Anda di halaman 1dari 35

TUGAS REFERAT DESEMBER 2019

“ABORTUS”

DISUSUN OLEH :

Menik Ayu Nurhayati N 111 17 146


Muslim Nur Kobstan N 111 17 145
Aryanto N 111 17 110
Aryo Widagdho N 111 18 030

PEMBIMBING
Dr. dr. Hj. Annisa Anwar Muthaher, S.H, M.Kes, Sp.F

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT KABELOTA DONGGALA
PALU
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nama:
Menik Ayu Nurhayati N 111 17 146
Muslim Nur Kobstan N 111 17 145
Aryanto N 111 17 110
Aryo Widagdho N 111 18 030

Judul Referat: ABORTUS

Telah menyelesaikan tugas referat ini sebagai tugas kepaniteraan klinik


pada Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, Desember 2019


Mengetahui
Pembimbing

(Dr. dr. Hj. Annisa Anwar Muthaher., S.H, M.Kes, Sp.F)


NIP. 197903092008042001

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ................................................................................................ 6
B. Klasifikasi Aborsi ................................................................................. 6
C. Metode-metode Aborsi dan Efek Sampingnya ..................................... 13
D. Komplikasi Aborsi ............................................................................... 21
E. Pembuktian Kasus Aborsi ..................................................................... 22

BAB III ASPEK MEDIKOLEGAL ...................................................................... 25


1. Aborsi di Pandang dari Segi hukum ..................................................... 25
2. Aborsi Dipandang dari Segi Etika Agama ............................................ 29

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 33


Kesimpulan ........................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

Aborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengguguran


kandungan. Makna aborsi lebih mengarah kepada suatu tindakan yang disengaja
untuk mengakhiri kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada tanda-tanda
kehidupan dalam rahim. Sedangkan abortus adalah berakhirnya kehamilan atau
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus sendiri
terbagi dua yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah
merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan
sebelum berumur 20 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yag
diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan
kelainan pada sistem reproduksi. Abortus spontan sering disebut dengan
keguguran. Sedangkan abortus provokatus adalah suatu upaya yang disengaja
untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin
(hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.1

Abortus provokatus sendiri terbagi menjadi dua yaitu abortus provokatus


artifisial terapeutik dan abortus provokatus kriminalis. Abortus provokatus
artifisial terapeutik adalah pengguguran kandungan menggunakan alat-alat medis
dengan alasan kehamilan membahayakan dan dapat membawa maut bagi ibu,
misalnya karena ibu mempunyai penyakit berat tertentu. Abortus terapeutik
diizinkan menurut ketentuan profesional seorang dokter atas indikasi untuk
menyelamatkan sang ibu. Jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke
dalam Abortus buatan legal. Sedangkan abortus provokatus kriminalis adalah
pengguguran kandungan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang hukum karena
jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam abortus buatan ilegal.
Termasuk dalam abortus jenis ini adalah abortus yang terjadi atas permintaan
pihak perempuan, suami, atau pihak keluarga kepada seorang dokter untuk
menggugurkan kandungannya. 1

4
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak
persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan,
tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan,
infeksi dan eklampsia. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta
kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman
dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20
kasus aborsi tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Di
Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43
kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran
bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Suatu hal
yang dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di
negara-negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang. 2

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
1) Aspek medis
 Pengeluaran hasil konsepsi setiap stadium perkembangannya
sebelum masa kehamilan lengkap
 Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan
2) Kedokteran Forensik :
 Keluarnya janin dari kandungan seorang wanita pada setiap saat
sebelum masa kehamilan lengkap tercapai.
3) Aspek hukum
 Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum
waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungan
 Sewaktu pengguguran dilakukan, kandungan masih hidup
 Ada faktor kesengajaan

