Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi secara dinamis dan pesat baik fisik, psikologis,
intelektual, sosial, tingkah laku seksual yang dikaitkan dengan mulai
terjadinya pubertas (Marcell, et. al., 2011). Masa ini adalah periode transisi
dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pola karakteristik pesatnya tumbuh
kembang ini menyebabkan remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar,
menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani mengambil
risiko tanpa pertimbangan yang matang (Soetjiningsih, 2004).
Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang
besar dari penduduk dunia. Data WHO pada tahun 1995, sekitar seperlima
penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Penduduk Asia Pasifik
merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja. Di
Indonesia, data Biro Pusat Statistik (2009) kelompok umur 10-19 tahun
adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1%
remaja perempuan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes)
Republik Indonesia tahun 2006, remaja Indonesia berjumlah sekitar 43 juta
jiwa atau sekitar 20% dari jumlah penduduk. Ini sesuai dengan proporsi
remaja di dunia, yaitu sekitar 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah
penduduk dunia. Pada tahun 2008, jumlah remaja di Indonesia diperkirakan
sudah mencapai 62 juta jiwa.
Banyaknya permasalahan dan krisis yang terjadi pada masa remaja
menjadikan banyak ahli dalam bidang psikologi perkembangan
menyebutnya sebagai masa krisis. Berbagai permasalahan yang terjadi pada
remaja dipengaruhi oleh berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka,
baik dimensi biologis, kognitif, moral dan psikologis serta pengaruh dari
lingkungan sekitar. Saat ini hal yang menonjol pada remaja adalah dari
sudut pandang kesehatan (Howard, et al., 2010).
WHO (2003) menyebutkan semakin berkembangnya permasalahan
kesehatan reproduksi remaja, yang menyangkut seks bebas, penyebaran

1
penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan tidak diinginkan,
aborsi, dan pernikahan usia muda.

1.2. Rumusan Masalah


Makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud remaja?
2. Bagaimana gambaran masalah pelayanan kesehatan pada remaja?
3. Bagaimana perencanaan untuk menyelesaikan masalah?
4. Bagaimana strategi untuk penyelesaian masalah?
5. Bagaimana upaya dalam penyelesaian masalah yang ada?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu remaja
2. Untuk mengetahui gambaran masalah pelayanan kesehatan pada remaja
3. Untuk mengetahui perencanaan untuk menyelesaikan masalah
4. Untuk mengetahui strategi untuk penyelesaian masalah
5. Untuk mengetahui upaya dalam penyelesaian masalah yang ada

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Remaja


Menurut WHO (Who Health Organization) bahwa definisi remaja
dikemukakan melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial-
ekonomi. Sehingga dapat dijabarkan bahwa remaja adalah suatu masa
dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan sosial.
Individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari anak-anak menjadi dewasa. Serta individu yang mengalami peralihan
dari ketergantungan menjadi keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono,
2013).
Pendapat tentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli,
organisasi, maupun lembaga kesehatan. Menurut WHO (Who Health
Organization) remaja merupakan periode usia 10 sampai 19 tahun. Menurut
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) usia remaja berada dikisaran usia 15
sampai 24 tahun. Sedangkan, menurut The Health Resources Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja terbagi
menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-
17 tahun), remaja akhir (18-21 tahun) (Kusmiran, 2011).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja yaitu
individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun. Dimana remaja
merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa
dimana individu tersebut mengalami perubahan-perubahan secara fisik,
maupun psikologis, serta masa dimana individu tersebut dituntut untuk
bertanggung jawab.
Menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI,
2007) dan PBB, remaja adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin
usia15-24 tahun.Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) remaja berusia 10-24 tahun. Menurut Departemen Kesehatan
dalam program kerjanya menjelaskan bahwa remaja adalah usia 10-19 7
tahun. Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menganggap remaja

3
adalah mereka yang belum menikah dan berusia antara 13-16 tahun, atau
mereka yang bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah
menengah atas (SMA).

