
Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 182-186.
38
2. Prinsip-Prinsip Aktivitas
Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut
pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur
kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik dapatlah diketahui bagaimana
prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu.49
Untuk melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu jiwa ini,
secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa lama dan ilmu
jiwa modern.
a. Menurut pandangan ilmu jiwa lama
John Locke yang dikutip oleh Sadirman A.M dengan konsepnya
Tabularasa mengibaratkan siswa sebagai kertas putih, sedang unsur dari luar
yang menulis adalah guru. Dalam hal ini terserah kepada guru, mau dibawa
kemana, mau diapakan siswa itu karena guru adalah yang memberi dan
mengatur isinya, dengan demikian aktivitas didominasi oleh guru, sedang anak
didik bersifat pasif dan menerima begitu saja. Guru menjadi seseorang yang
adikuasa di dalam kelas.50
Selanjutnya Herbert yang dikutip oleh Sadirman A.M memberikan
rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis
dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi, atau dengan kata lain dipengaruhi oleh
unsur-unsur dari luar. Relevansinya dengan konsep John Locke bahwa guru
48
Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Buku Active Learning, Increasing Flow in the
Classroom, Terj. Dari Active Learning, Increasing Flow in the Classroom, oleh Dwi Wulandari,
(Jakarta: PT Index, 2008), Cet.I, h. 8.
49
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 97.
50
ibid, h. 98.
39
54
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
85-86.
41
55
ibid, h. 86-87.
42
56
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar…, h. 174-175.
43
57
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. IV, h. 38-45.
44
58
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2003), Cet. I, h.
175.
45
Dari uraian di atas, bahwa proses belajar (aktivitas belajar) ini mengacu
kepada teknik penggunaan keterampilan bertanya yang memfokuskan siswa ikut
secara aktif untuk bertanya jika ada pelajaran yang belum dipahami.
Artinya: “Dan tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
59
H. A. Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 11.
46
60
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV Pustaka Agung
Harapan), h. 277.
61
A. Dzajuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam,
(Jakarta : Prenada Media, 2005), Cet. V, h. 4.
62
M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1992), h. 383.
63
A. Dzajuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam,
(Jakarta : Prenada Media, 2005), Cet. V, h. 5.
47
2. Dasar-Dasar Fiqih
Mempelajari ilmu fiqih akan membawa manusia sampai tujuan hidup yang
lebih baik, diantaranya memelihara agama, memelihara diri, dan memelihara
keturunan serta kehormatan. Adapun dasar-dasar fiqih antara lain :
a. Al-Qur’an
b. Al-Hadits
c. Ijma Mujatahidin
d. Qiyas64
64
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Jakarta : At-Tahiriyah, 1976), Cet. XVII, h. 19.
48
65
ibid, h. 20.
66
Hulliah, “Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran PKN
dengan Menggunakan Media Gambar di MI Al- Hidayah Kembangan Jawa Barat”, Skripsi S1
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
49
yaitu 77.5% (31 siswa). Nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 85 dan
terendahnya adalah 73.3, dimana semua siswa sudah melampaui KKM.67
3. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Ma’rif Syafruddin dengan judul
“Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question and Getting
Answer terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.” Studi eksperimen di SMP
Negeri 1 Mancak Kab. Serang. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa hasil
belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang diajarkan dengan
strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer
memperoleh nilai rata-rata yaitu 69,94 dari standar deviasi. Hasil belajar
matematika siswa kelompok control yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional metode ekspositori memperoleh nilai rata-rata yaitu 51,37 dari
standar deviasi.68
F. Kerangka Berpikir
Seorang guru yang merencanakan pengajarannya, terlebih dahulu harus
memikirkan dan mempersiapkan metode yang akan dipakai mengajar di kelas,
setelah menemukan alternatif barulah ia menyusun rencana pengajaran atau desain
instruksional. Seorang guru yang professional tidak hanya berpikir tentang apa
yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkan, tetapi juga tentang siapa yang
menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa, dan kemampuan apa yang ada
pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Alasan mengapa keterampilan bertanya sangat perlu dimiliki oleh para
guru dan calon guru, pertama, telah berakarnya mengajar dengan menggunakan
metode ceramah yang cenderung menempatkan guru sebagai sumber infromasi
sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi yang pasif. Kedua, latar
belakang kehidupan siswa yang kurang bisa mengajukan pertanyaan dan
67
Endang Sri Haryanti, “Penerapan Teknik Pengajuan Pertanyaan Accelerated Learning
untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika di MTS Negeri 1
Tangerang”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009.
68
Ma’rif Syafruddin. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question
and Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Mancak Kab.
Serang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009.
50
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah keterampilan bertanya guru dalam
meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
51
52
4. Participation. Pada tahap ini setelah informan bersedia bekerja sama biasanya
dilanjutkan dengan upaya-upaya konkret untuk berpartisipasi membantu
peneliti menghimpun informasi yang dibutuhkan.2
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.3
Bermacam-macam teknik pengumpulan data diantaranya observasi,
wawancara, dan dokementasi.
OBSERVASI
MACAM TEKNIK
PENGUMPULAN WAWANCARA
DATA DOKUMENTASI
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
cara mengadakan pengamatan langsung terhadap kondisi di lapangan.
2
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 137-138.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 224.
4
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Presss Group,
2013), h. 20.
54
5
Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 220.
6
Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur :
Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 3.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 145.
8
Ibid, h. 146.
9
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), h. 59.
55
b. Dokumentasi
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif.10 Dokumentasi berasal dari kata
dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dokumentasi adalah suatu usaha
aktif bagi suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengelolaan
bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang
mengadakan.11
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi.
Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian,
laporan, artefak, dan foto. Sifat yang utama pada data ini tidak terbatas pada
ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang pernah terjadi pada waktu silam. Secara detail, bahan dokumenter
terbagi beberapa macam, yaitu autobiografi, surat pribadi, buku atau catatan
harian, memorial klipping, data di server dan flashdisk, dan data yang
tersimpan di web site.12
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
profil lembaga yang memuat visi, misi, tujuan, kurikulum, sarana dan
prasarana, susunan pengurus, kegiatan peserta didik, serta tata tertib peserta
didik. Teknik ini juga digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai
aktivitas belajar yang digambarkan melalui nilai rata-rata pelajaran fiqih.
Adapun jenis dokumen yang dibutuhkan pada penelitian ini lebih rincinya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 240.
11
Juhana S, Maria Dinata, dan Wiyana Mulyana, Dokumentasi dan Perpustakaan,
(Bandung: CV. Armiko, 1991), Cet. II, h. 21.
12
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011), Cet. I, h. 141.
56
Tabel 1
Dokumen Penelitian
c. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.13 Wawancara
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi, yaitu cara untuk memperoleh
informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai. 14 Wawancara juga
teknik pengumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan
13
Deddy Maulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya, Rosda, h. 180.
14
Masri Singarimbun, Sofian Efendi, (Penyunting), Metode Penelitian Survai, (Jakarta:
LP3ES, 1989), h. 192.
57
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun instrument yang diamati. Dalam penelitian kualitatif,
yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.22 Adapun
instrument penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh data mengenai
keterampilan bertanya guru akan dibuat dalam bentuk non test yaitu dengan
wawancara dan observasi.
Instrumen non test dalam bentuk wawancara diperuntukkan kepada guru
yang mengajar fiqih. Hasil wawancara ini digunakan untuk mendapat informasi
mengenai penggunaan keterampilan bertanya untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada pelajaran fiqh. Adapun pedoman wawancara dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 2
Pedoman Wawancara Guru Fiqih
No Variabel Pertanyaan
1 keterampilan bertanya Metode apa saja yang pernah Bapak/Ibu
guru terapkan selama mengajar fiqih di kelas VII?
21
Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur :
Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 74.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 222.
59
bertanya?
2 Aktivitas belajar fiqih Bagaimana tingakat kemampuan siswa dalam
siswa pembelajaran fiqih di kelas VII?
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai
peningkatan aktivitas belajar siswa?
Apakah siswa memperhatikan penjelasan
materi pelajaran yang Bapak/Ibu sampaikan?
Apakah setiap tugas yang diberikan oleh
Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan baik oleh
siswa?
Apakah Bapak/Ibu memberikan catatan
tertulis kepada siswa tentang materi yang
Bapak/Ibu sampaikan? Dan apakah siswa
pernah dilatih untuk membuat catatan dengan
bahsa mereka sendiri?
Bagaimana kemampuan siswa dalam hal
merangkum, membuat pertanyaan,
memprediksi, dan menjelaskan?
Bagaimana kemampuan mengingat siswa
terhadap materi yang telah dipelajari
sebelumnya?
Bagaimana kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal-soal fiqih?
Apakah siswa merasa senang selama belajar
fiqih?
Sebagai seorang guru bidang studi fiqih,
upaya apa yang telah Bapak/Ibu lakukan
untuk meningkatkan aktivitas belajar fiqih
61
siswa?
Dilihat dari aktivitas belajar siswa, apakah
pengunaan teknik keterampilan bertanya
sudah dapat dikatakan efektif?
Tabel 3
Pedoman Wawancara Siswa Kelas VII-1
No Indikator Pertanyaan
1 Keterampilan bertanya Apa yang lakukan saat guru menjelaskan
materi?
Apakah kamu memperhatikan penjelasan
materi yang disampaikan guru?
Apakah kamu senang dengan pelajaran fiqih
dan aktif bertanya kepada guru?
Apa yang menyebabkan kamu
senanng/tidak senang,dan aktif/tidak aktif
bertanya kepada guru selama pembelajaran
fiqih di kelas?
