Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadiya Regita Utami

NPM : 18-047

Pertanyaan :

1. Buat alur penelitian jurnal tersebut !


Alur penelitian :

Pit dan Fissure

Dua-bagian eksperimental
(Penopang lengkung gigi dan penopang
kamera)

Bagian 1 : uji tingkat reliabilitas Bagian 2 : memonitor


prosedur dan persentase distorsi retensi tambalan
gambar

165 molar ditambal dan


120 molar ditambal dan
difoto
difoto

Dibagi menjadi setelah


Pengukuran linier dari T1 ke penambalan (T0), 6 bulan (T1)
T10 selama 10 bulan dan 1 tahun kemudian (T2)

Uji statistik

Hasil
Kesimpulan
2. Jelaskan tindakan yang dapat dilakukan untuk memperoleh restorasi yang baik dan
benar (dari preparasi, bahan yang digunakan dan cara aplikasi)!

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat restorasi adalah :


1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi
sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.
2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti taktil,
kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.
Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna
permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

Contoh dari

Tumpatan Klas I Resin Composit

Bebarapa alat dan bahan yang digunakan untuk preparasi klas I.

Alat dan Bahan untuk preparasi gigi klas I.

Alat Bahan

a) Peralatan dental standar (sonde, a) Resin composites radiopak atau resin


kaca mulut, pinset, anestesia microfilled yang di gunakan untuk gigi
(jika dibutuhkan), rubber dam, posterior
handpiece low– speed,
handpiece high– speed b) Resin composite placement syringe
b) Placement and carving c) Pumice
instrument
c) Articulating paper d) Glycerin gel
d) Bur (carbide dan
e) Material pasta polishing
diamond)
e) Finishing instrument, Polishing f) Asam phospat 37%
instrument.
g) Desinfektan kavitas

Teknik restorasi resin composite klas I yaitu:

1. Preparasi kavitas dan tepi email kavitas harus dibevel.


2. Memberi lapisan kalsium hidroksida hanya pada dasar kavitas yang sangat
dalam. Kalsium hiroksida bisa digantikan dengan glass ionomer cements
sebagai bahan base.
3. Etsa email pada tepi kavitas dengan asam fosfat 30–50 % selama 1,5– 2
menit, cuci selama 15 detik, keringkan sampai moist selama 30 detik. Gigi
desidui membutuhkan pengetsaan lebih lama dari pada gigi permanen.
4. Letakkan bahan bonding pada email yang telah di etsa, sinari dengan light
curing selama 20 detik.
5. Masukkan bahan resin composites ke kavitas, sinari dengan light curing
selama 40 detik.
6. Bersihkan sisa–sisa resin composites, poles restorasi dengan bur diamond
dan tungsten carbide serta disk abrasif.

Teknik restorasi glass ionomer cements klas I yaitu:

1. Preparasi kavitas.
2. Oleskan cavity conditioner selama 10 detik ke dalam kavitas yang telah di
preparasi, bilas dan keringkan dengan semprotan udara.
3. Letakkan bahan glass ionomer cements, yang telah dicampur aplikasikan dengan
menggunakan ball aplikator, waktu setting selama 1,5–2 menit.
4. Bentuk permukaan sesuai dengan antomi gigi.
5. Oleskan varnish pada permukaan restorasi.
6. Bersihkan sisa–sisa glass ionomer cements, poles restorasi .

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari tindakan penumpatan


1. Teknik isolasi yang baik.
Teknik isolasi yang baik akan dapat membantu terciptanya keberhasilan
restorasi yang dilakukan. Isolasi yang baik akan memberikan wilayah kerja yang
tepat, tanpa mengganggu daerah gigi tetangga, dan memberikan batas yang baik agar
daerah yang dipreparasi tidak terkontaminasi dengan saliva.
2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.
Bahan tumpatan dipilih berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan yang
melibatkan posisi restorasi. Apabila bahan tumpat yang biasa digunakan untuk
restorasi kavitas di bagian anterior dipakai untuk restorasi kavitas posterior, maka,
tentunya bahan tersebut tidak akan mampu menahan beban mastikasi di bagian
posterior dan sebaliknya.
3. Design kavitas yang sesuai.
Design kavitas yang baik hendaknya mempertimbangkan segi retensi,
resistensi, convenience, dan ekstension for prevention. Apabila keempat hal tersebut
terpenuhi, maka karies sekunder sulit sekali timbul, dan daya tahan restorasi akan
menjadi semakin lama. Karies sekunder biasanya disebabkan oleh preparasi yang
tidak memenuhi criteria ekstension for prevention, yaitu pit dan fissure yang dalam
harus diikut sertakan pada preparasi walaupun tidak terkena karies.
4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis.
Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap bahan, dengan
berbagai ketentuan tertentu. Apabila hal ini tidak diikuti dengan baik, maka akan
berpengaruh terhadap kekuatan sifat mekanisnya, ekspansifnya, dan dikhawatirkan
akan menyebabkan mikroporositas yang menjadi penyebab karies sekunder.
5. Proses polishing.
Proses polishing dilakukan sesuai dengan waktu pengerasan sempurna tiap-
tiap bahan. Polishing pada GIC boleh dilakukan setelah 5 menit.
6. Teknik finishing.
Untuk stone hijau digunakan untuk finishing tumpatan amalgam sedangkan
stone putih digunakan untuk finishing tumpatan GIC atau komposit. Apabila tidak
dilakukan finishing maka permukaan menjadi kasar sehingga adanya penumpukan
makanan dan menyebabkan suasana asam yang dapat menyebabkan karies sekunder
pada gigi sekitar tumpatan dan dapat menyebabkan tarnish (pada permukaan dan tidak
merusak restorasi) dan korosi (hasil dari reaksi kimia yang dapat berpenetrasi ke
dalam tumpatan amalgam sehingga menjadi rusak).

Anda mungkin juga menyukai