2.2. Gambaran Masalah Pelayanan Kesehatan Remaja


Beberapa masalah yang sering di hadapi remaja Antara lain :
1. Masalah gizi, yang meliputi :
a. Anemia dan kurang energi kronis (KEK) : anemia pada anak usia
<14 tahun 9,8%, anak usia >15 tahun yaitu perempuan 19,7% dan
laki-laki 13,1%. 23% remaja KEK.
b. Pertumbuhan yang terhambat pada remaja puteri,
sehinggamengakibatkan panggul sempit dan risiko untuk melahirkan
BBLR di kemudian hari.
c. Obesitas : gaya hidup yang kurang sehat dan kurang melakukan
aktivitas fisik.
2. Masalah pendidikan, yang meliputi :
a. Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai
aksesterhadap informasi yang dibutuhkannya serta mungkin kurang
mampumengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.
b. Pendidikan rendah :remaja kurang mampumemenuhi kebutuhan fisik
dasar saat menikah, ini berpengaruh buruk pada derajat kesehatan
diri & keluarga.
3. Masalah lingkungan dan pekerjaan :
a. Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan
kesehatanremaja (yang bekerja) akan mengganggu kesehatan.
b. Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat,
bahkanmerusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.
4. Masalah seks dan seksualitas:
a. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang
masalahseksualitas.
b. Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal seksualitas.

4
c. Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang mengarah
kepadapenularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui
hubungan seksbebas, IMS : bulan September 2004 dilaporkan
sebanyak 5701 kasus hiv/aids dimana 51, 7 % diderita oleh
sekelompok umur 20-29 tahun (laporan triwulanSubdit. AIDS dan
PMS Depkes, Oktober 2004). IMS tertinggi usia 15 – 29 tahun.
d. Penyalahgunaan seksual.
e. Kehamilan remaja.
f. Kehamilan pranikah di luar ikatan pernikahan.
5. Masalah perkawinan dan kehamilan dini :
a. Ketidak matangan secara fisik dan mental.
b. Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar : Infant
Mortality Rate sebesar 56/1.000 KH dan kematian perinatal sebesar
50/1.000 KH pada Ibu yang melahirkan di bawah umur 20 tahun.
c. Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri remaja.
d. Risiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman.

2.3. Perencanaan Penyelesaian Masalah

Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas


sejak satu dekade yang lalu. Selama lebih dari 10 tahun, program ini lebih
banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa penyuluhan dan
diskusi dengan remaja tentang masalah kesehatan melalui wadah usaha
kesehatan sekolah (UKS), karang taruna, atau organisasi pemuda, dan kader
remaja lainnya yang dibentuk oleh puskesmas. Petugas puskesmas berperan
sebagai fasilitator dan narasumber. Pemberian pelayanan khusus kepada
remaja yang disesuaikan dengan keinginan, selera, dan kebutuhan remaja
belum dilaksanakan. Remaja yang berkunjung ke puskesmas masih
diperlakukan selayaknya pasien lain sesuai dengan keluhan atau
penyakitnya.

Melihat kebutuhan remaja dan memperhitungkan tugas puskesmas


sebagai barisan terdepan pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat,

5
puskesmas sebaiknya memberikan pelayanan langsung kepada remaja
sebagai salah satu kelompok masyarakat yang dilayaninya. Pelayanan
kesehatan remaja di puskesmas amat strategis dan dapat dilaksanakan
dengan efektif dan efisien mengingat ketersediaan tenaga kesehatan dan
kesanggupan jangkauan puskesmas ke segenap penjuru Indonesia seperti
halnya keberadaan remaja sendiri, dari daerah perkotaan hingga terpencil
perdesaan. Sesuai dengan kebutuhan, puskesmas sebagai bagian dari
pelayanan klinis medis, melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis
yang lebih tinggi. Rujukan sosial juga dilakukan oleh puskesmas, misalnya
penyaluran kepada lembaga keterampilan kerja untuk remaja pasca
penyalahgunaan napza, atau penyaluran kepada lembaga tertentu agar
mendapatkan program pendampingan dalam upaya rehabilitasi mental
korban perkosaan. Sedangkan rujukan pranata hukum untuk memberi
kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam menindaklanjuti
suatu kasus belum banyak dilakukan. Pelayanan komprehensif kepada
remaja ini merupakan bentuk kerjasama berbagai sektor yang diawali
dengan komitmen antar institusi terkait.