Apakah guru fiqih kamu pernah
menerapkan pembelajaran dengan cara
berkelompok?
Jika ada materi yang kurang kamu mengerti,
apakah kamu mencoba untuk berdiskusi
dengan teman yang lain?
Apakah kamu mengajukan pendapat tentang
materi yang disampaikan guru?
Jika ada materi yang kurang kamu mengerti,
apakah kamu bertanya kepada guru atau
62
23
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), cet. II, h. 79-80
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 276.
64
25
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. II, h. 80.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 276-277.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 277.
28
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. II, h. 80.
65
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 277.
30
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. II, h. 81.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 246.
66
32
ibid, h. 252.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
HASIL OBSERVASI
Hasil observasi yang dilakukan
peneliti terdapat tiga aspek yang
dimiliki oleh guru pengampu mata
pelajaran fiqih, diantara tiga aspek
keterampilan bertanya yang harus
dimiliki oleh setiap pendidik adalah:
1. Aspek keterampilan bertanya
umum.
2. Komponen keterampilan bertanya
dasar.
3. Komponen keterampilan bertanya
tingkat lanjut.
Dari ketiga aspek tersebut diperoleh
KETERAMPILAN hasil bahwa keterampilan bertanya
BERTANYA GURU guru dapat dikatakan baik/meningkat.
HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara yang dilakukan
peneliti selama penelitian kepada
Bapak Ahmad Suhaimi S.Ag pada hari
Selasa, tanggal 07 Januari 2014 di
ruang guru MTS At-Taqwa 06 Bekasi
adalah keterampilan bertanya sudah
bisa dikatakan efektif dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa,
karena dapat meningkatkan minat dan
motivasi siswa untuk aktif terlibat
dalam belajar. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dipembahasan.
67
68
HASIL OBSERVASI
Hasil observasi/pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti dengan
mengamati siswa selama proses
pembelajaran. Pada tahap
pengamatan/observasi penelitian ini
berlangsung selama tiga kali
pengamatan terhitung dimulai tangaal
07 Januari 2014 sampai dengan 07
Februari 2014 dengan alokasi waktu
masing-masing 2 X 40 menit (2 jam
pelajaran). Dari hasil observasi
diperoleh hasil bahwa aktivitas belajar
siswa dapat dikatakan
baik/meningkat. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada pembahasan.
AKTIVITAS
BELAJAR SISWA
HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara yang dilakukan
peneliti selama penelitian kepada
beberapa siswa kelas VII-1 MTs At-
Taqwa 06 Bekasi di ruang kelas VII-1
bertujuan untuk mengetahui tingkat
aktivitas belajar fiqih, minat siswa
terhadap pelajaran fiqih, keaktifan siswa
dalam bertanya, dan permasalahan
myang dihadapi siswa terkait dengan
pembelajaran fiqih. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada pembahasan
69
1
Wawancara dengan siswa kelas VII, Rabu 08 Januari 2014, di kelas.
70
2
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
71
karena menurut mereka dengan mempelajari ilmu fiqih akan lebih mengetahui
agama yang mereka percayai dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
pertanyaan dengan cara yang yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang
lebih sederhana atau mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.
penjelasan guru dan jika ada suatu permasalahan terkait pembelajaran fiqih yakni
tentang ketentuan shalat jama, qashar, dan jama qashar guru meminta siswa untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan terkait pembelajaran yang
sedang dipelajari, siswa harus mencermati permasalahan, menyelesaikan
permasalahan berdasarkan jawaban yang telah dipahaminya, menyelesaikan
kemampuan minimal yang harus dijawab dengan benar oleh siswa, dan
menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru terkait materi pembelajran fiqih
(ketentuan shalat jama, qashar, dan jama qashar). Guru meminta semua siswa
untuk memberikan pertanyaan dan menuliskan satu atau dua pertanyaan apa saja
yang terkait materi yang sudah diajarkan. Setelah pertanyaan dibuat oleh siswa,
kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dikumpulkan kepada guru dan
guru meminta kepada ketua kelas untuk membagikan pertanyaan yang tadi telah
dibuat oleh siswa secara acak. Setelah semua siswa mendapatkan petanyaan, guru
memerintahkan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dengan teliti, jika ada
siswa yang belum mengerti pertanyaan tersebut, siswa akan bertanya kepada guru
atau temannya yang membuat pertanyaan itu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari instrument catatan observasi aktivitas
belajar fiqih siswa didapati bahwa siswa masih terlihat bingung dan tidak tahu
membuat pertanyaan seperti apa, mereka masih membuka buku untuk membuat
pertanyaan, ada sebagian siswa yang benar menjawab pertanyaan dan aktif
bertanya kepada guru ketika pembelajaran sedang berlangsung, sedangkan yang
lainnya masih pasif dan hanya diam saja di kelas, tidak mau bertanya kepada guru,
sehingga jawaban mereka belum terlalu tepat. Penyebab kurang aktifnya siswa
dalam bertanya dikarenakan masing-masing siswa cenderung bingung apa yang
harus ditanyakan kepada guru dan dalam pengunaan bahasa masih belum bisa
menggunakan bahasa yang baik dan benar sedangkan siswa belum memahami
pelajaran yang sedang berlangsung, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Bapak
Suhaimi selaku guru mata pelajaran fiqih kepada peneliti.
“Keterampilan bertanya ini diterapkan ketika pemberian materi telah
disampaikan, saya juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami sambil melatih kemampuan
anak, terkadang siswa dari segi bahasa ketika sedang menyampaikan
77
pertanyaan kepada saya juga ada yang kurang baik, dan pada saat itu saya
selalu ajarkan siswa agar dalam menyampaikan pertanyaan bisa bertutur
bahasa dengan baik dan lebih memahami apa yang sedang dipertanyakan.
Sebenarnya mereka mengerti apa yang ingin mereka tanyakan kepada
saya, tapi dalam penyampaian bahasa mereka masih bingung, oleh sebab
itu mereka hanya diam atau bertanya kepada teman jika ada yang belum
memahami pelajaran.”3
3
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
78
bisa dari internet, media televisi atau darimanapun, yang terpenting adalah
siswa tersebut bisa memahami materi yang sedang saya ajarkan.”4
4
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
79
3. Mengeluarkan pendapat 48
7. Mengerjakan tugas 84
Jumlah = 497.3333
80
Rata-rata = 62.16667
dikendaraan, dalam diskusi kelompok aktivitas tutor sebaya terlihat aktif, siswa
yang memiliki kemampuan akademik tinggi mengajarkan kepada temannya yang
belum menguasai materi. Selanjutnya guru membagikan lembaran kertas yang
berisi nama, asal kelompok, dan suatu permasalahan yakni pertanyaan terkait
materi yang sedang diajarkan. Kertas tersebut diberikan kepada setiap individu
dalam kelompok. Siswa ditugaskan untuk menuliskan jawaban yang tepat terkait
materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok dan didiskusikan dengan
kelompoknya. Setelah semua kelompok berdiskusi dan menemukan jawaban yang
tepat, perwakilan dari ketua kelompok masing-masing menjelaskan jawabannya,
jika ada jawaban yang kurang tepat, kelompok yang lain berhak mengeluarkan
pendapatnya dan menyanggah jawaban dari kelompok lain. Dengan menerapkan
pembelajaran secara berkelompok ini, dimaksudkan agar siswa dapat
menyelesaikan masalahnya dan menemukan hubungan antara konsep dan ide yang
dimilikinya sehingga siswa menjadi aktif dan bersemangat ketika proses
pembelajaran. Tetapi setelah selesai pembelajaran secara berkelompok, biasanya
guru menerapkan metode tanya jawab kepada siswa, jadi jika ada siswa yang
belum memahami permasalahan yang didiskusikan tadi, guru mempersilahkan
siswa untuk bertanya, dan sebaliknya guru juga akan memberikan pertanyaan
kepada siswa. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Bapak Suhaimi selaku guru
fiqih kelas VII-1.
“Metode yang digunakan juga bervariasi, metode tanya jawab, metode
ceramah, dan metode-metode lain yang sekiranya mendukung kepada
pengajaran fiqih, termasuk pembelajaran secara berkelompok, metode
diskusi juga saya pernah terapkan untuk pengajaran fiqih, dengan
diterapkannya metode diskusi, saya perintahkan kepada siswa-siswa untuk
mendiskusikan masalah pelajaran/materi yang sedang dipelajari, lalu saya
beri tugas mereka untuk mencatat pertanyaan setelah itu semua pertanyaan
kita diskusikan bersama di kelas. Ketika Pembelajaran berkelompok
biasanya saya juga sudah mempersiapkan beberapa permasalahan yang
berbentuk pertanyaan, setelah itu saya perintahkan kepada siswa untuk
membuat kelompok dan menunjuk ketua kelompoknya masing-masing,
setelah itu saya meminta kepada semua kelompok dengan mendiskusikan
jawaban atas permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran. Setelah
semua kelompok menemukan jawaban, perwakilan dari ketua kelompok
untuk menjelaskan jawabannya masing-masing. Tetapi selama saya
mengajar fiqih, saya lebih sering menerapkan metode tanya jawab, karena
82
5
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
83
aktivitas siswa dalam belajar fiqih sudah meningkat tetapi belum maksimal, tetapi
sewaktu peneliti mengamati sebagian besar siswa sudah terlibat dalam aktivitas
pembelajaran fiqih.
