Anda di halaman 1dari 72

ANALISIS TEKNOEKONOMI BANGUNAN PENANGKAP

MATA AIR (BRONCAPTERING) DI DESA PAMIJAHAN,


KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR

MEILISA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Teknoekonomi


Bangunan Penangkap Mata Air (Broncaptering) di Desa Pamijahan, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016

Meilisa
NIM F44120006
ABSTRAK
MEILISA. Analisis Teknoekonomi Bangunan Penangkap Mata Air
(Broncaptering) di Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh BUDI INDRA SETIAWAN.

Desa Pamijahan belum memanfaatkan potensi mata air yang ada dengan
efisien. Sementara itu, kebutuhan air bersih desa ini belum terpenuhi. Oleh karena
itu, diperlukan perancangan sarana air bersih broncaptering. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kelayakan rancangan broncaptering melalui analisis
teknoekonomi. Analisis data mencakup beberapa aspek yaitu legalitas, manajemen
operasional, teknis teknologis, dan finansial. Mata air yang digunakan berasal dari
tepi Sungai Cigamean. Sarana air bersih dikelola oleh Badan Pengelola Sarana Air
Bersih Desa Pamijahan. Pompa submersible 85S30-2 dan pipa jenis PVC
digunakan dalam rancangan ini. Hasil rancangan sistem perpipaan transmisi dan
distribusi, berdasarkan analisis dengan software Epanet, layak untuk diaplikasikan.
Harga pokok produksi sebesar Rp1472/m3 dan harga jual Rp1800/m3. Berdasarkan
analisis kriteria investasi (NPV, IRR, net B/C, dan PBP) dengan bunga 10%,
rancangan broncaptering ini disimpulkan layak. Dari hasil analisis sensitivitas,
kondisi kritis terjadi saat kenaikan biaya produksi 16% dan penurunan produksi 7%.
Seluruh kriteria analisis menunjukkan bahwa pembangunan sarana air bersih
berupa rancangan bangunan penangkap mata air layak untuk direalisasikan.

Kata kunci: air bersih, broncaptering, mata air, teknoekonomi

ABSTRACT

MEILISA. Technoeconomic Analysis of Broncaptering at Pamijahan Village,


Pamijahan Subdistrict, Bogor Regency. Supervised by INDRA BUDI
SETIAWAN.

Pamijahan Village has not used its spring efficiently. Beside that, water need
has not been fulfilled. So, it is needed to design clean water facility that i.e.
broncaptering. The objectives of this study is to analyze feasibility of broncaptering
design through technoeconomic analysis. Data analysis is done with various aspects
such as legality, operational management, technical technological, and financial.
Water resourse is used in this research from riverside of Cigamean, which being
manage by Badan Pengelola Sarana Air Bersih Desa Pamijahan. Submersible water
pump 85S30-2 and PVC pipe are suggested for this village. Analysis of
transmission and distribution pipe system design using Epanet software showed that
the design was feasible. The cost of water production was Rp1472/m3 and selling
price Rp1800/m3. Based on cash flow analysis (NPV, IRR, net B/C, dan PBP) with
10% of bank interest, broncaptering design was concluded as feasible. Based on
sensitivity analysis, the critical point could be occured when cost of production
increase 16% and production decrease 7%. All of the analysis aspects showed that
design of broncaptering facility was feasible to implement.

Keywords: broncaptering, clean water, spring, technoeconomic


ANALISIS TEKNOEKONOMI BANGUNAN PENANGKAP
MATA AIR (BRONCAPTERING) DI DESA PAMIJAHAN,
KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR

MEILISA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 ini ialah teknoekonomi,
dengan judul Analisis Teknoekonomi Bangunan Penangkap Mata Air
(Broncaptering) di Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberi arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA dan Bapak Muhamad Fauzan ST. MT.
selaku dosen penguji sidang skripsi atas bimbingan dan masukannya dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Kedua orang tua tercinta {Bapak Hasan dan Ibu Titin Hamangku} dan adik-adik
terkasih {Andrian, Miranda, dan Nicholas Saputra} atas segala doa dan
dukungan yang telah diberikan.
4. Beberapa rekan diskusi dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Bogor yang telah banyak membantu pengumpulan data penelitian yaitu Bapak
Sigit Darsono ST (Kepala Seksi Air Bersih), Bapak M. Fadli (konsultan
perencana), Bapak Andri Haris S.Sos (petugas lapang), Bapak Ade Syafrudin
Amd. AKA (petugas lapang), Bapak Janrico Ginting (konsultan perencana), dan
Bapak Uci Sanusi (pelaksana lapang).
5. Citra Noer Intan Purwadi dan Harist Kusuma Andaerri yang telah bersama-sama
berjuang selama penyusunan skripsi ini.
6. Teman-teman mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan
2012 dan semua pihak terkait yang telah banyak memberi semangat, saran,
maupun bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Dharmawan Santoso dan Muhammad Ridwan yang telah memberikan semangat,
dukungan, dan bantuan selama ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2016

Meilisa
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Bangunan Penangkap Mata Air 2
Teknoekonomi 3
Program Epanet 2.0 5
METODE PENELITIAN 5
Waktu dan Lokasi 5
Alat dan Bahan 5
Pengumpulan Data 5
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Keadaan Umum Desa Pamijahan 9
Aspek Legalitas 10
Aspek Manajemen Operasional 12
Aspek Teknis dan Teknologis 12
Aspek Finansial 22
SIMPULAN DAN SARAN 27
Simpulan 27
Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 30
RIWAYAT HIDUP 56
DAFTAR TABEL

1 Penilaian pemanfaatan mata air berdasarkan beda tinggi terhadap


daerah pelayanan 4
2 Data proyeksi pertumbuhan penduduk setiap RT terlayani 13
3 Hasil perhitungan kebutuhan air tahun 2021 14
4 Hasil pengujian kualitas air dari mata air Cigamean 14
5 Hasil simulai Epanet untuk link pipa transmisi 18
6 Hasil simulai Epanet untuk node pipa transmisi 18
7 Hasil simulai Epanet untuk link pipa distribusi pukul 06.00 19
8 Hasil simulai Epanet untuk node pipa distribusi pukul 06.00 19
9 Rekapitulasi biaya investasi tetap 22
10 Rincian gaji pegawai 23
11 Rancangan biaya investaris kantor 23
12 Angsuran modal kerja 24
13 Rincian biaya tetap 24
14 Rincian biaya variabel 25
15 Hasil penilaian kriteria investasi 26
16 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya produksi dan penurunan
kapasitas produksi 26

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil observasi daerah penelitian 10


2 Pola pemakaian air penduduk Desa Pamijahan 13
3 Kurva sistem pada pipa transmisi 15
4 Hubungan kurva sistem dan kurva pompa pada pipa transmisi 16
5 Jaringan pipa transmisi air bersih 17
6 Jaringan pipa distribusi air bersih 18
7 Tekanan pada jaringan pipa distribusi 20
8 Hasil simulasi perubahan kecepatan aliran tiap pipa selama 24 jam 20
9 Hasil simulasi perubahan tekanan aliran tiap pipa selama 24 jam 21
DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian 30


2 Peta lokasi Desa Pamijahan terhadap Kecamatan Pamijahan 31
3 Formulir pendaftaran calon pelanggan 32
4 Kontrak pelanggan 33
5 Kartu meter 36
6 Bukti pembayaran tagihan air 37
7 Rancangan bangunan penangkap mata air 38
8 Model dan spesifikasi pompa 41
9 Rancangan reservoir 42
10 Rancangan sistem penyaluran air bersih 44
11 Rencana anggaran biaya bak penangkap mata air 45
12 Rencana anggaran biaya reservoir 46
13 Rencana anggaran biaya keseluruhan 47
14 Rencana anggaran biaya perbaikan dan pemeliharaan 49
15 Analisis arus kas pada kelayakan investasi 50
16 Analisis arus kas pada analisis sensitivitas untuk kenaikan biaya
produksi 51
17 Analisis arus kas pada analisis sensitivitas untuk penurunan produksi 52
18 Contoh perhitungan analisis aspek finansial 53
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan mendasar makhluk hidup untuk mempertahankan


keberlangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan air untuk memenuhi berbagai
aktivitasnya. Menurut Reed (2008), kebutuhan air maksimum untuk setiap jenis
penggunaan berbeda-beda. Secara umum, kebutuhan air terkait dengan peningkatan
kuantitas air untuk berbagai aktivitas berbanding terbalik dengan kualitas air yang
digunakan. Standar kebutuhan air minimal individu adalah 40 lt/hari hingga 70
lt/hari, belum termasuk kebutuhan yang dipengaruhi oleh faktor kondisi sosial
ekonomi. Jumlah kebutuhan air yang lebih tepat tergantung pada berbagai variabel
yang harus dinilai dan dipertimbangkan.
Kebutuhan air bersih bervariasi tergantung pada letak geografis, tingkat
ekonomi, kebudayaan, dan skala perkotaan. Kebutuhan air bersih penduduk untuk
kategori kota metropolitan ditetapkan sebesar 190 lt/org/hari dan untuk kategori
desa sebesar 60 hingga 80 lt/org/hari (DCK 2000). Kebutuhan air bersih di
perdesaan yang lebih kecil dibandingkan perkotaan ternyata masih memiliki
masalah dalam aspek pelayanan, sehingga kebutuhan air bersih belum terpenuhi
dan pengembangan sarana penyedia air bersih sangat diperlukan (Nelwan et al.
2013). Penyediaan air bersih adalah kegiatan menyediakan air bersih untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat dan
bersih (Supardi et al. 2014).
Desa Pamijahan merupakan salah satu desa yang terletak di kaki Gunung
Salak dan berada di bawah daerah administrasi Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki potensi sumber daya air berupa mata
air. Desa ini bukan daerah yang termasuk dalam pelayanan PDAM dan masyarakat
cenderung memanfaatkan mata air atau sumur bor. Air yang digunakan dari mata
air andalan disambungkan dengan pipa untuk dialirkan ke rumah penduduk. Air
tersebut mengisi seluruh bak penampungan tanpa bisa dihentikan. Air yang
melebihi tampungan akan langsung mengalir ke saluran drainase dan tidak
termanfaatkan lagi. Kondisi ini terjadi karena penduduk desa lebih mengandalkan
air dari mata air, bukan dari sungai. Oleh karena itu, untuk mengefisiensikan
pemanfaatkan sumber daya air diperlukan konsep manajemen sumber daya air
melalui pembangunan bangunan penangkap mata air dan sistem penyalurannya.
Perancangan sarana air bersih ini dilakukan dalam skala komunal untuk
memenuhi permintaan air bersih bagi masyarakat desa. Untuk mengetahui
kelayakan pendirian sarana air bersih tersebut, perlu dilakukan analisis
teknoekonomi. Penelitian ini terfokus pada analisis teknoekonomi yang dilakukan
pada beberapa aspek yaitu aspek legalitas, aspek manajemen operasional, aspek
teknis dan teknologis, serta aspek finansial. Analisis teknoekonomi erat kaitannya
dengan pemecahan masalah teknik dimana indikator efisiensi ekonomi dijadikan
sebagai kriteria pemilihan alternatif. Hasil analisis tersebut akan menentukan
kelayakan investasi suatu proyek. Seluruh data dan fakta yang dikemukakan dalam
analisis akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan tentang proyek yang
dikaji agar dapat direalisasikan, dibatalkan, atau direvisi.
2

Perumusan Masalah

Desa Pamijahan tidak termasuk dalam daerah pelayanan PDAM, namun desa
ini memiliki potensi sumber daya air berupa mata air. Potensi ini belum terkelola
dan tidak termanfaatkan dengan efisien. Perancangan sarana air bersih skala
komunal memerlukan analisis teknoekonomi untuk mengetahui kelayakan
pembangunannya. Kelayakan ini dikaji dalam beberapa aspek, yaitu aspek legalitas,
aspek manajemen operasional, aspek teknis dan teknologis, serta aspek finansial.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis teknoekonomi kelayakan


pembangunan sarana air bersih berupa bangunan penangkap mata air
(broncaptering) dari aspek legalitas, aspek manajemen operasional, aspek teknis
dan teknologis, serta aspek finansial.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu:


1. Memberikan informasi berbagai aspek teknoekonomi untuk perancangan sarana
air bersih berupa bangunan penangkap mata air (broncaptering), khususnya di
Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
2. Memberikan masukan bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Kabupaten
Bogor dalam perencanaan pembangunan sarana air bersih perdesaan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi berbagai aspek yang mempengaruhi


perancangan bangunan penangkap mata air. Aspek-aspek yang dikaji yaitu aspek
legalitas (badan usaha, peraturan pemerintah, dan perizinan), aspek manajemen
operasional (kebutuhan tenaga kerja, deskripsi pekerjaan, dan teknis operasional
pengelolaan), aspek teknis dan teknologis (penentuan lokasi, simulasi rancangan
jaringan, spesifikasi material, kapasitas produksi, dan pemilihan teknologi proses),
dan aspek finansial (perhitungan biaya investasi sarana air bersih, pengkajian arus
kas, perhitungan kelayakan investasi, dan analisis sensitivitas).

TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan Penangkap Mata Air

Mata air merupakan sumber air yang muncul dengan sendirinya ke


permukaan tanah. Air yang berasal dari mata air umumnya memiliki kualitas sangat
baik, karena telah mengalami purifikasi secara alami (self purrification) melalui
lapisan-lapisan pasir atau lapisan pembawa air (akuifer) (Adi 2009). Bangunan
penangkap mata air (PMA) merupakan bangunan atau konstruksi untuk melindungi
sumber mata air terhadap pencemaran yang dilengkapi dengan bak penampung.
Mata air yang akan dimanfaatkan paling sedikit mempunyai debit 0.3 lt/dtk.
3

Sarana PMA pada umumnya terdiri dari bangunan penangkap mata air dan
bak penampung. Bangunan penangkap mata air dibuat untuk melindungi mata air
dari pengotoran, sehingga kualitas air terjaga. Pada umumnya bangunan PMA
diletakan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup untuk
mengalirkan air secara merata ke seluruh daerah konsumen (Bambang 1994).
Cakupan pelayanan air bersih dipengaruhi oleh banyak variabel, yaitu
ketersediaan pasokan air, infrastruktur penyedia air bersih, kependudukan,
kerusakan hutan, subsidi, lahan terbuka, kelembagaan, pembiayaan dan lainnya
(Lenggana 2006). Menurut Harapah (2007), perubahan kualitas air yang terjadi saat
air tiba ke pelanggan terutama disebabkan oleh akumulasi air dari sumber dan
selama distribusi.

Teknoekonomi

Investasi merupakan penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan


tambahan dana pada masa yang akan datang (Francis 1991). Investasi menjadi suatu
kegiatan yang mengandung unsur pengorbanan untuk mencapai suatu pengharapan
di masa yang akan datang (Franky dan Islami 2015). Investasi tentunya memiliki
resiko. Donald dan Ronald (1995) menyatakan bahwa resiko berarti ketidakpastian
dalam kemungkinan distribusi penerimaan. Kondisi ini memungkinkan investasi
mengalami tidak kembalinya atau hilangnya dana yang diinvestasikan atau investor
mengalami kerugian. Menurut Hendy et al. (2014), untuk meminimalisir resiko
dalam berinvestasi, maka diperlukan pertimbangan matang dalam menentukan
investasi yang akan dilakukan melalui serangkaian analisis teknoekonomi.
Hasil analisis tersebut akan menentukan kelayakan investasi suatu proyek.
Menurut Drechsler et al. (2011), analisis teknoekonomi menjadi suatu dasar
kuantitatif untuk pengambilan suatu keputusan dalam masalah teknik dengan
penekanan pada aspek teknik maupun ekonomi terhadap suatu permasalahan secara
lengkap. Aroef dan Jusman (2009) menjelaskan bahwa kelayakan suatu investasi
diperlukan untuk mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau
penolakan suatu proyek.