2.4. Strategi Penyelesaian Masalah


PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat
dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan
terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memnuhi
kebutuhan tersebut. Sasaran dari program PKPR di Puskesmas ini yaitu
remaja yang berusia 10 hingga 24 tahun baik sehat maupun sakit, individu
ataupun kelompok, dalam bentuk penyuluhan ataupun pelayanan kesehatan
di dalam maupun di luar gedung. Pencapaian target sasaran sudah hampir
terlaksana semua, baik berupa konseling ke Puskesmas (2 hingga 3 orang
tiap bulan), kunjungan ke sekolah (pada bulan Agustus, September, dan
Oktober).
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan pelayanan
kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan,
menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga

6
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya serta efektif
dan efesien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Beberapa tahun terakhir mulai dilaksanakan beberapa model
pelayanan kesehatan remaja yang memenuhi kebutuhan, hak dan selera
remaja di beberapa propinsi, dan diperkenalkan dengan sebutan pelayanan
kesehatan peduli remaja atau disingkat PKPR. Sebutan ini merupakan
terjemahan dari istilah adolescent friendly health services (AFHS), yang
sebelumnya dikenal dengan youth friendly health services (YFHS).
Pelayanan kesehatan remaja sesuai permasalahannya, lebih intensif kepada
aspek promotif dan preventif dengan cara peduli remaja. Memberi layanan
pada remaja dengan model PKPR ini merupakan salah satu strategi yang
penting dalam mengupayakan kesehatan yang optimal bagi remaja kita.
Pelayanan kesehatan peduli remaja diselenggarakan di puskesmas, rumah
sakit, dan tempat-tempat umum lainnya di mana remaja berkumpul.
Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dapat
dilaksanakan di dalam atau di luar gedung. Untuk sasaran perorangan atau
kelompok, dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau petugas lain di
institusi atau masyarakat, berdasarkan kemitraan. Jenis kegiatan tersebut
meliputi:
a. Pemberian informasi dan edukasi
1. Dilaksanakan di dalam atau di luar gedung, baik secara perorangan
atau berkelompok.
2. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari
sekolah, atau dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi
dari (atau sepengetahuan) puskesmas.
3. Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, focus group
discussion (FGD), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat
bantu media cetak atau media elektronik (radio, email, dan
telepon/hotline, SMS).
4. Menggunakan sarana komunikasi informasi edukasi (KIE) yang
lengkap, dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran
(remaja, orangtua, guru) dan mudah dimengerti. Khusus untuk

7
remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta perlu
bersikap santai.
b. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan
rujukannya
Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang
berkunjung ke puskesmas adalah:
1. Bagi remaja yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan
mengacu pada prosedur tetap penanganan penyakit tersebut.
2. Petugas dari balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi,
kesehatan ibu dan anak (KIA) dalam menghadapi remaja
yangdatang, diharapkan dapat menggali masalah psikososial atau
yang berpotensi menjadi masalah khusus remaja, untuk kemudian
bila ada, menyalurkannya ke ruang konseling bila diperlukan.
3. Petugas yang menjaring remaja dari ruangan, dan juga petugas -
loket atau petugas laboratorium, seperti halnya petugas khusus
PKPR juga harus menjaga kerahasiaan remaja tersebut, dan
memenuhi kriteria peduli remaja.
4. Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan
mencatat hasil rujukan kasus per kasus.
c. Konseling
Tujuan konseling dalam PKPR yaitu:
1. Membantu remaja untuk dapat mengenali masalahnya dan
membantunya agar dapat mengambil keputusan dengan mantap
tentang apa yang harus dilakukannya untuk mengatasi masalah
tersebut.
2. Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan
sumber daya secara berkesinambungan hingga dapat membantu
remaja agar mampu:
 mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental
lainnya.
 meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang
mungkin terjadi pada dirinya.