Peneliti menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada
pengamatan kedua (Selasa, 21 Januari 2014) dan menyajikannya dalam bentuk
tabel. Berikut ini adalah data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada
pengamatan kedua (Selasa, 21 Januari 2014)
Tabel 5
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa pengamatan kedua (Selasa, 21
Januari 2014)
3. Mengeluarkan pendapat 76
5. Menanggapi pertanyaan 72
7. Mengerjakan tugas 88
Jumlah = 613.3333
Rata-rata = 76.66667
84
ketika ada siswa yang bertanya siswa yang lainpun harus memberikan
tanggapan, karena saya meminta seluruh siswa untuk memperhatikan, jika
ada siswa yang tidak memperhatikan, maka saya memerintahkan siswa
tersebut untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh
siswa tadi, jika siswa tersebut tidak bisa menjelaskan, maka saya meminta
siswa itu untuk membuat dan menulis lima pertanyaan agar pertanyaan
tersebut dapat dibahas secara bersamaan di kelas.”6
Tabel 6
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa pengamatan ketiga (Selasa, 28
Januari 2014)
Jumlah = 674.6667
Rata-rata = 84.33333
6
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
86
Tabel 7
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa
7
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
85.
89
2. Listening Activities
Pertanyaan listening activities dalam aktivitas belajar fiqih siswa adalah
melakukan diskusi kelompok.8 Lebih dari jumlah kelompok (3 dari 5 kelompok)
benar-benar aktif dalam melakukan diskusi. Sementara 2 kelompok lainnya
cenderung kurang aktif dalam berdiskusi. Berdasarkan catatan observasi aktivitas
belajar fiqih siswa menyatakan terdapat 3 kelompok yang benar-benar aktif
melakukan diskusi, yaitu kelompok 1, 3, dan 5. Sebagian besar siswa menyatakan
bahwa belajar dalam suatu kelompok sangat memudahkan dan membantu mereka
dalam memahami materi pembelajaran yang sedang berlangsung, dimana siswa-
siswa dapat saling berbagi dan peduli terhadap teman yang belum memahami
materi pelajaran. Peneliti mengamati bahwa faktor-faktor yang dapat membuat
siswa aktif dalam berdiskusi diantaranya adalah:
a) Diskusi kelompok sangat cocok bagi siswa, karena dengan diadakannya
diskusi kelompok, siswa dapat saling membantu dan peduli terhadap
anggota yang lain.
8
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
85.
91
3. Mental Activities
Aktivitas belajar fiqih siswa dalam mental activities adalah menanggapi
pertanyaan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.9 ketika siswa
diberikan pertanyaan oleh guru atau temannya, siswa harus menanggapi
pertanyaan tersebut. Aktivitas menanggapi pertanyaan sering dilakukan oleh siswa
yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan sedang. Sedangkan
siswa yang memilki kemampuan rendah, cenderung jarang terlihat melakukan
aktivitas menanggapi pertanyaan, mereka hanya terlihat diam saja. Deskripsi
masing-masing aktivitas tersebut adalah:
a) Menganalisis permasalahan/persoalan. Ketika siswa diberikan
permasalahan/persoalan yang menyangkut materi pembelajaran,
selanjutnya siswa menganalisis permasalahan/persoalan tersebut. Aktivitas
menganalisis permasalahan/persoalan sering dilakukan oleh siswa yang
berkemampuan tinggi dan sebagian siswa yang berkemampuan sedang.
Hal ini ditandai dengan mereka yang sering bertanya kepada guru atau
hanya sekedar meluruskan hasil analisis mereka. Sedangkan siswa yang
berkemampuan rendah umumnya jarang terlihat melakukan aktivitas ini,
mereka cenderung hanya melihat hasil pekerjaan teman sekelompoknya
tanpa menganalisis terlebih dahulu bagaimana menyelesaikannya.
b) Memecahkan dan menjawab permasalahan/persoalan. Aktivitas ini
merupakan tindak lanjut dari aktivitas menganalisis
permasalahan/persoalan. Setelah mereka menganalisis bagaimana
menyelesaikannya dan menggunakan konsep apa, barulah mereka
9
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
86.
92
4. Writing Activities
Pertanyaan-pertanyaan writing activities dalam aktivitas belajar fiqih
adalah menyalin/mencatat materi pembelajaran, menulis pertanyaan dan
mengerjakan tugas pembelajaran.10 Deskripsi masing-masing aktivitas writing
activities adalah:
a) Menyalin/mencatat materi pembelajaran. Sebagian besar siswa aktif
dalam menyalin/mencatat materi pembelajaran. Ketika guru tidak
menyediakan hand out pembelajaran, maka siswa mencatatnya.
Mencatat materi pelajaran itu sudah menjadi kewajiban setiap siswa di
kelas, karena siswa tidak diwajibkan mempunyai buku paket seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pengamatan peneliti bahwa ada
siswa yang berkemampuan tinggi dalam menyalin/mencatat materi
pembelajaran cenderung mencatat dengan caranya sendiri dan tidak
sama dengan yang ditulis guru di papan tulis, mencatat materi yang
dipahaminya dan hal-hal yang terpenting saja. Siswa yang
berkemampuan tinggi juga lebih aktif mencatat materi pembelajaran
ketika guru sedang menjelaskan materi pembelajaran, lain halnya
dengan siswa yang berkemampuan sedang maupun siswa yang
berkemampuan rendah, jika siswa yang berkemampuan sedang
kadang-kadang mencatat ketika guru sedang menjelaskan materi,
sedangkan siswa yang berkemampuan rendah hanya mendengarkan
guru saja tanpa mencatat materi pembelajaran yang sedang
berlangsung.
10
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
85.
93
5. Visual activities
Aktivitas belajar fiqih siswa dalam visual activities adalah memperhatikan
penjelasan teman/guru.11 Secara umum, karakteristik subjek penelitian ini mudah
diarahkan untuk senantiasa memperhatikan teman/guru, ketika ada siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan teman/guru, maka teman/guru menegurnya dan
pada akhirnya siswapun fokus kembali memperhatikan penjelasan guru/teman,
sekalipun siswa mengulangi kesalahan kembali dan tidak memperhatikan
penjelasan guru/teman, maka guru memerintahkan siswa tersebut untuk bertukar
posisi, ia yang menjelaskan materi pembelajaran, dan siswa diminta guru untuk
membuat beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran yang sedang dipelajari,
11
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
85.
94
sehingga dapat dikatakan bahwa siswa mempunyai antusias dan semangat yang
tinggi untuk memperhatikan penjelasan guru maupun temannya sendiri.
6. Emosional activities
Aktivitas belajar fiqih siswa dalam emosional activities adalah berani atau
bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.12 Sebagian besar siswa
antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan
pengamatan peneliti siswa merasa bersemangat karena pada pembelajaran
berlangsung sebelumnya siswa hanya mendengarkan ceramah guru, tanpa
menggunakan metode tanya jawab, dan guru terkadang juga tidak memberikan
siswa untuk bertanya. Setelah diterapkannya keterampilan bertanya siswa terlihat
menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Mereka merasa senang dan
siswa menjadi aktif saat menerima pelajaran dari guru.
Data aktivitas belajar fiqih siswa dari catatan observasi aktivitas belajar
fiqih siswa pada pengamatan pertama, kedua, dan ketiga cukup meningkat.
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru/teman, menjawab pertanyaan guru,
mengeluarkan pendapat, melakukan diskusi kelompok, menanggapi pertanyaan,
menyalin/mencatat materi pembelajaran, mengerjakan tugas, dan berani/
bersemangat mengalami kemajuan dengan sering memperhatikan dan
mengerjakan tugas dengan baik, selama pembelajaran siswa sangat fokus
memperhatikan guru, sebagian siswa aktif dalam bertanya dan berani
mengeluarkan pendapatnya masing-masing.
12
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
86.
95
lebih sempurna dalam menerima informasi. Melalui proses bertanya, siswa akan
mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk
mampu mengembangkan ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif,
mengembangkan metode dan teknik untuk bertanya, bertukar pendapat dan
berinteraksi. Proses pembelajaran memungkinkan untuk dapat mengembangkan
kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa
maupun guru, sesuai dengan fakta dan penalaran. Pertanyaan dapat merangsang
timbulnya kegiatan belajar.
Setelah penelitian ini dilakukan, maka peneliti memperoleh hasil
penelitian berupa informasi mengenai Keterampilan Bertanya Guru dalam
Meningkatkan Aktivitas Belajar Fiqih Siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. Di
MTS At-Taqwa 06 Bekasi, mata pelajaran fiqih dipelajari setiap satu Minggu
sekali yaitu pada hari Selasa jam pelajaran pertama 13.15-15.00. Pada setiap
pertemuan siswa mendapatkan materi yang diajarkan oleh guru.
Selain itu, Keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan keaktifan
siswa, hampir semua indikator aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
seperti yang diungkapkan Paul B. Diedrich sebagaimana yang dikutip oleh
Sadirman dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, di antaranya:
Listening activities, pada saat siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Oral
activities, saat siswa aktif bertanya. Mental activities, saat siswa aktif dalam kerja
kelompok. Writing activities, saat siswa mengerjakan tugas. Emosioanal
activities, saat siswa senang mengikuti pembelajaran.
Pada pertanyaan di atas terlihat dari aspek-aspek yang diamati
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa
banyak yang bertanya jika mengalami kesulitan dan tampak lebih semangat dalam
kegiatan pembelajaran. Setiap siswa sudah terlihat tidak kebingungan dalam
memecahkan masalah, keberanian siswa di kelas juga meningkat sehingga dalam
proses pembelajaran yang berlangsung guru tidak lagi mendominasi
pembelajaran. Pemahaman siswapun semakin bertambah akan materi yang
diajarkan oleh guru.
96
Dalam hal ini tampak jelas sekali bahwa perbedaan pembelajaran yang
menggunakan tanya jawab dan dengan cara guru yang mengajarnya dengan
ceramah saja siswa lebih pasif. Dengan menggunakan metode tanya jawab siswa
lebih aktif dan lebih berani dalam bertanya dan menyimpulkan pembelajaran yang
telah dipelajari.
Berdasarkan hasil wawancara guru dan hasil pengamatan, dengan
diadakannya reward guna untuk perbaikan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Reward ini diberikan kepada siswa yang aktif bertanya dan mengeluarkan
pendapat. Reward juga diberikan kepada kelompok yang paling aktif. Dengan
adanya reward ini siswa berlomba-lomba untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran fiqih.
Secara keseluruhan keterampilan bertanya guru juga ikut memancing dan
memotivasi siswa untuk bertanya dan mengalami peningkatan, dan keaktifan
siswa kelas VII MTS At-Taqwa 06 Bekasi dalam pembelajaran fiqih juga
meningkat. Dalam pembelajaran antusias siswa menjadi meningkat karena dengan
keterampilan bertanya guru dan dengan menggunakan metode tanya jawab siswa
dapat berlomba-lomba untuk membuat pertanyaan agar siswa lain tidak dapat
menjawab pertanyaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs At-Taqwa 06 Bekasi
terhadap keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih
siswa yang dibatasi dengan menggunakan metode tanya jawab, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Keterampilan bertanya seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran
fiqih dapat dikatakan meningkat dengan menggunakan metode tanya jawab, siswa
cenderung lebih aktif untuk bertanya kepada guru dan cara guru menggunakan
teknik bertanya juga sudah baik. Keterampilan bertanya guru juga dapat
meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa. Siswa lebih aktif dan lebih
bersemangat. Siswa juga lebih banyak yang bertanya kepada guru. Penelitian
mengenai pengembangan keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan model
pembelajaran yang konvesional yang selama ini masih dipakai oleh kebanyakan
guru. Ada 2 komponen keterampilan bertanya yang harus dimiliki oleh setiap
guru: komponen keterampilan bertanya dasar dan komponen keterampilan
bertanya lanjut. Pertanyaan yang baik akan membuat kelas menjadi interaktif,
namun kesalahan dalam bertanya dapat menyebabkan pembelajaran tidak
menarik. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kekeliruan guru dalam
bertanya dapat menyebabkan siswa bersikap pasif dalam belajar. Jadi bertanya
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan ketika pembelajaran di kelas. Guru
yang aktif selalu mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan ini akan memancing
dan merangsang siswa untuk turut aktif bertanya kepada guru sehingga guru dapat
mengevaluasi kesulitan siswa dalam belajar.
97
98
B. Saran
Berawal dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap keterampilan
bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa, serta tujuan dan
manfaat dari penelitian ini perlu kiranya penulis mengemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Penelitian terhadap keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas
belajar fiqih siswa menunjukkan pengaruhnya yang cukup signifikan terhadap
peningkatan keaktifan belajar siswa, oleh karena itu hendaklah para pengajar
untuk menerapkan metode tanya jawab, dan seorang guru perlu memahami
bagaimana bertanya secara baik dan benar, juga mempelajari bagaimana
pengaruhnya bertanya di dalam kelas agar pembelajaran di kelas menjadi
menarik.
2. Untuk meningkatkan aktikvitas dan hasil belajar siswa yang maksimal,
tentunya kebijakan-kebijakan dari kepala sekolah dalam meningkatkan
kualitas kinerja guru pada mata pelajaran fiqih dan mata pelajaran yang
lainnya sangat dibutuhkan dalam upaya mempermudah pelaksanaan dan
pembelajaran fiqih di kelas terasa asik, menantang, dan menyenangkan.
3. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fiqih, sarana dan prasaranapun
diharapkan dapat dimanfaatkan dan dipergunakan secara maksimal agar
proses pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
4. Pihak sekolah diharapkan harus lebih meningkatkan mutu agar tujuan yang
dicita-citakan dapat tercapai dengan maksimal. peningkatan mutu dari
pelaksanaan pembelajaran fiqih bisa dilakukan dengan menyediakan buku
kepada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru.
Bandung: Yrama Widya, 2013.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Dzamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
99
100
Hollingsworth, Pat dan Lewis, Gina. Buku Active Learning, Increasing Flow in
the Classroom, Terj. Dari Active Learning, Increasing Flow in the
Classroom, oleh Dwi Wulandari. Jakarta: PT Index, 2008.
http://makalah-download.blogspot.com/2011/09/keterampilan-bertanya.html.
diakses pada hari Kamis, 13 Maret 2014, Pukul 10.13.
Rahayu, Iin Tri dan Tristiadi Ardi Ardani. Observasi dan Wawancara. Jawa
Timur: Bayumedia Publishing, 2004.
The Liang, Gie. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1985.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya
2006.
Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menjelaskan pengertian shalat qashar dan dasar hukumnya.
2. Siswa mampu menjelaskan syarat-syarat melaksanakan shalat qashar.
3. Siswa mampu menyebutkan macam-macam shalat yang bisa diqashar.
Materi Pembelajaran:
A. Shalat Qashar
1. Pengertian Shalat Qashar
Shalat qashar yaitu shalat fardhu yang jumlah rakaatnya diringkas. Shalat fardhu
yang boleh diqashar yaitu shalat fardhu yang jumlahnya empat rakaat. Di antaranya shalat
Zuhur, Ashar, dan Isya. Shalat qashar diperbolehkan dalam Islam berdasarkan QS. An-
Nisa: 101.
...
Artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah berdosa kamu
mengqashar shalat (mu) ...”
2. Niat Shalat Qashar
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Zuhur 2 raka’at qashar karena Allah Ta’ala
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Ashar 2 raka’at qashar karena Allah Ta’ala
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Isya 2 raka’at qashar karena Allah Ta’ala
3. Syarat Sah Shalat Qashar
a. Berniat untuk mengqashar shalat.
b. Shalat yang diqashar adalah shalat yang diperbolehkan untuk diqashar, yaitu
Zuhur, Ashar, dan Isya.
c. Dalam perjalanan jauh yang apabila ditempuh dengan jalan kaki membutuhkan
waktu sehari semalam.
d. Perjalanan yang dilakukan bukan untuk maksiat/hal-hal yang dilarang agama.
e. Tidak bermakmum atau menjadi imam kepada orang yang melakukan shalat
dengan sempurna.
4. Faktor-faktor yang memperbolehkan seseorang melaksanakan shalat dengan
cara diqashar, antara lain: Apabila dalam suasana yang tidak aman, misalnya dalam
keadaan perang, sakit, dan dalam perjalanan jauh (musafir).
B. Shalat Jama’ Qashar
Shalat jama qashar yaitu dua shalat fardhu yang dikumpulkan dalam satu
waktu dengan meringkas jumlah rakaatnya, baik dengan jama‟ taqdim maupun
jama‟ takhir. Mengerjakan shalat jama‟ qashar diperbolehkan apabila dalam
keadaan sakit, keadaan sedang tidak aman, dan dalam perjalanan jauh (musafir).
Niat shalat jama‟ qashar.
1. Shalat jama‟ qashar Zuhur dan Ashar
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Zuhur 2 raka’at dijama’ dengan shalat Ashar secara
jama’ taqdim qashar karena Allah Ta’ala
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Zuhur 2 raka’at dijama’ dengan shalat Ashar secara
jama’ takhir qashar karena Allah Ta’ala
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Isya 2 raka’at dijama’ dengan shalat Maghrib secara
jama’ taqdim qashar karena Allah Ta’ala
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Isya 2 raka’at dijama’ dengan shalat Maghrib secara
jama’ takhir qashar karena Allah Ta’ala
Kegiatan Pembelajaran:
Kegiatan Langkah-langkah Nilai-nilai Karakter Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengkondisikan siswa Religius 10 menit
untuk siap menerima materi, Disiplin
memulai pembelajaran dengan Rasa ingin tahu
salam dan berdoa bersama. Sikap yang baik
2. Guru bertanya pengetahuan
siswa tentang shalat jama‟,
qashar dan shalat jama‟ qashar
3. Guru memberitahu siswa
mengenai materi yang akan
dipelajari.
Kegiatan Inti
Eksplorasi 1. Guru menerangkan materi Disiplin 65 menit
tentang shalat jama‟, qashar dan Rasa ingin tahu
shalat jama‟ qashar. Sikap yang baik
2. Guru dan siswa melafalkan QS.
An-Nisa: 101.
3. Guru meminta setiap siswa untuk
membuat pertanyaan mengenai
shalat qashar dan shalat jama‟
qashar.
Kreatif
Elaborasi 1. Siswa menulis pertanyaan Bertanggung jawab
tersebut di kertas. Rasa ingin tahu
2. Guru mengambil kertas tsb dari Menghargai
setiap siswa dan mengocoknya, Mandiri
& memerintahkan ketua kelas
untuk membagikan kembali
kepada semua siswa.
3. Guru meminta siswa membaca
dalam hati sambil memikirkan
jawaban dari pertanyaan tsb.
4. Guru memanggil siswa secara
bergantian untuk membaca
pertanyaan dan menjawabnya.
5. Guru meminta siswa lain untuk Rasa ingin tahu
Konfirmasi memberi tanggapan. Sikap yang baik
Guru mengomentari jawaban
siswa, dan bertanya jawab
mengenai materi tersebut.
Penutup 1. Guru menyimpulkan materi. Sikap yang baik 5 menit
2. Guru menutup pelajaran dengan Religius
membaca doa dan mengucapkan
salam.