Aspek Legalitas
Aspek legalitas merupakan salah satu aspek penting dalam perancangan badan
usaha dan proyek sarana air bersih. Aspek legalitas atau yuridis berguna untuk
kelangsungan hidup proyek dalam rangka meyakinkan kreditur dan investor bahwa
proyek yang akan dibuat sesuai dengan peraturan yang berlaku (Umar 2007).
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), dalam pengkajian aspek yuridis atau
hukum, hal yang perlu diperhatikan adalah bentuk badan usaha yang akan
digunakan dan berbagai izin yang diperlukan.

Aspek Manajemen Operasional


Manajemen operasional adalah suatu kegiatan manajemen yang meliputi
perencanaan organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan terhadap
operasi badan usaha (Umar 2001). Manajemen operasi meliputi bentuk organisasi
atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan,
jumlah tenaga kerja yang digunakan, anggota direksi, dan tenaga lain (Husnan dan
Muhammad 2000).
4

Aspek Teknis dan Teknologis


Berdasarkan analisis aspek teknis dan teknologis dapat diketahui rancangan
awal penaksiran biaya investasi. Analisis teknis mencakup beberapa aspek, yaitu
analisis terhadap ketersediaan bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan,
kapasitas produksi, perancangan aliran bahan, analisis keterkaitan antar aktivitas,
jumlah mesin dan peralatan, keperluan tenaga kerja, penentuan luas pabrik, dan
perancangan tata letak pabrik (Husnan dan Muhammad, 2000).
Pemilihan lokasi mata air dilakukan berdasarkan survei sesuai Pedoman
Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (Pd T-09-2005-C) tahun 2005 dari
Balitbang PU Departemen Pekerjaan Umum. Mata air dapat digunakan untuk
perancangan broncaptering jika sumber layak dipilih (tidak ada konflik
kepentingan) serta kualitas dan kuantitas memenuhi ketentuan yang berlaku. Secara
kualitas harus memenuhi syarat biologis, fisika, radioaktivitas, dan kimia, sehingga
tidak mengganggu kesehatan dan estetika (Wahyono et al. 2007). Pemilihan
teknologi proses berdasarkan Tabel 1 didasarkan pada sistem yang dapat memenuhi
kebutuhan air paling optimal.

Tabel 1 Penilaian pemanfaatan mata air berdasarkan beda tinggi terhadap daerah
pelayanan
Beda tinggi antara mata
No Jarak Penilaian
air dan daerah pelayanan
1 > dari 30 m > dari 3 km Baik dan sistem gravitasi
2 ≤ 10 -30 m > dari 1 km Berpotensi dan perlu dibuat
detail rinci
3 ≤ 3 -10 m > dari 0.2 km Kemungkinan diperlukan
sistem pompa
4 <3m - Diperlukan pompa

Aspek teknis dan teknologis dalam rancangan sarana air bersih ini sangat
berkaitan dengan sistem distribusi air bersih ke masyarakat. Menurut Ardiansyah et
al. (2012), sistem pengaliran air bersih dimanfaatkan untuk mendistribusikan air
minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas, dan tekanan yang cukup.
Sistem distribusi air bersih meliputi sistem perpipaan, katup-katup, dan sistem
pemompaan yang membawa air dari instalasi penyediaan menuju daerah pelayanan
(Enri 1989).

Aspek Finansial
Permasalahan yang dikaji dalam aspek finansial adalah keuntungan proyek
(Umar 2001). Analisa dan evaluasi finansial dapat memastikan bahwa penentuan
tujuan oleh pengambil keputusan dan validasi teknoekonomi dapat tercapai. Aspek
finansial membahas tentang penentuan rencana investasi melalui perhitungan biaya
dan manfaat yang diharapkan, serta cara proyek dapat mengembalikan dana yang
telah dipergunakannya. Menurut Sanday (2011), analisis finansial bertujuan untuk
menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu sarana melalui
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara
pengeluaran dan pendapatan.
Kajian utama dalam aspek finansial membutuhkan perhitungan spesifik
tersendiri. Menurut Gray et al. (1993) untuk mencari ukuran yang menyeluruh
5

sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek telah dikembangkan


berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan
yaitu Net Present Value (NPV), Internal rate of Return (IRR), Net Benefit Cost
Ratio (Net B/C), dan Payback period (PBP).

Program Epanet 2.0

Perencanaan penyediaan air bersih secara garis besar dibedakan menjadi 2


bagian yaitu desain jaringan perpipaan dan desain hidrolis bangunan-bangunan
yang ada pada sistem jaringan air bersih (Mokoginta et al. 2014). Epanet 2.0 adalah
program simulasi komputer dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas air bersih
suatu jaringan pipa distribusi berbasis windows. Epanet dikembangkan oleh Water
Supply and Water Resources Divission USEPA’S National Risk Mangement
Research Laboratory dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993 dan versi
yang baru diterbitkan pada tahun 1999 (Sudirman 2012). Output dari program
Epanet 2.0 ini adalah laju aliran, debit yang mengalir dalam pipa, dan tekanan air
dari masing masing titik/node/junction (Agustina 2007). Hasil running dari
program ini dapat berupa peta jaringan dengan kode warna, tabel data, grafik time-
series, dan kontur plot.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2016.


Lokasi pengambilan data dilakukan di Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor. Pengolahan dan analisis data dilakukan di kampus Institut
Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kalkulator, serta
laptop yang telah dilengkapi dengan beberapa perangkat lunak, di antaranya
Microsoft Office 2013 dan Epanet 2.0. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data lokasi mata air dan
elevasi penempatan sarana air bersih. Data sekunder meliputi debit mata air, data
monografi desa, peta administrasi, data rancangan unit sarana air bersih, kualitas
air, dan harga satuan tahun 2016.

Pengumpulan Data

Penelitian diawali dengan survei lapangan dan studi pustaka. Pengumpulan


data primer dan sekunder dilakukan untuk diolah ke tahap selanjutnya. Data primer
diperoleh melalui observasi lokasi mata air dan pengukuran elevasi jalur pipa di
lapangan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan
6

Kabupaten Bogor, pemerintah daerah setempat, buku, jurnal, serta hasil penelitian
sebelumnya. Diagram alir penelitian tersaji dalam Lampiran 1.

Analisis Data

Analisis Aspek Legalitas


Analisis ini dilakukan dengan pencarian referensi terkait meliputi mekanisme
perizinan dan peraturan-peraturan yang berlaku untuk realisasi sarana air bersih.
Aspek ini perlu dianalisis karena perlu dilakukannya kajian kepastian untuk
kelegalan usaha air bersih pada harga jual tertentu.

Analisis Aspek Manajemen Operasional


Analisis dilakukan dengan pencarian referensi dan pustaka yang mengacu
pada aspek ini. Selain itu, perancangan sistem operasionalnya dilakukan melalui
observasi organisasi pengelola sarana air bersih yang telah berjalan. Menurut
Husnan dan Muhammad (2000), hal yang perlu diperhatikan dalam aspek
manajemen operasi adalah penentuan bentuk organisasi, kebutuhan tenaga kerja,
deskripsi dan spesifikasi pekerjaan, serta teknis operasional pengelolaan. Analisis
ini mempertimbangkan data investasi, kapasitas produksi, dan teknologi prosesnya.

Analisis Aspek Teknis dan Teknologis


Analisis pada aspek ini meliputi penentuan lokasi, simulasi rancangan
jaringan, spesifikasi material, kapasitas produksi, dan pemilihan teknologi proses.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi yaitu elevasi lokasi tempat
direncanakannya bangunan agar air memungkinkan untuk mengalir secara gravitasi,
kepemilikan lahan, jarak lokasi dengan daerah layanan, lokasi sumber air baku, dan
kemungkinan pencemar sekitar mata air. Pengumpulan data dan informasi dari
penduduk setempat diperlukan agar dapat diketahui lokasi dan potensi sumber mata
air yang ada di desa.
Penyaluran air bersih menuju pelanggan dilakukan dengan perancangan
bangunan reservoir. Sistem perpipaan dari reservoir yang dirancang harus
memenuhi sistem pengaliran gravitasi. Seluruh elevasi lokasi penempatan unit
bangunan dan penyaluran diupayakan bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah
agar air dapat mengalir hingga ke daerah paling hilir dalam batas daerah pengaliran.
Simulasi rancangan jaringan dilakukan menggunakan software Epanet 2.0
untuk mengetahui keadaan eksisting aliran perpipaan transmisi dan distribusi.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, maka dapat diketahui ragam aliran yang
terjadi, tekanan dalam pipa, kecepatan aliran, tekanan pada node, head, dan debit
aliran secara kontinu. Langkah awal penerapan Epanet yaitu pemilihan metode
yang akan digunakan (Hazen William). Kesesuaian rancangan dengan aliran dalam
Epanet akan menentukan jenis material konstruksi yang diperlukan.
Spesifikasi bahan konstruksi yang digunakan disesuaikan dengan
karakteristik bahan hasil simulasi dengan Epanet 2.0 dan tingkat keawetannya.
Penentuan kapasitas produksi dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan
potensi bahan baku (air) dan kebutuhan masyarakat. Pemilihan teknologi proses
didasarkan pada sistem yang dapat memenuhi kebutuhan air paling optimal.
Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses yang
dipilih sesuai dengan pertimbangan topografi daerah pengaliran.
7

Analisis Aspek Finansial


Analisis aspek ini meliputi perhitungan biaya investasi, pengkajian arus kas,
perhitungan kelayakan investasi, dan analisis sensitivitas. Biaya investasi diperoleh
dari perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) berdasarkan volume fisik dan
harga satuan yang berlaku umum untuk setiap jenis pekerjaan. Harga satuan biaya
pekerjaan dihitung dengan metode Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)
dengan pertimbangan kebutuhan biaya bahan, tenaga kerja, dan peralatan
(KEMENPU 2013). Biaya pembangunan dan pemeliharaan menggunakan harga
satuan rentang maksimum dari Jurnal Harga Satuan Bahan Bangunan Konstruksi
dan Interior Edisi 35 Tahun 2016 (ISSN 0853-4829) (YPBPN 2016).
Pengkajian arus kas dibuat berdasarkan akumulasi harga pokok produksi
(HPP) dan keuntungan yang diharapkan. Penentuan harga pokok produksi
menggunakan metode pembagian (dealing method) karena produk yang dihasilkan
berupa satu jenis barang yang homogen dalam satu periode produksi. Seluruh biaya
produksi air dibagi dengan seluruh air yang dijual kepada konsumen dalam satu
kurun waktu tertentu. HPP dihitung dengan persamaan (1) (Situmorang 2011).

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖


𝐻𝑃𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (1)

Kelayakan investasi diperoleh dari pertimbangan beberapa kriteria yang dapat


digunakan secara bersamaan dan terpisah tergantung masalah dan tujuannya.
Kriteria kelayakan investasi, meliputi net present value (NPV), internal rate of
return (IRR), benefit cost ratio (B/C ratio), dan pay back period (PBP).

1. Net Present Value (NPV)


NPV merupakan perbedaan nilai investasi sekarang dari keuntungan dan
biaya di masa yang akan datang (Pramudya 2010). Menururt Gray et al. (1993),
nilai NPV dihitung dengan persamaan (2).

(𝐵𝑛 −𝐶𝑛)
𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛 (2)
(1+𝑟)𝑛

Keterangan:
𝐵𝑛 = arus kas masuk (pendapatan) periode n (Rp)
𝐶𝑛 = arus kas keluar(biaya) pada periode n (Rp)
r = tingkat diskon (discount rate) (%)
n = periode yang terakhir di mana cash flow diharapkan.

Penilaian kelayakan investasi secara finansial menggunakan tiga kriteria


metode NPV, yaitu:
a. Jika nilai NPV > 0, maka investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi
perusahaan, proyek bisa dijalankan.
b. Jika nilai NPV < 0, maka investasi yang dilakukan tidak memberikan manfaat
bagi perusahaan, proyek ditolak.
c. Jika nilai NPV = 0, maka investasi yang dilakukan tidak mengakibatkan
perusahaan untung atau rugi.
8

2. Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV
sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen (Gray et al. 1993). IRR
merupakan tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto
seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah
kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah
mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Proyek
layak dijalankan bila nilai IRR besar atau sama dengan dari nilai suku bunga
yang berlaku. Menurut Kadariah et al. (1999), nilai IRR dihitung dengan
persamaan (3).
𝑁𝑃𝑉𝑡
𝐼𝑅𝑅 = 𝐼𝑟 + 𝑁𝑃𝑉𝑡−𝑁𝑃𝑉𝑟 × (𝐼𝑡 − 𝐼𝑟) (3)

Keterangan:
Ir = Bunga rendah (%)
It = Bunga tinggi (%)
NPVr = NPV bunga rendah (Rp)
NPVt = NPV bunga tinggi (Rp)

Jika nilai IRR ≥ tingkat suku bunga, maka proyek layak untuk
dilaksanakan. Namun, jika nilai IRR ≤ tingkat suku bunga, maka proyek tidak
layak untuk dilaksanakan.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


B/C ratio merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh
terhadap biaya yang dikeluarkan (Garmo et al. 1984). Metode yang digunakan
dalam analisis B/C ratio adalah Net B/C yang merupakan perbandingan antara
NPV terhadap present cost. Perhitungan net B/C dilakukan tergantung pada
berapa kali manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Nilai net B/C
dapat dihitung dengan persamaan (4) (Gray et al. 1993).

+ 𝑁𝑃𝑉 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
𝑁𝑒𝑡 𝐵/𝐶 = − 𝑁𝑃𝑉 𝐵−𝐶𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 (4)
𝐵−𝐶
Dengan:
𝐵𝑡−𝐶𝑡
𝑁𝑃𝑉𝐵−𝐶 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 = ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖)𝑡 untuk semua 𝑁𝑃𝑉𝐵−𝐶 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
𝐵𝑡−𝐶𝑡
𝑁𝑃𝑉𝐵−𝐶 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 = ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖)𝑡 untuk semua 𝑁𝑃𝑉𝐵−𝐶 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓

Jika nilai net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak
dijalankan. Namun, jika nilai net B/C bernilai kurang dari satu, berarti proyek
sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al. 1999).

