“ABORTUS”
DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING
Dr. dr. Hj. Annisa Anwar Muthaher, S.H, M.Kes, Sp.F
1
LEMBAR PENGESAHAN
Nama:
Menik Ayu Nurhayati N 111 17 146
Muslim Nur Kobstan N 111 17 145
Aryanto N 111 17 110
Aryo Widagdho N 111 18 030
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak
persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan,
tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan,
infeksi dan eklampsia. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta
kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman
dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20
kasus aborsi tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Di
Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43
kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran
bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Suatu hal
yang dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di
negara-negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang. 2
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
1) Aspek medis
Pengeluaran hasil konsepsi setiap stadium perkembangannya
sebelum masa kehamilan lengkap
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan
2) Kedokteran Forensik :
Keluarnya janin dari kandungan seorang wanita pada setiap saat
sebelum masa kehamilan lengkap tercapai.
3) Aspek hukum
Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum
waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungan
Sewaktu pengguguran dilakukan, kandungan masih hidup
Ada faktor kesengajaan
B. KLASIFIKASI ABORSI
Jenis-jenis abortus menurut terjadinya dibagi menjadi:
1) Abortus spontan
Merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya
proses kehamilan tanpa tindakan. Penyebabnya dapat oleh karena
penyakit yang diderita si Ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada
umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi,
diantaranya3:
a) Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam ) :
ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Proses awal dari suatu keguguran,
yang ditandai dengan3 :
6
Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum
masih tertutup dan janin masih dalam intrauterine timbul pada
pertengahan trimester pertama.
TFU sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.
Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah
menyertai perdarahan.
Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup
Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari
abortus imminens, jika pemeriksaan (+) sebelum dan setelah
diencerkan 1/10, prognosis mengarah ke ad bonam dan bila (-)
saat diencerkan 1/10, maka prognosis mengarah ke ad malam.
Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui keadaan
plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum, dan apakah
ada hematoma retroplasenta. Diperhatikan ukuran biometri
janin/ kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan
berdasarkan HPHT, gerak janin dan denyut jantung janin.
b) Abortus Insipiens : peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat dan mendatar, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia gestasi berdasarkan
HPHT. Ditandai dengan adanya3 :
Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim
kuat.
Robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks
Terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi
Perdarahan per vaginam masif, kadang-kadang keluar gumpalan
darah.
Tes hCG biasanya negatif namun dapat positif karena produksi
hCG oleh korion, dan bukan oleh fetus
7
Pada pemeriksaan USG didapati pembesaran uterus yang masih
sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung
janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal,
perhatikan apakah adanya perdarahan retroplasenta dan ovum
yang mati.
8
e) “Missed Abortion” : berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20
minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tertahan dalam uterus 2
bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini dapat3 :
Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.
Diresorbsi kembali sehingga hilang
Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus
Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu
akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis:
Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea,
dapat disertai mual dan muntah
Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak
bertambah tinggi jika kehamilannya berkisar antara 14 sampai
20 minggu.
Mamae menjadi mengecil sebagai tanda-tanda kehamilan
sekunder yang menghilang.
Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan
menjadi negative pada 2-3 minggu setelah fetus mati.
Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit
Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.
Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil,
kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan
disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus
diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan
darah oleh karena hipofibrinogemia sehingga perlu diperiksa
koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
9
f) Abortus Habitualis : abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau
lebih oleh sebab apapun. Penderita abortus habitualis pada umumnya
tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir
dengan keguguran secara berturut-turut. Bishop melaporkan kejadian
abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh kehamilan. 3
Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan
karena reaksi immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross
reactive), tetapi dekade belakangan ini diketahui penyebab yang
tersering dijumpai adalah inkompetensia serviks yaitu keadaan
dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap
bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di
mana os serviks akan membuka tanpa disertai tanda-tanda inpartu
lainnya seperti perut tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi
pengeluaran janin. Penyebab lain yang sering ditemukan berupa
kelainan anatomis, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,
kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
progesteron sesudah korpus luteum atrofis. 3,4
Pemeriksaan :
Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus
submukosa atau anomali congenital.
BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah
ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
Psiko analisis
10
Tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5
derajat Celcius, kenaikan leukosit dan discharge berbau
pervaginam, uterus besar dan lembek disertai nyeri tekan.
2) Abortus Provokatus
Abortus Provokatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau
merupakan suatu upaya yang disengaja, baik dilakukan oleh ibunya
sendiri atau dibantu oleh orang lain, untuk menghentikan proses
kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi)
yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar. 4,5
Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi:
a) Abortus provokatus Medisinalis/Therapeutikus
Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa Ibu. Syarat-syaratnya adalah4,5:
Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter
kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung
jawab profesi.
Mengkonsultasikan dengan sedikitnya dua orang ahli, yaitu ahli
obstetric/gynekologi dan ahli penyakit dalam atau ahli jantung
yang berpengalaman.
Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama,
hukum, psikologi).
Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat.
11
Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan
yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
Prosedur tidak dirahasiakan.
Dokumen medik harus lengkap.
b) Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi medik
(ilegal) dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran dilakukan
dengan menggunakan alat-alat atau obat-obatan tertentu, atau dengan
kekerasan mekanik lokal.4,5
Kekerasan dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari
luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti
melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian
bawah, kekerasan langsung pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada
serviks dan sebagainya. 4,5,6
Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur, nanas
muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain-lain. Ada juga yang agak
beracun seperti garam logam berat, laksans dan lain-lain; atau bahan yang
beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain-
lain. Kombinasi kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin)
ternyata sangat efektif. Akhir-akhir ini dikenal juga sitostatika (aminopterin)
sebagai abortivum. 4,5,6
13
b) Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan
paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin
dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta
dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya
metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan.
Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering
terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan
pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti
pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi
yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat
menjurus hingga ke kandung kencing. 7
c) PIL RU 486
Masyarakat menamakannya "Pil Aborsi Perancis". Teknik ini
menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol
untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di
Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari
klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke
klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut
diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi
(seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll)
14
yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu,
maka ia diberikan pil RU 486. 7,8
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron
yang berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap
lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan
makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua,
yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini
diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol,
yang mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin
terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya
itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka
mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum,
atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga
5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu
setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi
telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10
persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari
penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari
kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa
sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis
meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan jantung.
Efek jangka panjang dari RU 486 belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa alasan yang dapat dipercaya mengatakan bahwa RU 486
tidak saja mempengaruhi kehamilan yang sedang berlangsung, tetapi
juga dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya, yaitu
kemungkinan keguguran spontan dan cacat pada bayi yang
dikandung. 7,8
d) Suntikan Methotrexate (MTX)
Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini
disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk
menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker,
15
dengan menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel.
MTX ternyata juga menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid -
selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal
plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai 'sistim
penyanggah hidup' untuk janin yang sedang berkembang, mengambil
oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang
karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, tetapi juga
memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin), yang
memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus memproduksi
hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan
keguguran. 7,8,9
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang,
melindungi dan menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena
kekurangan nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7 hari kemudian,
tablet misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil itu
untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang, hal ini
terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering
juga terjadi perlunya penambahan dosis misoprostol. Hal ini
membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan MTX dapat
berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan
mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari dalam
sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan
janin dapat gugur kapan saja - di rumah, di dalam bis umum, di
tempat kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih
mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak
mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan
dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk
memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya adalah racun
dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi. 7,8,9
Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit
kepala, rasa sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang
16
lebih serius adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan
darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus
MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX
memang berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis
dan psoriasis, "kematian pernah dilaporkan pada orang yang
menggunakan MTX", dan pabrik itu menyarankan agar hanya para
dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi
antimetabolik saja yang boleh menggunakan MTX. Meski para
dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-efek samping
MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk digunakan
dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju,
karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera
peringatan bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah.
7,8,9
2) Trimester Kedua
a) Metode Dilatasi dan Evakuasi
Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24
minggu. Metode ini sejenis dengan D&C, hanya dalam D&E
digunakan tang penjepit (forsep) dengan ujung pisau tajam untuk
merobek-robek janin. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga
seluruh tubuh janin dikeluarkan dari rahim. Karena pada usia
kehamilan ini tengkorak janin sudah mengeras, maka tengkorak ini
perlu dihancurkan supaya dapat dikeluarkan dari rahim. Jika tidak
berhati-hati dalam pengeluarannya, potongan tulang-tulang yang
runcing mungkin dapat menusuk dinding rahim dan menimbulkan
luka rahim. Pendarahan mungkin juga terjadi. Dr. Warren Hern dari
Boulder, Colorado, Amerika Serikat, seorang dokter aborsi yang
sering melakukan D&E mengatakan, hal ini sering membuat masalah
bagi karyawan klinik dan menimbulkan kekuatiran akan efek D&E
pada wanita yang menjalani aborsi. Dokter Hern juga melihat trauma
yang terjadi pada para dokter yang melakukan aborsi, ia mengatakan,
17
"tidak dapat disangkal lagi, penghancuran terjadi di depan mata kita
sendiri. Penghancuran janin lewat forsep itu seperti arus listrik." 7,8,9
18
atau kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat
sistim pembuluh darah.
Keterangan : Jarum suntik ditusuk hingga mencapai air ketuban. Jarum ini
kemudian menyedot dari sedikit air ketuban keluar, lalu diganti dengan
larutan racun garam.
c) Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang
biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang
efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon
oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal.
Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam
menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin
dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang
sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah
umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim,
yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara
1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/
peradangan dinding rahim. 7,8,9
19
d) Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami
oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan
hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran
berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan
tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga
garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban
untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati,
karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara
paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping
penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang
tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena
dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal
jantung, perobekan rahim. 7,8
20
f) Histerektomi (untuk kehamilan trimester kedua dan ketiga)
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan
jika cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan
hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta
ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan
dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir:
bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini
memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada
kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama
legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian per
100.000 kasus aborsi dengan cara ini. 7,8,9
D. KOMPLIKASI ABORSI
Komplikasi yang dapat terjadi karena aborsi adalah10 :
1) Perdarahan (hemorrhage)
2) Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3) Infeksi dan tetanus
4) Gagal ginjal akut
5) Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh:
Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik
6) DIC (Disseminated Intravaskular Coagulation)
21
Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Umumnya pada abortus infeksiosa,
infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik, virulensi bakteri
tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium tuba, parametrium dan
peritonium.
Kerusakan organ-organ
23
4. Menentukan sebab kematian.
Dengan otopsi yang teliti disertai pemeriksaan penunjang maka dapat
diketahui penyebab kematiannya:
a) Vagal refleks : Komplikasi ini terjadi karena adanya rangsangan
pada permukaan sebelah dalam dari canalis servikalis. Kematian
khas terjadi di meja operasi.
b) Perdarahan : Terjadi karena robeknya vagina, serviks, atau uterus
sehingga menyebabkan perdarahan yang masif.
c) Emboli udara : Komplikasi ini sering terjadi pada aborsi dengan alat
semprot. Dimana udara ikut masuk ke dalam pembukuh darah dan
dapat menyebabkan emboli udara pada arteri coronaria atau arteri
otak. Kematian terjadi dalam waktu 10 menit. Jumlah udara yang
mematikan tergantung dari banyak faktor. Udara sebanyak 10
mililiter saja sudah dapat menyebabkan kematian, tetapi pernah ada
laporan bahwa penderita dapat sembuh sesudah mengalami emboli
sebanyak 100 mililiter.
d) Sepsis : Dapat terjadi karena alat-alat yang digunakan tidak steril,
uterus tidak bersih, dan robeknya usus besar.
24
BAB III
ASPEK MEDIKOLEGAL
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
25
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a) Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d) Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e) Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan
norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 77 dinyatakan sebagai berikut:
- Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman,
dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan
paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak profesional, tanpa mengikuti
standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih
mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis.
- Namun sayangnya didalam UU Kesehatan ini belum disinggung soal
masalah kehamilan akibat hubungan seks komersial yang menimpa
pekerja seks komersial (3) Dalam peraturan pemerintah sebagai
pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenai keadaan darurat
dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian & kewenangan bentuk persetujuan, sarana
kesehatan yang ditunjuk.
26
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus yaitu
pasal 283, 299, 346,347,348, 349,535 KUHP.13
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima
ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
27
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lima tujuh tahun.
Dari Pasal 346, 347 dan 348 KHUP, jelas bahwa undang-undang tidak
mempersoalkan masalah umur kehamilan atau berat badan dari fetus yang
keluar. Sedangkan pasal 349 dan 299 KUHP memuat ancaman hukuman
untuk orang-orang tertentu yang mempunyai profesi atau pekerjaan tertentu
bila mereka turut membantu atau melakukan kejahatan seperti yang dimaksud
ke tiga pasal tersebut.
UU HAM
pasal 53
ayat 1 : Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup & meningkatkan taraf kehidupannya.
Aspek Agama
Pandangan agama islam tentang aborsi adalah sebagai berikut :
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa
aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat
yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak
ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang
membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.15
29
1) Pertama: Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang
mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan.
Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini.
Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah
memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)
2) Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua
orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan
menyelamatkan semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa
orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang
siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab
yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan
nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)
3) Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak
memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena
penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai,
kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya.
Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan
firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada
mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa yang besar.” (QS 17:31)
4) Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan
terhadap perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang
dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam
30
kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah “abortus
provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal – tindakan
yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman
terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan
RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah:
dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara
bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang
demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di
akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)
5) Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah
mengenal kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui
keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu
masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah
dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam
proses aborsi.
6) Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau
kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana
Allah.
Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi
segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara
kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami
dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai
bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya
janin dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang
mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan
apalagi membunuh janin secara paksa.
7) Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi.
Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat
menjunjung tinggi kehidupan.
31
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam
sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad
SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak
memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk
menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci)
seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah
berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok
harinya dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku?
Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi
Allah, aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras,
maka pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika wanita itu melahirkan
datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah
anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun
kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus
dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.
32
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Banyak orang yang melakukan aborsi dengan alasan-alasan tertentu.
Sebagian besar orang yang melakukan abortus adalah karena alasan
kesehatan, ekonomi, sosial. Melakukan aborsi apapun alasannya mengandung
suatu persoalan yang mengancam keselamatan dan kesehatan ibu, yang
lebih parah adalah resiko gangguan psikologis.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Semua
agama sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam
tindakan aborsi, karena ini adalah kejahatan yang terbesar. Hidup manusia
dari dalam kandungan itu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk
memastikan kelahirannya. Kelahiran seorang bayi adalah anugerah yang
teramat luar biasa dari Allah. Aborsi menjadi fenomena dan problem sosial
yang telah menjadi budaya di masyarakat. Aborsi hukumnya haram dan
merupakan tindakan kriminal atau jarimah,kecuali dalam kondisi
darurat/indikasi medis, walaupun aborsi dilarang secara undang-undag tap
banyak yang melakukan secara sembunyi-sembunyi.
33
DAFTAR PUSTAKA
5. Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC, 604-
605.
6. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC, 447-
449.
10. Cunningham, Gary, F. dkk. 2006. Obstetri Williams Vol. 2. Jakarta: EGC,
951-964.
34
11. Wiknjosastro, Hanifa. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi dalam Ilmu
Kandungan. Edisi kedua. 1999. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiohardjo. 246 – 9
13. Hamzah, Andi, Dr.SH., 1984, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
14. Hanafiah, M. Yusuf., Prof.Dr.SPOG & Amri Amir, Dr.SpF., 1999, Etika
Kedokteran &Hukum Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
15. Abbas Syauman. 2004. Hukum Aborsi Dalam Islam. Jakarta. Cendekia Sentra
Muslim
35