Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Hemorroid”. Dengan dibuatnya tugas
makalah mengenai “Hemorroid” ini kami berharap dapat bermanfaat untuk para mahasiswa dan
membantu para mahasiswa dalam memahami penyakit tersebut.

Dalam pembuatan tugas makalah “Hemorroid” ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bu Sri Hartini, atas bantuan dan bimbingannya. Kami menyadari dalam pembuatan makalah
“Hemorroid” ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca akan kami terima dengan rasa syukur. Selamat membaca.

Semarang, 17 April 2016

Penyusun
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemorroid atau dikenal pula dengan sebutan ambeien adalah suatu pelebaran pembuluh
darah balik (vena) pada anus/dubur, teraba seperti bola atau benjolan kecil yang dapat
menimbulkan rasa nyeri, gatal, dan ketidaknyamanan. Hemorrhoid adalah pelebaran vena
di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik.

Hemorrhoid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu
mengalami berbagai tipe hemorrhoid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan
diketahui mengawali atau memperberat adanya hemorroid. Hemorrhoid merupakan
pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus
hemorroidalis. Di bawah atau di luar linea dentate pelebaran vena yang berada di bawah
kulit (subkutan) disebut hemorrhoid eksterna. Sedangkan di atas atau di dalam linea
dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) disebut hemorrhoid
interna. Hemoroidectomi yaitu tindakan pembedahan yang diperlukan bagi pasien dengan
keluhan kronis dan hemorrhoid derajat tiga atau empat.
(Riyadi. 2010. Hlm. 101)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etiologi dari hemorroid?
2. Apa saja klasifikasi dari hemorroid?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari hemorroid?
4. Bagaimana penatalaksanaan untuk pasien hemorroid?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk hemorroid?
6. Bagaimana perjalanan penyakit terjadinya hemorroid?
7. Apa saja komplikasi dari hemorroid?
8. Apa diagnose dan intervensi dari hemorroid?

C. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang Hemorroid, sehingga dapat memberi
informasi lebih terutama tentang penyakit tersebut beserta penanganan dan
penatalaksanaan dalam menangani pasien yang mengalami Hemorroid.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etiologi Hemorroid
1. Obstipasi (konstipasi/sembelit) yang menahun.
2. Penyakit yang membuat penderita sering mengejan, misalnya: pembesaran prostat
jinak ataupun kanker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering melahirkan
anak.
3. Penekanan kembali aliran darah vena, seperti pada kanker dubur, radang dubur,
penyempitan dubur, kenaikan tekanan pembuluh darah porta (di dalam rongga
perut), sakit liver jenis sirosis (mengkerut), lemah jantung, dan limpa bengkak.
4. Bendungan pada rongga pinggul akibat tumor Rahim, atau kehamilan.
5. Banyak duduk.
6. Diare menahun.
7. Peregangan. Ini misalnya terjadi pada seseorang yang suka melakukan hubungan
seksual yang tidak lazim yaitu anogenital.
8. Kurang olahraga/imobilisasi

B. Klasifikasi Hemorroid
Klasifikasi Hemorroid dibagi menjadi 2 yaitu menurut:
1. Hemorrhoid Interna:
Ini adalah wasir yang terjadi didalam (di atas springter anal) yang berdilatasi pada
pleksus rektalis superior dan media. Gejala yang paling sering muncul adalah
perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar dengan feses yang keras.
Wasir ini dibagi menjadi tiga derajat:
a. Derajat I (dini): tidak menonjol melalui anus (dubur).
b. Derajat II: sudah menonjol dan dapat menonjol melewati dubur sesudah
penderita buang air besar.
c. Derajat III: menonjol secara menetap.

Pada derajat I dan II, Hemorroid interna masih dapat hilang secara spontan, tanpa
operasi. Namun, penderita juga harus melakukan sejumlah hal untuk memperlancar
proses penyembuhan ini.
2. Hemorrhoid Eksterna
Ini adalah varises di bawah otot yang muncul di luar sfingter anal ddan biasanya
berhubungan dengan vena rektalis inferior yang terletak di bawah dentura dan
ditutupi oleh epitel gepeng.
Hemorroid Eksterna terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Akut, berupa bengkak bulat kebiruan pada pinggir anus. Sering terasa sangat
sakit dan gatal.
b. Kronis, ini artinya hemorrhoid yang terjadi sejak lama.
Gejala hemorroid eksterna yang sering terjadi adalah ada benjolan di anus
(dubur), kadang berdarah, buang air besar campur darah, terasa perih, nyeri atau
panas.