4. Payback Period (PBP)


PBP merupakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi
awal (Soeharto 2000). PBP dihitung dengan persamaan (5) dan (6).

a. Apabila cash flow dari proyek investasi sama setiap tahun:


9

𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑚𝑎𝑛𝑡
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 (5)
𝑐𝑎𝑠ℎ𝑓𝑙𝑜𝑤

Initial investment adalah modal awal dari sebuah proyek. Sedangkan, cash
flow adalah penerimaan dana dari investasi. Payback period tidak boleh
melebihi jangka waktu yang disyaratkan.

b. Apabila cash flow dari proyek investasi berbeda setiap tahun:

𝑎−𝑏
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = 𝑛 + 𝑐−𝑏 × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 (6)

Keterangan:
n = tahun terakhir dimana cash flow masih belum bisa menutupi initial
investment (tahunan)
a = jumlah initial investment (Rp)
b = jumlah cumulative cash flow pada tahun ke-n (Rp)
c = jumlah cumulative cash flow pada tahun ke- n +1 (Rp)

5. Analisis Sensitivitas
Analisis ini dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana perubahan
parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih.
Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar, tetapi
tidak berakibat terhadap investasi, maka dikatakan bahwa keputusan untuk
berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhada unsur yang dimaksud.
Sebaliknya, bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan
keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut
sensitif terhadap unsur yang dimaksud (Soeharto 2000). Analisis sensitivitas
dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor eksternal maupun internal terhadap
kemampuan proyek mencapai jumlah hasil, penjualan, dan keuntungan. Faktor
eksternal misalnya perkembangan harga produk sejenis di pasar, berkurangnya
pangsa pasar, ataupun tingkat bunga pinjaman. Sedangkan, faktor internal
contohnya adalah biaya pokok produk yang dihasilkan (Sutojo 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Desa Pamijahan

Desa Pamijahan merupakan salah satu desa yang terletak di kaki Gunung
Salak yang berada di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat. Desa ini terbagi dalam 2 dusun, 8 RW, 31 RT, dan 17 kampung. Desa
Pamijahan terletak pada koordinat 6o37’30” LS - 6o39’40” LS dan 106o38’15” BT-
106o39’50” BT. Desa ini berbatasan dengan empat desa lain. Sebelah Utara desa
ini berbatasan dengan Desa Situ Udik, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Gunung Sari, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibitung Wetan, dan sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Pasarean. Peta lokasi Desa Pamijahan terhadap
Kecamatan Pamijahan tersaji dalam Lampiran 2.
10

Desa Pamijahan memiliki luas wilayah sebesar 40 688.03 ha. Seluruh luas
wilayah tersebut terdiri dari pemukiman 10 000 ha, lahan pertanian 10 498 ha,
ladang 10 250 ha, wilayah hutan 0.5 ha, rawa-rawa 6250 ha, perkantoran 189 ha,
sekolah 0.13 ha, jalan 3500 ha, dan lapangan bola 0.4 ha. Jumlah penduduk di Desa
Pamijahan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 12 081 jiwa. Jumlah penduduk laki-
laki sebanyak 6237 jiwa dan perempuan sebanyak 5844 jiwa.
Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa kondisi sistem penyediaan
sarana air bersih hanya mampu mengalirkan air ke sebagian kecil daerah yang dekat
dengan sumber mata air melalui sistem gravitasi. Sebagian besar penduduk lainnya
di desa ini memanfaatkan air dari sumur gali dengan pompa serta air dari mata air
Cigamean yang diambil melalui pipa. Hasil observasi terkait penyadapan air dari
mata air dengan pipa dan dialirkan ke rumah penduduk tersaji dalam Gambar 1.

Gambar 1 Hasil observasi daerah penelitian

Aspek Legalitas

Aspek legalitas diperlukan dalam pelaksanaan suatu proyek sarana air bersih
perdesaan. Rancangan sarana penyedia air bersih beserta badan pengelolanya layak
untuk direalisasikan jika telah mendapat legalitas dan tidak melanggar aturan yang
ditetapkan pemerintah, sehingga sistemnya dapat berkelanjutan.

Aturan Umum Negara


Penyusunan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
meletakkan landasan hukum privatisasi dan komersialisasi air di Indonesia.
Privitasi kepemilikan air diberikan melalui pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa
hak guna air dapat berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Selanjutnya,
pasal 9 ayat 1 menyatakan “hak guna usaha air dapat diberikan kepada perorangan
atau badan usaha dengan izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya”. Dengan demikian, perorangan atau badan usaha dapat
memperoleh hak untuk mengusahakan air (HGU air).
Peluang untuk melakukan komersialisasi air diatur dalam sejumlah klausul.
Pasal 26 ayat 1 menyatakan bahwa pengusahaan sumber daya air merupakan salah
satu bentuk pendayagunaan sumber daya air yang sah. Pasal 45 ayat 3 menyatakan
bahwa pengusahaan sumber daya air dapat dilakukan oleh perseorangan, badan
usaha, atau kerja sama antarbadan usaha berdasarkan izin pengusahaan dari
Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Selanjutnya,
dalam ayat 4 dijelaskan bahwa pengusahaan air dapat berbentuk penggunaan air,
pemanfaatan wadah air, dan pemanfaatan daya air.
11

Hak guna usaha air dan izin pengusahaan sumber daya air merupakan sistem
perizinan yang penerbitannya harus berdasarkan pada pola pengelolaan sumber
daya air yang disusun dengan melibatkan peran serta masyarakat seluas-luasnya.
Kinerja pengelolaan sumber daya air diawasi oleh berbagai pihak secara langsung,
sehingga dengan demikian penerbitan HGU air dan izin pengusahaan sumber daya
air dapat dikendalikan oleh pemerintah. Permohonan HGU air dan izin
pengusahaan sumber daya dapat ditolak bila tidak sesuai dengan pola pengelolaan
sumber daya air yang telah disusun.
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tidak menyebabkan komersialisasi
sumber daya air karena menganut prinsip “penerima manfaat jasa pengelolaan
sumber daya air wajib menanggung biaya pengelolaan” sesuai dengan jasa yang
dipergunakan. Prinsip ini justru menempatkan air tidak sebagai obyek untuk dikenai
harga secara ekonomi karena tidak ada harga air sebagai komponen dalam
menghitung jumlah yang harus dibayar oleh penerima manfaat.

Kebijakan Pemerintah Daerah


Kabupaten Bogor merancang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) tahun 2013 hingga 2018. Salah satu misi dari RPJMD adalah
meningkatkan integrasi, koneksitas, kualitas, dan kuantitas infrastruktur wilayah
dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Pencapaian misi tersebut
dapat direalisasikan melalui perancangan beberapa tujuan spesifik, salah satunya
tersedianya sarana prasarana pemukiman yang layak (jalan setapak, kawasan
prioritas pembangunan pemukiman, dan sanitasi) (PKB 2013). Tujuan yang
direncanakan tersebut menuntut terciptanya beberapa strategi untuk pencapaian
target-targetnya.
Pemerintah Kabupaten Bogor mengupayakan beberapa target dalam berbagai
aspek yang dikemukaan dalam RPJMD tahun 2013 hingga 2018. Aspek yang
terkait dengan penyediaan sarana air bersih adalah aspek cakupan SAB (Sarana Air
Bersih) dan rumah tangga pengguna air bersih. Pada aspek cakupan SAB, kondisi
kinerja pada awal periode RPJMD di 2013 adalah 70.07 % dan target yang hendak
dicapai di akhir kinerja periode RPJMD adalah 72.57 %. Sedangkan, rumah tangga
pengguna air bersih pada awal periode sebesar 41.97 % dan akhir periode
ditargetkan sebesar 47.60% (RPJMD Kabupaten Bogor tahun 2013-2018). Untuk
mendukung target pemerintah Kabupaten Bogor, maka perancangan sarana air
bersih pedesaan berupa bangunan penangkap mata air (broncaptering) harus
dilaksanakan.

Realisasi Lembaga Desa


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum menjelaskan beberapa wewenang
dan tanggung jawab Pemerintah Desa dalam implementasi peraturannya (PRI 2005).
Peraturan pemerintah tersebut menjelaskan bahwa pemerintah di tingkat desa dapat
menjadi penentu dan pengawas dalam realisasi perancangan sarana air bersih.
Kondisi ini menyebabkan segala aturan yang akan dikeluarkan oleh lembaga
pengelola sarana air bersih harus berdasarkan surat keputusan yang telah disetujui
dan diterbitkan oleh Kepala Desa.
Sarana air bersih pedesaan ini dikelola oleh Badan Pengelola Sarana Air
Bersih (BPSAB) Desa Pamijahan. BPSAB termasuk dalam Badan Usaha Milik
12

Desa (BUMDes). Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (MenPU 2013)


Nomor 13 Tahun 2013 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah usaha
desa yang dibentuk atau didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal
dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Selain itu,
lokasi-lokasi yang digunakan untuk pembangunan diperoleh dari izin lokasi antara
pemilik tanah dengan desa yang disahkan oleh Kepala Desa. Legalitas BPSAB
Desa Pamijahan yang sesuai dengan jenis lembaga pengelola yaitu BUMDes
menjadikan analisis ini layak untuk dilaksanakan.

Aspek Manajemen Operasional

Aspek ini terkait dengan kebutuhan tenaga kerja, deskripsi pekerjaan, dan
teknis operasional pengelolaan. Segala keputusan terkait manajemen operasional
untuk pengelolaan ini disahkan melalui Surat Keterangan (SK) dari Kepala Desa
Pamijahan. Sarana air bersih ini dikelola oleh Badan Pengelola Sarana Air Bersih
(BPSAB) Desa Pamijahan. Konsep pengelolaan ini berbasis masyarakat, sehingga
tenaga kerjanya berasal dari masyarakat.
Badan ini dikelola oleh lima petugas yang terdiri dari Ketua, Bendahara,
Sekretaris, dan dua orang Teknisi. Ketua bertanggung jawab untuk memimpin,
mengorganisasikan, dan mengarahkan anggota agar sistem dapat berkelanjutan.
Sekertaris bertugas membuat laporan pengelolaan dan mengurus arsip (berkas
pendaftaran dan pemasangan) pengguna sarana. Bendahara bertugas mengurus
segala keperluan administrasi dan keuangan BPSAB, serta bersama ketua BPSAB
memiliki kewenangan sebagai kolektor pembayaran iuran bulanan. Teknisi
bertugas mengoperasikan pompa setiap hari dan melakukan pengontrolan masalah
jaringan maupun bangunan, serta membersihkan dan memperbaiki sarana.
Teknis operasional pengelolaan direalisasikan dengan pembuatan formulir
pendaftaran calon pelanggan (Lampiran 3) dan kontrak antar pelanggan dengan
pengelola (Lampiran 4) yang disetujui pengguna. Pihak pengelola harus membuat
kartu meter yaitu kartu yang berisi identitas pelanggan dan jumlah pemakaian air
setiap bulannya. Kartu meter dipegang oleh pengelola dan digunakan untuk
pemantauan jumlah air yang terbaca dalam meter air di tiap rumah. Rancangan
kartu meter yang dibuat tersaji dalam Lampiran 5. Selain itu, pihak pengelola juga
wajib memberikan bukti pembayaran tagihan air ke masyarakat yang telah
melakukan pembayaran iuran sesuai dengan jumlah air yang digunakan. Formulir
bukti pembayaran iuran air tersaji dalam Lampiran 6. Segala aturan tambahan
terkait operasional pelayanan akan direncanakan sesuai kondisi BPSAB dan
pelanggan dengan persetujuan Kepala Desa.

Analisis Teknis dan Teknologis

Analisis Kebutuhan Air


Rancangan sarana air bersih ini dirancang untuk memenuhi sekitar 70%
hingga 75% kebutuhan air penduduk di 5 RT. Daerah yang mampu terlayani adalah
RT 02 RW 03, RT 03 RW 03, RT 01 RW 04, RT 02 RW 04, dan RT 03 RW 04.
Proyeksi pertumbuhan penduduk dari lokasi terlayani tersebut selama 5 tahun
menurut Purwadi (2016) tersaji dalam Tabel 2.
13

Tabel 2 Data proyeksi pertumbuhan penduduk setiap RT terlayani


Jumlah penduduk (jiwa)
Wilayah
2016 2017 2018 2019 2020 2021
RT 02 RW 03 360 372 383 395 408 421
RT 03 RW 03 345 356 367 379 391 403
RT 01 RW 04 496 512 528 544 562 580
RT 02 RW 04 492 508 523 540 557 575
RT 03 RW 04 503 519 535 552 569 588
Jumlah 2196 2267 2336 2410 2487 2567

Jumlah penduduk berdasarkan Tabel 2 pada tahun 2021 digunakan untuk


perhitungan kebutuhan air total per orang yang akan mempengaruhi jumlah debit
yang harus dialirkan. Kebutuhan air penduduk pedesaan yang digunakan dalam
rancangan ini adalah 70 lt/org/hari. Nilai ini diasumsikan karena mayoritas
penduduk di Desa Pamijahan berprofesi sebagai petani yang bekerja sepanjang hari
di sawah atau kebun. Kebutuhan air non domestik yang diperhitungkan hanya untuk
masjid sebesar 3000 lt/unit/hari (DCK 1996). Setiap daerah dilayani oleh satu
masjid sebagai tempat ibadah. MenPU (2007) menjelaskan bahwa kehilangan air
maksimal akibat kebocoran fisik dan non fisik sebesar 15-30%. Kebutuhan air total
adalah akumulasi antara kebutuhan air domestik, non domestik, dan kehilangan air.
Perancangan sarana air bersih juga memperhitungkan besarnya debit hari
maksimum (Qhm) dan debit jam puncak (Qjp). Qhm merupakan besarnya nilai debit
harian maksimum yang terjadi dalam selama satu tahun, sedangkan Qjp merupakan
besarnya nilai debit jam puncak dalam sehari. Debit harian maksimum diperoleh
dari perkalian antara debit total dengan faktor hari maksimum sebesar 1.15 (DCK
1996). Debit jam puncak diperoleh dari perkalian antara debit harian maksimum
dengan faktor jam puncak sebesar 3.6 yang akan digunakan untuk perancangan pipa
distribusi. Faktor jam puncak tersebut diperoleh dari perbandingan antara
pemakaian air pada jam puncak dengan pemakaian air rata-rata dalam 24 jam.
Andaerri (2016) menyatakan bahwa pola pemakaian air penduduk Desa Pamijahan
seperti yang tersaji dalam Gambar 2. Seluruh hasil perhitungan kebutuhan air untuk
tahun 2021 di lima daerah terlayani disajikan dalam Tabel 3.