8
 mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi
masalah.
d. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan
optimisme bahwa bila remaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat
maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh yang merugikan bagi
kesehatannya. Pendidikan ketrampilan hidup sehat merupakan adaptasi
dari life skills education (LSE). Sedangkan life skills atau keterampilan
hidup adalah kemampuan psikososial seseorang untuk memenuhi
kebutuhan, dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara
efektif. Keterampilan ini mempunyai peran penting dalam promosi
kesehatan dalam lingkup yang luas, yaitu: kesehatan fisis, mental, dan
sosial.
Contoh yang jelas bahwa peningkatan keterampilan psikososial
ini dapat memberi kontribusi yang berarti dalam kehidupan keseharian
adalah keterampilan mengatasi masalah perilaku yang berkaitan dengan
ketidak sanggupan mengatasi stres dan tekanan dalam hidup dengan
baik. Keterampilan psikososial di bidang kesehatan dikenal dengan
istilah PKHS. Pendidikan ketrampilan hidup sehat dapat diberikan
secara berkelompok di mana saja, antara lain: di sekolah, puskesmas,
sanggar, rumah singgah, dan sebagainya.
Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan,
yaitu:
1. Pengambilan keputusan.Pada remaja keterampilan pengambilan
keputusan ini berperan konstruktif dalam menyelesaikan masalah
berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang
mengakibatkan masa depan menjadi suram.
2. Pemecahan masalah. Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi
karena kurangnya keterampilan pengambilan keputusan akan
menyebabkan stres dan ketegangan fisis.
3. Berpikir kreatif. Berfikir kreatif akan membantu pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah. Berpikir kreatif terealisasi

9
karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan
mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan
diambil. Meski tak menghasilkan suatu keputusan, berpikir kreatif
akan membantu remaja merespons secara fleksibel segala situasi
dalam keseharian hidup.
4. Berpikir kritis. Merupakan kesanggupan untuk menganalisa
informasi dan pengalaman secara objektif. Hal ini akan membantu
mengenali dan menilai faktor yang memengaruhi sikap dan
perilaku, misalnya: tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan media.
5. Komunikasi efektif.Komunikasi ini akan membuat remaja dapat
mengekspresikan dirinya baik secara verbal maupun non-verbal.
Harus disesuaikan antara budaya dan situasi, dengan cara
menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan
kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk
meminta nasihat atau pertolongan bilamana mereka membutuhkan.
6. Hubungan interpersonal.Membantu menjalin hubungan dengan cara
positif dengan orang lain, sehingga mereka dapat meciptakan
persahabatan, meningkatkan hubungan baik sesama anggota
keluarga, untuk mendapatkan dukungan sosial, dan yang terpenting
adalah mereka dapat mempertahankan hubungan tersebut;
Hubungan interpersonal ini sangat penting untuk kesejahteraan
mental remaja itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar
terampil dalam mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara
yang positif.
7. Kesadaran diri. Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri,
sifat, kekuatan dan kelemahan, serta pengenalan akan hal yang
disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan kepekaan
pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi.
Kesadaran diri ini harus dimiliki untuk menciptakan komunikasi
yang efektif dan hubungan interpersonal yang baik, serta
mengembangkan empati terhadap orang lain.