B. KLASIFIKASI ABORSI
Jenis-jenis abortus menurut terjadinya dibagi menjadi:
1) Abortus spontan
Merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya
proses kehamilan tanpa tindakan. Penyebabnya dapat oleh karena
penyakit yang diderita si Ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada
umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi,
diantaranya3:
a) Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam ) :
ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Proses awal dari suatu keguguran,
yang ditandai dengan3 :
6
 Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum
masih tertutup dan janin masih dalam intrauterine timbul pada
pertengahan trimester pertama.
 TFU sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.
 Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
 Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah
menyertai perdarahan.
 Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup
 Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari
abortus imminens, jika pemeriksaan (+) sebelum dan setelah
diencerkan 1/10, prognosis mengarah ke ad bonam dan bila (-)
saat diencerkan 1/10, maka prognosis mengarah ke ad malam.
 Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui keadaan
plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum, dan apakah
ada hematoma retroplasenta. Diperhatikan ukuran biometri
janin/ kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan
berdasarkan HPHT, gerak janin dan denyut jantung janin.
b) Abortus Insipiens : peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat dan mendatar, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia gestasi berdasarkan
HPHT. Ditandai dengan adanya3 :
 Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim
kuat.
 Robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks
 Terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi
 Perdarahan per vaginam masif, kadang-kadang keluar gumpalan
darah.
 Tes hCG biasanya negatif namun dapat positif karena produksi
hCG oleh korion, dan bukan oleh fetus

7
 Pada pemeriksaan USG didapati pembesaran uterus yang masih
sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung
janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal,
perhatikan apakah adanya perdarahan retroplasenta dan ovum
yang mati.

c) Abortus Kompletus : proses abortus dimana keseluruhan hasil


konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar melalui jalan lahir sehingga
rongga rahim kosong pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.Tanda dan Gejala3 :
 Serviks menutup.
 Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
 Gejala kehamilan tidak ada.
 Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus.

d) Abortus Inkompletus : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus3.
Gejala Klinis :
 Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
 Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel
(darah beku).
 Sudah ada keluar fetus atau jaringan
 Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi
didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa
jaringan pada kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus
yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.

8
e) “Missed Abortion” : berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20
minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tertahan dalam uterus 2
bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini dapat3 :
 Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.
 Diresorbsi kembali sehingga hilang
 Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus
 Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu
akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis:
 Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea,
dapat disertai mual dan muntah
 Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
 Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak
bertambah tinggi jika kehamilannya berkisar antara 14 sampai
20 minggu.
 Mamae menjadi mengecil sebagai tanda-tanda kehamilan
sekunder yang menghilang.
 Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan
menjadi negative pada 2-3 minggu setelah fetus mati.
 Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit
 Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.
 Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil,
kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan
disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
 Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus
diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan
darah oleh karena hipofibrinogemia sehingga perlu diperiksa
koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

9
f) Abortus Habitualis : abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau
lebih oleh sebab apapun. Penderita abortus habitualis pada umumnya
tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir
dengan keguguran secara berturut-turut. Bishop melaporkan kejadian
abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh kehamilan. 3
Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan
karena reaksi immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross
reactive), tetapi dekade belakangan ini diketahui penyebab yang
tersering dijumpai adalah inkompetensia serviks yaitu keadaan
dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap
bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di
mana os serviks akan membuka tanpa disertai tanda-tanda inpartu
lainnya seperti perut tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi
pengeluaran janin. Penyebab lain yang sering ditemukan berupa
kelainan anatomis, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,
kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
progesteron sesudah korpus luteum atrofis. 3,4
Pemeriksaan :
 Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus
submukosa atau anomali congenital.
 BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah
ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
 Psiko analisis

g) Abortus Infeksious : suatu abortus yang telah disertai komplikasi


berupa infeksi genital. Diagnosis3,4:
 Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang
telah ditolong di luar rumah sakit.
 Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan,
perdarahan, dan sebagainya.