Gambar 2 Pola pemakaian air penduduk Desa Pamijahan


14

Tabel 3 Hasil perhitungan kebutuhan air tahun 2021


RT 02 RT 03 RT 01 RT 02 RT 03
Deskripsi Total
RW 03 RW 03 RW 04 RW 04 RW 04
Jumlah penduduk (orang) 421 403 580 575 588 2567
% pelayanan 70 75 75 75 75 -
Penduduk terlayani
(orang) 295 303 435 441 432 1906
Konsumsi (lt/orang/hari) 70 70 70 70 70 -
Keb. Domestik (lt/dtk) 0.24 0.25 0.35 0.36 0.35 1.54
Keb. Non domestik
(lt/dtk) 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.17
Kebutuhan total (lt/dtk) 0.27 0.28 0.39 0.39 0.38 1.72
Kehilangan air (%) 20 20 20 20 20 -
Debit total (lt/dtk) 0.33 0.34 0.46 0.47 0.46 2.06
Qhm (lt/dtk) 0.38 0.39 0.53 0.54 0.53 2.37
Qjp (lt/dtk) 1.36 1.39 1.92 1.95 1.91 8.53

Penentuan Lokasi Perancangan Unit Bangunan


Mata air yang digunakan berasal dari tepi sungai Cigamean, Desa Pamijahan.
Berdasarkan penelitian Purwadi (2016) debit yang keluar pada mata air ini dapat
mencapai 3.6 lt/dtk pada tahun 2021. Air dari mata air terkategori jenis air bersih
yaitu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dengan kualitas yang
memenuhi syarat kesehatan (Permenkes 1990). Kualitas air dari mata air ini telah
diuji berdasarkan parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi oleh UPT Laboratorium
Kesehatan Dinas Kesehatan, Kabupaten Bogor. Hasil pengujian kualitas air
disesuaikan dengan ketentuan dari Permenkes RI Nomor 416 tahun 1990
(MenKesRI 1990) yang disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pengujian kualitas air dari mata air Cigamean


No Jenis parameter Satuan Baku mutu Hasil uji Metode
Parameter Fisik
1 Warna TCU 50 < 0.2 Spektofotometri
2 Zat padat terlarut Mg/l 1500 56.35 Elektrometri
3 Kekeruhan NTU 25 < 1.0 Turbidimetri
o Suhu udara
4 Suhu C 17.8 Elektrometri
±3 oC
Parameter Kimia
5 Besi Mg/l 1.0 0.05 Spektofotometri
Kesadahan
6 Mg/l 500 119.26 Titrimetri
(CaCO3)
7 Klorida Mg/l 600 36.42 Titrimetri
8 Mangan Mg/l 0.5 0.01 Spektofotometri
9 pH 6.5 – 9.0 6.5 Potensiometri
Parameter Mikrobiologi
Jumlah per SNI No. 01-
10 Total coliform 10 7
100 ml 2897-1992
Sumber: UPT Lab. Kesehatan Kab. Bogor (2016)
15

Menurut DCK (1997), mata air ini tergolong Tipe I A untuk arah aliran artesis
terpusat. Mata air ini dimanfaatkan warga untuk keperluan domestik dan pertanian,
namun hanya untuk sebagian penduduk di kawasan mata air tersebut. Bangunan
penangkap mata air dirancang untuk melingkupi mata air yang keluar. Bangunan
ini bertipe II B dengan volume 5 m3 serta memiliki panjang 2 m, lebar 2.5 m, dan
tinggi 1 m. Elevasi bangunan penangkap mata air yaitu 492.42 mdpl. Rancangan
bangunan penangkap mata air tersaji pada Lampiran 7.
Besarnya daerah terlayani tidak hanya dipengaruhi oleh debit yang keluar dari
mata air, tetapi juga lokasi reservoir dan sistem penyaluran airnya. Pembangunan
reservoir sebaiknya dirancang dengan elevasi yang lebih rendah dari sumber air,
namun pertimbangan luasnya daerah yang mampu terlayani (terkait elevasi daerah)
dan status kepemilikan tanah untuk reservoir juga diperlukan. Tanah yang
digunakan untuk reservoir dalam sistem ini adalah tanah hibah dari Kepala Dusun,
sehingga dapat meminimalisir masalah sosial nantinya. Reservoir dirancang untuk
dibangun di RT 02 RW 03, Desa Pamijahan.
Lokasi penempatan reservoir dianalisis untuk mengetahui efektivitas
pembangunan dan penyaluran airnya. Elevasi reservoir yaitu 506.09 mdpl. Jarak
bangunan penangkap mata air terhadap reservoir adalah 416.80 m. Menurut DCK
(1997), jika beda tinggi antara mata air dan daerah pelayanan kurang dari 3 m
berarti sistem tersebut memerlukan pompa. Selain itu, pada rancangan ini lokasi
mata air lebih rendah dari reservoir, sehingga sistem perpipaan transmisi
memerlukan pompa, namun sistem perpipaan distribusi diupayakan mengalir secara
gravitasi. Dimensi reservoir ditentukan berdasarkan persediaan dan pemakaian air
yang tergantung pada pemilihan jenis pompa dan waktu operasinya.

Simulasi Jaringan dan Spesifikasi Material Konstruksi


Total head yang diperoleh dari penjumlahan antara head loss mayor, head
loss minor, dan head statis merupakan nilai head aktual yang harus diperoleh dari
pompa. Menurut Andaerri (2016), panjang total pipa transmisi untuk sarana air
bersih ini sebesar 416.8 m. Pompa yang digunakan merupakan jenis pompa
submersible tipe 85S30-2 (3HP) yang dapat mengalirkan debit antara 18 GPM
hingga 118 GPM. Pemilihan pompa dilakukan dengan mencari titik operasi antara
kurva pompa dan kurva sistem. Kurva sistem pada pipa transmisi sarana air bersih
ini menurut Andaerri (2016) tersaji dalam Gambar 3.

42
37
32
Head (m)

27
22
17
12
0 2 4 6 8 10
Debit (lt/dtk)

Gambar 3 Kurva sistem pada pipa transmisi


16

Kurva pompa diperoleh berdasarkan jenis pompa. Pompa submersible dipilih


karena hanya memiliki head dorong saja, perletakkannya dengan cara dicelup ke
dalam air, kapasistas penyedotan yang besar, dan hanya membutuhkan sedikit
perawatan. Penentuan model pompa dan spesifikasi pompa yang digunakan dapat
diketahui berdasarkan performance curves model 85S dalam Lampiran 8. Kurva
pompa tersebut kemudian dikonversi satuannya, sehingga dapat dihubungkan
dengan kurva sistem untuk memperoleh titik operasi sistem. Titik tersebut akan
menunjukkan nilai head dan laju aliran yang ideal. Hubungan kurva sistem dan
kurva pompa tersaji pada Gambar 4.

40

35

30
Head (m)

Kurva Pompa
25
Kurva Sistem
20 Pergeseran kurva sistem

15

10
0 2 4 6 8 10
Debit (lt/dtk)
Gambar 4 Hubungan kurva sistem dan kurva pompa pada pipa transmisi

Berdasarkan hasil dari Gambar 4, diketahui bahwa titik perpotongan antara


kurva pompa dan kurva sistem terjadi pada debit 5.65 lt/dtk dan head 24 m,
sehingga diperoleh efisiensi pompa sebesar 72%. Kondisi ini mengakibatkan
besarnya debit yang dapat dicapai sebesar 4.07 lt/dtk. Pompa dioperasikan selama
16 jam dalam sehari dengan debit 3.56 lt/dtk agar dapat memenuhi kebutuhan air
hari maksimum (Qhm) sebesar 2.37 lt/dtk. Debit 3.56 lt/dtk yang akan dialirkan
dalam pipa transmisi mengakibatkan pergesaran kurva pompa seperti Gambar 4.
Pergeseran kurva sistem menyebabkan titik operasi juga bergeser. Pergeseran
tersebut secara nyata dapat dilakukan dengan memperkecil bukaan pada valve.
Dimensi reservoir diperoleh berdasarkan persediaan dan pemakaian air.
Pompa yang beroperasi selama 16 jam dari jam 05.00 hingga 21.00 mengakibatkan
selisih antara volume maksimum dan minimum reservoir sebesar 20% dari debit
harian maksimum dalam sehari yaitu 61.45 m3 (Andaerri 2016). Volume reservoir
dirancang agar mampu menampung air saat persediaan air lebih besar dibandingkan
permintaannya dan masih dapat menyediakan air saat permintaan lebih besar dari
persediaannya. Berdasarkan volume reservoir tersebut, maka dirancang reservoir
berukuran panjang 5 m, lebar 5 m, tinggi 2.5 m, dan tinggi jagaan 0.3 m. Rancangan
reservoir tersaji pada Lampiran 9.
17

Pipa transmisi dan pipa distribusi menggunakan jenis pipa PVC. Pipa PVC
dipilih untuk digunakan dalam rancangan ini karena ringan, mudah diangkut dan
dipasang, serta tidak bereaksi dengan air. Dimensi pipa distribusi disesuaikan
dengan beberapa pertimbangan terkait kehilangan tekanan, kekasaran permukaan
pipa, dan besarnya debit yang perlu teraliri. Rangkaian bangunan penangkap mata
air dan sistem penyaluran air bersih yang dirancang dalam Epanet untuk
mengetahui kesesuaian desain dalam mengalirkan air yang diperlukan. Gambar
rancangan sistem penyaluran air yang terdiri dari pipa transmisi dan pipa distribusi
tersaji dalam Lampiran 10. Simulasi rancangan dibuat terpisah untuk pipa transmisi
dan distribusi. Jaringan pipa transmisi air bersih dari bangunan penangkap mata air
menuju reservoir tersaji dalam Gambar 5.

Gambar 5 Jaringan pipa transmisi air bersih

Gambar 5 menampilkan jaringan pipa transmisi yang terdiri dari satu


reservoir broncaptering dan reservoir penduduk. Jaringan pipa transmisi dalam
simulasi Epanet 2.0 menggunakan pipa sepanjang 416.8 m dengan diameter 76.2
mm (3 inchi) dan kekasaran pipa 150. Sistem perpipaan ini menggunakan katup
tipe FCV (flow control valve) untuk mengontrol kecepatan aliran dalam pipa yang
akan mempengaruhi nilai kehilangan tekanan. Semakin besar kecepatan aliran,
maka semakin besar pula kehilangan tekanannya. Kecepatan aliran minimum dan
maksimum dibatasi pada rentang 0.3 m/dtk hingga 3 m/dtk (KEMENPU 2013).
Nilai kecepatan yang diperoleh untuk pipa transmisi yang dirancang sebesar 1.04
m/dtk dan sesuai dengan ketentuannya. Hasil simulasi Epanet untuk link pipa
18

transmisi tersaji dalam Tabel 5, sedangkan hasil simulasi Epanet untuk node pipa
transmisi tersaji dalam Tabel 6.

Tabel 5 Hasil simulai Epanet untuk link pipa transmisi


Kehilangan
Panjang Diameter Debit Kecepatan
Pipa Kekasaran Tinggi Tekan Status
(m) (mm) (lt/dtk) (m/dtk)
(m/km)
P-1 0.8 76.2 150 4.75 1.04 13.91 Buka
P-2 416.0 76.2 150 4.75 1.04 13.87 Buka
Pump - - - 4.75 0.00 -19.41 Buka
Valve - 76.2 - 4.75 1.04 0.00 Buka

Tabel 6 Hasil simulai Epanet untuk node pipa transmisi


Elevasi Kebutuhan Kebutuhan Tinggi Tekanan
Titik
(m) dasar (lt/dtk) (lt/dtk) Tekan (m) (m)
Mata air 492.50 - -4.75 492.50 0.00
Junc J-1 492.80 0.00 0.00 511.91 19.11
Junc J-2 493.00 0.00 0.00 511.90 18.90
Junc J-3 493.20 0.00 0.00 511.90 18.70
Reservoir 506.13 - 4.75 506.13 0.00

Kemudian, dilakukan simulai jaringan pipa distribusi air bersih dari reservoir
menuju node tiap RT teraliri (pipa utama atau primer). Hasil simulasi jaringan pipa
distribusi tersaji dalam Gambar 6.

Gambar 6 Jaringan pipa distribusi air bersih


19

Gambar 6 menampilkan jaringan pipa transmisi yang terdiri dari satu


reservoir penduduk dan lima node utama yang akan mengalirkan air ke setiap RT
yang terlayani. Dimensi pipa dan panjang pipa yang digunakan berbeda-beda untuk
setiap daerah terlayani karena kebutuhan air dan pembagian kawasan yang berbeda.
Desain perpipaan distribusi disesuaikan dan disimulasikan setiap jam akibat adanya
fluktuasi pemakaian air dan volume yang terdapat dalam reservoir. Desain
perpipaan yang dibuat harus mampu memenuhi kebutuhan air hari maksimum dan
saat jam puncak. Simulasi jaringan pipa distribusi dilakukan pada jam pemakaian
air maksimum saat pukul 06.00 hingga 07.00. Hasil simulasi Epanet pada jam
pemakaian maksimum untuk link pipa distribusi tersaji dalam Tabel 7. Hasil
simulasi Epanet pada node pipa distribusi tersaji dalam Tabel 8.

Tabel 7 Hasil simulai Epanet untuk link pipa distribusi pukul 06.00
Kehilangan
Panjang Diameter Debit Kecepatan
Pipa Kekasaran Tinggi Tekan Status
(m) (mm) (lt/dtk) (m/dtk)
(m/km)
P-1 371.17 101.6 150 8.53 1.05 10.08 Buka
P-2 257.98 101.6 150 7.17 0.88 7.31 Buka
P-3 213.43 101.6 150 5.78 0.71 4.90 Buka
P-4 42.62 76.2 150 3.86 0.85 9.42 Buka
P-5 244.34 63.5 150 1.91 1.91 6.22 Buka

Tabel 8 Hasil simulai Epanet untuk node pipa distribusi pukul 06.00
Elevasi Kebutuhan Kebutuhan Tinggi Tekanan
Titik
(m) dasar (lt/dtk) (lt/dtk) Tekan (m) (m)
Reservoir 506.13 - -8.53 506.13 0.00
Junc J-1 489.37 1.36 1.36 502.39 13.02
Junc J-2 483.87 1.39 1.39 500.50 16.63
Junc J-3 480.17 1.92 1.92 499.46 19.29
Junc J-4 472.93 1.95 1.95 499.05 26.12
Junc J-5 451.88 1.91 1.91 497.53 45.65

Tabel 7 dan 8 menunjukkan hasil simulasi jaringan yang telah dirancang


berdasarkan panjang, diameter, kekasaran, elevasi, dan kebutuhan dasar dari setiap
kawasan dalam rancangan perpipaan yang ada. Nilai debit hasil simulasi Epanet
pada pukul 06.00 sesuai dengan Tabel 3 sebelumnya tentang debit saat jam puncak
sebesar 8.53 lt/dtk, sehingga rancangan ini dapat dikatakan tepat dan mampu
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Selain itu, kecepatan aliran yang
dihasilkan juga masih berada diantara rentang 0.3 hingga 3 m/dtk. Simulasi Epanet
juga menyajikan hasil dalam bentuk kurva tekanan (pressure) saat pemakaian air
maksimum pada pukul 06.00 dalam Gambar 7.
20

Gambar 7 Tekanan pada jaringan pipa distribusi

Gambar 7 menjelaskan tentang fenomena perubahan kecepatan aliran di


setiap sambungan pipa yang digunakan antar RT terlayani mengalami fluktuasi
yang sebanding. Hal ini disebabkan oleh pola pemakaian air yang sama selama 24
jam dan dialami oleh setiap sambungan pipa. Hasil simulasi Epanet untuk variabel
kecepatan aliran selama 24 jam tersaji dalam Gambar 8.

Gambar 8 Hasil simulasi perubahan kecepatan aliran tiap pipa selama 24 jam

Selain itu, fenomena perubahan tekanan di setiap titik keluaran air untuk
pelayanan tiap RT juga mengalami flutuasi yang sebanding. Hal ini juga disebabkan
oleh pola pemakaian air yang sama selama 24 jam dan dialami oleh setiap
21

sambungan titik layanan. Hasil simulasi Epanet untuk variabel tekanan aliran
selama 24 jam tersaji dalam Gambar 9.

