Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental

laboratorium dengan rancangan control group post test only design.

3.2 Populasi

Populasi penelitian adalah tikus wistar yang di ambil di bagian Fakultas

Farmasi Universitas Andalas Sumatera Barat sebanyak 25 ekor tikus putih jantan

yang terbagi dalam kelompok dan diperlakukan selama 5 hari. Pada 5 kelompok

ini dalam 2 waktu pengamatan, yaitu 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok

perlakuan. Kelompok kontrol (-) tanpa diberikan sedian apapun, Kelompok

kontrol (+) pemberian sedian pembanding (Betadine Salep 10 gr), sedangkan pada

perlakuan dengan pemberian ekstrak daun ciplukan dengan konsentrasi 4%,

8%, 12%.

3.3 Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang di gunakan adalah tikus galur wistar

berjenis kelamin jantan dengan umur 3-4 bulan.

3.3.1 Kriteria Sampel

Kriteria Inklusi :

1. Tikus putih galur wistar

2. Jenis kelamin jantan

3. Umur 3-4 bulan

4. Berat badan 200-250 gram

18
19

Kriteria Eksklusi :

1. Hewan percobaan yang mengalami luka.

2. Tikus yang sehat (bulu tidak rontok)

3.3.1.1 Besaran Sampel

Besar sampel yang di gunakan dalam penelitian ini berdasarkan rumus

Federer sebagai berikut (Kurniawan, 2014)

(n-1)(t-1) ≥ 15

(n-1)(5-1) ≥ 15

4(n-1) ≥ 15

4n - 4 ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75 ( n = 5 )

Keterangan :

n = jumlah sampel hewan percobaan tiap kelompok

t = jumlah kelompok

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel hewan percobaan

minimal yang diperlukan adalah 5 ekor tikus (galur wistar) dari setiap kelompok.

Sehingga besar sampel yang digunakan adalah 25 ekor tikus (galur wistar).

3.4 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Ekstrak daun ciplukan (Physalis Angulata L)

2. Variabel terikat : Luka mukosa tikus (Galur Wistar)


20

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Hasil Ukur Skala


No Variabel
Variabel

1. Penyembuhan Luka yang tidak terlalu Skor 1: membaik Rasio

luka Gores dalam, pada mukosa bibir tidak ada lesi, skor

pada Mukosa bawah tikus galur wistar 2: membaik adanya

Rongga yang berjenis kelamin lesi, skor 3: tidak

Mulut Tikus jantan, berumur 3-4 bulan membaik dan lesi

Galur Wistar dengan berat badan 200- putih bertambah.

250 mg, dengan cara

melihat skor pada

keadaan luka

2. Ekstrak Daun Termasuk tanaman obat % Ordinal

Ciplukan yang mengandung

(Physalis senyawa glikosida

Angulata L) flavonoid (luteolin),

konsentrasi yang di pakai

4%, 8%, 12% dengan

cara maserasi

menggunakan alat rotary

evaporator sampai

diperoleh ekstrak kental.


21

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Andalas

Sumatera Barat. Penelitian ini akan dilakukan pada periode bulan Oktober sampai

dengan November 2017.

3.7 Alat dan Bahan

3.7.1 Alat

Botol maserasi, labu Erlenmeyer , rotary evaporator, pipet tetes, lumpang

dan stamfer, kapas, kertas saring, batang pengaduk, gelas ukur, spatel, amplas,

cotton bud, wadah pemeliharaan tikus, timbangan hewan, kamera (mengambil

gambar luka pada tikus).

3.7.2 Bahan

a. Tikus galur wistar

b. Ekstrak daun ciplukan (Physalis Angulata L) 4%, 8%, dan 12%

c. Betadine Salep 10 gr

d. Etanol 96%

e. larutan koloidal Na-CMC 1%

f. Eter Inhalasi

g. Sarung Tangan

h. Masker

i. Spidol

j. Makanan dan minuman tikus


22

3.8 Cara Kerja

3.8.1 Pengambilan Sampel Daun Ciplukan

Sampel berupa daun ciplukan (Physalis Angulata L) yang di ambil di kota

pekanbaru pada perkebunan pribadi sebanyak 2 kg.

3.8.2 Pembuatan Ekstrak Daun Ciplukan

Sampel daun ciplukan (Physalis Angulata L) yang telah di kumpulkan di

potong-potong kecil, di keringkan dengan cara di angin-anginkan pada tempat

yang tidak terkena sinar matahari langsung.

Daun ciplukan (Physalis Angulata L) yang telah di keringkan di

masukkan dalam bejana maserasi, di tambahkan pelarut etanol hingga sampel

terendam. Dibiarkan selama 5 hari dengan sesering mungkin diaduk. Setelah 5

hari, di saring kemudian diperas dan sari yang di peroleh diuapkan dengan rotary

evaporator sampai diperoleh ekstrak kental.