10
 Tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5
derajat Celcius, kenaikan leukosit dan discharge berbau
pervaginam, uterus besar dan lembek disertai nyeri tekan.

h) “Septic Abortion” : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran


kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Diagnosis “septic abortion” ditegakan jika didapatkan tanda – tanda
sepsis, seperti nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan
kesadaran.3,4

2) Abortus Provokatus
Abortus Provokatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau
merupakan suatu upaya yang disengaja, baik dilakukan oleh ibunya
sendiri atau dibantu oleh orang lain, untuk menghentikan proses
kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi)
yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar. 4,5
Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi:
a) Abortus provokatus Medisinalis/Therapeutikus
Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa Ibu. Syarat-syaratnya adalah4,5:
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter
kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung
jawab profesi.
 Mengkonsultasikan dengan sedikitnya dua orang ahli, yaitu ahli
obstetric/gynekologi dan ahli penyakit dalam atau ahli jantung
yang berpengalaman.
 Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama,
hukum, psikologi).
 Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat.
11
 Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan
yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
 Prosedur tidak dirahasiakan.
 Dokumen medik harus lengkap.
b) Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi medik
(ilegal) dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran dilakukan
dengan menggunakan alat-alat atau obat-obatan tertentu, atau dengan
kekerasan mekanik lokal.4,5

Kekerasan dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari
luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti
melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian
bawah, kekerasan langsung pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada
serviks dan sebagainya. 4,5,6

Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi vagina atau


uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan
air sabun atau air panas pada porsio, aplikasi asam arsenik, kalium
permanganat pekat, atau jodium tinktur; pemasangan laminaria stift atau
kateter ke dalam serviks; atau manipulasi serviks dengan jari tangan.
Manipulasi uterus, dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau
dengan penyuntikan ke dalam uterus. 4,5,6

Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat


apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau
penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson
tipe syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air
biasa/air panas. Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara. 4,5,6

Obat / zat tertentu Pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan yang


mengandung minyak eter tertentu yang dapat merangsang saluran cerna
hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi uterus dan hormon
12
wanita yang merangsang kontraksi uterus melalui hiperemi mukosa uterus.
Hasil yang dicapai sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas
individu dankeadaan kandungannya (usia gestasi). 4,5,6

Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur, nanas
muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain-lain. Ada juga yang agak
beracun seperti garam logam berat, laksans dan lain-lain; atau bahan yang
beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain-
lain. Kombinasi kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin)
ternyata sangat efektif. Akhir-akhir ini dikenal juga sitostatika (aminopterin)
sebagai abortivum. 4,5,6

C. METODE-METODE ABORSI DAN EFEK SAMPINGNYA


1) Trimester Pertama
a) Metode Penyedotan (Suction Curettage)
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan
dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak
dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat
dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim
yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi
berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil
penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta
dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan
alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani
metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim
akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang
terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan
dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau
bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang
paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.7

13
b) Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan
paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin
dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta
dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya
metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan.
Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering
terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan
pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti
pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi
yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat
menjurus hingga ke kandung kencing. 7

Keterangan gambar: Alat kuret dimasukkan ke dalam rahim untuk mulai


mengerok janin, ari-ari, dan air ketuban dari rahim.

c) PIL RU 486
Masyarakat menamakannya "Pil Aborsi Perancis". Teknik ini
menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol
untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di
Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari
klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke
klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut
diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi
(seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll)