Gambar 9 Hasil simulasi perubahan tekanan aliran tiap pipa selama 24 jam

Konservasi Mata Air Berbasis Masyarakat


Saat ini dapat dikatakan cukup sulit untuk mendapatkan air bersih baik secara
kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini diakibatkan oleh jumlah dan ketersediaannya
relatif tetap, tetapi kebutuhan air dipastikan semakin meningkat. Partisipasi
masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga keberadaan dan kelestarian mata air.
Pada prinsipnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian mata air dapat
berlangsung jika masyarakat memiliki pemahaman dan kesadaran tentang tujuan
dan manfaatnya. Jika masyarakat tidak memahami kemungkinan manfaat yang
kurang lebih seimbang dengan pengorbanannya, maka cenderung berpartisipasi
rendah dalam pelestarian mata air. Selain itu, masyarakat tidak menyadari adanya
kepentingan mendesak yang mengharuskan untuk melaksanakan pelestarian dan
mempersepsikan bahwa pengorbanan yang harus dikeluarkan relatif besar tidak
sesuai dengan manfaatnya, maka cenderung berpartisipasi rendah dalam pelestarian
mata air. Prinsip-prinsip ini melandasi perlunya partisipasi masyarakat dalam
pelestarian mata air.
Model konservasi yang diusulkan adalah penyuluhan kepada masyarakat,
pembuatan norma dan peraturan pelaksanaan pengendalian, serta pemantauan dan
pengawasan. Penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,
persepsi, maupun partisipasi masyarakat dalam usaha konservasi mata air. Teknik
penyuluhan dilakukan dengan dua cara, yaitu penyuluhan secara massal dan
kelompok. Pembuatan norma dan peraturan pelaksanaan pengendalian dan larangan
kegiatan yang mengancam kelestarian mata air ditujukan untuk menghindari
perilaku masyarakat setempat maupun dari luar, yang dapat mengancam kerusakan
dan kelestarian mata air. Aspek penting lainnya yang perlu dilaksanakan selain
penyuluhan adalah mengintensifkan pemantauan dan pengawasan langsung
kegiatan konservasi mata air di lapangan.
22

Aspek Finansial

Analisis aspek finansial untuk perancangan sarana air bersih berupa bangunan
penangkap mata air (broncaptering) digunakan beberapa asumsi, yaitu:
a. Umur ekonomis proyek direncanakan selama 5 tahun dengan jumlah hari operasi
sistem per tahun adalah 365 hari.
b. Kapasitas maksimum produksi air adalah 74 845 440 lt/tahun yang disedot
dengan pompa (3.56 lt/dtk) yang beroperasi selama 16 jam/hari.
c. Pajak yang dikenakan dari perancangan dan operasional sarana air bersih ini
hanya pajak saat pembangunan sarana awal sebesar 11.5% yang terdiri dari 10%
PPN dan 1.5% PPH (pembelian barang dengan dana berasal dari APBN/APBD).
d. Nilai tukar dolar terhadap rupiah, yaitu US$ 1 = Rp13 333.
e. Harga-harga yang digunakan dalam analisis finansial ini berdasarkan harga pada
saat analisa teknoekonomi tahun 2016 dengan menggunakan harga satuan
rentang maksimum dari Jurnal Harga Satuan Bahan Bangunan Konstruksi dan
Interior Edisi 35 Tahun 2016 (ISSN 0853-4829).
f. Modal 100% untuk biaya operasional sistem dipinjam dari bank dengan waktu
pengembalian 2 tahun. Pembayaran kredit dimulai pada tahun pertama dengan
pembayaran pokok sama setiap tahun.
g. Tarif listrik untuk kategori tegangan menengah sebesar Rp1071/Kwh.
h. Suku bunga dari bank BCA sebesar 10% dari total pinjaman (Maret 2016).
i. Contoh perhitungan analisis aspek finansial terjadi dalam Lampiran 18.

Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dibutuhkan saat akan mendirikan sarana air
bersih pedesaan. Biaya investasi terdiri atas biaya investasi tetap dan modal kerja.

a. Biaya investasi tetap


Biaya investasi tetap meliputi biaya tanah, biaya bangunan, pemasangan
pipa dan listrik. Tanah yang digunakan dalam rancangan ini adalah tanah yang
dihibahkan dari masyarakat dan disahkan dengan surat hibah dari Kepala Desa.
Rancangan anggaran biaya (RAB) pembangunan sarana dihitung untuk biaya
bak penangkap mata air sebesar Rp9 406 200 (Lampiran 11) dan reservoir
sebesar Rp76 137 000 (Lampiran 12). Seluruh RAB bangunan diakumulasikan
dengan biaya pompa, perpipaan, dan instalasi listrik yang disajikan dalam
Lampiran 13. Total biaya yang diperlukan untuk realisasi rangkaian sebesar
Rp193 137 368. Total biaya ini dikenakan pajak PPN dan PPH (11.5%) yaitu
Rp22 210 797. Total biaya investasi tetap sebesar Rp215 348 165 dan
rekapitulasinya tersaji dalam Tabel 9.

Tabel 9 Rekapitulasi biaya investasi tetap


No Uraian Pekerjaan Jumlah Harga (Rp)
1 Biaya tanah 0
2 Pekerjaan persiapan 1 656 709
3 Pengadaan pipa dan aksesoris 49 910 365
4 Pemasangan pipa + aksesoris dan bangunan air 141 570 293
5 Pajak (PPN + PPH) 22 210 797
Total 215 348 165
23

b. Modal Kerja
Biaya modal kerja adalah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi air
pertama kali. Modal kerja diperlukan untuk menjamin kegiatan pada awal
produksi yaitu biaya bahan baku, kas, dan inventaris kantor. Biaya bahan baku
adalah Rp0 karena tidak ada biaya khusus untuk air, namun hanya berupa biaya
operasional penunjang hingga air siap dimanfaatkan. Biaya kas terdiri dari biaya
gaji pegawai, administrasi umum, dan pemasaran. Total biaya gaji pegawai
sebesar Rp2 700 000/bulan (Rp32 400 000/tahun) dengan rincian gaji yang
disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Rincian gaji pegawai


No Jabatan Pendapatan (Rp/bulan)
1 Ketua 900 000
2 Sekertaris 600 000
3 Bendahara 600 000
4 Teknisi (@ Rp 300 000.00) 600 000
Total 2 700 000

Gaji pegawai yang dijadikan sebagai modal kerja adalah gaji selama 3
bulan pertama sebesar Rp8 100 000. Total biaya yang dialokasikan untuk gaji
pegawai dijadikan acuan untuk perhitungan biaya administrasi umum dan
pemasaran. Biaya administrasi umum terkait pencetakan berbagai arsip
keperluan BPSAB sebesar Rp300 000. Biaya pemasaran yang digunakan untuk
pencetakan spanduk dan keperluan sosialisasi yaitu Rp400 000. Sedangkan,
rancangan biaya untuk inventaris kantor sebesar Rp2 100 000 dan rinciannya
tersaji dalam Tabel 11.

Tabel 11 Rancangan biaya investaris kantor


Harga
No Uraian Volume Satuan Jumlah (Rp)
satuan (Rp)
1 Meja kursi kantor 3 paket 300 000 900 000
2 Lemari arsip 1 Unit 500 000 500 000
3 Printer 1 Unit 500 000 500 000
4 Alat tulis kantor 1 Paket 200 000 200 000
Jumlah 2 100 000

Biaya untuk inventaris kantor tidak termasuk biaya gedung karena kantor
BPSAB terletak di salah satu ruangan di kantor desa. Berbagai rincian biaya
untuk modal kerja menghasilkan total anggaran yang diperhitungkan pada awal
periode operasional sistem sebesar Rp10 900 000.

Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan


Dana investasi berasal dari modal pinjaman bank dan modal sendiri. Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, Kabupaten Bogor berperan sebagai pemilik proyek
dan seluruh biaya investasi tetap ditanggung oleh dinas ini. Sarana air bersih yang
telah terbangun kemudian diserahterimakan kepada Kepala Desa untuk kemudian
dikelola dan dijalankan. Kondisi ini menyebabkan seluruh modal kerja ditanggung
oleh pihak desa, sehingga pihak desa melakukan pinjaman ke bank. Biaya modal
24

kerja dipinjam seluruhnya dari Bank Central Asia (BCA) untuk suku bunga Maret
2016 sebesar 10%. Pembayaran pinjaman modal kerja dilakukan selama 2 tahun
dengan metode sliding rate. Angsuran modal kerja disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12 Angsuran modal kerja


Jumlah kredit Angsuran pokok Jumlah angsuran
Tahun Bunga (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
0 10 900 000 - - -
1 10 900 000 5 450 000 1 090 000 6 540 000
2 5 450 000 5 450 000 545 000 5 995 000

Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dibutuhkan untuk kelancaran proses
produksi, sehingga dapat menghasilkan produk. Biaya produksi terbagi menjadi
dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Biaya tetap merupakan biaya
yang jumlahnya akan selalu tetap meskipun intensitas volume kegiatan berubah.
Biaya tetap meliputi gaji tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi, dan biaya
pemasaran. Total biaya tetap sebesar Rp25 500 000/tahun dengan rincian biaya
yang disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13 Rincian biaya tetap


Biaya Biaya total
No Deskripsi Jumlah Satuan
satuan (Rp) (Rp/tahun)
A Tenaga kerja tidak langsung
1 Ketua 1 Orang/bulan 900 000 10 800 000
2 Sekertaris 1 Orang/bulan 600 000 7 200 000
3 Bendahara 1 Orang/bulan 600 000 7 200 000
Subtotal 25 200 000
B Biaya administrasi
1 Alat tulis kantor 1 Paket/bulan 15 000 180 000
Subtotal 180 000
C Biaya pemasaran
1 Promosi penjualan 1 Paket/bulan 10 000 120 000
Subtotal 120 000
Total 25 500 000

Sedangkan, biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah


dengan perubahan intensitas volume pekerjaan. Biaya variabel terdiri dari biaya
bahan baku, gaji tenaga kerja langsung, biaya listrik, serta biaya perbaikan dan
pemeliharaan. Biaya bahan baku sebesar Rp0. Biaya perbaikan dan pemeliharaan
sarana sebesar Rp19 764 548/tahun dengan rincian yang disajikan dalam Lampiran
14. Total biaya variabel sebesar Rp41 181 496/tahun dengan rincian yang tersaji
dalam Tabel 14.
Berdasarkan perhitungan biaya tetap dan biaya variabel yang telah dilakukan,
maka diperoleh besarnya biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk
pengoperasian sarana air bersih ini sebesar Rp66 681 496/tahun.
25

Tabel 14 Rincian biaya variabel


Biaya satuan Biaya total
No Deskripsi Jumlah Satuan
(Rp) (Rp/tahun)
A Tenaga kerja langsung
1 Teknisi 2 Orang/bulan 300 000 7 200 000
Subtotal 7 200 000
B Biaya listrik
1 Lampu (10.8 KW/bln) 3 Titik 34 700 416 405
2 Pompa (1073.8 KW/bln) 1 Bulan 1 150 045 13 800 542
Subtotal 14 216 947
C Biaya perbaikan dan 1 per tahun 19 764 549 19 764 549
pemeliharaan
Subtotal 19 764 549
Total 41 181 496

Harga dan Perkiraan Penerimaan


Harga pokok produksi (HPP) memperhitungkan biaya investasi dan biaya
produksi yang dikeluarkan. Perhitungan HPP akan menentukan nilai jual air bersih
yang mampu memenuhi segala kebutuhan biaya operasional dalam realisasi
sistemnya. Biaya investasi sebesar Rp217 448 201 sebagai akumulasi antara biaya
investasi tetap dan biaya modal kerja berupa investasi kantor dibagi dalam 5 tahun
umur rancangan menjadi sebesar Rp43 489 640/tahun. Total biaya produksi sebesar
Rp66 681 496/tahun. Jumlah air yang dapat dihasilkan dari debit 3.56 lt/dtk dan
disedot dengan pompa selama 16 jam dalam 365 hari sebesar 74 845 m3/tahun.
Kondisi ini menyebabkan harga pokok produksi air yang dihasilkan sebesar
Rp1472/m3.
Harga jual air ditetapkan sebesar Rp1800/m3 berdasarkan pertimbangan harga
jual air pedesaan sekitar Rp1000/m3 hingga Rp2000/m3 dengan acuan dari BPSAB
Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan yang telah menerapkan program ini. Selain
itu, harga ini cukup layak karena lebih rendah dari harga air yang ditetapkan oleh
PDAM Tirta Kahuripan, Kabupaten Bogor untuk kelompok tarif rumah sangat
sederhana dengan kebutuhan air sebesar 0 m3 hingga 10 m3 adalah Rp1900 (tarif
termurah dari PDAM). Total penerimaan tahunan dari realisasi sarana air bersih ini
dapat diperhitungkan dengan asumsi bahwa air yang dihasilkan dapat
termanfaatkan seluruhnya dalam waktu 3 bulan pendaftaran pelanggan dibuka.
Total penerimaan yang dapat dihasilkan sebesar Rp134 721 792/tahun dan
keuntungan sebesar Rp24 550 656/tahun.

Analisis Kelayakan Investasi


Kriteria kelayakan investasi dihitung setelah proyeksi arus kas ditentukan.
Analisis arus kas dilakukan dengan harga jual sebesar Rp1800/m3, umur ekonomis
5 tahun, dan suku bunga ritel Bank BCA Maret 2016 sebesar 10%. Hasil penilaian
kriteria investasi tersaji dalam Tabel 15.
Seluruh penilaian kriteria investasi dalam Tabel 15 menunjukkan bahwa
proyek layak dilaksanakan. Analisis arus kas untuk kelayakan investasi tersaji pada
Lampiran 15. Nilai NPV yang diperoleh lebih dari 0, artinya sarana air bersih ini
layak direalisasikan yaitu Rp40 478 054. Nilai IRR adalah tingkat pengembalian
modal yang digunakan dalam suatu proyek dan dinyatakan dalam % per tahun.
26

Proyek ini layak dilaksanakan karena nilai IRR lebih besar atau sama dengan
discount rate (10%) yaitu 17.05%. Kemudian, berdasarkan kriteria investasi Net
B/C, proyek juga layak dilaksanakan dengan nilai Net B/C yang lebih besar dari 1
yaitu 1.19. PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
seluruh modal suatu investasi berdasarkan aliran arus kas saat NPV sama dengan
nol. Proyek ini dapat melakukan pengembalian modal investasi pada 4.04 tahun
setelah proyek berjalan.

Tabel 15 Hasil penilaian kriteria investasi


Kriteria Nilai Keterangan
NPV (Rp) 40 478 054 Layak
IRR (%) 17.05 Layak
Net B/C 1.19 Layak
PBP (tahun) 4.04 Layak

Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah terhadap hasil dari suatu analisis kelayakan. Variabel yang diubah
berupa kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas produksi. Analisis ini
menggunakan langkah perhitungan yang sama dengan analisis kelayakan
sebelumnya, namun dengan mengubah beberapa variabel. Analisis arus kas untuk
analisis sensitivitas bila terjadi kenaikan biaya produksi tersaji dalam Lampiran 16
dan penurunan produksi tersaji dalam Lampiran 17. Titik kritis yang diperoleh
menunjukkan bahwa investasi masih layak dilakukan jika kenaikan biaya produksi
tidak melebihi 16% dan penurunan produksi tidak lebih dari 7%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa rancangan dan operasional sarana air bersih ini lebih sensitif
terhadap penurunan produksi, sehingga produksi air bersih harus terus dijaga
kontinuitasnya. Hasil analisis sensitivitas terhadap beberapa kriteria investasi yang
telah dilakukan tersaji dalam Tabel 16.

