Anda di halaman 1dari 5

Gangguan Kepribadian Paranoid

Gangguan Kepribadian adalah ciri kepribadian yang kaku dan mengalahkan diri sendiri,
sehingga mempengaruhi fungsinya dan bahkan menyebabkan gejala psikiatrik, menyebabkan
penderitaan pada pasien atau orang lain atau keduanya dan menimbulkan maladaptasi sosial
(teman, keluarga, pekerjaan) Kepribadian demikian nampak tidak seimbang, tanpa koordinasi
perilaku yang harmonis.
Paranoid Personality Disorder atau biasa dikenal dengan Gangguan kepribadian paranoid
merupakan salah satu jenis gangguan kepribadian eksentrik yang mana penderitanya akan terus
menerus memiliki rasa curiga dan tidak percaya terhadap orang-orang lain yang ada di sekitarnya.
Gangguan kepribadian ini akan menyebabkan seseorang akan merasa enggan bercerita
dengan orang lain sehingga menyebabkan dirinya memendam dendam serta menganggap semua
peristiwa yang terjadi sebagai hal yang merendahkan ataupun mengancam dirinya. Penderita
gangguan kepribadian ini memang tidak dapat berhubungan ataupun bersahabat baik dengan orang
lainnya.
Gangguan kepribadian paranoid pertama kali dijelaskan oleh Adolf Meyer pada awal abad
kedua puluh. Formulasi awal dari gangguan ini datang dari perspektif psikoanalisis yang
menekankan mekanisme pertahanan reaksi formasi dan proyeksi. Beberapa peneliti memiliki
hipotesis bahwa gangguan kepribadian paranoid terletak dalam spectrum skizofrenia dan
merupakan produk dari kecenderungan genetic umum. Sebuah model perilaku telah diusulkan
dimana kecurigaan dan ketidakpercayaan yang dipelajari, yang mengarah kepenarikan sosial dan
kecurigaan.
Dalam perspektif psikoanalisis, Freud menjelaskan perkembangan gangguan kepribadian
paranoid atas dasar mekanisme pertahanan, proyeksi dan reaksi formasi. Menurut Freud setiap
manusia memiliki dorongan homoseksual yang tidak dapat diterima yang ditolak oleh pikiran
sadar, dorongan ini kemudian memunculkan kebencian dan permusuhan yang juga tidak dapat
diterima oleh pikiran sadar. Ini adalah emosi kebalikan dari kebencian dan permusuhan yang
diproyeksikan pada motivasi orang lain.
Freud mendasarkan pandangan ini pada teori gangguan kepribadian paranoid atas dasar
analisis otobiografi Daniel Schreber yang berprofesi sebagai seorang hakim, yang
mengembangkan skizofrenia paranoid pada usia 42 sampai ia meninggal pada usia 69.
Freud menafsirkan delusi Schreber sebagai manifestasi dari paranoid yang disebabkan oleh
homoseksualitas yang ditolak atau disangkal. Freud menggunakan tulisan Schreber untuk
merumuskan teori paranoid. Landasan paranoid ini adalah represi homoseksualitas yang
mengambil bentuk lain sehingga Schre bertidak akan mengenali keinginan sendiri. Freud percaya
Schreber mentransfer cintanya untuk ayah dan saudaranya menjadi untuk Flechsig dan Tuhan.
Freud menafsirkan keinginan Schreber untuk menjadi seorang wanita sebagai pembenaran untuk
kehilangan maskulinitasnya dan menyebut ini sebagai "Father-Complex", Freud melihat fiksasi
homoseksual seperti Schreber sebagai hasil dari konflik oedipal yang belum terselesaikan.
Ancaman pengebirian oleh ayah Schreber yang menyebabkan dia meninggalkan kasih sayang
ibunya, tetapi pada saat yang sama mengidentifikasi ibunya. Teori gangguan kepribadian paranoid
Freud, meskipun diterima secara luas juga banyak dikritik karena data yang terbatas dan kurangnya
landasan empiris untuk mendukung teorinya.
Berikut ini beberapa gejala-gejala umum yang sering muncul pada gangguan kepribadian
paranoid:
- Memiliki rasa khawatir yang berlebih jika orang lain memiliki motif terselubung.
- Berekspetasi jika mereka akan dieksploitasi oleh orang lain.
- Ragu akan komitmen, kepercayaan, serta kesetiaan orang lain, percaya jika orang lainnya
menggunakan ataupun menipu mereka.
- Enggan untuk bercerita kepada orang lain dikarenakan rasa takut akan informasi tersebut
digunakan untuk bisa melawan mereka.
- Tidak dapat memaafkan orang lain serta menyimpan dendam.
- Hipersensitif serta tidak dapat menerima kritikan dengan baik
- Tidak bisa bekerja dengan orang lain.
- Selale merasa ada makna tersembunyi di balik pernyataan yang sederhana atau biasa dari sudut
pandang orang lain.
- Menangkap jika adanya sedangan karakter pada diri mereka yang tidak bisa terlihat bagi orang
lain, umumnya mereka akan bereaksi dengan penuh kemarahan serta cepat membalas.
- Memiliki rasa curiga yang terus berulang.
- Terisolasi secara sosial.
- Bersikap dingin, sehingga selalu jauh dari hubungan dengan orang lainnya.
- Tidak bersahabat serta bersikap keras kepala.
- Tidak merasa adanya kelekatan.
Orang dengan gangguan kepribadian paranoid jarang mencari pengobatan, kemungkinan besar
karena kecurigaan mereka terhadap orang lain, termasuk psikiater dan terapis. Individu dengan
gangguan kepribadian paranoid sangat takut membiarkan orang lain untuk melihat kerentanan
mereka dan kelemahan lain.