14
yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu,
maka ia diberikan pil RU 486. 7,8
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron
yang berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap
lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan
makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua,
yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini
diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol,
yang mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin
terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya
itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka
mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum,
atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga
5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu
setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi
telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10
persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari
penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari
kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa
sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis
meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan jantung.
Efek jangka panjang dari RU 486 belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa alasan yang dapat dipercaya mengatakan bahwa RU 486
tidak saja mempengaruhi kehamilan yang sedang berlangsung, tetapi
juga dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya, yaitu
kemungkinan keguguran spontan dan cacat pada bayi yang
dikandung. 7,8
d) Suntikan Methotrexate (MTX)
Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini
disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk
menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker,
15
dengan menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel.
MTX ternyata juga menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid -
selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal
plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai 'sistim
penyanggah hidup' untuk janin yang sedang berkembang, mengambil
oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang
karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, tetapi juga
memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin), yang
memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus memproduksi
hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan
keguguran. 7,8,9
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang,
melindungi dan menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena
kekurangan nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7 hari kemudian,
tablet misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil itu
untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang, hal ini
terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering
juga terjadi perlunya penambahan dosis misoprostol. Hal ini
membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan MTX dapat
berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan
mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari dalam
sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan
janin dapat gugur kapan saja - di rumah, di dalam bis umum, di
tempat kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih
mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak
mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan
dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk
memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya adalah racun
dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi. 7,8,9
Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit
kepala, rasa sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang
16
lebih serius adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan
darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus
MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX
memang berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis
dan psoriasis, "kematian pernah dilaporkan pada orang yang
menggunakan MTX", dan pabrik itu menyarankan agar hanya para
dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi
antimetabolik saja yang boleh menggunakan MTX. Meski para
dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-efek samping
MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk digunakan
dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju,
karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera
peringatan bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah.
7,8,9

2) Trimester Kedua
a) Metode Dilatasi dan Evakuasi
Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24
minggu. Metode ini sejenis dengan D&C, hanya dalam D&E
digunakan tang penjepit (forsep) dengan ujung pisau tajam untuk
merobek-robek janin. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga
seluruh tubuh janin dikeluarkan dari rahim. Karena pada usia
kehamilan ini tengkorak janin sudah mengeras, maka tengkorak ini
perlu dihancurkan supaya dapat dikeluarkan dari rahim. Jika tidak
berhati-hati dalam pengeluarannya, potongan tulang-tulang yang
runcing mungkin dapat menusuk dinding rahim dan menimbulkan
luka rahim. Pendarahan mungkin juga terjadi. Dr. Warren Hern dari
Boulder, Colorado, Amerika Serikat, seorang dokter aborsi yang
sering melakukan D&E mengatakan, hal ini sering membuat masalah
bagi karyawan klinik dan menimbulkan kekuatiran akan efek D&E
pada wanita yang menjalani aborsi. Dokter Hern juga melihat trauma
yang terjadi pada para dokter yang melakukan aborsi, ia mengatakan,
17
"tidak dapat disangkal lagi, penghancuran terjadi di depan mata kita
sendiri. Penghancuran janin lewat forsep itu seperti arus listrik." 7,8,9

Keterangan : Tang penjepit dan alat sedot tengah dimasukkan ke dalam


rahim untuk menghancurkan janin.

b) Metode Racun Garam (Saline)


Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini
digunakan saat kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah
cukup melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan
50-250 ml (kira-kira secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti
dengan larutan konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas,
menelan garam dan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit
janin terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam,
janin akan mati. Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam
itu bekerja, si wanita hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati
dengan kulit hitam karena terbakar. Kira-kira 97% dari wanita yang
memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah
suntikan diberikan. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek
samping pada wanita pemakainya yang disebut "Konsumsi
Koagulopati" (pembekuan darah yang tak terkendali diseluruh
tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan hebat dan efek samping
serius pada sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma,

18
atau kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat
sistim pembuluh darah.

Keterangan : Jarum suntik ditusuk hingga mencapai air ketuban. Jarum ini
kemudian menyedot dari sedikit air ketuban keluar, lalu diganti dengan
larutan racun garam.

c) Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang
biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang
efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon
oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal.
Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam
menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin
dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang
sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah
umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim,
yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara
1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/
peradangan dinding rahim. 7,8,9

19
d) Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami
oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan
hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran
berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan
tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga
garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban
untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati,
karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara
paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping
penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang
tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena
dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal
jantung, perobekan rahim. 7,8

e) Partial Birth Abortion


Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin
dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita
dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari
itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke
dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin
ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin
masih dalam keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam
jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang
cukup besar. Setela itu, kateter penyedot dimasukkan untuk
menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari
dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik
keluar. 7,8,9