Tabel 16 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya produksi dan penurunan


kapasitas produksi
Kenaikan biaya produksi (%) Penurunan produksi (%)
Kriteria
16 17 7 8
NPV (Rp) 34 001 (2 493 752) 4 728 943 (378 073)
IRR (%) 10.0 9.56 10.85 9.93
Net B/C 1.00 0.99 1.02 0.99
PBP (tahun) 5.00 5.07 4.87 5.01
Keterangan Layak Tidak layak Layak Tidak layak
27

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini menghasilkan beberapa simpulan untuk setiap aspek yang telah
dikaji. Berdasarkan aspek legalitas sesuai dengan UU No. 7 tahun 2004 dan RPJMD
Kabupaten Bogor tahun 2013-2018, legalitas BPSAB Desa Pamijahan sesuai
dengan jenis lembaga pengelola yaitu BUMDes. Kegiatan manajemen operasional
direncanakan untuk dikelola oleh lima petugas. Operasional pengelolaan
direalisasikan dengan pembuatan formulir pendaftaran calon pelanggan, kontrak
pelanggan dengan pengelola, kartu meter, dan bukti pembayaran tagihan air. Aspek
teknik dan teknologis menghasilkan rancangan BPMA (2 m x 2.5 m x 1 m) dan
reservoir (5 m x 5 m x 2.8 m). Pompa yang digunakan adalah model 85S30-2 (3HP)
dan sistem perpipaan menggunakan pipa PVC. Hasil simulasi dengan Epanet
menunjukkan bahwa jaringan perpipaan layak direalisasikan. Harga pokok
produksi air bersih sebesar Rp1472/m3 dan harga jual ditetapkan sebesar
Rp1800.00/m3. Proyek ini layak dilaksanakan berdasarkan kriteria penilaian NPV,
IRR, Net B/C, dan PBP. Titik kritis analisis sensitivitas terjadi saat kenaikan biaya
produksi 16% dan penurunan produksi 7%. Seluruh kriteria tersebut menunjukkan
bahwa pembangunan sarana air bersih berupa rancangan bangunan penangkap mata
air layak untuk direalisasikan.

Saran

Dari hasil penelitian dapat disarankan:


1. Perlu dilakukan pengkajian spesifik untuk upaya konservasi lingkungan agar
sumber daya air yang tersedia dapat berkelanjutan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola pemakaian air setiap
jamnya setelah sistem beroperasi untuk mengontrol kecukupan konsumsi air.

DAFTAR PUSTAKA

Adi S. 2009. Pemanfaatan dan Konservasi Sumber Air dalam Keadaan Darurat.
Jurnal Akuakaltur Indonesia. 5(1): 1-8.
Agustina DV. 2007. Analisa Kinerja Sistem Distribusi PDAM Kecamatan
Banyumanik di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus Perumnas Banyumanik
Kel. Srondol Wetan) [Disertasi]. Bogor (ID): Universitas Diponegoro
Semarang.
Amalia MS, Masduqi A. 2013. Evaluasi SPAM Ibu Kota Kecamatan (IKK) Puncu
Kabupaten Kediri. Jurnal Teknik Pomits. 2(2): 104-107.
Andaerri HK. 2016. Perancangan Bangunan Penangkap Mata Air di Desa
Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Ardiansyah, Juwono PT, dan Ismoyo MJ. 2012. Analisis Kinerja Sistem Distribusi
Air Bersih pada PDAM di Kota Ternate. Jurnal Teknik Pengairan. 2(2): 211-
220.
28

Aroef M, Jusman SD. 2009. Grand Techno-Economic Strategy. Bandung (ID):


Mizan Pustaka.
Bambang. 1994. Definisi Bak Penampung/Reservoir. Jakarta (ID): Departemen
Pekerjaan Umum.
[DCK] Ditjen Cipta Karya.1996.Analisis Kebutuhan Air Bersih. Jakarta (ID):
Departemen Pekerjaan Umum.
[DCK] Ditjen Cipta Karya.1997.Spesifikasi Teknis Unit Distribusi dan Pelayanan
Sistem Air Minum. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum.
[DCK] Dirjen Cipta Karya. 2000. Konsumsi Air Berdasarkan Kategori Kota.
Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum.
[DKP] Dinas Kebersihan dan Pertamanan. 2016. Program Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa
Pamijahan Kecamatan Pamijahan [Laporan Awal]. Bogor (ID): Dinas
Kebersihan dan Pertamanan.
Donald FE, Ronald JJ. 1995. Security Analysis & Portfolio Management 6th edition.
New Jersey (AS): Prentice Hall.
Drechsler W, Rainer K, Erik S. 2011. Techno-EconomicParadigms. London (UK):
Anthem Press.
Enri D. 1989. Pendekatan Sistem Dalam Pengendalian dan Pengoperasian Sistem
Jaringan Distribusi Air Minum [Tesis]. Bandung (ID): Institut Teknologi
Bandung.
Francis JC. 1991. Investment: Analysis and Management 5th edition. Singapura
(SG): McGraw-Hill Inc.
Franky A, Islami J. 2015. Analisis Tekno Ekonomi Energi Wind Turbine di
Kawasan Perbatasan. Jurnal ELKHA. 7(1): 24-29.
Garmo EP, Williams GS, John RG. 1984. Engineering Economic Analysis. Jakarta
(ID): Binarupa Aksara.
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspatiella PF, Varley RGC. 1993. Pengantar
Evalusi Proyek. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Harapah H. 2007. Studi Pengendalian Kualitas Air PDAM Tirtanadi pada Reservoir
Tuasan dan Sambungan Pelanggan. Jurnal Teknologi Proses. 6(1): 45-48.
Hendy T, Riky M, dan Ricky C. 2014. Penentan Jenis Investasi dengan Analisis
Ekonomi Teknik dan Forecasting. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 13(2): 134-
140.
Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta (ID): UPP
AMP YKPN.
Kadariah L, Karlina, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID):
Universitas Indonesia.
[KEMENPU] Kementrian Pekerjaan Umum. 2013. Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Pd-T-05-5-2005-C. Jakarta (ID):
Kementrian Pekerjaan Umum.
Lenggana PC. 2006. Studi Pengaruh Perubahan Guna Lahan Di Desa Cibeusi
Terhadap Penyediaan Air Bersih Di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak,
Kabupaten Subang. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan.
2(10): 260-267.
[MenKesRI] Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Bersih. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 416
tahun 1990. Jakarta (ID): Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
29

[MenPU] Menteri Pekerjaan Umum. 2007. Penyelenggaraan Pengembangan


Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor
18 tahun 2007. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum.
Mokoginta. 2014. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Desa Lobong, Desa
Muntoi, dan Desa Inuai Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal Sipil Statik. 2(4): 182-190.
Nelwan F, Wuisan EM, Tanudjaja L. 2013. Perencanaan jaringan air bersih Desa
Kima Bajo Kecamatan Wori. Jurnal Sipil Statik. 1(10): 678-684.
Pramudya B. 2010. Ekonomi Teknik. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[PRI] Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 16 tahun 2005.
Purwadi CNI. 2016. Analisis Ketersediaan dan Penggunaan Air Dari Mata Air
Cigamean untuk Kebutuhan Domestik di Desa Pamijahan, Kabupaten Bogor
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Reed BJ. 2008. Jumlah Air Minimal Yang Dibutuhkan Untuk Keperluan Rumah
Tangga. New Delhi (IN): WHO Regional Office For South East Asia.
[PKB] Pemerintah Kabupaten Bogor. 2013. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013 hingga 2018 Kabupaten Bogor.
Bogor (ID): Pemerintah Kabupaten Bogor.
Rossman LA. 2000. Epanet 2 Users Manual. Jakarta (ID): Ekamitra Engineering.
Sanday TA. 2011. Analisis Teknoekonomi Pendirian Industri Biodiesel dari Biji
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Situmorang HL. 2011. Analisis Harga Pokok Air Bersih PDAM dan Komponen
Biaya Transaksi terhadap Penetapan Harga Air PDAM PT AETRA Jakarta
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soeharto I. 2000. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta
(ID): Erlangga.
Sudirman A. 2012. Analisa Pipa Jaringan Distribusi Air Bersih di Kabupaten Maros
dengan Menggunakan Software Epanet 2.0 [Skripsi]. Makassar (ID):
Universitas Hasanuddin.
Supardi, Sarya G, Sasono D. 2014. Analisa Hidrolis Sistem Distribusi Air Bersih
di Desa Nogosari Pacitan. Jurnal Pengabdian LPPM Untag Surabaya. 1(1):
11-18.
Sutojo S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta (ID): Damar.
Umar H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metoda, dan Kasus. Jakarta
(ID): Gramedia Pustaka Utama.
Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Wahyono Y, Yudhastuti R, Keman S. 2007. Pengaruh pengolahan dan
pendistribusian terhadap kualitas air pelanggan PDAM Mojokerto. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. 3(2): 171-182.
[YPBPN] Yayasan Pandu Bangun Persada Nusantara. 2016. Jurnal Harga Satuan
Bahan Bangunan Konstruksi dan Interior Edisi 35 Tahun 2016 (ISSN 0853-
4829). Jakarta (ID): Pandu Bangun Persada Nusantara.
30

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Mulai

Pengumpulan data

Data Sekunder
Data Primer a. Debit mata air
a. Lokasi mata air dan unit b. Data monografi desa
rancangan tambahan c. Peta administratif
b. Elevasi penempatan d. Data rancangan unit
sarana air bersih sarana air bersih
e. Kualitas air
f. Harga satuan 2016

Analisis Teknoekonomi

Aspek Teknis Aspek


dan Aspek Aspek
Manajemen
Teknologis Legalitas Finansial
Operasional

a. Penentuan
lokasi a. Biaya
b. Simulasi a. Tenaga
investasi
rancangan kerja a. Badan
b. Pengkajian
c. Spesifikasi b. Deskripsi usaha
arus kas
material pekerjaan b. Peraturan
c. Kelayakan
d. Kapasitas c. Teknis pemerintah
investasi
produksi operasional c. Perizinan
d. Analisis
e. Teknologi pengelolaan
sensitivitas
proses

Rekomendasi kelayakan rancangan


bangunan penangkap mata air berdasarkan
analisis teknoekonomi

Selesai
31

Lampiran 2 Peta lokasi Desa Pamijahan terhadap Kecamatan Pamijahan


32

Lampiran 3 Formulir pendaftaran calon pelanggan

BADAN PENGELOLA SARANA AIR BERSIH


BPSAB TIRTA PAMIJAHAN
DESA PAMIJAHAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

FORMULIR PENDAFTARAN
CALON PELANGGAN SARANA AIR BERSIH BPSAB TIRTA PAMIJAHAN
DESA PAMIJAHAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

No. SR : ........................... (diisi oleh petugas)


Klasifikasi : Umum / Usaha / Sosial (diisi oleh petugas)

Nama Pemohon : .........................................................................


Tempat / tanggal lahir : .........................................................................
Pekerjaan : .........................................................................
Agama : .........................................................................
Tempat tinggal : .........................................................................
No. Telepon / HP : .........................................................................
Lokasi SR. : .........................................................................

Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk menjadi pelanggan pengguna Sarana
Air Bersih yang dikelola oleh BPSAB Tirta Pamijahan Desa Pamijahan, dan sebagai
bahan pertimbangan diinformasikan bahwa:

1. Sarana air bersih BPSAB Tirta Pamijahan akan dipergunakan untuk:


a. Rumah tinggal sendiri (.....)
b. Rumah tinggal kontrakan (.....)
c. Perkantoran / Tempat usaha / Sekolah (.....)
d. Sarana ibadah (.....)
e. Lainnya (.....)
2. Sarana air bersih pada saat ini mempergunakan:
a. Sumur gali (.....)
b. Sumur pompa (.....)
c. Pemandian umum (.....)
d. Lainnya (.....)
3. Banyaknya pemakai : .................................. jiwa

Demikian formulir ini saya isi dengan sebenar-benarnya. Atas terkabulnya permohonan
ini diucapkan terima kasih.

Pamijahan, ..............................
Ketua BPSAB Pemohon

(.......................................) (.......................................)
33

Lampiran 4 Kontrak pelanggan

BADAN PENGELOLA SARANA AIR BERSIH


BPSAB TIRTA PAMIJAHAN
DESA PAMIJAHAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

KONTRAK PELANGGAN
I. PENYAMBUNGAN BARU
1. Pelanggan air bersih BPSAB Tirta Pamijahan adalah orang atau badan hukum yang
mendapatkan sambungan baru dan nomor langganan setelah memenuhi syarat
administrasi dan syarat teknis penyambungan baru.
2. Syarat-syarat administrasi penyambungan baru, yaitu:
a. Mengisi formulir permohonan penyambungan yang dilampiri fotocopy KTP.
b. Menandatangani ketentuan berlangganan air bersih BPSAB Tirta Pamijahan.
c. Membayar biaya administrasi untuk sambungan baru.
3. Syarat-syarat teknis penyambungan baru ditetapkan oleh pengelola BPSAB Tirta
Pamijahan yang akan mengawasi pemasangan pipa jaringan dan meter air di tempat
pelanggan.

II. METER AIR


1. Meter air adalah milik BPSAB Tirta Pamijahan. Pelanggan bertanggung jawab atas meter
air, valve, dan segel. Apabila meter air dan segel rusak, hilang, berubah posisi, terbalik
baik disengaja maupun tidak, maka pelanggan dikenakan denda dan dapat menyebabkan
pemutusan aliran air bersih, serta pengangkatan meter air.
2. Denda karena segel meter rusak baik disengaja maupun tidak sebesar tiga kali biaya
pemakaian air rata-rata dalam tiga bulan terakhir.
3. Denda karena posisi meter berubah, terbalik, atau hilang baik disengaja maupun tidak
sebesar tiga kali biaya pemakaian rata-rata dalam tiga bulan terakhir.
4. Pengambilan air sebelum meter dikenakan denda sebesar tiga kali biaya pemakaian air
rata-rata tiga bulan terakhir, pemutusan sambungan, dan pengangkatan meter air.
5. Pelanggan yang melakukan pelanggaran atas ketentuan pada butir 2, 3, 4, dan 5 untuk
kedua kalinya akan diputus secara permanen sebagai pelanggan air bersih.
6. Penggantian meter air dilakukan berdasarkan atas kebijakan BPSAB Tirta Pamijahan
sesuai kondisi dan atau umur meter air.