3.8.3 Penyiapan Hewan Percobaan

Pada penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan yang terbagi

dalam 5 kelompok dan diperlakukan selama 5 hari. Masing-masing kelompok

terdiri dari 5 ekor tikus dan diaklimitasasi dalam kondisi laboratorium selama satu

minggu dengan diberi makan yang seragam dan minum yang cukup. Tikus yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan yang sehat, tidak

mengalami penurunan berat badan lebih dari 10% dan secara visual menunjukkan

perilaku yang normal.


23

3.8.4 Perencanaan Dosis

Ekstrak daun ciplukan (Physalis Angulata L) yang di ujikan kepada tikus

yaitu 4%, 8%, dan 12% serta kontrol positif pemberian (Betadine Salep 10 gr),

kontrol negatif (tanpa pemberian sedian apapun).

3.8.5 Pembuatan Sedian Uji

Suspensi ekstrak etanol daun ciplukan di buat dengan menambahkan

larutan koloidal Na-CMC 1% sebagai pembawa, di buat dengan konsentrasi 4%,

8%, dan 12%. Cara pembuatan konsentrasi 4% adalah dengan menimbang ekstrak

sebanyak 4 gram kemudian di gerus dalam lumpang, lalu di tambahkan larutan

Na-CMC 1% dalam labu Erlenmeyer terukur 100 cc hingga tanda. Untuk

membuat suspensi ekstrak dengan konsentrasi 8% dan 12 % dilakukan dengan

cara yang sama dengan menimbang ekstrak masing-masing sebanyak 8 gram dan

12 gram. Suspensi di buat segar setiap kali perlakuan.

3.8.6 Perlakuan Hewan Percobaan

Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang masing –

masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus galur wistar. Tiap hewan percobaan :

 Kelompok 1 : kontrol negatif, tanpa diberikan sedian apapun

 Kelompok 2 : kontrol positif, diberikan sedian obat antiinflamasi (Betadine

salep 10 gr)

 Kelompok 3 : diberikan ekstrak daun ciplukan 4%

 Kelompok 4 : diberikan ekstrak daun ciplukan 8%

 Kelompok 5 : diberikan ekstrak daun ciplukan 12%


24

Sedian uji diberikan pada hewan percobaan sebanyak 2 kali sehari pagi

dan sore hari dengan menteteskan secukupnya selama 5 hari. Selama perlakuan,

semua kelompok tikus galur wistar diberikan makan dan minum setiap harinya.

3.8.7 Pembuatan Luka Mukosa

Hewan percobaan atau tikus galur wistar terlebih dahulu dibius inhalasi

dengan menggunakan larutan eter. Setelah tikus dalam keadaan tidak sadar, dibuat

luka goresan pada mukosa bibir bawah tikus dengan menggunakan amplas kasar

sampai mukosa labialnya terluka.

3.8.8 Pengamatan Selama Pemberian Sedian Uji

Perkembangan penyembuhan luka diamati setelah 1 hari setelah

pembuatan luka mukosa, sampai 5 hari. Pada sewaktu pemberian sedian uji juga

diperhatikan adanya tikus yang sakit karena perlakuan atau karena penyakit maka

tidak diiukut sertakan lagi. Parameter luka yang diamati yaitu keadaan luka

dengan menggunakan lup sebagai indikator untuk mengetahui kedaan luka masih

dalam keadaan memerah atau tidak memerah.

Berdasarkan penelitian (Moloku, 2013) indikator penyembuhan luka di

ukur dengan skor observasi dalam penyembuhannya jika jumlah skor <3 maka

keadaan luka membaik dimana tidak ada kemerahan dan tidak ada inflamasi (skor

1 dan 2), sedangkan jika luka nya >3 maka keadaan luka tidak membaik dimana

ada kemerahan dan inflamasi (skor 3).


25

3.9 Alur Penelitian

25 ekor tikus jantan galur


wistar

Masing – masing diadaptasi 7 hari

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5


5 ekor tikus 5 ekor tikus 5 ekor tikus 5 ekor tikus 5 ekor tikus
kontrol kontrol esktrak daun esktrak daun esktrak daun
positif (-) negatif (+) ciplukan 4% ciplukan 8% ciplukan 12%

Masing – masing kelompok tikus di anastesi inhalasi


dengan kapas pada kotak khusus

Mukosa bibir bawah tikus di buat luka gores


menggunakan amplas kasar sampai mukosanya terluka.

Pemberian ekstrak dari dosis yang ditentukan pada


kelompok masing – masing selama 120 jam (5 hari) pagi
dan sore hari (untuk kontrol (+) diberikan obat
4 10 gr) dan kontrol (-)
antiinflamasi (Betadine Salep
tidak diberikan apa-apa.

Pengamatan indikator skor penyembuhan luka pada


masing-masing kelompok.

Hasil Penelitian

Analisis Data

Gambar 3. Alur Penelitian


26

3.10 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisa secara :

a. Analisa Deskriptif untuk melihat nilai rata-rata, standar deviasi, nilai

minimum dan maximum, dimana bisa mengetahui ekstrak mana yang

paling efektif.

b. Analisa Bivariat, menjawab dari hipotesis, apakah ada pengaruh dan

tidak ada pengaruh. Menggunakan uji T (Anova) apabila ada pengaruh

dan uji Kruskal Wallis apabila tidak ada pengaruh di asumsikan

menggunakan program SPSS versi 16.0.


27

DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, D. B. 2011. Konsep Luka. Basic Nursing Departement. PSIK FIKES

UMM.

Effendi, Nurmaya. Widiastuti, Harti. 2014. Identifikasi Aktivitas Imunoglobulin

M (IG.M) Ekstrak Etanolik Daun Ciplukan (Physalis Minima Linn.)

Pada Mencit. Jurnal Kesehatan. Vol 7 no 2.

Hidayat, Syamsul. 2005. Ramuan Tradisional Ala 12 Etnis Indonesia. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Indrawati, L. Sari, W. Dewi C. 2008. Care Yourself, Stroke . Jakarta : Penebar

Plus. Cetakan 1. Hlm. 77.

Kurniawan, Jeffry. 2014. Efektifitas Estrak Buah Delima (Punica Granatum)

Secara Topikal Dalam Proses Penyembuhan Luka Mukosa Pada Tikus

Putih (Galur Wistar). Padang: Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Baiturrahmah Padang.

Latifah, N. Hidayati, A. Yunas, S. Sulistyorini, E. 2014. Ciplukan (Physalis

Angulata L.) http:ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=193.

Masir, O. Manjas, M. Putra, A. Agus, S. 2012. Pengaruh Filtrate Fibroblast (CFF)

Terhadap Penyembuhan Luka. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 1 No 3.

Moloku, F. Benny, W. Jolie, S. 2013. Hubungan Pengetahuan Tentang Perawatan

Dengan Penyembuhan Luka Episiotomi Pada Ibu Post Partum Diruangan


28

IRINA D Bawah RSUP Prof dr. R. D Kanduo Melayang. Manado.

Ejournal keperawatan. Vol 1 No 1.

Permatasari, N. Kumala, Y. Sulakso, T. 2013. Efek Ekstrak Daun Ciplukan

(Physalis Minima L.) terhadap Kadar Malondialdehid Tulang Mandibula

Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar Pasca Ovariektomi. Jurnal Prodenta.

Vol 1. No 1.

Pitojo, Setijo. 2002. Ceplukan, Herba Berkhasiat Obat. Jakarta: Kanisus. hlm 13

Pratiwi, Meilinda R. 2015. Pengaruh Ekstrak Daun Ciplukan (Physalin Angulata)

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella Dysentriae sebagai Buku

Nonteks. Jember: Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jember.

Priyanto, S. Sudjari. Karyono, S. 2004. Efek Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis

minima L) terhadap relaksasi otot polos terpisah trakea marmot (cavia

porcellus). Jurnal kedokteran brawijaya. Vol XX No 1.

Ratri, Wahyu. Darini, M. 2016. Peluang Ekonomi Tanaman Ciplukan (Physalis

Angulata L) Sebagai Abate Alami. Jurnal SCIENCETECH. Vol 2 No 1.

Rahmah, Miftahul. 2015. Efektifitas Ekstrak Daun Serai Dapur (Cymbopogon

Citratus) Terhadap Peningkatan Jumlah Fibroblast Pada Proses

Penyembuhan Luka Gingiva Tikus Wistar. Padang: Skripsi, Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Padang.


29

Rizki H, M. Muhammad, J. Mintarsih, D. K. 2013. Efektifitas Ekstrak Kulit

Manggis (Garcinia Mangostana L) Terhadap Percepatan Proliferasi

Fibroblas Pad Ulkus Traumatikus Kronis Mukosa Mulut Mencit (Mus

Musculus). Oral Medicine Dental Jurnal. Vol 5.

Rohyani, Immy. Aryanti, E. Suripto. Kandungan Fitokimia Beberapa Jenis

Tumbuhan Lokal Yang Sering Dimanfaatkan Sebagai Bahan Baku Obat

Di Pulau Lombok. Jurnal. Vol 1 no 2.

Santoso, H. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta : Penerbit PT

Agromedia Pustaka.hlm 11.

Suriadi. 2004. Perawatan Luka. Jakarta : Penerbit CV Sagung Seto. hlm. 7-11.

Suryadi, Iwan. Asmarajaya, A. Maliawan, S. Wound Healing Process And Wound

Care. E- Jurnal Medika Udayana. Vol 2 No 2.

Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

Jakarta : EGC

Wardani, Cahya. Suparti. 2004. Kadar Protein Jamur Tiram Putih (Pleurotus

Ostreatus) Pada Media Campuran Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan

Arang Sekam. Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Waji, R. A. Andis, S. 2009. Makalah organic bahan alam FLAVONOID

(Quercetin). Universitas Hasanuddin. Hal 4.


30

Wijayakusuma H. 2004. Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Jakarta: Puspa

Swara. hlm. 47.

Wullur, Adeanne. et al. 2012. Identifikasi Alkoloid Pada Daun Sirsak (Annona

muricata L). Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol 3 No 2.

Anda mungkin juga menyukai