Sumber Belajar:
1. Buku Paket Pendidikan Agama Islam untuk SMP/MTs Kelas VII, oleh Ika Setiani
dkk, Jakarta: Swadaya Murni, 2010.
2. Buku Paket Pendidikan Agama Islam 1 Untuk SMP Kelas VII, oleh Robingan, PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
3. Buku Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP Kelas VII, oleh Muhammad Nasikin
dkk, Jakarta: Erlangga, 2011.
4. Buku Paket Pendidikan Agama Islam, oleh Bachrul Ilmy, Jakarta: Grafindo Media
Pratama, cet. II, 2008.
5. Buku LKS Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa Kelas 7 Semester 2, Jakarta: PT.
Multi Guna Ilmu, cet. I, 2011.
Penilaian:
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian dan Jawaban Singkat
No Soal Jawaban Skor
1. Jelaskan pengertian Shalat qashar yaitu shalat fardhu yang
shalat qashar dan dasar jumlah rakaatnya diringkas.
hukumnya! Dasar hukumnya QS. An-Nisa: 101.
...
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menjelaskan pengertian shalat Jum‟at.
2. Siswa mampu menjelaskan dasar hukum shalat Jum‟at.
3. Siswa mampu menjelaskan syarat mendirikan shalat Jum‟at.
Materi Pembelajaran:
A. Pengertian shalat Jum’at dan hukum melaksanakannya
Shalat Jum‟at adalah shalat dua rakaat pada waktu zuhur yang dikerjakan pada
hari Jum‟at secara berjamaah sesudah dibacakan dua khutbah. Shalat Jum‟at dikerjakan
sebagai pengganti shalat zuhur.
Hukum melaksanakan shalat jum‟at adalah fardhu „ain bagi setiap laki-laki
muslim yang telah baligh, merdeka, sehat, dan bertempat tinggal. Firman Allah SWT
QS. Al-Jumu‟ah: 9.
Artinya: “Shalat Jum’at itu hak yang wajib atas tiap-tiap orang Islam dengan berjamaah,
kecuali empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak-anak, dan
orang sakit.” (HR. Abu Dawud dari Thariq bin Syahab)
B. Syarat mendirikan shalat Jum’at
Syarat wajib shalat Jum’at, antara lain:
1. Islam, orang yang bukan Islam tidak wajib shalat Jum‟at.
2. Baligh, orang yang telah baligh atau dewasa wajib melaksanakan shalat Jum‟at. Bagi anak-
anak shalat Jum‟at tidak wajib namun boleh dilakukan sebagai pengenalan dan pembiasaan.
3. Berakal sehat, orang gila tidak wajib shalat Jum‟at.
4. Laki-laki.
5. Sehat, orang yang sakit tidak wajib shalat Jum‟at.
6. Bermukim, orang yang sedang dalam perjalanan jauh tidak wajib shalat Jum‟at.
Syarat sah shalat Jum’at, antara lain:
1. Shalat Jum‟at hendaknya dilaksanakan dalam wilayah yang tetap.
2. Shalat Jum‟at harus dilakukan dengan berjamaah.
3. Shalat Jum‟at harus dilakukan pada waktu shalat zuhur.
4. Shalat Jum‟at harus didahului dengan dua khutbah.
C. Ketentuan Khutbah Jum’at
Khutbah Jum‟at merupakan salah satu syarat sah shalat Jum‟at. Khutbah Jum‟at
terdiri dari dua khutbah, dilakukan setelah masuk waktu shalat Zhuhur.
1. Rukun Khutbah Jum’at
a. Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT.
b. Membaca dua kalimat syahadat.
c. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
d. Membaca ayat al-Qur‟an.
e. Berwasiat takwa kepada Allah SWT.
f. Berdo‟a pada khutbah kedua untuk keselamatan seluruh kaum muslimin.
2. Syarat Dua Khutbah
a. Khutbah dimulai setelah tergelincir matahari (masuk waktu Zuhur).
b. Pada waktu menyampaikan khutbah, sebaiknya dilakukan sambil berdiri jika mampu.
c. Duduk di antara dua khutbah.
d. Khutbah dilakukan berturut-turut.
e. Khatib harus suci dari hadas dan najis.
f. Khatib hendaklah menutup auratnya.
3. Sunah-sunah Khutbah Jum’at
a. Khutbah dilakukan di tempat yang lebih tinggi.
b. Materi khutbah disampaikan dengan bahasa yang mudah diterima, tidak terlalu panjang
atau terlalu pendek.
c. Tertib dalam khutbah.
d. Khatib memulai khutbahnya dengan mengucapkan salam.
e. Duduk setelah memberi salam.
f. Khatib membaca surat al-Ikhlas saat duduk antara dua khutbah.
Saat khatib sedang berkhutbah, jamaah wajib mendengarkan. Jamaah dilarang
berbicara, juga dilarang mencegah orang lain supaya tidak berbicara.
D. Praktik Shalat Jum’at
Cara pelaksanaan shalat Jum‟at pada dasarnya sama dengan shalat lima waktu,
yang berbeda hanyalah niatnya. Shalat Jum‟at diawali dengan dua khutbah. Setelah
khatib selesai berkhutbah, muazin mengumandangkan iqamat sebagai tanda shalat Jum‟at
akan dimulai. Tata cara pelaksanaan shalat Jum‟at sebagai berikut.
Sebelum memulai takbiratulihram, imam memperhatikan saf makmum dan memberi aba-aba
untuk meluruskan barisan. Setelah safnya lurus dan rapat, imam menghadap kiblat dan berniat
shalat Jum‟at sebagai imam. Niat ini ada yang dilafalkan sebagai berikut.
Artinya: Aku niat shalat shalat Jum’at dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam fardhu karena
Allah ta’ala.
2. Makmum mengikuti imam berniat shalat Jum‟at sebagai makmum. Niat ini ada yang
melafalkan sebagai berikut.
Artinya: Aku niat shalat shalat Jum’at dua rakaat menghadap kiblat sebagai ma’mum fardhu
karena Allah ta’ala.
3. Imam maupun makmum bersama-sama membaca doa iftitah dengan suara sirran (lemah).
4. Imam membaca surat al-Fatihah secara jahran (keras) dan makmum cukup mendengarkan.
5. Imam membaca surat atau ayat al-Qur‟an.
6. Imam ruku‟ dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a ruku‟ dengan suara lemah, diikuti
makmum.
7. Imam i‟tidal dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a i‟tidal, diikuti makmum.
8. Imam melakukan sujud dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a sujud, diikuti makmum.
9. Imam duduk di antara dua sujud dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a duduk, diikuti
makmum.
10. Imam melakukan sujud kedua dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a sujud, diikuti makmum.
11. Imam bangkit kembali untuk melakukan rakaat kedua, diikuti makmum.
12. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, kemudian duduk tahiyat akhir dan membaca tasyahud
akhir.
13. Selesai membaca tahiyat akhir, imam mengucapkan salam dan makmum mengikutinya.
Kegiatan Pembelajaran:
Kegiatan Langkah-langkah Nilai-nilai Karakter Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengkondisikan siswa untuk Religius 10 menit
siap menerima materi, memulai Disiplin
pembelajaran dengan salam dan Rasa ingin tahu
berdoa bersama. Sikap yang baik
2. Guru mengabsen siswa.
3. Guru memberi icebreaking.
4. Guru bertanya pengetahuan siswa
tentang shalat Jum‟at.
5. Guru memberitahu siswa mengenai
materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti 1. Guru menerangkan materi tentang
Eksplorasi shalat Jum‟at meliputi pengertian, Disiplin 65 menit
hukum melaksanakannya, syarat Rasa ingin tahu
wajib, dan syarat sah. Sikap yang baik
2. Guru dan siswa melafalkan QS. Al-
Jumu‟ah: 9.
3. Guru memberikan quiz kepada siswa
dengan masing-masing siswa
diberikan soal yang berbeda.
Sumber Belajar:
1. Buku Paket Pendidikan Agama Islam untuk SMP/MTs Kelas VII, oleh Ika Setiani dkk,
Jakarta: Swadaya Murni, 2010.
2. Buku Paket Pendidikan Agama Islam 1 Untuk SMP Kelas VII, oleh Robingan, PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
3. Buku Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP Kelas VII, oleh Muhammad Nasikin dkk,
Jakarta: Erlangga, 2011.
4. Buku Paket Pendidikan Agama Islam, oleh Bachrul Ilmy, Jakarta: Grafindo Media Pratama,
cet. II, 2008.
5. Notebook, LCD, Kertas ukuran kartu ± 7x10 cm, Karton.
Penilaian:
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian dan Jawaban Singkat
No Soal Jawaban Skor
1. Jelaskan pengertian Shalat Jum‟at adalah shalat dua rakaat pada 3
shalat Jum‟at! waktu zuhur yang dikerjakan pada hari jum‟at 0
Daftar pertanyaan
3. Apakah kamu senang dengan pelajaran fiqh dan aktif bertanya kepada guru?
4. Apa yang menyebabkan kamu senang / tidak senang, dan aktif / tidak aktif
berkelompok?
6. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu mencoba untuk
8. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu bertanya kepada
9. Apabila ada salah satu teman bertanya atau memberi tanggapan, apakah kamu
11. Bagaimana cara kamu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya?
15. Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika
17. Apakah guru memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan?
18. Apakah guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang telah
diberikan?
21. Apakah kamu bertanya kepada guru di setiap awal, pertengahan, dan akhir
pelajaran?
22. Menurut kamu, apakah siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan
Daftar Pertanyaan
2. Metode apa saja yang pernah Bapak/Ibu terapkan selama mengajar fiqh di
berkelompok?
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah teknik keterampilan bertanya ini diterapkan
siswa?
sampaikan?
6. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut
7. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut
sampaikan?
9. Apabila ada salah satu siswa yang bertanya atau memberi tanggapan, apakah
pertanyaan Bapak/Ibu?
11. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan
12. Apakah Bapak/Ibu memberikan catatan tertulis kepada siswa tentang materi
yang Bapak/Ibu sampaikan? Dan apakah siswa pernah dilatih untuk membuat
sebelumnya?
17. Kendala apa saja yang Bapak/Ibu alami dalam mengajar fiqh? Jika ada
18. Sebagai seorang guru bidang studi fiqh, upaya apa yang telah Bapak/Ibu
aktif bertanya?
22. Berdasarkan aktivitas belajar siswa yang terjadi, apakah penelitian ini (dengan
Daftar Pertanyaan
1. Apa yang kamu lakukan saat guru menjelaskan materi?
Jawab:
S1: Mendengar dan memahami pelajaran.
S2: memperhatikan dan diam tidak bercanda
S3: dipahami supaya mengerti apa yang disampaikan oleh guru.
S4: mendengarkan saja tapi kadang-kadang mengobrol dengan teman.
S5: bercanda sambil memperhatikan guru
3. Apakah kamu senang dengan pelajaran fiqih? Dan aktif bertanya kepada guru?
Jawab:
S1: senang, kadang-kadang saya bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang
belum saya pahami
S2: senang tetapi jarang bertanya kepada guru
S3: senang, ketika ada pelajaran yang tidak dimengerti, saya bertanya kepada
guru
S4: senang tapi hanya diam di kelas
S5: biasa saja dengan pelajaran fiqih dan tidak bertanya kepada guru.
8. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu bertanya kepada
guru atau teman yang sedang menjelaskan di depan?
Jawab:
S1: kadang-kadang bertanya kepada guru, kadang-kadang bertanya sama
teman yang sedang menjelaskan
S2: jarang bertanya kepada guru, saya bertanya kepada teman saja yang
sedang menjelaskan di depan
S3: pasti saya akan bertanya kepada guru, saya akan selalu aktif bertanya jika
ada pelajaran yang belum saya paham, tetapi jika ada teman yang sedang
menjelaskan di depan, saya mencoba tanya kepada teman, jika teman itu
belum bisa menjawabnya, maka saya akan bertanya kepada guru
S4: saya akan bertanya kepada teman, kalau sama guru saya takut
pertanyaannya salah
S5: saya bertanya kepada teman, kalau sama guru saya malu dan takut salah
9. Apabila ada salah satu teman bertanya atau memberi tanggapan, apakah kamu
memperhatikan dan mencoba menanggapinya?
Jawab:
S1: iya saya memperhatikan teman yang sedang bertanya, tetapi hanya
kadang-kadang saja menanggapinya
S2: iya memperhatikan tetapi jarang menanggapi pertanyaannya
S3: tentu saja saya memperhatikan ketika teman sedang bertanya kepada guru,
dan pasti saya menanggapi jika ada jawaban yang belum terlalu jelas, jadi
ketika saya ditanya guru tentang pertanyaan yang disampaikan oleh teman
tadi, saya bisa menjawabnya
S4: iya memperhatikan tetapi tidak pernah menanggapi
S5: kadang-kadang memperhatikan tetapi tidak pernah menanggapi, saya
bingung mau menanggapi apa, karena takut salah.
11. Bagaimana cara kamu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya?
Jawab:
S1: cara saya mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah
membaca buku dan mengulang-ngulang pelajaran yang lalu sewaktu di
rumah dan memahami pelajaran fiqih
S2: cara saya mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah
mendengarkan guru ketika guru menjelaskan pelajaran dan mengingat
pelajaran-pelajaran yang sudah dipelajari dengan cara menulisnya dibuku.
S3: cara saya mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya adalah
belajar di rumah sewaktu malam, saya membuka dan membaca-baca apa
yang telah saya pelajari hari ini, di sekolah saya selalu memperhatikan
ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, dan mencatat apa yang guru
sampaikan kepada siswa, jadi ketika esok hari guru bertanya tentang
pelajaran yang telah dipelajari saya masih ingat, dan saya bisa menjawab
semua pertanyaan-pertanyaan dari guru. Jadi kunci keberhasilan menurut
saya supaya tidak lupa dengan pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya
adalah ditulis, didengar, dan dipaham apa yang sedang disampaikan oleh
guru.
S4: cara mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah ditulis
ketika guru sedang menjelaskan, lalu mengulang-ngulang pelajaran di
rumah
S5: saya pribadi cara mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya
adalah dihafal jika saya bisa menghafalnya, dan diingat jika saya tidak
lupa dengan pelajaran yang lalu
15. Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika
pelajaran sedang berlangsung?
Jawab:
S1: iya pasti guru fiqih ketika sedang belajar selalu memberikan kepada siswa
untuk bertanya
S2: iya, guru sering memberikan kesempatan kepada muridnya untuk bertanya
S3: iya, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bertanya
ketika pelajaran sedang berlangsung
S4: iya, itu sudah pasti, guru fiqih selalu memberikan kesempatan kepada
siswanya untuk bertanya
S5: iya guru selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bertanya,
dan pasti saya selalu ditanya oleh guru, karena guru fiqih tahu saya sering
mengobrol di dalam kelas, dan ketika guru tahu saya sedang mengobrol di
dalam kelas, sedangkan guru sedang menjelaskan di depan, maka saya
dipanggil ke depan untuk menjelaskan, dan guru duduk dibangku saya
17. Apakah guru memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan?
Jawab:
S1: iya, guru fiqih selalu memberikan waktu berpikir kepada siswanya untuk
menjawab, sekitar 2-3 menit waktu yang diberikan untuk berpikir, karena guru
fiqih itu guru yang baik, guru tidak pernah memarahi siswanya ketika tidak
bisa menjawab, melainkan memberikan kesempatan kepada siswa yang lain,
jika siswa-siswa belum ada yang bisa menjawabnya, maka guru akan
menjelaskan jawaban atas pertanyaan tadi
S2: iya guru fiqih selalu memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan, karena guru fiqih itu sangat baik, tidak pernah marah
jika ada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan
S3: guru selalu memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan, selama siswa itu mengerti dengan pertanyaan yang ditanyakan
guru, pasti guru tersebut selalu memberikan waktu untuk berpikir, sekalipun
saya ataupun siswa lainnya tidak bisa menjawab pertanyaan atau bertanya
terlebih dahulu kepada teman sebangku, guru selalu memberikan waktunya
untuk siswa berpikir, tetapi ketika siswa itu diam saja tidak bisa menjawab
pertanyaan, lalu guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menjawabnya
S4: guru fiqih selalu sabar untuk menunggu siswanya menjawab pertanyaan,
dan guru fiqihpun selalu memberikan waktu berpikir kepada siswanya untuk
menjawab pertanyaan, dan tidak pernah marah jika ada siswa yang belum bisa
menjawab pertanyaan dari guru
S5: iya, guru selalu memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan, menurut saya pribadi, ketika guru bertanya kepada saya, biasanya
saya tidak bisa menjawab pertanyaannya, guru juga tidak memarahi saya
karena saya tidak bisa menjawabnya, melainkan memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk menjawabnya
18. Apakah guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang telah
diberikan?
Jawab:
S1: guru fiqih tidak pernah memberikan suatu barang, tetapi jika ada siswa
yang bisa menjawab pertanyaan, guru akan menambakan nilai siswa
S2: guru tidak pernah memberikan suatu barang, tetapi hanya memberikan
penghargaan nilai saja
S3: biasanya guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang
telah diberikan itu menambahkan nilai pelajaran fiqih, tetapi kalau
memberikan suatu barang tidak pernah
S4: guru hanya menambahkan nilai jika ada siswa yang telah menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru
S5: guru fiqih hanya menambahkan nilai siswa jika siswa dapat menjawab
pertanyaan guru
20. Apakah guru memberikan kesempatan secara adil dan merata kepada setiap
siswa untuk mendapatkan pertanyaan?
Jawab:
S1: guru fiqih itu guru yang baik, jadi guru fiqih tidak pernah pilih kasih
kepada siswanya, jika ia memberikan kesempatan kepada siswanya untuk
mendapatkan pertanyaan, maka guru fiqih akan memberikan secara adil
dan merata kepada semua siswa di kelas
S2: guru fiqih tidak pernah membedakan setiap siswanya, baik yang pintar,
kurang pintar, dan malas, ia selalu memberikan kesempatan kepada
semua siswa untuk mendapatkan pertanyaan secara adil dan merata
S3: iya. Guru fiqih selalu memberikan kesempatan secara adil dan merata
kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan, tidak hanya siswa
yang pintar saja yang selalu ditanya oleh guru, tapi siswa yang kurang
pintar dan malas bertanya kepada guru, pasti juga akan diberikan
kesempatan untuk mendapatkan pertanyaan
S4: guru fiqih itu selalu adil dan merata jika memberikan pertanyaan kepada
siswa jika di kelas, tidak hanya yang pintar saja yang ditanya, tetapi
semua siswa hampir mendapatkan pertanyaan untuk dijawab
S5: jika siswa yang malas dan jarang memperhatikan guru ketika sedang
menjelaskan, pasti guru itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapatkan pertanyaan, bahkan tidak jarang guru fiqih selalu
memberikan banyak pertanyaan jika ada siswa yang suka mengobrol di
kelas
21. Apakah kamu bertanya kepada guru di setiap awal, pertengahan, dan akhir
pelajaran?