III. PEMBACAAN METER


1. Pelanggan yang mencegah atau menghambat akses petugas untuk pembacaan meter air
akan menyebabkan tagihan bulan berikutnya diestimasi tiga bulan berturut-turut dan
aliran air bersih dapat diputus.
2. Tidak berfungsinya meter air pada lokasi pelanggan, maka pelanggan akan memperoleh
tagihan yang diestimasi.
3. Meter air yang diangkat dari lokasi pelanggan yang tidak dilakukan oleh petugas dari
BPSAB Tirta Pamijahan dan tidak dilaporkan ke BPSAB Tirta Pamijahan akan
memperoleh tagihan yang diestimasi.
4. Prosedur estimasi tersebut, yaitu:
a. Tergantung pemakaian rata-rata enam bulan terakhir, jika tidak ada maka ke poin b.
b. Pemakaian rata-rata tiga bulan terakhir yang akan digunakan, jika tidak ada, maka
pembayaran hanya abodemen yang nilainya sudah ditentukan.
c. Jika meter air belum terpasang dan atau meter air dalam keadaan rusak, maka
pemakaian akan diestimasi minimum pada angka 15 m3.
5. Pengaduan tentang data pembacaan pemakaian air bersih dapat dilakukan di kantor
BPSAB Tirta Pamijahan selambat-lambatnya tiga hari setelah pembayaran rekening
tagihan.
34

Lampiran 4 Lanjutan

BADAN PENGELOLA SARANA AIR BERSIH


BPSAB TIRTA PAMIJAHAN
DESA PAMIJAHAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

IV. PEMBAYARAN
1. Pembayaran dilakukan dengan cara menandatangani bukti pembayaran di Kantor
Pelayanan BPSAB Tirta Pamijahan, Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor.
2. Pembayaran tagihan pemakaian air dapat dilakukan selambat-lambatnya 35 hari setelah
pemasangan untuk bulan pertama dan seterusnya berlaku pada bulan-bulan berikutnya.
Keterlambatan pembayaran akan dikenakan denda sesuai dengan ketetapan BPS Tirta
Pamijahan, Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
3. Biaya minimum yang harus dibayarkan konsumen per bulan setara dengan pemakaian 3
m3 air untuk biaya pemeliharaan meter air.
4. Saat terdapat tunggakan pembayaran, maka tagihan keseluruhan yang harus dibayarkan
adalah jumlah dari tagihan bulan ini, tagihan bulan sebelumnya, dan denda.
5. Pemutusan aliran air dan pengangkatan meter air akan dilakukan jika pelanggan tidak
melunasi pembayaran tagihan pemakaian air selama tiga bulan berturut-turut, tanpa
konfirmasi dari pelanggan tentang alasan keterlambatan pembayaran.
6. Pembayaran di luar kantor pelayanan kepada atau melalui pegawai BPSAB Tirta
Pamijahan tidak diperkenankan, kecuali kepada kolektor atau ketua BPSAB yang
sudah ditunjuk dengan membawa surat tugas dan formulir bukti pembayaran dari badan
pengelola.

V. PENGGUNAAN POMPA
1. Pelanggan yang menggunakan pompa atau alat sejenis lainnya yang disambungkan pada
pipa instalasi air dikenakan denda sebesar tiga kali biaya pemakaian air rata-rata dalam
tiga bulan terakhir. Pompa dan alat sejenisnya diambil atau disita oleh BPSAB Tirta
Pamijahan dan dapat dilakukan pemutusan sambungan dengan pengangkatan meter air.
2. Pelanggan yang melakukan pelanggaran atas ketentuan tersebut pada poin 1 untuk kedua
kalinya, maka status sebagai pelanggan air bersih akan diputus secara permanen.

VI. PENJUALAN AIR KE PIHAK KETIGA


1. Pelanggan yang menjual atau memperdagangkan air ke pihak ketiga tanpa izin,
mensuplai atau memasok air bersih kepada pihak ketiga dengan atau tanpa
penyambungan pipa jaringan dikenakan denda sebesar lima kali biaya rata-rata
pemakaian air dalam tiga bulan terakhir dan akan dikenakan sanksi berupa pemutusan
sambungan dan pengangkatan meter air.
2. Pelanggan yang melakukan pelanggaran atas ketentuan yang ada pada poin 1 untuk
kedua kalinya, maka status sebagai pelanggan air bersih akan diputus secara permanen.

VII. PEMUTUSAN SAMBUNGAN


1. Pemutusan sambungan dengan pengangkatan meter air dilakukan bila terjadi hal-hal
seperti dijelaskan dalam ketentuan II (1), II (5), IV (5), V (1), dan VI (1).
2. Pemutusan sambungan sementara dapat dilakukan atas perminataan pelanggan dengan
memperhatikan ketentuan VIII mengenai penyambungan ulang.

VIII. KEBOCORAN
1. Kebocoran pipa setelah meter air terpasang menjadi tanggungan pelanggan. Harga
pembayaran tagihan yang melonjak akibat kebocoran pipa setelah meter air terpasang
menjadi tanggung jawab pelanggan.
2. Perbaikan pipa bocor setelah meter air terpasang menjadi tanggung jawab pelanggan.
35

Lampiran 4 Lanjutan

BADAN PENGELOLA SARANA AIR BERSIH


BPSAB TIRTA PAMIJAHAN
DESA PAMIJAHAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

IX. PENYAMBUNGAN ULANG


Penyambungan ulang terhadap sambungan yang diputus karena pelanggaran
terhadap ketentuan BPSAB Tirta Pamijahan, sambungan yang diputus sementara, dan
meter air yang hilang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Membayar biaya administrasi dan sambungan ulang.
2. Membayar kembali pendaftaran dalam hal sambungan diputus karena pelanggaran
terhadap ketentuan-ketentuan BPSAB Tirta Pamijahan.
3. Melunasi denda.
4. Melunasi tunggakan dan tagihan bulan berjalan.
5. Mengisi dan menandatangani surat permohonan penyambungan ulang.

X. KELUHAN TAGIHAN
Keluhan tentang tagihan pemakaian air bersih hanya dapat dilakukan terhadap
tagihan bulan berjalan.

XI. PEMELIHARAAN DAN KEWAJIBAN


1. Bila ada peralihan atas bangunan atau tanah dimana meter air berada, maka pelanggan
diwajibkan untuk melakukan balik nama pelanggan air bersih. Dengan adanya balik
nama, maka terjadi peralihan hak dan kewajiban pelanggan air bersih dari pelanggan
lama ke pelanggan baru.
2. Belum terjadinya balik nama tidak menghalang-halangi BPSAB Tirta Pamijahan untuk
mengambil tindakan dalam hal terjadi tunggakan pembayaran, rusaknya meter air beserta
perlengkapannya, penggunaan pompa atau alat sejenis pada pipa instalasi air, mensuplai
air kepada pihak ketiga dengan tanpa izin dan pelanggaran lainnya atas ketentuan
berlangganan air bersih.

XII. LAIN-LAIN
Ketentuan-ketentuan berlangganan ini merupakan kondisi umum dari peraturan
berlangganan air bersih BPSAB Tirta Pamijahan. Hal-hal lain yang belum diatur dalam
ketentuan berlangganan air bersih ini tunduk pada hukum dan peraturan perundang-
undangan uang berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan hal-hal yang telah diatur
dalam peraturan berlangganan ini. BPSAB Tirta Pamijahan berhak untuk sewaktu-waktu
mengubah ketentuan dan syarat-syarat ini.

Pamijahan, ..............................
Ketua BPSAB Pemohon

(.......................................) (.......................................)
36

Lampiran 5 Kartu meter

BPSAB TIRTA PAMIJAHAN


DESA PAMIJAHAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

KARTU METER
Nomor ID : ............................................................
Nomor SR : ............................................................
Nama : ............................................................
Alamat : ............................................................
Tahun : ............................................................
Golongan : Rumah tangga / sosial / niaga

Penunjukan Penunjukan Pemakaian


No Bulan Keterangan
Bulan Ini Bulan Lalu Air (M3)
1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 November
12 Desember

1. Kartu ini mohon ditempelkan dekat dengan meteran air atau tempat yang mudah
dijangkau.
2. Apabila terdapat ketidaksesuaian pencatatan harap dilaporkan kepada Petugas
Pencatat Meteran / BPSAB.
37

Lampiran 6 Bukti pembayaran tagihan air

BPSAB TIRTA PAMIJAHAN


DESA PAMIJAHAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR
BUKTI PEMBAYARAN TAGIHAN AIR
Nomor ID : ............................................................
Nomor SR : ............................................................
Nama : ............................................................
Alamat : ............................................................
Tagihan bulan : ............................................................

Meter Meter Terpakai Harga Abodemen Denda Jumlah


lalu (m3) sekarang (m3) (m3) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Pamijahan, ..............................
Bendahara

(.......................................)
38

Lampiran 7 Rancangan bak penangkap mata air


39

Lampiran 7 Lanjutan
40

Lampiran 7 Lanjutan
41

Lampiran 8 Model dan spesifikasi pompa

Spesifikasi pompa Model 85S30-2:


1. Kapasitas : 18 GPM – 118 GPM
2. Daya : 3 HP
3. Bahan : Stainless steel inside dan outside
4. Diameter pipa : 4 inchi
5. Harga : Rp15 997 600.00/set (1 199.85 dollar AS)
42

Lampiran 9 Rancangan reservoir

2.5 2.5

2.5
4
5

2.5

5
43

Lampiran 9 Lanjutan

Gate valeve

Gate valve

Plat tutup bordes 0.6 x 0.6


Pipa ventilasi m

Pipa inlet 0.7

Bak valve

Pipa outlet
Tanah urug
44

Lampiran 10 Rancangan sistem penyaluran air bersih


45

Lampiran 11 Rencana anggaran biaya pembangunan bak penangkap mata air

HARGA
JUMLAH
No URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN SATUAN
(Rp)
(Rp)
I Pekerjaan Tanah dan Urugan
a Pekerjaan galian tanah biasa 1.87 m3 49 880 93 276
b Pekerjaan urugan pasir urug 0.19 m3 245 470 46 639
Jumlah I 139 915
II Pekerjaan Pondasi dan Beton
a Pasangan pondasi batu belah 1:4 3.50 m3 823 120 2 880 920
Pekerjaa balok beton bertulang 15 x
b 0.16 m3 6 368 710 1 018 994
15
Pekerjaan plat penutup beton
c 0.26 m3 6 574 360 1 709 334
bertulang t:10 cm
d Pekerjaan lantai beton adonan 1:2:3 0.30 m3 1 330 060 399 018
Jumlah II 6 008 265
Pekerjaan Plesteran dan
III
Pengecatan
a Pasangan bata 7.475 m2 141 710 1 059 282
Plesteran dan acian 1:2, tebal 15
b 14.95 m2 56 720 847 964
mm
2
c Pengecatan 3X 14.95 m 48 170 720 141
d Pasangan plat bordes 50 x 50 cm 15.04 Kg 35 500 533 920
e Pasangan gembok + engsel 1.00 Set 96 700 96 700
Jumlah III 3 258 007
Jumlah I + II + III 9 406 188
Dibulatkan 9 406 200
Keterangan: Bak penangkap mata air berukuran 2.5 m x 2 m x 1 m
46

Lampiran 12 Rencana anggaran biaya reservoir

HARGA
JUMLAH
No URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN SATUAN
(Rp)
(Rp)
A Pekerjaan Tanah dan Urugan
1 Pekerjaan galian tanah biasa 55.10 m3 49 880 2 748 388
2 Pekerjaan urugan pasir urug 5.20 m3 245 470 1 276 444
Jumlah A 4 024 832
B Pekerjaan Beton
1 Pek. Kolom beton bertulang 15 x 15 0.25 m3 6 201 480 1 562 773
2 Pek. Kolom beton bertulang 20 x 20 0.45 m3 6 645 730 2 990 578
3 Pek. Sloof beton bertulang 15/20 0.47 m3 4 923 880 2 314 224
4 Pek. Balok beton bertulang 15 x 15 0.29 m3 6 368 710 1 834 188
Pek. Plat penutup beton bertulang t m3
5 0.74 6 574 360 4 865 026
= 10 cm
Pek. Dinding plat beton bertulang t m3
6 6.41 6 130 660 39 299 983
= 12 cm
3
Pek. Plat lantai beton bertulang t = m
7 0.96 6.574.360 6 311 386
10 cm
3
8 Pek. Pondasi beton bertulang 0.98 m 3.512.580 3 442 328
9 Pek. Lantai kerja adonan 1:3:5 1.54 m3 160 130 246 600
10 Pek. Rabat beton adonan 1:3:5 135 m3 160 130 216 175
Jumlah B 63.083.262
Pekerjaan Plesteran dan
C
Pengecatan
a Plesteran dan acian 1:2, tebal 15 mm 102.70 m2 56 720 5 825 144
b Pengecatan 3 x 53.42 m2 48 170 2 573 241
c Pasangan plat bordes 50 x 50 cm 15.04 kg 35 500 533 920
d Pasangan gembok + engsel 1.00 set 96 700 96 700
Jumlah C 9 029 005
Jumlah A + B + C 76 137 099
Pembulatan 76 137 000
Keterangan: Reservoir berukuran 5 m x 5 m x 2.8 m
47

Lampiran 13 Rencana anggaran biaya keseluruhan

HARGA
JUMLAH
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN SATUAN
(Rp)
(Rp)
A Pekerjaan Persiapan
1 Pengukuran kembali jalur 2 x 1548.33 m' 1 070 1 656 710
Jumlah A 1 656 710
B Pengadaan Pipa dan Aksesoris
1 Pipa PVC (transmisi) diameter 3” 418.00 m' 24 375 10 188 750
2 Pipa PVC diameter 4“ 844.00 m' 40 750 34 393 000
3 Pipa PVC diameter 3” 44.00 m' 6 094 268 125
4 Pipa PVC diameter 2½” 246.00 m' 18 750 4 612 500
5 Knee PVC diameter 4” 10.00 bh 20 000 200 000
6 Knee PVC diameter 3” 2.00 bh 10 000 20 000
7 Knee PVC diameter 2½” 2.00 bh 7 000 14 000
9 Valve socket diameter 4” 2.00 bh 26 470 52 940
10 Valve socket diameter 3” 2.00 bh 14 875 29 750
11 Valve socket diameter 2½” 1.00 bh 9 500 9 500
12 Fitting PVC increaser 4” ke 3” 1.00 bh 10 500 10 500
13 Fitting PVC increaser 3“ ke 2.5” 1.00 bh 6 500 6 500
14 Dop diameter 4” 2.00 bh 15 500 31 000
15 Seal tape 10.00 roll 4 100 41 000
16 Lem PVC 4.00 kg 8 200 32 800
Jumlah B 49 910 365
Pemasangan Pipa / Aksesoris
C
dan Bangunan Air
Galian / Urugan / Pasang Pipa
I
dan Aksesoris
1 Galian tanah untuk perletakan pipa 1200.00 m' 26 900 32 280 000
Pekerjaan rabat jalan (perbaikan 3
2 35.00 m 19 900 696 500
bekas galian) P: 1000 m3
Jumlah I 32 976 500
II Bangunan Air
2.1 Bak penangkap mat air 1.00 dihit 9 406 200 9 406 200
A Outlet
1 Knee PVC diameter 4” 3.00 bh 20 000 60 000
2 Valve socket diameter 4” 1.00 bh 26 470 26 470
3 Seal tape 1.00 roll 4 100 4 100
B Wash Out
1 Pipa PVC diameter 2” 1.50 m' 6 094 9 141
2 Kran stanless lokal diameter 2” 1.00 Bh 53 900 53 900
3 Valve socket diameter 2” 1.00 Bh 26 470 26 470
4 Seal tape 1.00 roll 4 100 4 100
C Overfow +Ventilasi
1 Pipa GI diameter 2” 1.00 bh 435 500 435 500
2 Knee GI diameter 2” 1.00 bh 20 900 20 900
D Manhole 50 x 50 cm 2.00 bh 450 000 900 000
Pengadaan dan pemasangan 16 797
E 1.00 unit 16 797 600
Sumersible pump 3 HP 600
Jumlah 2.1 27 744 381
48

