25FEB
>Dalam istilah sehari-hari, prasangka dipahami sebagai pendapat atau anggapan kurang baik mengenai
sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan dan menyelidiki) sendiri. Dalam istilah agama, prasangka
maknanya dapat dipersamakan dengan kata al-dzon. Kata ini tidak selalu berkonotasi negatif, tetapi
dapat bermakna positif. Prasangka yang baik biasa disebut husnudzdzon dan prasangka yang buruk
disebut suudzdzon.
Hubungan yang baik antara satu dengan lain dan khususnya antara muslim yang satu dengan muslim
lainnya merupakan sesuatu yang harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Ini kerana Allah telah
menggariskan bahawa mukmin itu bersaudara. Itulah sebabnya, segala bentuk sikap dan sifat yang akan
memperkukuh dan memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala
bentuk sikap dan sifat yang dapat merusak ukhuwah harus dihilangkan. Agar hubungan ukhuwah
islamiyah itu tetap terjalin dengan baik, salah satu sifat positif yang harus dipenuhi adalah husnuzh zhan
(berbaik sangka).
Salah satu ajaran moral Islam adalah baik sangka (husn al-dzan). Baik sangka, menurut Abu Muhammad
al-Mahdawi, adalah meniadakan prasangka buruk (qath’ul wahm). Yang disebut terakhir ini amat
berbahaya dan dapat menjerumuskan kita. Ini karena setiap kali kita berburuk sangka kepada orang lain,
pada saat itu pula kita sungguh telah berbuat dosa. Orang yang dituduh dengan keburukan itu belumlah
tentu bersalah.
Dalam pergaulan sehari-hari baik sangka menjadi amat penting. Sebab, betapa banyak konflik,
permusuhan, bahkan pembunuhan, timbul hanya karena persangkaan yang buruk. Untuk dapat terhindar
dari keburukan yang satu ini ada baiknya kita menyimak firman Tuhan,
”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.” (Q. S. 2: 216).
Oleh kerana itu, apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang sesuatu yang terkait dengan peribadi
seseorang apalagi seorang muslim, maka kita harus melakukan tabayyun (penyelidikan) terlebih dahulu
sebelum mempercayainya apalagi meresponnya secara negatif, Allah berfirman dalam surat berikut yang
artinya:
” Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS 49:6)