20
f) Histerektomi (untuk kehamilan trimester kedua dan ketiga)
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan
jika cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan
hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta
ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan
dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir:
bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini
memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada
kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama
legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian per
100.000 kasus aborsi dengan cara ini. 7,8,9

D. KOMPLIKASI ABORSI
Komplikasi yang dapat terjadi karena aborsi adalah10 :
1) Perdarahan (hemorrhage)
2) Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3) Infeksi dan tetanus
4) Gagal ginjal akut
5) Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh:
 Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
 Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik
6) DIC (Disseminated Intravaskular Coagulation)

Komplikasi dari post abortus berkembang menjadi 3 bagian besar11 :


1) Evakuasi yang inkomplit dan atonia uterus yang menyebabkan
komplikasi perdarahan. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan
uterus dari sisa – sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi
darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.

21
 Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Umumnya pada abortus infeksiosa,
infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik, virulensi bakteri
tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium tuba, parametrium dan
peritonium.
 Kerusakan organ-organ

E. PEMBUKTIAN KASUS ABORSI


Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu
merupakan akibat dari tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya,
diperlukan petunjuk-petunjuk12 :
1) Adanya kehamilan
2) Umur kehamilan, bila dipakai pengertian abortus menurut pengertian
medis
3) Adanya hubungan sebab akibat antara abortus dengan kematian
4) Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus dengan saat
kematian
5) Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan abortus sesuai
dengan metode yang dipergunakan
6) Alasan atau motif untuk melakukan abortus itu sendiri

1. Pemeriksaan Korban Hidup


Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha
dokter adalah mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan
cara pengguguran yang dilakukan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
oleh Sp.OG. 12
Untuk menentukan tanda-tanda sisa kehamilan diusahakan
melakukan anamnesis secara teliti dan pemeriksaan fisik berupa adanya
payudara yang membesar dan pengeluaran ASI serta dijumpai adanya
kolustrum pada pemeriksaan laboratorium, Warna kehitaman disekitar
22
payudara, uterus masih membesar, dijumpai adanya striae, lochia dari
vagina, dan perlukaan pada portio. 12
Untuk menentukan usaha penghentian kehamilan dilakukan
pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan PA jaringan hasil aborsi atau sisa
plasenta yang tertinggal dirahim, luka, peradangan, bahan-bahan yang
tidak lazim dalam liang senggama, sisa bahan abortivum. Pada masa kini
bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk pemastian
hubungan ibu dan janin. 12

2. Pemeriksaan Korban Mati


Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan
dalam (autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada12:
a) Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak.
Untuk ini diperiksa :
b) Payudara secara makroskopis maupun mikroskopis
c) Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara
mikroskopik
d) Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara
mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua

3. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan


a) Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka,
perdarahan jalan lahir
b) Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril.
Jika digunakan zat kimia secara lokal maka pada liang senggama
atau cavum uteri dapat ditemukan zat-zat tersebut.
c) Jika digunakan obat-obatan oral atau suntikan maka tentunya obat-
obatan tersebut akan dapat dilacak melalui pemeriksaan
toksikologik.

23
4. Menentukan sebab kematian.
Dengan otopsi yang teliti disertai pemeriksaan penunjang maka dapat
diketahui penyebab kematiannya:
a) Vagal refleks : Komplikasi ini terjadi karena adanya rangsangan
pada permukaan sebelah dalam dari canalis servikalis. Kematian
khas terjadi di meja operasi.
b) Perdarahan : Terjadi karena robeknya vagina, serviks, atau uterus
sehingga menyebabkan perdarahan yang masif.
c) Emboli udara : Komplikasi ini sering terjadi pada aborsi dengan alat
semprot. Dimana udara ikut masuk ke dalam pembukuh darah dan
dapat menyebabkan emboli udara pada arteri coronaria atau arteri
otak. Kematian terjadi dalam waktu 10 menit. Jumlah udara yang
mematikan tergantung dari banyak faktor. Udara sebanyak 10
mililiter saja sudah dapat menyebabkan kematian, tetapi pernah ada
laporan bahwa penderita dapat sembuh sesudah mengalami emboli
sebanyak 100 mililiter.
d) Sepsis : Dapat terjadi karena alat-alat yang digunakan tidak steril,
uterus tidak bersih, dan robeknya usus besar.

24
BAB III
ASPEK MEDIKOLEGAL

Menurut hukum, pengguguran kandungan adalah tindakan penghentian


kehamilan atau mematikan janin sebelum waktunya kelahiran, tanpa melihat usia
kandungan. Yang menerima hukuman ibu yang melakukan aborsi, dokteratau
bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi dan orang-orang yang
mendukung terlaksannya abortus. (5)

1. ABORSI DIPANDANG DARI SEGI HUKUM


UU Kesehatan No 36 tahun 2009:
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:

a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis


bagi korban perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

25
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a) Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d) Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e) Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.

Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan
norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 77 dinyatakan sebagai berikut:
- Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman,
dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan
paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak profesional, tanpa mengikuti
standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih
mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis.
- Namun sayangnya didalam UU Kesehatan ini belum disinggung soal
masalah kehamilan akibat hubungan seks komersial yang menimpa
pekerja seks komersial (3) Dalam peraturan pemerintah sebagai
pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenai keadaan darurat
dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian & kewenangan bentuk persetujuan, sarana
kesehatan yang ditunjuk.

26
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus yaitu
pasal 283, 299, 346,347,348, 349,535 KUHP.13

Pasal 283 KUHP

Barang siapa mempertunjukkan alat atau cara menggugurkan


kandungan kepada anak dibawah usia 17 tahun atau dibawah umur hukuman
maksimum 9 bulan.

Pasal 299 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima
ribu rupiah.

(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan


pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 346 KUHP

Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347 KUHP

(1) Barang siapa dngan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan


seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.

27
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan


seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lima tujuh tahun.

Pasal 349 KUHP

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan


kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterapkan dalam Pasal 347 dan 348,
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.

Pasal 535 KUHP

Barang siapa mempertunjukkan secara terbuka alat atau cara


menggugurkan kandungan, hukuman maksimum 3 bulan.

Dari Pasal 346, 347 dan 348 KHUP, jelas bahwa undang-undang tidak
mempersoalkan masalah umur kehamilan atau berat badan dari fetus yang
keluar. Sedangkan pasal 349 dan 299 KUHP memuat ancaman hukuman
untuk orang-orang tertentu yang mempunyai profesi atau pekerjaan tertentu
bila mereka turut membantu atau melakukan kejahatan seperti yang dimaksud
ke tiga pasal tersebut.

Yang dapat dikenakan hukuman adalah tindakan menggugurkan atau


mematikan kandungan yang termasuk tindakan pidana sesuai dengan pasal-
pasal pada KUHP (abortus kriminalis). Sedangkan tindakan yang serupa demi
28
keselamatn ibu yang dapat dipertanggung jawabkan secara medis (abortus
medicinalis atau abortus therapeuticus), tidaklah dapat dihukum walaupun
pada kenyataan dokter dapat melakukan abortus medisinalis, itu diperiksa
oleh penyidik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan di pengadilan.13

Pemeriksaan oleh penyidik atau hakim di pengadilan bertujuan untuk


mencari bukti-bukti akan kebenaran bahwa pada kasus tersebut memang
murni tidak ada unsur kriminalnya, semata-mata untuk keselamatan jiwa ibu.
Perlu diingat bahwa hanya Hakimlah yang berhak memutuskan apakah
seseorang itu (dokter) bersalah atau tidak bersalah. 13

UU HAM
pasal 53
ayat 1 : Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup & meningkatkan taraf kehidupannya.

2. ABORSI DIPANDANG DARI SEGI ETIKA DAN AGAMA


Aspek Etika Profesi Kedokteran
- Pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingatkan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada
dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik
akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-
masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK).14

Aspek Agama
Pandangan agama islam tentang aborsi adalah sebagai berikut :
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa
aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat
yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak
ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang
membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.15

29
1) Pertama: Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang
mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan.
Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini.
Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah
memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)
2) Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua
orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan
menyelamatkan semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa
orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang
siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab
yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan
nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)
3) Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak
memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena
penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai,
kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya.
Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan
firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada
mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa yang besar.” (QS 17:31)
4) Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan
terhadap perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang
dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam
30
kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah “abortus
provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal – tindakan
yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman
terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan
RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah:
dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara
bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang
demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di
akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)
5) Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah
mengenal kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui
keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu
masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah
dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam
proses aborsi.
6) Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau
kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana
Allah.
Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi
segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara
kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami
dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai
bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya
janin dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang
mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan
apalagi membunuh janin secara paksa.
7) Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi.
Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat
menjunjung tinggi kehidupan.
31
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam
sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad
SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak
memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk
menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci)
seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah
berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok
harinya dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku?
Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi
Allah, aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras,
maka pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika wanita itu melahirkan
datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah
anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun
kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus
dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.

32
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Banyak orang yang melakukan aborsi dengan alasan-alasan tertentu.
Sebagian besar orang yang melakukan abortus adalah karena alasan
kesehatan, ekonomi, sosial. Melakukan aborsi apapun alasannya mengandung
suatu persoalan yang mengancam keselamatan dan kesehatan ibu, yang
lebih parah adalah resiko gangguan psikologis.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Semua
agama sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam
tindakan aborsi, karena ini adalah kejahatan yang terbesar. Hidup manusia
dari dalam kandungan itu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk
memastikan kelahirannya. Kelahiran seorang bayi adalah anugerah yang
teramat luar biasa dari Allah. Aborsi menjadi fenomena dan problem sosial
yang telah menjadi budaya di masyarakat. Aborsi hukumnya haram dan
merupakan tindakan kriminal atau jarimah,kecuali dalam kondisi
darurat/indikasi medis, walaupun aborsi dilarang secara undang-undag tap
banyak yang melakukan secara sembunyi-sembunyi.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Mun’im Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Edisi


Pertama). Jakarta. Binarupa Aksara

2. Chadha, PV. Abortus dalam Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan


Toksikologik. 1995. Jakarta : Widya Medika. 91 – 9.

3. Prawirohardjo, Sarwono. 2002.Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

4. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, 246.

5. Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC, 604-
605.

6. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC, 447-
449.

7. Kontroversi Seputar Aborsi, available at http


://www.kesrepro.info.gendervaw/Mei/ 2003/gendervaw 02. htm, accessed on
may 7, 2016

8. Pradono, Julianty et al. Pengguguran yang Tidak Aman di Indonesia, SDKI


1997. Jurnal Epidemiologi Indonesia. Volume 5 Edisi I-2001. hal. 14-
19Adami Chazawi. 2002. Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Jakarta.
Raja Grafindo Persada

9. World Health Organization.Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates


of Incidence of and Mortality due to Unsafe Abortion with a Listing of
Available Country Data. Third Edition. Geneva: Division of Reproductive
Health (Technical Support) WHO, 1998.

10. Cunningham, Gary, F. dkk. 2006. Obstetri Williams Vol. 2. Jakarta: EGC,
951-964.
34
11. Wiknjosastro, Hanifa. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi dalam Ilmu
Kandungan. Edisi kedua. 1999. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiohardjo. 246 – 9

12. Apuranto, H dan Hoediyanto. 2006. Ilmu Kedokteran Forensik Dan


Medikolegal. Surabaya: Bag. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran UNAIR

13. Hamzah, Andi, Dr.SH., 1984, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta.

14. Hanafiah, M. Yusuf., Prof.Dr.SPOG & Amri Amir, Dr.SpF., 1999, Etika
Kedokteran &Hukum Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

15. Abbas Syauman. 2004. Hukum Aborsi Dalam Islam. Jakarta. Cendekia Sentra
Muslim

35

Anda mungkin juga menyukai