METODOLOGI PENELITIAN
3.2 Populasi
Farmasi Universitas Andalas Sumatera Barat sebanyak 25 ekor tikus putih jantan
yang terbagi dalam kelompok dan diperlakukan selama 5 hari. Pada 5 kelompok
kontrol (+) pemberian sedian pembanding (Betadine Salep 10 gr), sedangkan pada
8%, 12%.
3.3 Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang di gunakan adalah tikus galur wistar
Kriteria Inklusi :
18
19
Kriteria Eksklusi :
(n-1)(t-1) ≥ 15
(n-1)(5-1) ≥ 15
4(n-1) ≥ 15
4n - 4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75 ( n = 5 )
Keterangan :
t = jumlah kelompok
minimal yang diperlukan adalah 5 ekor tikus (galur wistar) dari setiap kelompok.
Sehingga besar sampel yang digunakan adalah 25 ekor tikus (galur wistar).
luka Gores dalam, pada mukosa bibir tidak ada lesi, skor
keadaan luka
cara maserasi
evaporator sampai
Sumatera Barat. Penelitian ini akan dilakukan pada periode bulan Oktober sampai
3.7.1 Alat
dan stamfer, kapas, kertas saring, batang pengaduk, gelas ukur, spatel, amplas,
3.7.2 Bahan
c. Betadine Salep 10 gr
d. Etanol 96%
f. Eter Inhalasi
g. Sarung Tangan
h. Masker
i. Spidol
hari, di saring kemudian diperas dan sari yang di peroleh diuapkan dengan rotary
Pada penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan yang terbagi
terdiri dari 5 ekor tikus dan diaklimitasasi dalam kondisi laboratorium selama satu
minggu dengan diberi makan yang seragam dan minum yang cukup. Tikus yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan yang sehat, tidak
mengalami penurunan berat badan lebih dari 10% dan secara visual menunjukkan
yaitu 4%, 8%, dan 12% serta kontrol positif pemberian (Betadine Salep 10 gr),
8%, dan 12%. Cara pembuatan konsentrasi 4% adalah dengan menimbang ekstrak
cara yang sama dengan menimbang ekstrak masing-masing sebanyak 8 gram dan
masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus galur wistar. Tiap hewan percobaan :
salep 10 gr)
Sedian uji diberikan pada hewan percobaan sebanyak 2 kali sehari pagi
dan sore hari dengan menteteskan secukupnya selama 5 hari. Selama perlakuan,
semua kelompok tikus galur wistar diberikan makan dan minum setiap harinya.
Hewan percobaan atau tikus galur wistar terlebih dahulu dibius inhalasi
dengan menggunakan larutan eter. Setelah tikus dalam keadaan tidak sadar, dibuat
luka goresan pada mukosa bibir bawah tikus dengan menggunakan amplas kasar
pembuatan luka mukosa, sampai 5 hari. Pada sewaktu pemberian sedian uji juga
diperhatikan adanya tikus yang sakit karena perlakuan atau karena penyakit maka
tidak diiukut sertakan lagi. Parameter luka yang diamati yaitu keadaan luka
dengan menggunakan lup sebagai indikator untuk mengetahui kedaan luka masih
ukur dengan skor observasi dalam penyembuhannya jika jumlah skor <3 maka
keadaan luka membaik dimana tidak ada kemerahan dan tidak ada inflamasi (skor
1 dan 2), sedangkan jika luka nya >3 maka keadaan luka tidak membaik dimana
Hasil Penelitian
Analisis Data
paling efektif.
DAFTAR PUSTAKA
UMM.
Penebar Swadaya.
Vol 1. No 1.
Pitojo, Setijo. 2002. Ceplukan, Herba Berkhasiat Obat. Jakarta: Kanisus. hlm 13
Universitas Jember.
Suriadi. 2004. Perawatan Luka. Jakarta : Penerbit CV Sagung Seto. hlm. 7-11.
Jakarta : EGC
Wardani, Cahya. Suparti. 2004. Kadar Protein Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Wullur, Adeanne. et al. 2012. Identifikasi Alkoloid Pada Daun Sirsak (Annona