10
8. Empati. Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal
dengan baik, remaja mampu membayangkan bagaimana kehidupan
orang lain. Empati melatih remaja untuk mengerti dan menerima
orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga
membantu menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang
mengalaminya.
9. Mengendalikan emosi. Keterampilan mengenali emosi diri dan
orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi dapat memengaruhi
perilaku, memudahkan menggali kemampuan merespons emosi
dengan benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan
karena luapan emosi kemarahan atau kesedihan dapat merugikan
kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
10. Mengatasi stres. Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana
pengaruhnya terhadap tubuh, membantu mengontrol stres, dan
mengurangi sumber penyebabnya. Misalnya membuat perubahan di
lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan
pula bagaimana bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh
stres yang tak terhindarkan tidak berkembang menjadi masalah
kesehatan yang serius.
Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil
keputusan segera untuk menolak ajakan tersebut, merasa yakin akan
kemampuannya menolak ajakan tersebut, berpikir kreatif untuk mencari
cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan mengerahkan
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan mengendalikan emosi,
sehingga penolakan akan berhasil dilaksanakan dengan mulus.
e. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan
remaja sebagai salah satu syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih
remaja menjadi kader kesehatan remaja atau konselor sebaya dan
pendidik sebaya, beberapa keuntungan diperoleh, yaitu kelompok ini
berperan sebagai agen perubahan di antara kelompok sebayanya agar
berperilaku sehat. Lebih dari itu, kelompok ini terlibat dan siap

11
membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Kader
yang berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat curhat bagi teman
yang membutuhkannya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk
memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling.
f. Pelayanan Rujukan
Sistem rujukan dalam posyandu remaja meliputi tiga sistem
rujukan yaitu rujukan medik, rujukan hukum, dan rujukan sosial.
Rujukan medik merupakan upaya rujukan yang bersifat kuratif.
Rujukan medik digunakan jika remaja dirasa perlu mendapatkan
pengobatan lebih lanjut terkait masalah yang dihadapi.Rujukan hukum
merupakan upaya rujukan yang dilakukan dalam perihal hukum.
Dimana jika remaja bermasalah dengan hukum. Rujukan Sosial
merupakan pelayanan bagi remaja yang mempunyai masalah sosial.
Misalnya remaja yang memiliki masalah dalam hal administrasi
kependudukan, keterangan domisili dan akte kelahiran.
g. Monitoring dan evaluasi
h. Pencatatan dan pelaporan

2.5. Upaya Penyelesaian Masalah


Setiap kegiatan upaya layanan kesehatan remaja sebaiknya dilakukan
secara terpadu dan inklusif oleh berbagai profesional. Interprofessional
collaboratoe practice merupakan suatu bentuk tim kerjasama yang
dianjurkan oleh WHO (2010) untuk penguatan profesional kesehatan di
negara-negara sedang berkembang agar pelayanan kesehatan lebih optimal,
berkualitas tinggi dan jaminan keselamatan pasien. Upaya yang dilakukan
oleh tim profesional bersama keluarga dan masyarakat meliputi :
1. Pencegahan (preventif)
i. Pemantauan kesehatan umum melalui : UKS (profesional
kesehatan, guru UKS, kader/siswa terlatih Palang Merah Remaja
(PMR).
Pemeriksaan rutin secara periodik dilakukan oleh tim UKS
yang telah dilatih secara khusus meliputi pemeriksaan