Jawab:
S1: saya akan bertanya kepada guru di setiap pertengahan dan akhir pelajaran
saja. Karena jika di awal pelajaran, saya bingung apa yang harus
ditanyakan kepada guru
S2: saya akan bertanya kepada guru jika ada materi yang belum saya mengerti
dan saya pahami, baik itu di setiap awal, pertengahan, maupun pada akhir
pelajaran
S3: iya, saya pasti selalu bertanya kepada guru di setiap awal, pertengahan,
dan akhir pelajaran ketika guru memberikan kesempatan bertanya kepada
siswanya. Di awal pelajaran saya akan bertanya kepada guru jika ada
pelajaran yang telah lalu saya belum memahaminya, dan di setiap
pertengahan dan di akhir pelajaran saya selalu bertanya tentang materi
yang sedang diajarkan oleh guru
S4: kadang-kadang saya bertanya, kadang-kadang tidak, tetapi saya lebih
sering diam di kelas, dan mendengarkan teman yang bertanya
S5: saya jarang bertanya kepada guru, baik di setiap awal, pertengahan,
maupun pada akhir pelajaran, dengan alasan takut ditertawakan teman
dan bingung apa yang harus saya tanyakan, tetapi jika guru tersebut
bertanya kepada saya, maka saya akan menjawabnya sesuai dengan
kemampuan, jika saya tidak bisa menjawab, saya hanya diam
22. Menurut kamu, apakah siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan
prestasi belajar?
Jawab:
S1: iya, siswa yang aktif bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar, tetapi
jika siswa itu hanya diam saja di kelas dan tidak aktif bertanya kepada
guru, mungkin saja prestasinya tidak sebaik siswa yang aktif bukan yang
pasif
S2: iya, menurut saya siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan
prestasi belajar, tetapi bukan karena siswa aktif bertanya saja yang dapat
meningkatkan prestasi belajar, siswa yang pintar dan rajinpun dapat
meningkatkan prestasi belajarnya
S3: iya, siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan prestasi
belajar, Alhamdulillah saya pribadi selalu aktif bertanya kepada guru
ketika belajar, dan hasilnya saya mendapatkan peringkat satu di kelas,
karena dengan bertanya itu yang sebelumnya kita tidak tahu menjadi tahu,
yang sebelumnya kita tidak mengerti menjadi mengerti, yang sebelumnya
kita tidak paham menjadi paham, maka siswa yang aktif bertanya itu
insya Allah akan dapat meningkatkan prestasi belajar, tidak hanya
prestasi belajar, tetapi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, siswa
menjadi aktif bukan pasif
S4: iya siswa yang aktif bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar mereka,
jadi bukan siswa yang pintar saja yang aktif bertanya dapat meningkatkan
prestasi belajar, jika ada siswa yang kurang pintar dan dia aktif bertanya,
maka siswa itupun dapat meningkatkan prestasi belajarnya, tetapi saya di
kelas jarang bertanya karena malu dan takut ditertawakan oleh teman-
teman
S5: iya itu sudah pasti jika ada siswa yang aktif bertanya di kelas dapat
meningkatkan prestasi belajar, tetapi saya pribadi sangat pasif berada di
kelas, tidak mau bertanya kepada guru, bahkan ketika guru sedang
menyampaikan materi, kadang-kadang saya malah asik mengobrol
dengan teman, jadi prestasi saya di sekolah tidak memuaskan
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran fiqih di kelas VII?
Jawab:
Tingkat kemampuan siswa bervariasi, karena sekolah mengelompokkan siswa
dengan kelas-kelas tertentu seperti 7.1, 8.1, dan 9.1. Di sekolah MTS At-
Taqwa 06 Bekasi ini setiap kelasnya terbagi menjadi dua, yaitu 7.1 dan 7.2,
8.1 dan 8.2, 9.1 dan 9.2. Di kelas 7.1, 8.1, dan 9.1 hanya siswa yang masuk ke
dalam sepuluh besar, jadi memang dalam hal belajar dan mengajar lebih
enak dan lebih terarah kepada siswa-siswa yang berada di kelas 7.1, 8.1, dan
9.1.
2. Metode apa saja yang pernah Bapak/Ibu terapkan selama mengajar fiqih di
kelas VII? Dan apakah Bapak/Ibu pernah menerapkan pembelajaran fiiqh
secara berkelompok?
Jawab:
Metode yang digunakan juga bervariasi, metode tanya jawab, metode
ceramah, dan metode-metode lain yang sekiranya mendukung kepada
pengajaran fiqih, termasuk pembelajaran secara berkelompok, metode diskusi
juga saya pernah terapkan untuk pengajaran fiqih, dengan diterapkannya
metode diskusi, saya perintahkan kepada siswa-siswa untuk mendiskusikan
masalah pelajaran/materi yang sedang dipelajari, lalu saya beri tugas mereka
untuk mencatat pertanyaan setelah itu semua pertanyaan kita diskusikan
bersama di kelas. Ketika Pembelajaran berkelompok biasanya saya juga
sudah mempersiapkan beberapa permasalahan yang berbentuk pertanyaan,
setelah itu saya perintahkan kepada siswa untuk membuat kelompok dan
menunjuk ketua kelompoknya masing-masing, setelah itu saya meminta
kepada semua kelompok dengan mendiskusikan jawavban atas permasalahan
yang terkait dengan materi pelajaran. Setelah semua kelompok menemukan
jawaban perwakilan dari ketua kelompok untuk menjelaskan jawabannya
masing-masing. Tetapi selama saya mengajar fiqih, saya lebih sering
menerapkan metode tanya jawab, karena dengan menggunakan metode ini
siswa-siswa akan terpancing untuk lebih aktif bertanya dan meningkatkan
minat serta motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, dan
pembelajaran fiqih akan lebih terarah lagi, mungkin hanya beberapa siswa
saja yang pasif karena biasanya mereka lebih suka diam dan mendengarkan
temannya yang bertanya kepada saya.
6. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut
mencoba untuk berdiskusi dengan siswa lainnya?
Jawab:
Ketika materi ada yang kurang dimengerti oleh siswa, jika siswa itu aktif
mereka akan berdiskusi dengan teman sebangkunya, tetapi untuk siswa yang
pasif mereka hanya diam dengan ketidakmengertian mereka. Ketika ada suatu
permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa, saya meminta siswa terbagi
menjadi beberapa kelompok, lalu mendiskusikan masalah yang sedang
terjadi, setelah masalah itu terpecahkan, untuk ketua kelompok
mempersentasikan permasalahan yang terjadi.
7. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut
bertanya kepada Bapak/Ibu?
Jawab:
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika ada materi yang kurang
dimengerti oleh siswa, biasanya untuk siswa yang aktif mereka akan bertanya
kepada saya, tetapi jika siswa itu hanya pasif, maka mereka akan diam
dengan ketidakmengertian mereka, sekalipun mereka paham apa yang ingin
ditanyakan, tetapi tutur bahasa mereka kurang bisa dimengerti, oleh sebab itu
mereka hanya diam dan hanya mendengarka siswa yang aktif bertanya.
9. Apabila salah satu siswa yang bertanya atau memberi tanggapan, apakah
siswa yang lain memperhatikannya?
Jawab:
Jika ada salah satu siswa yang bertanya, ini cukup memancing siswa yang
lainnya, ketika ada anak yang aktif bertanya satu orang akhirnya pertanyaan
juga memotivasi kepada yang lain untuk bertanya “gimana pak yang ini,
gimana pak yang itu” dan akhirnya siswa yang lainpun ikut berpartisipasi
untuk bertanya. Jadi dalam keterampilan bertanya disini, siswa harus
dipancing terlebih dahulu agar aktif bertanya di dalam kelas, ketika ada siswa
yang bertanya siswa yang lainpun harus memberikan tanggapan, karena saya
meminta seluruh siswa untuk memperhatikan, jika ada siswa yang tidak
memperhatikan, maka saya memerintahkan siswa tersebut untuk menjelaskan
jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa tadi, jika siswa tersebut
tidak bisa menjelaskan, maka saya meminta siswa itu untuk membuat dan
menulis lima pertanyaan agar pertanyaan tersebut dapat dibahas secara
bersamaan di kelas.
11. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan
baik oleh siswa?
Jawab:
Berkaitan dengan tugas yang diberikan oleh saya, ini dilihat dari tingkat
kerajinan siswa, meskipun hampir bisa dibilang 75% anak mengerjakan tugas
di rumahnya masing-masing, kecuali memang anak yang malas yang tidak
mau mengerjakan tugas, mereka biasanya mengerjakan tugasnya sebelum bel
masuk sekolah, mereka meminjam buku temannya lalu mencontek, jika hal ini
saya ketahui maka saya akan menambahkan beberapa soal untuk dikerjakan
kembali di rumahnya, hal ini saya tegaskan supaya anak bisa selalu disiplin
dalam mengerjakan tugas dan tidak mencontek, dan selebihnya siswa-siswa
yang lain mengerjakan tugas dengan baik. Tetapi kalau untuk mengerjakan
tugas di sekolah, Alhamdulillah siswa dapat mengerjakan semua tugasnya
dengan baik, dan ketika mereka tidak paham maka mereka berdiskusi dengan
temannya atau bertanya kepada saya, sehingga siswa bersemangat ketika
mengerjakan tugasnya.
12. Apakah Bapak/Ibu memberikan catatan tertulis kepada siswa tentang materi
yang Bapak/Ibu sampaikan? Dan apakah siswa pernah dilatih untuk membuat
catatan dengan bahasa mereka sendiri?