C. Manifestasi Klinis Hemorroid


1. Pendarahan (berwarna merah terang saat defekasi).
2. Nyeri akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis (hemorrhoid
eksterna).
3. Rasa gatal pada daerah anus.
Hemorrhoid mempunyai tanda dan gejala yang berbeda pada tiap tingkat:
1. Hemorrhoid tingkat I: varises pada satu atau lebih vena hemoroidalis interna
dengan gejala pendarahan berwarna merah segar pada saat buang air besar.
2. Hemorrhoid tingkat II: varises dari satu atau lebih vena hemoroidalis interna yang
keluar dari dubur pada saat defekasi tapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.
3. Hemorrhoid tingkat III: seperti pada tingkat II tetapi dapat masuk spontan harus
didorong kembali.
4. Hemorroid tingkat IV: telah terjadi inkaserasi.

D. Penatalaksaan untuk penyakit Hemorroid


1. Penatalaksanaan Konservatif
 Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene
personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi
 Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satu satunya
tindakan yang diperlukan, bila tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi
mengabsorpsi air saat melewati usus dapat membantu
 Rendam duduk dengan salep, dan supositoria yang mengandung anestesi,
astringen (witch hazel)
 Tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang
2. Pembedahan
Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal derajat I
yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan
tindakan pembedahan.
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana
pembedahan hemoroid antara lain:
a. Hemoroid internal derajat II berulang.
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:
1. Skleroterapi. Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %, vegetable
oil, quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution. Lokasi injeksi
adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan tersebut adalah edema, reaksi
inflamasi dengan proliferasi fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini
akan menyebabkan fibrosis pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah atau
mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Senapati (1988) dalam Acheson dan
Scholfield (2009) menyatakan teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang
dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang tinggi.
2. Rubber band ligation. Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan
nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan menghsilkan fiksasi jaringan
ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur ini adalah nyeri dan perdarahan.
3. Infrared thermocoagulation. Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah
menjadi panas. Manipulasi instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengatur
banyaknya jumlah kerusakan jaringan. Prosedur ini menyebabkan koagulasi,
oklusi, dan sklerosis jaringan hemoroid. Teknik ini singkat dan dengan komplikasi
yang minimal.
4. Bipolar Diathermy. Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi jaringan
hemoroid dan pembuluh darah yang memperdarahinya. Biasanya digunakan pada
hemoroid internal derajat rendah.
5. Laser haemorrhoidectomy.
6. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Teknik ini dilakukan
dengan menggunakan proktoskop yang dilengkapi dengan doppler probe yang
dapat melokalisasi arteri. Kemudian arteri yang memperdarahi jaringan hemoroid
tersebut diligasi menggunakan absorbable suture. Pemotongan aliran darah ini
diperkirakan akan mengurangi ukuran hemoroid.
7. Cryotherapy. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang sangat
rendah untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang terbentuk di
dalam sel, menghancurkan membran sel dan jaringan. Namun prosedur ini
menghabiskan banyak waktu dan hasil yang cukup mengecewakan. Cryotherapy
adalah teknik yang paling jarang dilakukan untuk hemoroid.
8. Stappled Hemorrhoidopexy. Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan
hemoroid pada bagian proksimal dentate line. Keuntungan pada stappled
hemorrhoidopexy adalah berkurangnya rasa nyeri paska operasi selain itu teknik
ini juga aman dan efektif sebagai standar hemorrhoidectomy.

E. Pemeriksaan Diagnostik Hemorroid


1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
2. Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,
besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
4. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
5. Laboratorium : -Eritrosit. Leukosit, Hb
F. Patofisiologi Hemorroid

G. Komplikasi Hemorroid
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan
takut BAB. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus.
2. Infeksi pada daerah luka tadi sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal)
dari selaput lender usus/anus.
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga
tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar.
Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.

H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Hemorroid


PRE OPERATIF
1. Konstipasi berhubungan dengan peristaltic usus menurun.
Intervensi:
 Anjurkan untuk makan makanan yang berserat
 Anjurkan untuk banyak minum air putih
 Berikan posisi semi fowler
 Anjurkan klien mengkonsumsi makanan tinggi serat
 Kolaborasi pemberian laksatif sesuai advis dokter
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
Intervensi:
 Kaji skala nyeri dengan PQRST
 Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
 Atur posisi tidur yang nyaman
 Observasi TTV
 Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk
 Kolaborasi pemberian antidiuretic

POST OPERATIF
1. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi di daerah anorektal.
Intervensi:
 Observasi TTV
 Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus
 Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
 Observasi balutan setiap 2 – 4 jam, periksa terhadap perdarahan dan bau.
 Ganti balutan dengan teknik aseptik
 Anjurkan pasien makan makanan yang berserat

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid
lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid
adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan,
tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan
komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan.
Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan
tentang penyakit dan pengobatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017


Edisi 10. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono. 2010. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta:
Gosyen Publishing

Wandari. 2012. Chapter_II


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31133/4/Chapter%20II.pdf) diakses
pada tanggal 17 April 2016 pukul 16.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai