Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR KELUAGA

A. DEFINISI
Menurut Fatimah (2010) keluarga merupakan perkumpulan dua orang atau lebih
individu yang hidup bersama dalam keterikatan, emosional dan setiap individu memiliki
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan
individu, sebab sejak kecil anak tumbuh dan berkembang didalam lingkungan keluarga.
Maka dari itu, peranan orang tua menjadi sangat sentral dan sangat besar bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik itu secara langsung maupun tidak langsung
(Ariani, 2009)
Menurut Sudiharto (2007), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Kaluarga adalah perkumpulan dua atau lebih
individu yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah, ataupun adopsi dan
setiap anggota keluarga saling berinteraksi satu dengan lainnya (Mubarak, 2009)

B. TIPE KELUARGA
1. Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti
Merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga Besar
Merupakan keluarga inti yang ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga Dyad
Yaitu suatu rumah tengga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
d. Single Parent

4
5

Dimana suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua baik itu ayah atau ibu
dan anak kandung. Kondisi ini biasanya disebabkan karena perceraian atau
kematian.
e. Single Adult
Yaitu dimana suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa.
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarriedteenege Mather
Yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dengan anak hubungan tanpa nikah.
b. The Stepparent Family
Yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family
Merupakan beberapa pasangan keluarga beserta anaknya yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama dan sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
d. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Dimana keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and Lesbian Family
Dimana seorang yang memiliki persamaan jenis kelamin hidup bersama
sebagaimana suami dan isteri.
f. Conhibiting Couple
Yaitu orang dewasa yang hidup bersama tanpa adanya ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group Marriage Family
Dimana beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah menikah antara satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
h. Group Network Family
6

Dimana keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama.
i. Foster Family
Yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
didalam sementara waktu. Dan pada saat orang tua kandung anak tersebut
membutuhkan anaknya, maka akan dipersatukan kembali dengan orangtua
kandung anak tersebut.
j. Homeless Family
Yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi atau problem
kesehatan mental.
k. Gang
Dimana sebuah bentuk keluarga ynag destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya (Setyowati,
2007)
C. FUNGSI KELUARGA
Menurut Setiadi (2008) fungsi keluarga merupakan beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluara diantaranya sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan.
b. Memelihara dan membesarkan anak.
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarganya.
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d. Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
7

a. Membina sosial pada anak


b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
c. Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Patrilineal
Merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Merupakan sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.
4. Patrilokal
Merupakan sepasang sumai isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga Kawinan
Merupakan hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembina keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau isteri (Setiadi, 2008)
8

E. TUGAS KESEHATAN KELUARGA


Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga merupakan faktor
utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas kesehatan
keluarga diantaranya :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dengan
baik (Setyowati, 2007)

2.2 TINJAUAN KASUS

A. PENGERTIAN
Diabetes Militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,
mengarah ke hiperglikemia (Black, 2014).
Diabetes mellitus adalah suatu kadaan yakni tubuh tidak dapat menghasilkan
hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak dapat memanfaatkan secara optimal
insulin yang dihasilkan (Maghfuri, 2016).
Diabetes mellitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada pankreas
yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh dan/atau
ketidakmampuan dalam memecah insulin (Maghfuri, 2016).

B. ETIOLOGI
1. Virus dan bakteri
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta virus/ bakteri merusak sel, juga
bisa merusak autoimun dalam sel beta.
2. Bahan toksik atau beracun
9

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah aloksan,
pyrinuron (rodentisida), dan Streptocting (Produk dari sejenis jamur). Bahan lain
adalah sianida berasal dari singkong.
3. Genetik/ faktor keturunan
Para ahli kesehatan menyebutkan penyakit DM merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Biasanya laki-laki menjadi penderitanya sedangkan
kaum perempuan sebagi pihak pembawa gen untuk diwariskan pada anak-anaknya
(Maghfuri, 2016).

C. PATOFISIOLOGI
Tubuh manusia mengubah makanan tertentu menjadi glukosa, yang merupakan suplai
energi utama untuk tubuh. Insulin dari sel beta pankreas perlu untuk membawa glukosa
kedalam sel-sel tubuh dimana glukosa digunakan untuk metabolisme sel. Diabetes
melitus terjadi ketika sel beta tidak dapat memproduksi insulin atau memproduksi insulin
dengan jumlah yang cukup. Akibatnya, glukosa tidak masuk dalam sel melainkan tetap
dalam darah. Naikkan glukosa dalam darah menjadi sinyal bagi pasien untuk
meningkatkan asupan cairan dalam upaya mendorong glukosa keluar dari tubuh dalam
urine. Pasien kemudian menjadi haus dan urinasi emningkat. Sel-sel menjadi kekurangan
energi karena kurangnya glukosa dan memberi sinyal kepada pasien untuk makan,
membuat pasien menjadi lapar (Digiulio, 2007).
Diabetes Militus Tipe 1
Hiperglikemia dapat timbul akibat dari penyakit akut atau stres, dimana meningkatkan
kebutuhan insulin melebihi cadangan dari kerusakan masa sel beta. Ketika penyakit akut
atau stres terobati, klien dapat kembali pada status terkompensasi dengan durasi yang
berbeda-beda dimana pankreas kembali mengatur produksi sejumlah insulin secara
adekuat. Status kompensasi ini disebut sebagai periode honey moon, secara khas bertahan
untuk 3-12 bulan. Proses berakhir ketika masa sel beta yang berkurang tidak dapat
memproduksi cukup insulin untuk meneruskan kehidupan.
Diabetes Militus Tipe 2
Respon terbatas sel beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi faktor mayor dalam
perkembangannya. Sel beta terpapar secara kronis terhadap kadar glukosa darah tinggi
10

menjadi secara progresif kurang efisien ketika merespon peningkatan glukosa lebih
lanjut. Proses patofisiologi kedua dalam DM tipe 2 adalah resistenis terhadap aktivitas
insulin biologis, baik dihati maupun jaringan perifer. Keadaan ini disebut sebagai
resistansi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki penurunan sensitifitas insulin
terhadap kadar glukosa, yang mengakibatkan produksi glukosa hipatik berlanjut, bahkan
sampai dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan
otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa (Black, 2014).
11

D. PATWAY
12

E. MANIFESTASI KLINIS
Tipe 1
a) Nafsu makan meningkat karena sel-sel kekurangan energi
b) Haus meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa
c) Poliuria
d) Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel
e) Sering infeksi karena bakteri hidup di kelebihan glukosa
f) Penyembuhan tertunda atau lama karena naiknya kadar glukosa di dalam darah
menghalangi proses kesembuhan
Tipe 2
a) Haus meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa
b) Poliuria
c) Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa
d) Penyembuhan tertunda atau lama karena naiknya kadar glukosa di dalam darah
menghalangi proses kesembuhan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic yang digunakan untuk mencakup glukosa darah puasa
(FGB), pemeriksaan toleransi glukosa oral, dan hemoglobin terglikolisasi (AIC).
Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah pemeriksaan glukosa, krton, dan albumin
dalam urine. Analisis urine digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan glukosa
dan keton yang mengindikasikan hiperglikemia. Pemeriksaan albumin dalam urine
digunakan untuk mendeteksi awitan awal kerusakan ginjal. Kadar kolesterol dan
trigliserida serum jika meningkat. Maka mengindikasikan peningkatan resiko kerusakan
kardiovaskuler (Lemone, 2016).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Sugondo (2009) penatalaksanaan medis sebagai berikut :
1) Obat hiperglikemik oral
2) Insulin
a) Ada penurunan berat badan dengan drastis
13

b) Hiperglikemi berat
c) Munculnya ketoadosis diabetikum
d) Gangguan pada organ ginjal/hati
3) Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang bertujuan untuk
mencegah penyebaran ulkus kejaringan yang masih sehat, tindakannya antara
lain:
a) Debridemen : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum
b) Neucrotomi
c) Amputasi

2.3 TINJAUAN ASKEP

A. PENGKAJIAN
1. Data umum
Data umum keluarga meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi dan tipe keluarga, suku bangsa, agama, status
sosial ekonomi dan aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan mengenai
tugas yang belum terpenuhi serta kendala mengapa tugas perkembangan tersbut
belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti.
d) Riwayat keluarga sebelumnya : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian lingkungan
Pengkajian lingkungan meliputi karakteristik rumah, tetangga dan komunitas RW,
mobilitas geografis keluarga, perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat dan
sistem pendukung keluarga.
14

4. Struktur keluarga
Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga,
struktur peran dan nilai atau norma keluarga.
5. Fungsi keluarga
a) Fungsi efektif: Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi : Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Fungsi reproduksi : Hal yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak, metode apa
yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anak.
e) Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan, serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada untuk
peningkatan status kesehatan keluarga.
6. Stress dan kopping keluarga
Stress dan kopping keluarga meliputi stressor jangka pendek dan panjang,
kemampuan keluarga berespon terhadap stressor, strategi koping yang digunakan dan
strategi adaptasi disfungsional.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga (Suprajitno, 2004)

B. DIAGNOSA
Dari pengkajian keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga yang
mungkin muncul pada kasus diabetes melitud adalah (Mubarak 2012) :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala
penyakit DM
2. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang
terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga
15

tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan


penyakit DM
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan penyakit diabetes melitus

C. PERENCANAAN
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum
dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar
yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kriteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
diabetes melitus adalah (Mubarak, 2012) :
A. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala
penyakit DM
Sasaran : setelah setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti
tentang penyakit DM
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit DM setelah tiga kali kunjungan rumah
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit DM
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala
penyakit DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit DM secara lisan
Intervensi :
1. Jelaskan arti penyakit DM
2. Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit DM
3. Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan
B. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang
terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga
tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan
penyakit DM
16

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat menggunakan fasilitas


pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit DM setelah 3 kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan kemana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit DM
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat
Intervensi :
Jelaskan pada keluarga kemana mereka dapat meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan DM
C. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan penyakit diabetes melitus

D. PELAKSANAAN
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup
sehat.

E. EVALUASI
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana baru yang sesuai
(Mubarak, 2012). Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
DM adalah :
1. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit diabetes mellitus
2. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit diabetes melitus
3. Keluarga dapat menjelaskan seara lisan tentang peyebab, tanda dan gejala mengenai
diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai