Anda di halaman 1dari 70

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. (ADA, 2018;PERKENI, 2015). Diabetes mellitus merupakan
penyakit kronis yang kompleks dan membutuhkan perawatan medis berkelanjutan
dengan strategi pengurangan risiko multifaktorial di luar kontrol glikemik sehingga
sangat penting untuk mencegah komplikasi akut dan mengurangi risiko komplikasi
jangka panjang (ADA, 2018).
Menurut data World Health Organization (WHO), jumlah penderita diabetes
telah meningkat dari 108 juta di tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun 2014.
Prevalensi global diabetes di kalangan orang dewasa di atas 18 tahun telah meningkat
dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014 dan diperkirakan bahwa
kematian akibat diabetes akan meningkat dua pertiga kali antara tahun 2008 dan
2030. Beban diabetes meningkat secara global, khususnya di negara-negara
berkembang (WHO, 2012). Prevalensi DM berdasarkan International Diabetes
Federation (IDF) adalah 1,9% dan telah menjadikan DM menjadi penyebab kematian
urutan ke tujuh pada tahun 2012. International Federation (IDF) pada tahun 2009
memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta jiwa pada tahun 2009
menjadi 12,0 juta jiwa pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka
prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang
DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. (IDF, 2013, Diabetes Care, 2004).
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta
orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, (IDF, 2011). Prevalensi DM
di Asia Tenggara sebanyak 46 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 119 juta
jiwa. Berdasarkan pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan jumlah
penyandang DM tahun 2010 sebanyak 306 juta jiwa, di negara-negara ASEAN 19,4
juta jiwa pada tahun 2010. Secara epidemiologi prevalensi DM di Indonesia
diperkirakan 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan mencapai sekitar 21,3 juta jiwa pada
tahun 2030 (WHO, 2016, Diabetes Care, 2004). Indonesia dengan populasi 230 juta
penduduk, merupakan negara ke-4 terbesar pasien diabetes setelah China, India dan
Amerika Serikat. Pada tahun 2011, Indonesia menempati urutan ke-10 jumlah
penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah 7,3 juta orang (WHO, 2016,
Diabetes Care, 2004). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2013,
prevalensi diabetes yang terdiagnosis tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%),
Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), Nusa Tenggara Timur (2,3%).
Menurut penelitian epidemiologi, prevalensi DM di Makassar meningkat dari 1,5%
pada tahun 1981 menjadi 3,5% pada tahun 1998 dan meningkat lagi menjadi 12,5%
pada tahun 2005 (Suyono S, 2014).
Diabetes mellitus tipe 2 yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
berbagai komplikasi yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi kronik
DM tipe 2 dapat berupa komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler yang dapat
menurunkan kualitas hidup penderita. Penyebab utama kematian penyandang DM
tipe 2 adalah komplikasi makrovaskuler melibatkan pembuluh darah besar yaitu
pembuluh darah koroner, pembuluh darah otak dan pembuluh darah perifer.
Mikrovaskuler merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola
retina (retinopati diabetic), gomerulus ginjal (nefropati diabetic) dan saraf-saraf
perifer (neuropati diabetic) (ADA, 2018, PERKENI, 2015). Individu dengan Diabetes
Melitus tipe 2 memiliki risiko tinggi terkena komplikasi mikrovaskuler oleh karena
terjadinya disfungsi endotel. Komplikasi yang dimaksud adalah diabetik retinopati,
diabetik nefropati, dan diabetik neuropati (Qin Zhang dkk, 2018). Angiogenesis
merupakan proses biologis penting yang terlibat dalam komplikasi mikrovaskuler
pasien diabetes melitus tipe 2 (Qin Zhang dkk, 2018). Angiogenesis adalah proses
pembentukan pembuluh darah baru dari struktur vakuler yang sudah ada (Shuang He
dkk, 2016). Sementara Vascular endothelial growth factor (VEGF) merupakan faktor
proangiogenesis yang meningkatkan permeabilitas vaskuler dan mengaktivasi sel
endotel dimana efek biologisnya dimediasi oleh ikatan VEGF dengan reseptornya
yaitu reseptor 1 dan 2 (VEGFR-1 and VEGFR-2) (Shuang He dkk, 2016). Oleh
karena itu, VEGF berperan penting dalam kejadian disfungsi endotel pasien diabetes
yang akan mengakibatkan komplikasi mikrovaskuler (Qin Zhang dkk, 2018).
Diabetic Kidney Disease (DKD) juga merupakan salah satu komplikasi
tersering dari diabetes melitus tipe 2 dan merupakan penyebab utama terjadinya end-
stage renal disease di negara maju. Penyakit ini ditandai dengan adanya hipertrofi
glomerular, penebalan membran basement, deposisi matriks ekstraseluler yang
berlebihan sehingga mengakibatkan terjadinya glomerulosklerosis dan fibrosis
interstisial pada ginjal. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat banyak laporan
penelitian yang mendukung adanya peran inflamasi kronik, angiogenesis, dan
disfungsi endotel vaskuler terhadap kejadian DKD. VEGF merupakan faktor
angiogenesis utama yang berhubungan dengan penyakit ginjal. Di ginjal VEGF
diproduksi di podosit dan ekspresi VEGF meningkat pada DKD stadium awal
sehingga mengaktivasi pembentukan pembuluh darah baru (Ying Shao dkk, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan keluarga Tn.S dengan masalah diabetes
melitus tipe 2 di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya?”

1.3 Tujuan Studi Kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Dari penulisan proposal seminar adalah mengetahui Asuhan Keperawatan
keluarga Tn.S dengan masalah diabetes melitus tipe 2 di UPT PKM Jekan Raya
Palangka Raya
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga diabetes melitus
tipe 2 di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
2) Mahasiswa mampu melaksanakan diagnosa pada keluarga diabetes melitus
tipe 2 di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
3) Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada pada diabetes melitus tipe 2
di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
4) Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada diabetes melitus tipe 2
di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
5) Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi pada keluarga diabetes melitus
tipe 2 di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu
profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga diabetes
melitus tipe 2 di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam mempelajari
pada keluarga diabetes melitus tipe 2 di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya Serta
sebagai acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan proposal seminar
selanjutnya.
1.4.2.2 UPT PKM Jekan Raya
Untuk UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya khususnya ruang poli umum,
penulisan laporan proposal seminar ini di dapat sebagai referensi bagi perawat dalam
melakukan Asuhan Keperawatan keluarga diabetes melitus tipe 2 serta sebagai
masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya pada
pasien dengan gastritis.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang
serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu
keperawatan keluarga mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasiaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu memiliki peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedmandalam Hernilawati, 2013) Sedangkan
menurut pakar konseling keluarga, Sayektidalam Hernilawati (2013) menulis bahwa
keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
prempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak baik anaknya sendiri atau
adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul serta
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Herlinawati, 2013).
2.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Friedman, 1998 dalam Ali, Zaidin (2010) pembagian tipe keluarga
bergantung pada konteks kelimuan dan orang yang mengelompokkan. Secara
tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Keluarga inti ( nucler family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang di peroleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti yang ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek,bibi,
paman).
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain dua diatas berkembang
sebagai berikut :
1) Keluarga bentukan kembali (dyatic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2) Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4) Orang dewasa (laki-laki atau prempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult livingalone)
5) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heterosexual cohabiting family).
6) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama(gay and
lesbian family).
2.1.3 Peran dan Fungsi Keluarga
Menurut Ali, Z (2010) keluarga memiliki peran formal dalam keluarga tersebut,
yaitu:
1. Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, prlindung, dan pemberi rasa aman.
Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok social, serta anggota
masyarakat dan lingkungan.
2. Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dari suami dan sebagai ibu dari anak-
anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok social,
serta sebagai anggota kelompok masyarakat dan lingkungan disamping dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
3. Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial sesuai tingkat
perkembangan, baik fisik,social, dan spiritual. Adapun fungsi keluarga
menurut Friedman, 1998 dalam Hernilawati (2013) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melihat anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkat kemampuan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemilihan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
f. Fungsi pendidikan adalah keluarga mempunyai peran dan tanggung jawan
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.
g. Fungsi religious adalah keluarga merupakan tempat belajar tentang agama
dan mengamalkan ajaran agama.
h. Fungsi rekreasi adalah keluarga merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada diluar rumah.
2.1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
system keluarga meliputi : perubahan pola interaksi dan berhubungan antara
anggotanya sepanjang waktu. Adapun tahapan perkembangan keluarga menurut
Mubarrak, dkk (2011), yaitu:
1. Tahap I Pasangan baru atau keluarga baru Keluarga baru dimuali pada saat
masing-masing individu yaitu suami dan istri membentu keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, dalam artian
secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. Adapun
tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Membina hubungan intim dan Kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, atau kelompok social.
d. Merencanakan anak KB.
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi
orangtua.
2. Tahap II keluarga kelahiran anak pertama Keluarga yang menantikan kelahiran
dimulai dengan kelahiran sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak pertama berusia 30 bulan (3,2 tahun). Adapun tugas perkembangan pada
tahap ini :
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Membagi peran dan tanggungjawab.
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
d. Mempersiapkan biaya untuk kelahiran anak pertama.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
3. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah Tahap ini dimuali saat kelahiran
anak berusia 2 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Adapun tugas
perkembangan pada tahap ini :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anank
yang juga harus dipenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga.
e. Dapat membagi waktu antara individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian keluarga tangguang jawab anggota
g. Kegiatan dan waktu untuk simulasi tumbuh dan berkembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini dimulai saat anak tertua
mulai memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
Tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Memberikan perhatikan tentang kegiatansocial anak, pendidikan, dan
semangat belajar.
b. Mempertahankan keharmonisan keluarga
c. Mendorong anak untuk mencapaipengembangan daya intelektual.
d. Menyediakan aktifitas untuk anak.
e. Menyesuaikan dengan aktifitas komuniti dengan mengikutsertakan
anak.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja Tahap ini dimulai pada dasar anak
pertama mulai berusia 13 tahun dan berakhir pada usia 19/20 tahun. Adapun
tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja sudah tumbuh dewasa.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan anak dan orgtua.
d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang anak.
6. Tahap VI dengan Anak Dewasa atau Pelepasan Tahap ini dimulai pada saat
anak terkhir meninggalkan rumah.Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah
anak pada keluarga atau jika anak belum memiliki keluarga atau tetap tinggal
bersama orang tua. Tugas perkembangantahap ini :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan. Membantu orangtua suami dan
istri yang sedang sakit dan memasuki usia tua.
c. Mempersiapkan anak untuk mandiri dan menerima kepergian anaknya.
d. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
e. Berperan suami-istri atau kakek-nenek
f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai saat anak yang terakhir
meninggalkan tumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempunyai lebih banyak waktu kebebasan dalam artian mengelolah
minat social dan waktu santai.
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
d. Keakraban dalam pasangan.
e. Memelihara hubungan dengan anak dan keluarga.
f. Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban pasangan.
8. Tahap VIII Keluarga Lanjut Usia Tahap ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
pendapatan.
c. Mempetahankan keakraban pasangan suamiistri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat.
e. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
2.1.5 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam (Hernilawati,
2013), yaitu :
a) Patrilineal Adalah keluarga sedarahyang terdiri dari sanak saudara yang
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur garis
keturunan ayah.
b) Matrilineal Adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara yang
sedarah dalam beberapa generasi, dimanahubungan itu disusun dari jalur garis
keturunan ibu.
c) Matrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan
keluarga sedarah istri.
d) Patrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan keluarga sedarah
suami.
e) Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.6 Keluarga Sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak. Tahapan
keluarga sejahtera (Mubarrak, 2011) adalah sebagai berikut :
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, yaitu kebutuhan pengajaran, agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhisalah satu atau lebih
indicator keluarga sejahtera tahap I.
2. Keluarga sejahtera tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan social psikologinya, yaitu
kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga,
interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3. Keluarga sejahtera tahap III
Adalah keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi kebutuhan social
psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya,
seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga sejahtera tahap III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
social psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat
secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk : material dan keuangan
untuksocial kemasyarakatan, dan juga berperan aktif dalamkegiatan
kemasyarakatan.
5. Keluarga sejahtera tahap III plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
social psikologis dan pengembangan telah terpenuhi serta memiliki
keperdulian yang tinggi pada masyarakat.
2.1.7 Tugas Kesehatan Keluarga
Adapun tugas keluarga menurut Bailon dan Maglaya, 1998 dalam Muhlisin
(2012), yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang
tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang di alami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.
2. Membantu keputusan tindakan kesehatan yangtepat. Sebelum keluarga dapat
membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya.
Perawat harus mampu mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketika memberikan
perawatan pada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : keadaan penyakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, dan sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : sumbersumber keluarga
yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, upaya
pencegahan penyakit, dan kekompakan antar anggota keluarga.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat. Ketika merujuk anggota
keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut : keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan-keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada terjangkau
oleh keluarga.
2.2 Konsep Dasar Diabetes Melitus tipe 2
2.2.1 Definisi Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolute maupun relative (Waspadji dan sukardji, 2004 : 2).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 :
1220).
American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes Melitus
sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ernawati,
2013 :10)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana)
didalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin secara cukup (Fauzi, 2014 : 70)
Berdasarkan keempat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Diabetes
mellitus adalah suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :
1. Diabetes tipe 1
Diabets tipe 1 ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus(IDDM)
atau diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit
diabetes tipe 1 sebagian besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh
karena itu, penyakit ini sering dijuluki diabetes anak-anak karena penderitanya
lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja (Fauzi, 2014 : 73)
2. Diabetes Tipe 2
Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin.
Penyakit diabetes tipe 2 ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar
diderita. Sekitar 90 % hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2.
Jenis diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30
tahun dan cenderung semakin parah secara bertahap (Fauzi, 2014 : 75).
3. Diabetes jenis lain
Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan diabetes pada kehamilan (gestasional
diabetes), yang timbul hanya pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4)
2.2.3 Etiologi
1. Pada Diabetes Tipe 1 (IDDM)
Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan fungsi
pankreas untuk memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup
insulin. Beberapa penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin
pada penderita diabetes tipe 1 ini adalah sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 73-74) :
1) Keturunan atau genetik
Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes,
maka anak tersebut akan beresiko terkena diabetes.
2) Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau
jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh
sebab itu, tubuh kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin karena
sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin.
3) Virus atau zat kimia
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau
kelompok sel dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak peulau
sel yang rusak, semakin besar kemungkinan seseorang menderita diabetes.
2. Pada Diabetes Tipe 2 (NIDDM)
Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin
yang cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-
sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas
tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga
kadar gula dalam darah akan naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2
sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 75-76).
1) Faktor keturunan
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini,
maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
2) Pola makan dan gaya hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama
pankreas tidak dapat memproduksi insulinsecara maksimal. Mengkonsumsi
makanan cepat saji atau fast food yang menyajikan makanan berlemak dan
tidak sehat merupkan penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang
tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
3) Kadar kolesterol tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang
diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap
insulin ini untuk merubahnya menjadi energi.
4) Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang
tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan menyerap
produksi insulin pankreas secara habis-habisan sehingga tubuh tidak
kebagian insulin untuk diproduksi sebagai energi.
3. Pada diabetes jenis lain
Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi, obat,
hormon atau hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).
2.2.4 Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa
terjadi akibat produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapt disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prospandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam
urine (glukosauria). Ketika glukosa yang berlebihan dieskresikan kedalam urine,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan
ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia), keadaan itu menyebabkan kehilangan elektrolit dalam sel dan
pasien mengalami dehidrasi sehingga dapat menyebabkan syok.
Defisiensi insulin juga dapat menyebabkan kehilangan kalori, menganggu
metabolism protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien
dapat mengalami peningkatan selera makan (poifagia) akibatnya terjadi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Selain itu dengan kurangnya sel untuk mettabolisme dapat
menyebabkan katabolisme lemak yang membuat meningkatnya asam lemak, serta
pemecahan protein yang membuat keton dan ureum meningkat. Keadaan dimana
asam lemak dan keton meningkat dapat mengakibatkan ketoasidosis. (Nurarif, 2013)

2.2.5 Tanda dan gejala

a. Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang

ditunjukan meliputi:

1. Polidipsia (banyak minum)

Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena

udara yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul

sebagai awal gejala penyakit DM


2. Polifagia (banyak makan)

Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang

tinggi namun tidak dapat masuk kedalam seluntuk digunakan dalam proses

metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk kedalam sel,

tubuh berpikir belum mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim

sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat

berfungsi

3. Poliuria (banyak kencing)

Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan

volume urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang

sangat mengganggu penderita. Pada kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif

untuk menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah.

4. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal

yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di

rasakan.

5. Gejala kronik yang sering timbul adalah :

a. Kesemutan

b. Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering

c. Rasa tebal di kulit

d. Kram

e. Mudah lelah dan marah

f. Mudah ngantuk

g. Mata kabur

h. Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)


i. Seksual menurun

j. Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam

kandungan atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik

a) Tes kadar gula darah

b) Tes toleransi glukosa (TTG)

c) Tes Glukosa Urine

d) Tes HbA1C atau tes A1C

2.2.7 Komplikasi

2.2.7.1 Komplikasi Akut

Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek

meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK (Koma

Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik) atau Hiperosmolar Nonketokik

(HONK). (Ernawati, 2013 : 87-106).

1) Hipoglikemia

Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat

terjadi pada perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan

dimana kadar gula darah abnormal yang rendah yaitu dibawah 50

hingga 60 mg/d. lGlukosa merupakan bahan bakar utama untuk

melakukan metabolisme di otak. Sehingga kadar glukosa darah harus

selalu dipertahankan diatas kadar kritis, yang merpakan salah satu

fungsi penting system pengatur glukosa darah. Bila glukosa darah turun

terlalu rendah dalam batas 20-50 mg/100ml lebih dari beberapa menit,

timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh iritabilitas progresif yang

menyebabkan pingsan, kejang dan koma.


2) Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosi Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan

metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis,

terutama disebabkan oleh defisensi insulin absolute atau relative.

Keadaan komplikasi akut ini memerlukan penanganan yang tepat karena

merupakan ancaman kematian bagi diabetes.

3) Synrome Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik (HHNK)

Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari

hingga beberapa minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami

absolute defisiensi insulin namun relative defisiensi insulin. HHNK

sering terjadi pada pasien lansia yang tidak menyadari mengalami DM

atau mengalami DM dan disertai dengan penyakit penyerta yang

mengakibatkan menurunnya intake makanan salah satunya

seperti infeksi (pneumonia, sepsis, infeksi gigi).

2.2.7.2 Komplikasi Kronis

1) Komplikasi makrovaskuler

a) Penyakit Arteri Koroner

b) Penyakit serebrovaskuler

c) Penyakit vaskuler perifer

2) Komplikasi mikrovaskuler

a) Retinopati diabetic

b) Nefropati diabetic

c) Neuropati Diabetik
2.2.8 Penatalaksanaan

Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan keadaan

gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi. Dalam

pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama, yaitu : Penyuluhan (edukasi),

perencanaan makanan, latihan jasmani dan obat hipoglikemik. Tujuan pengelolaan

diabetes dapat dibagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. (Waspadji

dan sukardji, 2004 : 5)

2.2.8.1 Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbaga keluhan/ gejala diabetes

sehingga pasien dapat menikmati kehidupan yang sehat dan nyaman.

2.2.8.2 Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada

pembuluh darah (mikroangiopatidan makroangiopati) maupun pada susunan

saraf (neurofati) sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortilitas.

Tujuan pengelolaan diabetes tersebut dapat dicapai dengan senantiasa

mempertahankan control metabolic yang bai seperti dicerminkan oleh normalnya

kadar glukosa dan lemak darah. Secara praktis, criteria pengendalian diabetes adalah

sebagai berikut :

1. Kadar glukosa darah puasa : 80-110 mg/dl

Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan : 110-160 mg/dl

dan HbA1c : 4 -6,5.

2. Kadar kolesterol total dibawah 200 mg/dl

Kolesterol HDL diatas 45 mg/dl

dan trigliserida dibawah 200 mg/dl.


2.2.9 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Suprajitno, 2004):
2.2.9.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data
yang diperoleh dari pengkajian
a. Berkaitan dengan keluarga
1) Data demografi dan sosiokultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga
b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosio
5) Spiritual
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan
tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu :
a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal ini
yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah
kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan factor
yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
terutama yang dialami anggota keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
1. Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
2. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
3. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?
4. Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarga?
5. Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative)
terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
6. Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan?
7. Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga keshatan?
8. Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat
untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga
(sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelahtindakan, dan cara
perawatannya)
2) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakuakan anggota
keluarga
3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota
keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber
keuangan/financial, fasilitas fisik, dukungan psikososial).
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau
membutuhkan bantuan kesehatan.
d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi
lingkungan rumah sehat yang seha, perlu dikaji tentang :
1. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar
lingkungan rumah.
2. Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan.
3. Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap
sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan
4. Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat
dilakukan keluarga
5. Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.
e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan di masyaraka, perlu dikaji tentang:
1. Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan keshatan
yang dapat dijangkau keluarga.
2. Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari
fasilitas kesehatan.
3. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas keshatan
melayani.
4. Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani?
5. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak
dapat apakah penyebabnya?
2.2.9.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga
Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah
(Mubarak, 2012) :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau
gejala penyakit Diabetes Mellitus.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan Diabetes Mellitus.
4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan
kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor
pencetus Diabetes Melitus.
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang
kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
2.2.9.3 Intervensi
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum
dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan
standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada criteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan
Diabetes Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
1. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus yang terjadi
pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus
setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
Diabetes Melitus
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit
Diabetes Melitus secara lisan.
Intervensi :
1. Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.
2. Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes
Melitus.
3. Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui
akibat lebih lanjut dari Penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang
sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat
DM dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi :
1 Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.
2 Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus .
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Melitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap
anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus setelah
tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit Diabetes Melitus secara tepat.
Intervensi :
1. Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit
Diabetes Melitus.
2. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang
tepat dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus.
4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan
kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap
faktor pencetus Diabetes Melitus .
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti
tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus .
Intervensi :
1. Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan
mengatasi penyakit Diabetes Melitus misalnya :
a. Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan
misalnya benda yang tajam.
b. Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung
tangan.
c. Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk
mengurangi terjadinya iritasi.
d. Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah
dijelaskan.
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang
kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan
yang tepat untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah
dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka
harus meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan
penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi :
1. Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Diabetes
Melitus.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tanggal pengkajian 30 januari 2020

A. Identitas klien / keluarga


Nama KK : Tn. S
(Ditulis nama kepala keluarga dengan nama lengkap atau inisial misalnya
Tn.ambang di tulis Tn.A)
Umur : 68 tahun
(Tanyakan pada kk tanggal lahir serta tahun lahirnya selanjutnya hitung
berapa usianya.)
Agama : Islam
(Tanyakan agama apa yang dianut oleh kk tersebut.)
Jenis Kelamin : Laki-laki
(Tulis jenis kelamin apakah laki-laki atau perempuan.)
Suku : Jawa
(Tanyakan suku dan bangsa kk berasal darimana.)
Pendidikan : SLTA
(Tanyakan pada kk pendidikan terakhirnya).
Pekerjaan : Buruh Bangunan
(Tanyakan pada kk pekerjaan yang dimiliki keluarga tersebut.)
Alamat : jl. Hiu Putih XXII A
(Tulis alamt tempat tinggal sekarang sesuai dengan KTP.)
No.Telp : 085247307625
(Tanyakan nomor handphone yang bias dihubungi dalam keluarga tersebut.)
Komposisi Keluraga
Nama Gender Hubungan
No Umur Pendidikan Pekerjaan
(Inisial) (L / P) Dg KK
1 Ny. J 52 Tahun P Istri SMA Tani
2 An. S 18 Tahun L Anak Mahasiswa Mahasiswa

(Tanyakan dan isi komposisi keluarga sesuai kartu keluarga dengan nama
inisial,tanggal lahir lalu hitung,tanyakan jenis kelamin,dan hubungan dengan
keluarga,tanyakan pendidikan terakhir dan pekerjaan.)

Tipe Keluarga :
Keluarga Inti Terdiri dari ayah, ibu dan anak
Keluarga Besar
Keluarga Campuran ……………………
Single Parent …………………….
Lain-lain ……………………
(Tanyakan keluarga didalam rumahnya ada berapa anggota keluarga yang
tinggal dan tentukan termasuk tipe keluarga seperti apa.)

B. Riwayat Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :
Keterangan
No Tahap perkembangan keluarga
Terpenuhi Sebagian Tidak
1 Pasangan baru atau keluarga baru
(berginning family), meliputi :
a. Membina hubungan intim dan
kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan
kelompok social.
d. Merencanakan anak ( KB).
e. Menyesuaikan diri dengan
kehamilan dan mempersiapkan
diri untuk menjadi orang tua.
2 Keluarga dengan kelahiran anak
pertama (child bearing family)
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Membagi peran dan tanggung
jawab
c. Menata ruangan untuk anak
atau mengembangkan suasana
rumah yang menyenangkan
d. Mempersiapakan biaya atau
dana child bearing.
e. Memfasilitasi role learning
anggota keluarga
f. Mengadakan kebiasaan
keagamaan secara rutin
3 Keluarga dengan anak prasekolah
family with preschool)
a. Memenuhi kebutuhan anggota
keluarga seperti tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk
bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang
baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain harus dipenuhi
d. Mempertahankan hubungan
yang sehat, baik di dalam
maupun diluar keluarga.
e. Pembagian waktu untuk
individu pasangan dan anak
f. Pembagian tanggungjawab
g. Kegiatan dan waktu stimulasi
untuk tumbuh dan kembang
anak.
4 Keluarga dengan anak usia sekolah
(family with school children)
a. Memberikan perhatian tentang
kegiatan social anak,
pendidikan, dan semangat
belajar
b. Tetap mempertahankan
hubungan yang harmonis dalam
perkawainan
c. Mendorong anak untuk
mencapai pengembangan daya
intelektual
d. Menyediakan aktivitas untuk
anak
e. Menyesuaikan pada aktivitas
komunitas dengan
mengikutsertakan anak
5 Keluarga dengan anak remaja
(family with teenagers)
a. Memberikan kebebasan yang
seimbang dengan
tanggungjawab mengingat
remaja yang sudah bertambah
dewasa dan meningkat
otonominya
b. Mempertahankan hubungan
yang intim dengan keluarga
c. Mempertahankan komunikasi
yang terbuka antara anak dan
orangtua, hindari perdebatan,
kecurigaan, dan permusuhan.
6 Keluarga dengan anak dewasa atau
pelepasan
a. Memperluas keluarga inti
menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman
keluarga
c. Membantu orang tua suami atau
istri yang sakit memasuki masa
tua
d. Mempersiapakan anak untuk
hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya
e. Menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan suami, istri, kakek dan
nenek
7 Keluarga usia pertengahan (middle
age family)
a. Pertahankan kesehatan
b. Mempunyai lebih banyak waktu
dan kebebasan dalam arti
mengelola minat social dan
waktu santai
c. Memulihkan hubungan antar
generasi muda dengan generasi
tua
d. Keakraban dengan pasangan
e. Memelihara hubungan/kontak
dengan keluarga dengan anak
f. Persiapkan masa tua atau
pensiun dan meningkan
keakraban pasangan
8 Kelurga usia lanjut
a. Mempertahnkan suasana rumah √
yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan √
kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban √
suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan √
dengan anak dan sosial
masyarakat
e. Menerimakematian pasangan, √
kawan, dan mempersiapkan
kematian

(Tanyakan sesuai format dalam table dan centang bagian terpenuhi, sebagian, dan
tidak. Sesuai dengan yang dikatakan keluarga dan dialami oleh keluarga
tersebut.biasanya di lihat dari anak tertua dalam keluarga)

Tugas Perkembangan Keluarga :


Dapat dijalankan sebagian dapat dijalankan Tidak dapat
dijalankan
Jelaskan:
Pada tahap keluarga Tn. K saat ini adalah keluarga dengan anak dewasa
atau pelepasan Mempersiapakan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya, Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada
keluarga, Pertahankan kesehatan, Mempunyai lebih banyak waktu dan
kebebasan dalam arti mengelola minat social dan waktu santai dan Persiapkan
masa tua atau pensiun dan meningkan keakraban pasangan

*Genogram (3 generasi):
Keterangan :

: Laki –laki

: Perempuan

: Garis keturunan

: Sudah meninggal

: Klien

(Tulis berdasarkan tiga generasi dimulai dari keluarga kakek dan nenek,
ayah dan ibu, serta anak.yang tertua di mulai dari kiri Buatlah keterangan
dan golongan jenis kelamin, meninggal atau masih hidup, dan tinggal
serumah atau tidak.)

C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik Disfungsional

Peran dalam keluarga : Tidak Ada masalah


Ada masalah

Nilai / norma keluarga :Tidak ada konflik nilai


Ada konflik
(Centang struktur keluarga sesuai dengan yang diamati.)
D. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif : Berfungsi Tidak berfungsi
Fungsi Sosial : Berfungsi Tidak berfungsi
Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik
Fungsi Perawatan Kesehatan :
 Pengetahuan Tentang Masalah Kesehatan : Baik Tidak
 Pencegahan Penyakit : Baik Tidak
 Perawatan Penyakit : Baik Tidak
 Pemanfaatan Layanan Kesehatan : Baik Tidak
(Centang fungsi keluarga sesuai dengan yang diamati.)

E. Pola Koping Keluarga


Efektif Tidak efektif
Stressor yang dihadapi keluarga : Karena keluarga mampu menjelaskan dan
memutuskan jalan keluar jika ada permasalahan di dalam keluarga.
(Centang pola koping keluarga apakah efektif atau tidak dan berikan
alasannya.)

F. Spiritual
Taat beribadah: Ya Tidak
Keluarga selalu melakukan sholat lima waktu sesuai dengan syariat islam

Kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan Ya/Tidak


“Tidak ada yang berlawanan dengan pelayanan kesehatan”
Distress Spiritual Ya/Tidak
“Tidak mengalami distress spiritual”
(Tanyakan pada keluarga tentang kepercayaan yang dianutnya apakah
berlawanan dengan pelayanan kesehatan dan ketaatan ibadahnya.)
G. Pola Aktivitas sehari-hari
Pola makan Baik / Kurang : 3 x sehri
Pola Minum Baik /Kurang : 8 Gelas
Istirahat Baik / Kurang : siang kurang lebih 1 jam
,malam kurang lebih 4 jam
Pola BAK Baik / Kurang : 6 kali pada malam hari
Pola BAB Baik / Kurang : Mandiri
Pola Kebersihan diri Baik / Kurang : Cukup bersih
Olahraga Baik / Kurang : lari pagi
Tingkat kemandirian Baik / Kurang : mampu melakukan
perannya masing-masing
(Tanyakan pada keluarga tentang pola aktifitas sehari-hari dan tulis apa
alasannya sesuai yang dikatakan keluarga.)

H. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:
Keadaan emosi Ya/ Tidak Keterangan (siapa, mengapa)
 Marah Tidak Apa yang harus kita marahin tidak
 Sedih Tidak ada
 Ketakutan Tidak Tidak ada gunanya bersedih

 Putus asa Tidak Tidak Kuatir dengan penyakitnya

 Stress Tidak saat ini


Tidak ada kata putus asa dihidup saya
Kalau tress berdoa dan berzikir

Kurang interaksi dengan orang lain Ya/Tidak


: Selalu berinteraksi seperti dengan tetangga di sekitar rumah.
Menarik diri dengan lingkungan Ya/Tidak
: Sellu bergaul jika ada kegiatan seperti pengajian
Konflik dengan keluarga Ya/Tidak
: Tidak ada konflik
Penurunan harga diri Ya/Tidak
: Tidak ada penurunan harga diri
Gangguan gambaran diri Ya/Tidak
: Tidak ada gangguan gambaran diri
(Amati dalam keluarga, bagaimana keadaan emosi dalam keluarga dan tulis
alas an sesuai yang dikatakan keluarga.)
I. Faktor resiko masalah kesehatan
Tidak pernah / jarang periksa kes.
Ya/Tidak : jarang periksa kesehatan Social ekonomi kurang
Ya / Tidak : Keluarga mengatakan cukup terpenuhi
Total pendapatan kelurga per bulan:
Di bawah Rp. 600.000,-
Rp. 600.000,- s/d 1.000.000,-
Rp. 1.000.000,- s/d 2.000.000,-
Diatas 2.000.000,-
Rumah / lingkungan tidak sehat
Ya / Tidak : Rumah cukup bersih beserta lingkungan sekitar rumah
Hubungan keluarga harmonis
Ya / Tidak : Hubungan keluarga yang baik
Ya / Tidak : berat badan terjaga
Ya / Tidak : baik gizi terpenuhi
(Tanyakan resiko masalah kesehatan meliputi social ekonomi dan
pendapatan sehari-hari serta status gizi dalam keluarga.)
J. Pemeriksaan Fisik

VITAL SIGN
Nama
BB/TB Tanggal
(Inisial) Lain- lain
TD N RR S pemeriksaan
Tn. S 110/90 88 20 36,2 67/160 30/01/2020
Ny. J 120/80 80 19 36,1 56/155 30/01/2020
Status mental:
Bingung Bingung dengan penyakit yang dialami
Cemas cemas dengan penyakit
Disorientasi Tidak ada
Depresi Tidak ada
Menarik diri Tidak ada
(Centang status mental keluarga sesuai yang diamati.)
Sistem Kardiovaskuler :
Aritmia Tidak ada
Nyeri dada pasien mengatakan tidak merasakan nyeri
pada bagian dada
Distensi vena jugularis Tidak ada
Jantung berdebar Tidak ada
(Centang sistem kardiovaskular keluarga sesuai yang ditanyakan.)
Nyeri spesifik :
Lokasi : Tidak ada keluhan
Tipe : Tidak ada keluhan
Durasi : Tidak ada keluhan
Intensitas : Tidak ada keluhan

(Tentukan nyeri sfesifik yang dialami keluarga.)


Sistem pernafasan :
Stridor Tidak ada terdengar suara stidor pada saat
bernafas
Wheezing Tidak ada tedengar suara wheezing
Ronchi Tidak ada tedengar suara ronchi
Akumulasi Sputum Tidak ada terdapat sputum

(Centang sistem pernafasan sesuai hasil pemeriksaan yang dilakukan.)


Sistem Integumen :

Ciasonis Tidak ada keluhan


Akral Dingin Tidak ada keluhan
Diaporesis Tidak ada keluhan
Juandice Tidak ada keluhan
Luka Tidak ada keluhan
.
Mukosa Mulut
Kapiler refil time :
Lebih 2 detik
Kurang dari 2 detik
(Centang sistem integument sesuai hasil pemeriksaan yang dilakukan.)

Sistem Muskuloskeletal :
Tonus otot kurang Tidak ada keluhan
Paralisis Tidak ada kleuhan
Hemiparesis pada kedua kaki
ROM kurang berkurang
Gangguan keseimbangan Tidak ada

(Centang sistem musculoskeletal sesuai hasil pemeriksaan.)


Sistem Persarafan :
Nyeri kepala Tidak ada
Pusing Tidak ada
Tremor Tidak ada
Reflek pupil anisokor Tidak ada
Paralisis : lengan kiri/ lengan kanan/ kaki kiri/ kaki kanan

Anestesi daerah perifer Tidak ada


(Centang sistem persarafan sesuai hasil pemeriksaan dan tanyakan apa
yang dirasakan keluarga.)

Sistem Perkemihan :
Disuria Tidak ada
Hematuria Tidak ada
Frekuensi 6 kali pada malam hari
Retensi Tidak ada
Inkontinensia Tidak ada
(Centang sistem perkemihan sesuai yang ditanyakan pada keluarga.)

Sistem Pencernaan :
Intake cairan kurang Tidak ada keluhan
Mual/ muntah Tidak ada keluhan
Nyeri perut Tidak ada keluhan
Muntah darah Tidak ada keluhan
Flatus Tidak ada keluhan
Distensi abdomen Tidak ada keluhan
Colostomy Tidak ada keluhan
Diare Tidak ada keluhan
Konstipasi Tidak ada keluhan
Bising usus normal
Terpasang sonde Tidak ada keluhan
(Centang sistem pencernaan sesuai yang ditanyakan pada keluarga dan
hasil pemeriksaan.)

Riwayat Pengobatan :
Alergi obat Sebutkan : Tidak ada
Jenis obat yang dikonsumsi : Tidak ada
(Tanyakan pada keluarga apakah memiliki riwayat alergi pada obat-
obatan. Jika ya, conteng dan sebutkan jenis obat apa yang bias membuat
alergi.)

K. Pengkajian Lingkungan:
1. Ventilasi : (1) < 10% luas lantai (2) 10% luas lantai
: (2) 10% luas lantai

2. Pencahayaan : (1) Baik (2) kurang

3. Lantai : (1) semen (2) keramik


(3) tanah
4. Kebersihan rumah : (1) baik (2) kurang

5. Jenis bangunan : (1) permanen (2) semi permanen

(Amati tempat tinggal keluarga, centang sesuai dengan criteria yang ditentukan.)

6. Air untuk keperluan sehari-hari


1) Sumber air untuk keperluan minum:
PDAM umur
Sungai Air mineral
(Tanyakan kepada keluarga, air yang dikonsumsi berasal darimana
dan centang dengan criteria yang ditentukan.)

2) Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci:


PDAM Sumur
Sungai Air mineral

(Tanyakan pada keluarga, air untuk mandi dan cuci berasal


darimana. Conteng sesuai dengan criteria yang ditentukan.)
3) Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic tank:
<10 meter >10 meter

(Tanyakan pada keluarga, seberapa jauh air yang dikonsumsi dari


tempat pembuangan limbah keluarga dan centang.)

4) Tempat penampungan air sementara:


Bak Ember
Gentong Lain-lain..........
(Tanyakan pada keluarga tempat penampungan air sementara dan
centang sesuai criteria yang ditentukan.)

5) Kondisi tempat penampungan air:


Tertutup Terbuka
(Tanyakan pada keluarga tempat penampungan air tertutup atau
terbuka dan conteng sesuai criteria yang ditentukan.)
6) Kondisi air:
Berasa Berwarna
Berbau Ada endapan
Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna
(Tanyakan pada keluarga bagaimana kondisi air nya. Conteng sesuai
dengan criteria yang ditentukan.)

7. Sampah Keluarga
1) Pembuangan sampah:
TPU Sungai
Ditimbun Sembarang tempat
Dibakar
(Tanyakan pada keluarga tempat membuang sampah dimana dan
conteng.)
2) Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara ?
Ya Tidak
(Amati apakah rumah keluarga ada tempat penampungan sampah
sementaradan centang.)

3) Bila ya bagaiman kondisisnya ?


Tertutup Terbuka
(Amati bagaimana kondisi tempat pembuangan sampah dan centang.)

4) jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ?


<5 meter >5meter
(Amati jarak rumah dengan penampungan sampah dan centang.)

8. Sistem pembuangan kotoran :


1) Tempat Keluarga buang hajat (BAK/BAB) :
Jamban (WC) Sungai Sembarang tempat

2) Apabila memiliki jamban,jenisnya apa :


Cemplung Leher angsa Plengseran

3) Pembuangan air limbah :


Resapan Got Sembarang tempat
(Tanyakan pada keluarga tempat pembuangan kotoran nya seperti
apa dan centang.)

9. Hewan peliharaan / ternak


1) Apakah memiliki hewan peliharan/ ternak ?
Ya Tidak tidak

2) apabila memiliki ,apakah termasuk hewan ternak/ peliharaan ?


Ya Tidak
3) bila ya, apakah hewan ternak ada kandangnya ?
Ada Tidak ada

4) bila ada, dimana letaknya ?


Didalam rumah Diluar rumah

5) bila diluar rumah, berapa jauh jaraknya ?


<1meter >1 meter tetapi < 10 meter

6) kondisi kandang :
Terawat Tidak terawatt
(Tanyakan pada keluarga apakah memiliki hewan ternak atau peliharaan,jika
ya, dimana letaknya dan seberapa jauh dari rumah serta bagaimana kondisi
kandangnya. Centang sesuai dengan yang diamati.)

Perawat yang mengkaji

Nama : erlina Tgl : 30 Januari 2020 Pkl : 13.00 WIB

(Tulis nama yang melakukan pengkajian,tanggal dan jam pengkajian)


Catatan Keperawatan Keluarga

II. Analisa Data


No Data Penunjang Masalah Penyebab
1. DS : Tn. S mengatakan Ketidak mampuan keluarga Kurangnya
tau bahwa dirinya Tn. S mengenal masalah DM terpapar
pada Tn.S berhubungan
mempunyai penyakit informasi
dengan kurangnya
DM tapi tidak tau pengetahuan keluarga tentang kesehatan
penyebab, tanda gejala penyakit DM tentang gaskritis
dan komplikasi pada keluarga
DO : Tn. S
1. Tn. S tanpak
bingung
2. Tn. S tidak dapat
menjawab ketika
perawat bertanya
apa itu DM,
penyebab, tanda
gejala dan
komplikasi
DS : Tn. S mengatakan Ketidakmampuan keluarga Kurang terpapar
kakinya terasa pana dan Tn.S merawat anggota informasi
keluarga yang sakit
pegal , BAK lebih dari tentang cara
berhubungan dengan kurang
6 kali pada malam hari nya terpapar tentang informasi merawat
DO : cara merawat anggota keluarga anggota
3. Tn. S tanpak keluarga yang
memegang kaki sakit
TTV
TD : 110/90 mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
TB : 160 cm
BB : 67 cm

DS : Ketidakmampuan keluarga Tn. Kurangnya


1. Tn.S mengatakan S untuk memanfaatkan terpapar
pasilitas pelayanan kesehatan
jarang berobat ke informasi
untuk memelihara kesehatan
puskesmas bila sakit Tn,S berhungan dengan tentang
2. Ny. J mengatakan kurang penngetahuan keluarga Fasilitas
menggunakan pelayanan
bahwa rumah pelayanan
kesehatan.
lumayan jauh dari kesehatan pada
puskesmas keluarga Tn. S
DO :
1. Jarak rumah
dengan
puskesmas
tampak jauh
kurang lebih 1
km.
2. BPJS setiap
anggota
keluarga untuk
berobat tidak
ada.
.
III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) Keluarga Tn. S tidak tau
Skala: penyebab, tanda dan
3 : Aktual 3/3x1=1 gejala penyakit DM
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah Kondisi klien dengan usia
Dapat Diubah (Bobot 2) lanjut dengan pendidikan
Skala: terakhir SMA
2 : Mudah 2/2x2=2 mempengaruhi
1 : Sebagian pengolahan informasi
0 : Rendah
Pontensial Masalah Untuk Keluarga Tn.S mau diajak
Dicegah (Bobot 1) kerja sama.
Skala: (keoperatif)
3 : Tinggi 3/3x1=1
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah Bila tidak segera
(Bobot 1) ditanganai kemungkinan
2 : Berat, Segera 2/2x1=1 penyembuhan lama dan
ditangani terjadi kompikasi yang
1 : Tidak Perlu Segera lebih lanjut.
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5
III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) Keluarga Tn.S tidak
Skala: mengetahui tentang cara
3 : Aktual 3/3x1=1 merawat anggota keluarga
2 : Resiko yang sakit
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah Kondisi klien dengan usia
Dapat Diubah (Bobot 2) lanjut dengan pendidikan
Skala: terakhir SMA
2 : Mudah 2/2x2=2 mempengaruhi pengolahan
1 : Sebagian informasi
0 : Rendah
Pontensial Masalah Keluarga Tn.S mau diajak
Untuk Dicegah (Bobot 1) kerja sama.
Skala: (keoperatif)
3 : Tinggi 3/3x1=1
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah Bila tidak segera
(Bobot 1) ditanganai kemungkinan
2 : Berat, Segera 2/2x1=1 penyembuhan lama dan
ditangani terjadi kompikasi yang
1 : Tidak Perlu Segera lebih lanjut.
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5
III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) Keluarga Tn. S tidak
Skala: mengetahui tentang
3 : Aktual 3/3x1=1 pentingnya ketempat
2 : Resiko pelayanan kesehatan
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah Kondisi klien dengan lanjut
Dapat Diubah (Bobot 2) usia dengan pedidikan
Skala: SMA terakhir
2 : Mudah 2/2x2=2 mempengaruhi penyerapan
1 : Sebagian informasi
0 : Rendah
Pontensial Masalah Keluarga Tn.S mau diajak
Untuk Dicegah (Bobot 1) kerja sama.
Skala: (keoperatif)
3 : Tinggi 3/3x1=1
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah Bila tidak segera ditanganai
(Bobot 1) kemungkinan
2 : Berat, Segera 2/2x1=1 penyembuhan lama dan
ditangani terjadi kompikasi yang
1 : Tidak Perlu Segera lebih lanjut.
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5
IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Prioritas Diagnosa Keperawatan Skore
1. Ketidak mampuan
keluarga Tn. S mengenal
masalah DM pada Tn. S 5
I berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan keluarga
tentan penyakit DM
2. Ketidak mampuan
keluarga Tn. S merawat
anggota keluarga yang 5
II sakit berhubungan
dengan kurang nya
terpapar tentang
informasi cara merawat
anggota keluarga
3. Ketidakmampuan
keluarga Tn. K untuk
memanfaatkan pasilitas
kesehatan untuk
III memelihara kesehatan
An. W berhungan 5
dengan kurang
penngetahuan keluarga
menggunakan pelayanan
kesehatan.
V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Diagnosa Keperawatan : Diabetes melitus
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan Verbal 1) Keluarga 1) Berikan informasi
2x kunjungan pengetahuan mengetahui apa itu tentang pengertian
rumah diharapkan : pengertian ,penyebab,tanda gejala
keluarga mampu penyakit DM dan komplikasi
mengidetifikasi 2) Keluarga 2) Identifikasi kebutuhan
masalah DM pada mengetahui dan harapan tentang
Tn.S penyebab DM kesehatan
3) Keluarga 3) Dorong sikap dan
mengetahui tanda emosi yang sehat dalam
dan gejala DM mengatasi keluarga
4) Keluarga 4) Beri penjelasan tentang
mengetahui mengenal masalah
komplikasi DM 5) Anjurkan pasien untuk
5) Keluarga minum obat secara
mengetahui teratur dari dokter dan
penatalaksnaaan tim medis
DM

Setelah dilakukan Verbal 1 agar keluarga 1. beri penjelasan


2x kunjungan pengetahuan mampu merawat keluarga cara
rumah diharapkan : anggota keluarga perawatan anggota
keluarga mampu yang sakit keluarga sakit
mengidetifikasi 2 keluarga 2. gunakan alat dan
masalah DM pada mengatakan kaki fasilitas di rumah
Tn.S pasien tidak 3. awasi keluarga
terasa melakukan perawatan
4. Bantu anggota
keluarga
mengembangkan
kesanggupan dalam
merawat anggota
keluarga sakit
Setelah dilakukan Verbal 1. Keluarga 1. Observasi pengetahuan
2x kunjunga rumah pengetahuan mengetahui keluarga
diharapkan : pentingnya 2. Anjurkan keluarga
keluarga Tn. S menggunakan kepelayanan kesehatan
mampu dan mau pelayanan bila mengalami sakit
menggunakan kesehatan seperti puskesmas,
fasilitas kesehatan 2. Keluarga rumah sakit, klinik dan
seperti puskesmas memahami lain-lain
mamfaat 3. Memberikan informasi
pelayanan pentingnya menggunak
kesehatan an fasilitas kesehatan
3. Keluarga dapat bila mengalami sakit
menggukan terdekat
fasilitas 4. Anjurkan keluarga
kesahatan seperti mengunakan BPJS jika
puskesmas dan ada
rumah sakit
4. keluarga Tn. S
mengunakan
UMUM pada saat
berobat di
karenakan BPJS
tidak ada .
VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi
Kamis , 30 Kunjungan 1. Memberikan informasi S: keluarga Tn. S
Januari 2020 1 tentang pengertian Mengatakan dapat
DX 1 ,penyebab,tanda gejala dan memahami apa yang
komplikasi disampaikan oleh perawat
2. Mengidentifikasi kebutuha O:
n dan harapan tentang 1) Keluarga tampak
kesehatan koperatif
3. Mendorong sikap dan 2) Keluarga Tn S tapak
emosi yang sehat dalam bingung ketika ditanya
mengatasi keluarga oleh perawat sebelum
4. Membeeri penjelasan diberikan penkes
tentang mengenal masalah 3) Ny. J tampak rutin minum
5. Menganjurkan pasien oat yang diberikan dokter
untuk minum obat secara 4) Keluarga bersedia
teratur dari dokter dan tim perawat melakukan
medis kunjungan rumah
5) TD: 110/90mmHg
N : 88x/menit
RR: 20 x/menit
S : 36,2 ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : mengobsevasi diagnosa 1
kali kunjuangan
Kamis 30 Kunjungan 1. Memberi penjelasan S: Keluarga
januari 2020 I keluarga cara mencerikatan tentang penyakit
DX 2 perawatan anggota yang diderita Tn.S
O:
keluarga sakit
- Keluarga mengatakan
2. Menggunakan alat
paham tentang penyakit,
dan fasilitas di rumah
kondisi, dan program
3. Mengawasi keluarga
pengobatan
melakukan perawatan sesuai dengan yang
4. Membantu anggota dijelaskan oleh perawat
keluarga - Keluarga mampu
mengembangkan menyebutkan pengertian
kesanggupan dalam tentang DM ,
merawat anggota peneyebab DM, tanda

keluarga sakit dan gejala, komplikasi


perawatan dan
pencecegahan penyeakit DM
A: Masalah teratasi sebagian
P:mengobsevasi diagnosa 1
kali kunjuangan
Kamis, 30 Kunjungan 1. Mengobservasi S : keluarga Tn. S
Januari 2020 1 pengetahuan keluarga Mengatakan bahwa belum
DX 1 2. Menganjurkan keluarga mengetahuii tentang
kepelayanan kesehatan bi pelayanan kesehatan di
la mengalami sakit sekitar linkunannya yang
seperti puskesmas, rumah ada.
sakit, klinik dan lain-lain O:
3. Memberikan informasi - Keluarga Tn. S dapat
pentingnya menggunakan menerima perawat
fasilitas kesehatan bila kunjungan
mengalami sakit terdekat - Keluaraga tampak
4. Menganjurkan keluarga kooperatif
mengunakan BPJS jika - Keluarga tampak
ada binggung
- TD: 110/90mmHg
N : 88 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 36,2 ºC
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan mencoba membandingkan konsep teori


mengenai asuhan keperawatan pasien dengan DM di UPT PKM jekan raya
Palangka Raya.
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini disebutkan sebagai suatu pendekatan problem yang
memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat
mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam
2011).
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber,
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,
2011).
Menurut teori beberapa hasil pengkajian dan observasi pada keluaraga Tn .S
dengan DM ditemukan data-data Tn .S merasa kedua kaki terasa panas
Pada kasus keluarga Tn .S didapatkan data yaitu keluarga Tn.S mengatakan
mengalami penyakit DM tetapi keluarga tidak tahu penyebab, tanda, gejala dan
komplikasi dari DM.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia dan individu atau kelompok dimana perawatan secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2009).
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus keluarga Tn.S yaitu
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM pada Tn.S berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit DM, ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat keluarga sakit dan Ketidakmauan keluarga Tn.
S untuk memanfaatkan pasilitas kesehatan untuk memelihara kesehatan Tn.S
berhungan dengan kurang penngetahuan keluarga menggunakan pelayanan
kesehatan.

4.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan adalah langkah ketiga dalam proses keperawatan (Doengoes,
2009). Perencanaan terhadap keluaraga Tn.K disusun berdasarakan perioritas
masalah, konsep dan teori yang telah di susun disesuaikan dengan literature yang
ada, tetapi tidak semua dimasukan dalam kasus pasien ini. pada kasus ini rencana
keperawatan yang akan dilaksanakan pada klien keluaraga Tn.K adalah
4.3.1 ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM Tn.S berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit DM
Berikan informasi tentang pengertian ,penyebab,tanda gejala dan
komplikasi ,Identifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan ,Dorong
sikap dan emosi yang sehat dalam mengatasi keluarga ,Beri penjelasan
tentang mengenal masalah dan Anjurkan pasien untuk minum obat secara
teratur dari dokter dan tim medis
Dari intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Tn.S terdapat kesamaan yaitu Berikan informasi tentang pengertian
,penyebab,tanda gejala dan komplikasi ,Identifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan ,Dorong sikap dan emosi yang sehat dalam
mengatasi keluarga ,Beri penjelasan tentang mengenal masalah dan
Anjurkan pasien untuk minum obat secara teratur dari dokter dan tim
medis
4.3.2 Ketidak mampuan keluarga Tn. S merawat anggota keluarga yang
sakit berhubungan dengan kurang nya terpapar tentang informasi cara
merawat anggota keluarga
Perencenaan untuk diagnosa kedua beri penjelasan keluarga cara
perawatan anggota keluarga sakit, gunakan alat dan fasilitas di rumah
,awasi keluarga melakukan perawatan dan Bantu anggota keluarga
mengembangkan
Dari intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Tn.S terdapat kesamaan yaitu beri penjelasan keluarga cara perawatan
anggota keluarga sakit, gunakan alat dan fasilitas di rumah ,awasi keluarga
melakukan perawatan dan Bantu anggota keluarga mengembangkan
4.3..3 Ketidakmauan keluarga Tn. S untuk memanfaatkan pasilitas kesehatan
untuk memelihara kesehatan Tn. S berhungan dengan kurang
penngetahuan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan
Perencanaan untuk diagnosa ketiga sesuai dengan teori adalah
Observasi pengetahuan keluarga, Anjurkan keluarga ke pelayanan
kesehatan bila mengalami sakit seperti puskesmas, rumah sakit, klinik dan
lain-lain ,Memberikan informasi pentingnya menggunakan fasilitas
kesehatan bila mengalami sakit terdekat dan Anjurkan keluarga
mengunakan BPJS jika ada
Dari intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Tn.K terdapat kesamaan yaitu Observasi pengetahuan keluarga, Anjurkan
keluarga kepelayanan kesehatan bila mengalami sakit seperti puskesmas,
rumah sakit, klinik dan lain-lain ,Memberikan informasi
pentingnya menggunakan fasilitas kesehatan bila mengalami sakit terdekat
dan Anjurkan keluarga mengunakan BPJS jika ada.

4.4 Implementasi Keperawatan

Menurut (Doengoes, 2009) implementasi merupakan pengelolaan dan


perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang
mengacu kepada prencanaan yang telah di susun sebelumnya oleh perawat. Dalam
pelaksanaan tindakan ada tiga yang harus dilalui yaitu : persiapan, perencanaan,
dan pendekumentasian (Nusalam, 2011)
4.4.1 ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM pada Tn.S berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit gastritis
Implementasi untuk diagnosa yang pertama sesuai dengan teori adalah
Memberi penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga sakit ,
Menggunakan alat dan fasilitas di rumah ,Mengawasi keluarga melakukan
perawatan dan Membantu anggota keluarga mengembangkan kesanggupan
dalam merawat anggota keluarga sakit
Dari implementasi di atas antara teori dan kasus pada kelaurga Tn.
S terdapat kesamaan Memberi penjelasan keluarga cara perawatan anggota
keluarga sakit , Menggunakan alat dan fasilitas di rumah ,Mengawasi
keluarga melakukan perawatan dan Membantu anggota keluarga
mengembangkan kesanggupan dalam merawat anggota keluarga sakit
4.4.2 Ketidak mampuan keluarga Tn. S merawat anggota keluarga yang
sakit berhubungan dengan kurang nya terpapar tentang informasi cara
merawat anggota keluarga
Implementasi untuk diagnosa yang kedua sesuai dengan teori
adalah Memberi penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga
sakit ,Menggunakan alat dan fasilitas di rumah ,Mengawasi keluarga
melakukan perawatan dan Membantu anggota keluarga mengembangkan
kesanggupan dalam merawat anggota keluarga sakit
Dari implementasi di atas antara teori dan kasus pada kelaurga Tn.
S terdapat kesamaan Memberi penjelasan keluarga cara perawatan anggota
keluarga sakit ,Menggunakan alat dan fasilitas di rumah ,Mengawasi
keluarga melakukan perawatan dan Membantu anggota keluarga
mengembangkan kesanggupan dalam merawat anggota keluarga sakit
4.4.3 Ketidakmauan keluarga Tn. S untuk memanfaatkan pasilitas kesehatan
untuk memelihara kesehatan Tn.S berhungan dengan kurang
penngetahuan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan.
Implementasi untuk diagnosa yang ketiga sesuai dengan teori
adalah Mengobservasi pengetahuan keluarga ,Menganjurkan keluarga
kepelayanan kesehatan bila mengalami sakit seperti puskesmas,
rumah sakit, klinik dan lain-lain, Memberikan informasi
pentingnya menggunakan fasilitas kesehatan bila mengalami sakit
terdekat dan Menganjurkan keluarga mengunakan BPJS jika ada
Dari implementasi di atas antara teori dan kasus pada kelaurga Tn.
S terdapat kesamaan Mengobservasi pengetahuan keluarga
,Menganjurkan keluarga kepelayanan kesehatan bila mengalami sakit
seperti puskesmas, rumah sakit, klinik dan lain-lain, Memberikan
informasi pentingnya menggunakan fasilitas kesehatan bila
mengalami sakit terdekat dan Menganjurkan keluarga mengunakan
BPJS jika ada
4.5 Evaluasi Keperawatan
Menurut (Potter dan Perry, 2011) evaluasi adalah pengukuran keberhasilan
asuhan keperawatan dan kemajuan klien kea arah pencapaian tujuan.
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan keluarga dimana tahap
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperwatan di nilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan akan intervensi keperawatan di tetapkan (Brooker, Christine,
2011)
Evaluasi dari tindakan pada keluarga Tn. S, yaitu sebagai berikut :
4.5.1 ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM pada Tn.S berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit gastritis
keluarga Tn. S Mengatakan dapat memahami apa yang disampaikan oleh
perawat dan Keluarga tampak koperatif ,Keluarga Tn S tapak bingung ketika
ditanya oleh perawat sebelum diberikan penkes ,Ny. J tampak rutin minum oat
yang diberikan dokter ,Keluarga bersedia perawat melakukan kunjungan rumah,
TD: 110/90mmHg, N : 88x/menit, RR: 20 x/menit,S : 36,2 ºC, Masalah teratasi
sebagian dan mengobsevasi diagnosa 1 kali kunjuangan
4.5.2 Ketidak mampuan keluarga Tn. S merawat anggota keluarga yang
sakit berhubungan dengan kurang nya terpapar tentang informasi cara
merawat anggota keluarga
Keluarga mencerikatan tentang penyakit yang diderita Tn.S, Keluarga
mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan
sesuai dengan yang dijelaskan oleh perawat, Keluarga mampu
menyebutkan pengertian tentang DM peneyebab DM, tanda dan gejala,
komplikasi perawatan dan pencecegahan penyeakit DM, Masalah teratasi
sebagian dan mengobsevasi diagnosa 1 kali kunjuangan
4.5.3 Ketidakmauan keluarga Tn. S untuk memanfaatkan pasilitas kesehatan
untuk memelihara kesehatan Tn.S berhungan dengan kurang penngetahuan
keluarga menggunakan pelayanan kesehatan.
keluarga Tn. S Mengatakan bahwa belum mengetahuii tentang pelayanan
kesehatan di sekitar linkunannya yang ada., Keluarga Tn. S dapat menerima
perawat kunjungan , Keluaraga tampak kooperatif, Keluarga tampak binggung,
TD: 110/90mmHg, N : 88 x/menit, RR: 20 x/menit, S : 36,2 ºC, Masalah
teratasi dan hentikan intervensi
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolute maupun relative (Waspadji dan sukardji, 2004 : 2).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare,
2008 : 1220).
Menurut teori beberapa hasil pengkajian dan observasi pada keluaraga Tn .S
dengan DM ditemukan data-data Tn .S merasa kedua kaki terasa panas
Pada kasus keluarga Tn .S didapatkan data yaitu keluarga Tn.S mengatakan
mengalami penyakit DM tetapi keluarga tidak tahu penyebab, tanda, gejala dan
komplikasi dari DM.
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus keluarga Tn.S yaitu
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM pada Tn.S berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit DM, ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat keluarga sakit dan Ketidakmauan keluarga Tn.
S untuk memanfaatkan pasilitas kesehatan untuk memelihara kesehatan Tn.S
berhungan dengan kurang penngetahuan keluarga menggunakan pelayanan
kesehatan.
Dari intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn.S
terdapat kesamaan yaitu Berikan informasi tentang pengertian ,penyebab,tanda
gejala dan komplikasi ,Identifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
,Dorong sikap dan emosi yang sehat dalam mengatasi keluarga ,Beri penjelasan
tentang mengenal masalah dan Anjurkan pasien untuk minum obat secara teratur
dari dokter dan tim medis, beri penjelasan keluarga cara perawatan anggota
keluarga sakit, gunakan alat dan fasilitas di rumah ,awasi keluarga melakukan
perawatan dan Bantu anggota keluarga mengembangkan.
Observasi pengetahuan keluarga, Anjurkan keluarga ke pelayanan kesehat
an bila mengalami sakit seperti puskesmas, rumah sakit, klinik dan lain-lain
,Memberikan informasi pentingnya menggunakan fasilitas kesehatan bila
mengalami sakit terdekat dan Anjurkan keluarga mengunakan BPJS jika ada
Implementasi untuk diagnosa yang pertama Implementasi untuk diagnosa
yang pertama sesuai dengan teori adalah Memberi penjelasan keluarga cara
perawatan anggota keluarga sakit , Menggunakan alat dan fasilitas di rumah
,Mengawasi keluarga melakukan perawatan dan Membantu anggota keluarga
mengembangkan kesanggupan dalam merawat anggota keluarga sakit
Implementasi untuk diagnosa yang kedua sesuai dengan teori adalah Memberi
penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga sakit ,Menggunakan alat dan
fasilitas di rumah ,Mengawasi keluarga melakukan perawatan dan Membantu
anggota keluarga mengembangkan kesanggupan dalam merawat anggota keluarga
sakit Implementasi untuk diagnosa yang ketiga sesuai dengan teori adalah
Mengobservasi pengetahuan keluarga ,Menganjurkan keluarga
kepelayanan kesehatan bila mengalami sakit seperti puskesmas, rumah sakit,
klinik dan lain-lain, Memberikan informasi pentingnya menggunakan fasilitas
kesehatan bila mengalami sakit terdekat dan Menganjurkan keluarga mengunakan
BPJS jika ada
Pada tahap evaluasi dari ketiga diagnosa teratasi , hal ini karena faktor
pendukung dari klien, keluarga klien, dan fasilitas kesehatan.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKES Eka Harap Palangkaraya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan
datang
5.2.2 Bagi UPT PKM Jekan Raya
Sebagai bahan masukan bagi perawat di UPT PKM jekan raya Palangka
Raya untuk mengambil langkah dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan pada keluarga Tn.S.
5.2.3 Bagi Klien Dan Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga Tn. S tentang pengetahuan
keluarga mengenai pengertian DM, tanda, gejala, komplikasi dari DM.
5.2.4 Bagi Tenaga Keperawatan
Sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga keperawatan
untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan secara menyeluruh, sehingga
berimplikasi pada peningkatan kualitas kesehatan keluarga.

5.2.5 Bagi Penulis

Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan


keperawatan keluarga yang mengalami penyakit gastritis
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra


Wacana Media, Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat,
Diabetes Melitus dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan
Teori Buku 1, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan
Teori Buku 2, Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka
Cipta, Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014

Anda mungkin juga menyukai