Jawab:
Saya memberikan materi dalam bentuk catatan tertulis di papan tulis dan
menjelang ujian semester, biasanya saya mengumpulkan catatan-catatan
mereka, selanjutnya saya memeriksa apakah siswa ini termasuk rajin
mencatat rangkuman pelajaran atau tidak, selain itu juga saya mengecek
buku-buku catatan siswa, kadang-kadang ada siswa yang jahil menulis
catatan-catatan pribadi dibuku mereka, curahan hati kepada teman, sahabat,
bahkan kepada orang yang ia lagi sukai. oleh sebab itu di setiap akhir
semester saya akan memeriksa dan menilai semua catatan siswa, hal ini
berguna untuk menambah nilai pelajaran fiqih siswa. Selanjutnya untuk
membuat catatan dengan bahasa mereka sendiri ini saya terapkan ketika
materi sudah saya sampaikan, sebelumnya saya memberi kesempatan
bertanya kepada siswa jika belum ada materi yang dipahami, setelah mereka
bertanya lalu saya meminta kepada semua siswa untuk membuat catatan
tentang materi yang telah dipelajari hari ini, saya tidak menuntut siswa untuk
membuat catatan terlalu banyak, tetapi yang saya inginkan itu siswa hanya
membuat catatan mereka sendiri tidak lebih dari satu halaman, paling tidak
hanya dua paragrap, hal ini saya terapkan agar siswa tidak lupa dengan
materi yang saya sampaikan hari ini dan saya ingin tahu sampai sejauh mana
siswa memahami materi yang telah saya ajarkan apakah siswa sudah paham
ataukah belum, catatan-catatan siswa saya periksa kemudian saya
kembalikan lagi kepada mereka untuk mereka baca di rumah. Membuat
catatan dengan bahasa mereka sendiri ini juga berguna untuk menambahkan
nilai pelajaran fiqih siswa.
17. Kendala apa saja yang Bapak/Ibu alami dalam mengajar fiqih? Jika ada
kendala, apa solusinya?
Jawab:
Kendala yang saya hadapi selama mengajar fiqih di MTS At-Taqwa 06 Bekasi
adalah kurang tersedianya buku materi pelajaran fiqih, jadi hanya guru saja
yang memberikan materi dan saya tidak mewajibkan siswa untuk mempunyai
buku paket, sekolahpun tidak mewajibkan siswa memiliki buku, LKS pun tidak
ada, makanya guru banyak memberikan catatan kepada siswa dan ini
berakibat banyak waktu yang tersita, solusinya adalah saya sering
memberikan tugas di rumah untuk mencari sumber-sumber bahan ajar untuk
hari esok, jadi ketika belajar anak sudah ada bahan untuk belajar yang
mereka kerjakan karena mencari sumber bahan ajar di rumah. Saya
mempersilahkan siswa mencari sumber dari mana saja, bisa dari internet,
media televisi atau darimanapun, yang terpenting adalah siswa tersebut bisa
memahami materi yang sedang diajarkan.
18. Sebagai seorang guru bidang studi fiqih, upaya apa yang telah Bapak/Ibu
lakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa?
Jawab:
Meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa, saya memberikan satu kelompok
belajar kepada anak. Saya berikan tugas dengan baru anak merasa
termotivasi untuk belajar.
21. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberi motivasi atau stimulus kepada siswa agar
aktif bertanya?
Jawab:
Motivasi tetap saya berikan, saya rangsang siswa dengan satu pertanyaan,
satu persoalan, atau satu permasalahan yang mereka harus diskusikan, yang
tidak aktif akan terpancing kepada anak-anak yang aktif, ketika saya bawa
siswa-siswa dalam forum diskusi seperti saya pernah mengajak anak ke
perpustakaan, saya kasih satu persoalan dan permasalahan, silahkan kalian
pecahkan permasalahan tersebut, cari bukunya di perpustakaan, kemudian
setelah kalian selesai memecahkan persoalan dan permasalahan tadi kembali
ke kelas, saya buka forum diskusi sehingga yang tadinya anak pasif akan
terpancing untuk aktif bertanya.
22. Dilihat dari aktivitas belajar siswa, apakah pengunaan teknik keterampilan
bertanya sudah dapat dikatakan efektif?
Jawab:
Penggunaan keterampilan bertanya sudah bisa dikatakan efektif untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena dapat meningkatkan minat dan
motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, merangsang siswa untuk
menggali pengetahuan bagi dirinya. Siswa juga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan bisa merangkum pelajaran yang telah
diberikan, mendorong pemahaman mendalam dengan materi yang telah
disampaikan, keterampilan bertanya juga akan membantu siswa menemukan
hubungan antara konsep dan ide serta selalu mengevaluasi kesulitan siswa
dalam kegiatan belajar.
Ahmad Suhaimi S. Ag
Mengeluarkan pendapat
Menanggapi pertanyaan
Menjawab pertanyaan
materi pembelajaran
Berani/bersemangat
Menyalin/mencatat
Mengerjakan tugas
Melakukan diskusi
Bertanya kepada
Rata-rata (%)
teman/guru
kelompok
Jumlah
1 Ahmad Sodikin
2 Alfi Mutia Farhah
3 Alfi Sahri
4 Alfin Rizal
5 Ardi Pradana
6 Ayu Lestari
7 Cintia Chandra Dewi
8 Dewi Safitri
9 Dinda Rusnadia
10 Endar Pradana
11 Ermawan
12 Eva Fauziah
13 Muhammad Haikal
14 Muhammad Khatami
15 Muhammad Suparman
16 Nadia Wulandari
17 Nur padliatunnisa
18 Rini Nurfajar
19 Rizky Fahlevy
20 Silviyah
21 Syifa Noviyanti
22 Tarisa Putri
23 wahyu Chaidar
24 Windi Adiyanti
25 Nurhayati
Kehadiran Jumlah
Siswa hadir
Siswa tidak hadir
1.
2.
Bekasi,……………………………..
Pengamat
Zulhani Risovi
Zulhani Risovi
Zulhani Risovi
Zulhani Risovi
KETUA YAYASAN
Drs. Rofiudin Abdullah
PENGURUS OSIS
SISWA
4. Identitas Sekolah
a. Nama Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 06
b. Nomor Statistik Madrasah : 121232160005
c. Akreditasi Madrasah : Terakreditasi “A”
d. Alamat Lengkap Madrasah : Karang Tengah RT. 03/01
Desa Pusaka Rakyat
Kecamatan Tarumajaya
Kabupaten Bekasi
Provinsi Jawa Barat
e. NPWP : 00.367.066.8-413.000
f. Nama Kepala : Ubaidillah, S.Ag
a. No. Telp. HP : 085777772332
b. Nama Yayasan : Yayasan Attaqwa 08
c. Alamat Yayasan : Karang Tengah RT. 03/01
Desa Pusaka Rakyat
Kecamatan Tarumajaya
Kabupaten Bekasi
Provinsi Jawa Barat
d. Telp. Yayasan : 081319979764
e. Kepemilikan Tanah : a. Wakaf
b. Luas Tanah 2441 m2
f. Status Bangunan : Yayasan
g. Luas Bangunan : 1.000 m2
5. Data Siswa
Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 Jumlah
Tahun
Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml.
Ajaran
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel
2010/2011 65 2 45 2 45 2 155 6
2011/2012 48 2 66 2 40 2 154 6
2012/2013 64 2 48 2 62 2 174 6
6. Data Guru
No Keterangan Jumlah
Pendidik
Guru PNS diperbantukan
1 1
Tetap
2 Guru Tetap Yayasan 6
3 Guru Honorer
4 Guru Tidak Tetap 17
Tenaga Kependidikan
1 Tata Usaha 1
2 Penjaga Sekolah 1
Jenis Jumlah
Prasarana Ruang
Ruang Kelas 6
Perpustakaan 1
R. Lab. IPA 1
R. Lab. Biologi -
R. Lab Fisika -
R. Lab. Kimia -
R. Lab. Komputer 1
R. Lab. Bahasa -
R. Pimpinan 1
R. Guru 1
R. Tata Usaha 1
R. Konseling 1
Tempat Beribadah 1
R. UKS 1
Toilet 5
Gudang 1
Tempat Olahraga 1
R. OSIS 1
R. Lainnya
FOTO PROFIL LEMBAGA SEKOLAH
r
I
NIM :1090110001i8
No Referensi Paraf
4
2010).
13
Cemerlang,2008
t4 http://makalah-
download.blogspot.com/2CI I /09/keterampilan-
bertanva.html. diakses pada tanggal hari Kamis, 13
Maret 2014.Pukul 10.13.
ta
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran
I
lo
22 LampiranSISDIKNAS2CTahun2003.
23
24
Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: PT RemajaRosdakarya" 200q.
)I
Classroom, oleh Dwi Wulandari, (Jakarta: PT Index,
2008),Cet.I.
Aksara, 1994),Cet. I.
Menyerujui,
DosenPembimbine
Drq, ivlasanAtr'. M. Pd
Nr P.195107161 98103 1005
t#.
{
I
i
YAYASANATTAQWA 08
MADRASAH
TSNAWIYAH
ATTAQWA
06
TERAKREDITASI A
l{O . : 02.0A
n07 B AP-SM/SK/X/2012
Il.Karang
Tengah
RT.03/01Pusaka
Rakyat - Bekasi17214
Tarumajaya :085777772332B-rirail:
Phone mts.attaqwa_06@yahoo.c
SURAT KETERANGAIT
Nomorz /MTs. A 06 fE.7/ll2014
aidillah, S.Ag