12
Antropometri gizi, kesehatan pada umumnya, kebiasaan-kebiasaan,
emosi maupun kecerdasan. Tim UKS diharapkan dapat melakukan
deteksi dini secara sederhana dan dapat mengambil langkah-
langkah penting pemecahan masalah dan tindak lanjut.
Tim UKS diharapkan mampu pemberikan pertolongan
pertama pada kejadian-kejadian khusus seperti kejang, pingsan,
kecelakaan dan cedera kepala serta evakuasi bila terjadi bencana.
Karena itu penting pemberdayaan siswa dalam menghadapi
bencana dan kegiatan UKS lainnya. Pemantauan rutin kesehatan
remaja merupak kegiatan deteksi dini yang meliputi Skrining
(penemuan faktor risiko dan Penemuan kasus. Baik skrining
maupun penemuan kasus harus diikuti tindak lanjut sesegera
mungkin Intervensi dini
j. Immunisasi
k. Kegiatan hidup sehat (Olah raga , musik dll)
l. Kegiatan sosial dan kemanusiaan, kesadaran untuk tidak
diskriminatif
2. Promosi / Edukasi
Promosi kesehatan remaja merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam pelayanan kesehatan remaja meliputi :
a. Pemberdayaan remaja
b. Pemberdayaan orang tua yang mempunyai anak remaja
c. Pemberdayaan guru
d. Peningkatan fungsi promosi kesehatan di Puskesmas dan rumah
sakit untuk peningkatan layanan kesehatan remaja
e. Peningkatan fungsi UKS dalam pengawasan kesehatan remaja,
konsultasi dan bimbingan kesehatan remaja, pendidikan seks dan
persiapan perkawinan sehat serta pencegahan penyakit seksual
menular pada remaja.
3. Kuratif
Layanan Kesehatan bagi remaja sakit harus diperlakukan dalam
dua aspek yaitu perlakuan bahwa mereka masih anak dengan hak yang

13
melekat pada dirinya dengan ketentuan tentang perwalian dan
perlakuan sebagai sosok yang sudah menjelang dewasa dengan
beberapa hak yang mulai menyertainya seperti ijin mengendarai motor
pada usia 16 tahun, mengendarai mobil usia 17 tahun dan yang paling
penting boleh mempunyai KTP sendiri pada usia 17 tahun. Karena itu
remaja yang menikah dapat dikategorikan pernikahan anak yang
kemudian berdampak memperlakuan anak sebagai orang dewasa.
Penanganan penyakitnyapun jadi berbeda dengan makin banyak
profesional kesehatan yang terlibat. Penanganan kesehatan terpadu
menjadi sangat penting untuk diterapkan agar penangananannya lebih
manusiawi. Tim terpadu meliputi berbagai profesional kesehatan
seperti dokter dan dokter spesialis (Anak, Jiwa, Obstetri ginekologi,
Penyakit Dalam, Kulit dan Kelamin, Syaraf, Mata, Ortopedi dll.)
dokter gigi dan dokter gigi spesialis, perawat, bidan, psikologi
perkembangan / klinik, dietitisen maupun non kesehatan seperti
pekerja sosial dan lain. Tim profesional sesuai dengan permasalahan
kesehatan pada remaja yang dihadapi.
Kerja tim interprofesional berbeda dengan kerja masing-masing
profesi secara terpisah-pisah karena meskipun para profesioanal
mungkin mengerjakannya sendiri-sendiri sesuai kompetensinya tetapi
tim ini akan selalu menetapkan masalah kesehatan pada setiap klien
remaja bersama (yang terlibat langsung), kemudian bersama-sama
membuat rencana (plan) apa yang harus dilakukan baik untuk
diagnostik maupun untuk terapi, tindakan dan evaluasinya sesuai
kompetensi masing-masing secara terpadu saling mengingatkan dan
menguatkan demi keselamatan pasien. Setiap kali melakukan evaluasi
juga terpadu berbagai profesi sampai kepada diagnosis akhir dan
pengelolaan selanjutnya.
Masalah kesehatan remaja yang harus ditangani meliputi :
a. Gizi baik yang kurang gizi maupun yang obesitas