Lampiran 13 Lanjutan

HARGA JUMLAH
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
2.2 Reservoir 1.00 dihit 76 137 000 76 137 000
A Inlet
1 Pipa PVC diameter 3” 6.00 m' 6 094 36 562
2 Valve Socket diameter 3“ 2.00 bh 14 875 29 750
B Outlet dan Overflow
1 Pipa PVC diameter 2” 6.00 m' 6 094 36 562
2 Knee GI diameter 2” 2.00 bh 20 900 41 800
3 Knee PVC diameter 2” 1.00 bh 35 200 35 200
4 Gate valve draat diameter 2” 1.00 bh 53 900 53 900
5 Valve socket diameter 2” 2.00 bh 14 875 29 750
6 Seal tape 1.00 roll 4 100 4 100
7 Box street valve sedang 1.00 bh 259 800 259 800.
C Washout
1 Pipa PVC diameter 2’ 6.00 m' 6 094 36 562
2 Knee GI diameter 2’ 2.00 bh 20 900 41800
3 Knee PVC diameter 2’ 1.00 bh 35 200 35 200
4 Gate valve draat diameter 2” 1.00 bh 53 900 53 900
5 Valve socket diameter 2” 2.00 bh 14 875 29 750
6 Seal tape 1.00 roll 4 100 4 100
7 Box street valve sedang 1.00 bh 259 800 259 800
D Instalasi Listrik + Lainnya
Pasangan panel listrik +
1 1.00 Is 375 000 375,000
aksesoris
Pasangan instalasi titik
2 1.00 ttk 160 500 160,500
lampu
Pasangan instalasi stop
3 1.00 ttk 160 500 160,500
kontak
4 Pasangan saklar tunggal 1.00 bh 19 200 19,200
5 Pasangan lampu pijar 40 watt 1.00 bh 41 600 41,600
Pasangan glass block ukuran
6 1.50 m2 1 002 650 1 503 975
20 x 20
7 Rooster ukuran 20 x 20 5.00 m2 292 620 1 463 100
Jumlah 2.2 80 849 412
108 593
Jumlah II (2.1 + 2.2)
793
141 570
Jumlah C (I + II)
293
193 137
Total (A + B + C)
368
193 137
Pembulatan
400
49

Lampiran 14 Rencana anggaran biaya perbaikan dan pemeliharaan

HARGA
JUMLAH
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN SATUAN
(Rp)
(Rp)
A Bangunan penagkap mata air
Pembersihan sekitar BPMA (tiap 2
1 26.00 30 menit 6 625 172 250
minggu)
Pemeriksaan debit dan kekeruhan
2 4.00 15 menit 5 844 23 375
(tiap 3 bulan)
Pemeriksaan kualitas air (tiap 3
3 4.00 1 set 300 000 1 200 000
bulan)
Perbaikan retak-retak (tiap 1
4 3.00 m2 56 720 170 160
tahun)
Jumlah A 1 565 785
B Katup (valve)
Pemeriksaan dan pemeliharaan
1 26.00 30 menit 6 625 172 250
katup (tiap 2 minggu)
2 Penggantian katup (jika rusak) 4.00 1 set 53 900 215 600
Jumlah B 387 850
Perpipaan transmisi dan
C
distribusi
Pemeriksaan katup dan pipa
1 13.00 15 menit 5 844 75 969
penguras (tiap 3 bulan)
Penggantian pipa dan komponen
2 200.00 m' 72 180 14 436 000
rusak (jika rusak)
Pembuatan laporan berkala operasi
3 12.00 bh 10 000 120 000
pemeliharaan bulanan
Jumlah C 14 631 969
Bak penampung air bersih
D
(reservoir)
Pemeriksaan dan pembersihan
1 lingkungan reservoir (tiap 1 26.00 1 jam 13 250 344 500
minggu)
2 Perbaikan kebocoran 6.00 m2 56 720 340 320
4 Pembersihan karat dan pengecatan 37.50 m2 66 510 2 494 125
Jumlah D 3 178 945
Jumlah total (A+B+C+D) 19 764 549
Pembulatan 19 764 500
50

Lampiran 15 Analisis arus kas pada kelayakan investasi

Biaya operasional
Biaya investasi Total biaya Total manfaat Nilai sekarang Nilai sekarang Nilai sekarang
Tahun dan pemeliharaan Bt-Ct (Rp)
(Rp) (Ct) (Rp) (Bt) (Rp) (10%) (17%) (18%)
(Rp)
0 217 448 201 0 217 448 201 0 (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201)
1 0 66 681 496 66 681 496 134 721 792 68 040 296 61 854 815 58 154 099 57 661 268
2 0 66 681 496 66 681 496 134 721 792 68 040 296 56 231 650 49 704 359 48 865 481
3 0 66 681 496 66 681 496 134 721 792 68 040 296 51 119 682 42 482 358 41 411 425
4 0 66 681 496 66 681 496 134 721 792 68 040 296 46 472 438 36 309 707 35 094 428
5 0 66 681 496 66 681 496 134 721 792 68 040 296 42 247 671 31 033 938 29 741 041
NPV 40 478 054 236 260 (4 674 558)

Kriteria Nilai Keterangan


NPV (Rp) 40 478 054 Layak
IRR (%) 17.05 Layak
Net B/C 1.19 Layak
PBP (tahun) 4.04 Layak
51

Lampiran 16 Analisis arus kas pada analisis sensitivitas untuk kenaikan biaya produksi

a. Kenaikan 16%
Biaya operasional
Biaya investasi Total biaya (Ct) Total manfaat Nilai sekarang Nilai sekarang Nilai sekarang
Tahun dan pemeliharaan Bt-Ct (Rp)
(Rp) (Rp) (Bt) (Rp) (9%) (10%) (11%)
(Rp)
0 217 448 201 0 217 448 201 0 (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201)
1 0 77 350 535 77 350 535 134 721 792 57 371 257 52 634 181 52 155 688 51 685 817
2 0 77 350 535 77 350 535 134 721 792 57 371 257 48 288 239 47 414 262 46 563 799
3 0 77 350 535 77 350 535 134 721 792 57 371 257 44 301 137 43 103 875 41 949 369
4 0 77 350 535 77 350 535 134 721 792 57 371 257 40 643 245 39 185 341 37 792 224
5 0 77 350 535 77 350 535 134 721 792 57 371 257 37 278 381 35 623 037 34 047 049
NPV 5 705 982 5 705 982 (5 409 943)

b. Kenaikan 17%
Biaya operasional
Biaya investasi Total biaya (Ct) Total manfaat (Bt) Nilai sekarang Nilai sekarang Nilai sekarang
Tahun dan pemeliharaan Bt-Ct (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (9%) (10%) (11%)
(Rp)
0 217 448 201 0 217 448 201 0 (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201)
1 0 78 017 350 78 017 350 134 721 792 56 704 442 52 022 424 51 549 493 51 085 083
2 0 78 017 350 78 017 350 134 721 792 56 704 442 47 726 994 46 863 175 46 022 597
3 0 78 017 350 78 017 350 134 721 792 56 704 442 43 786 233 42 602 887 41 461 799
4 0 78 017 350 78 017 350 134 721 792 56 704 442 40 170 856 38 729 897 37 352 972
5 0 78 017 350 78 017 350 134 721 792 56 704 442 36 853 997 35 208 997 33 651 326
NPV 3 112 304 (2 493 752) (7 874 422)
52

Lampiran 17 Analisis arus kas pada analisis sensitivitas untuk penurunan produksi

a. Penurunan 7%
Biaya operasional
Biaya investasi Total biaya (Ct) Total manfaat (Bt) Nilai sekarang Nilai sekarang Nilai sekarang
Tahun dan pemeliharaan Bt-Ct (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (9%) (10%) (11%)
(Rp)
0 217 448 201 0 217 448 201 0 (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201)
1 0 66 681 496 66 681 496 125 291 267 58 609 771 53 770 432 53 281 610 52 801 595
2 0 66 681 496 66 681 496 125 291 267 58 609 771 49 330 672 48 437 827 47 569 005
3 0 66 681 496 66 681 496 125 291 267 58 609 771 45 257 497 44 034 388 42 854 959
4 0 66 681 496 66 681 496 125 291 267 58 609 771 41 520 639 40 031 262 38 608 072
5 0 66 681 496 66 681 496 125 291 267 58 609 771 38 092 330 36 392 056 34 782 046
NPV 10 523 369 4 728 943 (832 523)

b. Penurunan 8%
Biaya Biaya operasional
Total biaya (Ct) Total manfaat (Bt) Nilai sekarang Nilai sekarang Nilai sekarang
Tahun investasi dan pemeliharaan Bt-Ct (Rp)
(Rp) (Rp) (9%) (10%) (11%)
(Rp) (Rp)
0 217 448 201 0 217 448 201 0 (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201) (217 448 201)
1 0 66 681 496 66 681 496 123 944 049 57 262 553 52 534 452 52 056 866 51 587 886
2 0 66 681 496 66 681 496 123 944 049 57 262 553 48 196 745 47 324 424 46 475 573
3 0 66 681 496 66 681 496 123 944 049 57 262 553 44 217 197 43 022 204 41 869 885
4 0 66 681 496 66 681 496 123 944 049 57 262 553 40 566 236 39 111 094 37 720 617
5 0 66 681 496 66 681 496 123 944 049 57 262 553 37 216 730 35 555 540 33 982 538
NPV 5 283 161 (378 073) (5 811 702)
53

Lampiran 18 Contoh perhitungan analisis aspek finansial

a. Perhitungan harga pokok produksi (HPP):

Total biaya
HPP =
Jumlah air yang diproduksi

Rp66 681 496/tahun + Rp43 489 640/tahun


HPP =
74 845 m3 /tahun

HPP = Rp1472/m3

b. Analisis kelayakan investasi

Net Present Value (NPV):

(𝐵𝑛 − 𝐶𝑛)
𝑁𝑃𝑉 = ∑
(1 + 𝑟)𝑛
𝑛

− 217 448 201 61 854 815 56 231 650


𝑁𝑃𝑉 = ( ) + ( ) + ( )
(1 + 0.1)0 (1 + 0.1)1 (1 + 0.1)2
51 119 682 46 472 438 42 247 671
+( 3
)+( 4
)+( )
(1 + 0.1) (1 + 0.1) (1 + 0.1)5

𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝40 478 054/tahun

Internal rate of Return (IRR):

𝑁𝑃𝑉𝑡
𝐼𝑅𝑅 = 𝐼𝑟 + × (𝐼𝑡 − 𝐼𝑟)
𝑁𝑃𝑉𝑡 − 𝑁𝑃𝑉𝑟
−4 674 558
𝐼𝑅𝑅 = 17 + × (18 − 17)
−4 674 558 − 236 260

𝐼𝑅𝑅 = 17.05%

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C):

+ 𝑁𝑃𝑉𝐵−𝐶 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
𝑁𝑒𝑡 𝐵/𝐶 =
− 𝑁𝑃𝑉𝐵−𝐶 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓

61 854 815 + 56 231 650 + 51 119 682 + 46 472 438 + 42 247 671
=
−(− 217 448 201)
𝐵
𝑁𝑒𝑡 𝐶 = 1.19
54

Lampiran 18 Lanjutan

Payback Period (PBP):

𝑎−𝑏
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = 𝑛 + × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑐−𝑏

217 448 201 − 215 678 584


𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = 4 + × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
257 926 255 − 215 678 584

𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = 4.04 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

c. Analisis sensitivitas

Kenaikan biaya investasi 16%:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = (100% + 16%) × 𝑅𝑝66 681 496/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝑅𝑝77 350 535/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

217 448 201 52 155 688 47 414 262


𝑁𝑃𝑉 = ( 0
)+( 1
)+( )
(1 + 0.1) (1 + 0.1) (1 + 0.1)2
43 103 875 39 185 341 35 623 037
+( ) + ( ) + ( )
(1 + 0.1)3 (1 + 0.1)4 (1 + 0.1)5

𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝5 705 982/tahun

−5 409 943
𝐼𝑅𝑅 = 10 + × (11 − 10)
−5 409 943 − 5 705 982

𝐼𝑅𝑅 = 10.0%

𝐵 52 155 688 + 47 414 262 + 43 103 875 + 39 185 341 + 35 623 037
𝑁𝑒𝑡 =
𝐶 −(−217 448 201)

𝐵
𝑁𝑒𝑡 = 1.00
𝐶

217 448 201 − 181 859 165


𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = 4 + × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
217 482 202 − 181 859 165

𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = 5.00 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


55

Lampiran 18 Lanjutan

Penurunan kapasitas produksi 8%:

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = (100% − 8%) × 74 845 m3 /𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 68 878 m3 /𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

68 878 m3 𝑅𝑝1800
𝑀𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡 (𝐵𝑡) = × = 𝑅𝑝123 944 049/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 m3

− 217 448 201 52 056 866 47 324 424


𝑁𝑃𝑉 = ( ) + ( ) + ( )
(1 + 0.1)0 (1 + 0.1)1 (1 + 0.1)2
43 022 204 39 111 094 35 555 540
+( 3
)+( 4
)+( )
(1 + 0.1) (1 + 0.1) (1 + 0.1)5
𝑁𝑃𝑉 = − Rp378 073/tahun

−5 811 702
𝐼𝑅𝑅 = 9 + × (10 − 9)
−5 811 702 − 5 283 161
𝐼𝑅𝑅 = 9.93%

𝐵 52 056 866 + 47 324 424 + 43 022 204 + 39 111 094 + 35 555 540
𝑁𝑒𝑡 =
𝐶 −(−217 448 201)
𝐵
𝑁𝑒𝑡 = 0.99
𝐶
217 448 201 − 217 070 128
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = 4 + × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
217 070 128 − 217 070 128
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = 5.01 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
56

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Meilisa dan dilahirkan di Kotabumi,


Lampung Utara pada tanggal 21 Mei 1994. Penulis adalah
putra pertama dari pasangan Bapak Hasan dan Ibu Titin
Hamangku. Penulis bertempat tinggal di Kelurahan Kotabumi
Pasar, Kotabumi, Lampung. Tahun 2012 penulis lulus dari
SMA Negeri 2 Kotabumi dan diterima di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis resmi
menjadi mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
di tahun 2012.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan yaitu Keluarga Mahasiswa Buddhis IPB (KMB IPB), Himpunan
Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL), dan Unit Kegiatan
Mahasiswa Forum For Scientist (UKM FORCES).
Pada bulan Juni hingga Agustus 2015, penulis melaksanakan praktik lapang
di Balai Bangunan Hidrolik dan Geoteknik Keairan (BHGK), Bandung dengan
judul “Penentuan Variasi Krib Terbaik untuk Daerah Hulu pada Model Fisik Tiga
Dimensi Bendung Bayang-Bayang”. Pada tahun 2016, penulis menyelesaikan tugas
akhir dengan judul “Analisis Teknoekonomi Bangunan Penangkap Mata Air
(Broncaptering) di Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor”
dengan dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan M.Agr.

Anda mungkin juga menyukai