Menurut Cameron, gangguan kepribadian paranoid dianggap yang paling sedikit untuk
disetujui untuk pengobatan. Alasan utamanya adalah karena kurangnya wawasan pada individu
gangguan kepribadian paranoid, motivasi yang buruk dan tidak dapat membentuk hubungan yang
penuh kepercayaan dengan psikoterapis, sehingga pengobatan untuk mereka menjadi sulit untuk
dilakukan. Individu dengan gangguan kepribadian paranoid menjadi terlibat dalam pengobatan
biasanya atas desakan dari beberapa orang lain atau pasangan, anak, orang tua, pengadilan atau
sosial lainnya. Terapis juga dapat menemukan orang-orang gangguan kepribadian paranoid dalam
pengobatan untuk masalah lain. Individu dengan gangguan kepribadian paranoid bahkan dalam
terapi memiliki pengekangan, enggan dan curiga terhadap terapi.
Menurut Cameron, faktor-faktor berikut ini penting untuk psikoterapi bagi individu dengan
gangguan kepribadian paranoid:
- Pengurangan kecemasan
- Seorang terapis terpisah tapi tertarik
- Tidak adanya argumentasi tentang kebodohan keyakinan
- Presentasi dari sudut pandang yang berbeda tentang realitas
- Perkembangan hubungan saling percaya
Ketika hubungan telah ditetapkan, penjelasan alternatif untuk kesalahan persepsi klien dapat
disarankan. Terapi kelompok harus dihindari karena klien dengan gangguan kepribadian paranoid
cenderung salah menafsirkan pernyataan dan situasi yang timbul dalam proses terapi. Obat
penenang mungkin diresepkan untuk mengurangi kecemasan tetapi orang dengan gangguan
kepribadian paranoid mungkin menolaknya karena kecurigaan bahwa obat tersebut adalah racun.
Antipsikotik dapat membantu mengurangi kecurigaan mereka, meskipun obat ini belum diteliti
secara khusus untuk kondisi ini. Psikoterapi yang membutuhkan kepercayaan dengan klien tersebut
menjadi sulit, oleh karena itu, menjadi penting bahwa terapis harus tidak mengancam, permisif,
benar dan jujur.
Seseorang dengan gangguan kepribadian paranoid yang sangat terganggu, dan berbahaya atau
agak tidak teratur, kemungkinan akan dirawat di rumah sakit. Beberapa dokter telah memberikan
ECT (Electro Convulsif Therapy) kepada individu gangguan kepribadian paranoid, mungkin dari
gagasan bahwa paranoid akan melupakan isi dari delusi mereka. Electro Convulsif Therapy adalah
suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita
baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang
grandmall. Pengobatan ini telah menunjukkan sedikit keberhasilan, hal ini tidaklah mengherankan,
karena individu dengan gangguan kepribadian paranoid sangat takut kerentanan dan/atau hilangnya
kontrol diri mereka akan meningkat, yang kemungkinan adalah efek ECT. Juga, tidak ada banyak
bukti bahwa ECT memiliki nilai terapeutik, kecuali mungkin untuk depresi akut. Psikoterapi jangka
panjang menjadi sulit, karena sifat dari kebanyakan pendekatan pengobatan adalah hal-hal yang
paling ditakuti oleh orang dengan gangguan kepribadian paranoid. pencegahan yang dapat
dilakukan bagi individu dengan gangguan kepribadian paranoid sebagai berikut:
- Pencegahan Primer
Usaha pencegahan pada gangguan kepribadian paranoid sebenarnya jarang. Tetapi peneliti
telah memfokuskan pada dua faktor resiko utama yang perlu menjadi fokus pada pencegahan
gangguan kepribadian paranoid, yang pertama adalah penganiayaan anak. Usaha pencegahan
penganiayaan anak dapat membantu mempengaruhi perkembangan gangguan kepribadian
paranoid. Keberhasilan pencegahan penganiayaan anak sering melibatkan seringnya kunjungan
ke rumah, mengurangi stress ibu, meningkatkan dukungan sosial, dukungan keluarga dan
pelatihan bagi orang tua.
- Pencegahan Sekunder
Faktor resiko utama lain yang perlu menjadi fokus pencegahan adalah kurangnya
kemampuan interpersonal. Kebanyakan orang dengan gangguan kepribadian paranoid
mengalami kesulitan interpersonal dalam konteks hubungan keluarga, pertemanan, dan situasi
kerja. Usaha untuk meningkatkan kemampuan sosial seseorang dengan gangguan kepribadian
paranoid dapat membantu mencegah masalah gaya interpersonal yang menjadi karakteristik
gangguan kepribadian paranoid.
- Pencegahan Tersier
Beberapa dokter telah memberikan ECT (Electro Convulsif Therapy) kepada individu
gangguan kepribadian paranoid, mungkin dari gagasan bahwa paranoid akan melupakan isi dari
delusi mereka. Electro Convulsif Therapy adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan
aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini
adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall. Selain itu juga
Cognitive Therapy dapat diberikan kepada individu dengan gangguan kepribadian paranoid,
dimana terapi ini difokuskan pada keterampilan belajar untuk mengatasi stress dan kecemasan
dengan lebih efektif dan ketakutan pada pemeriksaan.
Daftar Pustaka
Gerald C.Davison, John M. Neale, Ann M. Kring.,2006” Psikologi Abnormal, Jakarta.
Mahmud, Jafar. (2008). Abnormal Psychology. New Delhi: APH Publishing Corporation.

Anda mungkin juga menyukai