14
b. Penyakit kronik : Tuberkulosis (TBC), Diabetes Melitus,
Hipertensi, Sindroma nefrotik dan gagal ginjal, Penyakit seksual
menular, Gastritis, Epilepsi.
c. Penyakit Akut : Cedera kepala, Cedera yang lain, Infeksi Saluran
Kemih, Stroke. Korban kekerasan, Abortus, histeria, depresi,
percobaan bunuh diri, dan lain-lain
d. Kehamilan diluar nikah dan penyimpangan perkembangan
seksual
e. Penyalah gunaan Narkoba dan minum minuman keras
f. Disabilitas baik fisik, mental maupun perilaku sosial termasuk
yang berkebutuhan khusus (difabel)
4. Rehabilitatif
Klinik rehabilitasi bagi remaja meliputi semua aspek dan
sebaiknya juga ditangani secara terpadu intra dan interprofesional.
Pendekatannya juga harus berbeda dengan anak yang masih Balita.
Pemberdayaan remaja dan keluarga dalam kegiatan rehabilitasi medis
dapat dilakukan melalui berbagai cara termasuk camping seperti
Diabetic camp, outbond bagi remaja cerebral Palsy, perkumpulan
remaja tuli dan berbagai kegiatan kebugaran bagi remaja. Berbagai
kegiatan oleh raga baik yang bersifat individual maupun masal seperti
senam asma, yoga dan berbagai permainan tim dan lain-lain sangat
bermanfaat baik untuk pemeliharaan kesehatan maupun untuk
penyembuhan dan pemulihan. Karena itu dokter-dokter olah raga dan
kebugaran.
Kegiatan-kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan denga kesehatan remaja antara lain :
 Pemberdayaan orang tua dan masyarakat melalui pemberian
pelatihan bagi orang tua, keluarga dan guru untuk melakukan
program intensif dalam peningkatan kesehatan remaja yang
komprehensif di sekolah menengah.

15
 Gangguan kecemasan dan depresi dapat dicegah melalui
intervensi berdasar individu dan keluarga dengan kelompok
“yang terdapat resiko”.
 Depresi dan keputusasaan diantara remaja dapat dikurangi dengan
program berdasarkan kegembiraan (resilience) yang dibangun di
sekolah.
 Bunuh diri dapat dicegah melalui program pencegahan
komprehensif.
 Cedera kepala dan cedera lain dapat dicegah melalui Undang-
undang lalu lintas.
 Pencerahan agar terjadi pemahaman yang benar terhadap
immunisasi dan berbagai upaya pencegahan penyalahgunaan
nafza dan upaya-upaya pemulihan.
 Pemberdayaan remaja melalui pendidikan seks dan persiapan
menghadapi kehidupan dewasa sehat dan pesiapan pernikahan
yang sehat pula
 Pemberdayaan orang tua dalam pelaksanaan UU perlindungan
anak, UU Perkawinan, UU Kesehatan dan UU terhadap kekerasan
dalam rumah tangga.

16
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Menurut WHO (Who Health Organization) bahwa definisi remaja


dikemukakan melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial-
ekonomi. Sehingga dapat dijabarkan bahwa remaja adalah suatu masa
dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan sosial.
Individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari anak-anak menjadi dewasa

Beberapa masalah yang sering di hadapi remaja Antara lain :

1) Masalah gizi
2) Masalah pendidikan
3) Masalah lingkungan dan pekerjaan
4) Masalah seks dan seksualitas
5) Masalah perkawinan dan kehamilan dini

Salahsatu strategi penyelesaian masalah adalah PKPR. PKPR adalah


pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai
remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sharfi, Adlina, dkk. 2014. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Tingkat


Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia. Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti. Jakarta

Sunartini. 2014. Upaya Kesehatan Remaja Terpadu dengan Interprofessional


Collaborative Practice.Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta

Arsani, Ni Luh Kadek Alit, dkk. 2013.Peranan Program Pkpr (Pelayanan


Kesehatan Peduli Remaja) Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Di
Kecamatan Buleleng. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Bali

Pratiwi,Rinni Yudhi. 2013. Kesehatan Remaja di Indonesia. [internet]. Tersedia di


: http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-remaja-
di-indonesia

Ningsih, Fitriani Putri Eka. 2018. Pencapaian Standar Nasional Pelayanan


Kesehatan Peduli Remaja Pada Posyandu Remaja Di Surabaya.
Universitas Airlangga. Surabaya.

18

Anda mungkin juga menyukai