Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS


DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Supriyono (P07120519010)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA


PRODI PROFESI NERS
2019
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS
DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Supriyono (P07120519010)

Telah diperiksa dan disetujui pada , Desember 2019

Mengetahui,

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,

NIP. NIP.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan
kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar,
sehingga meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini juga
harus didukung dengan peningkatan pemberian perawatan pada pasien penderita
penyakit bedah. Salah satunya adalah penyakit Hernia yang paling sering ditemui di
RSUD Cibinong. Hernia adalah tonjolan yang timbul apabila pasien menangis,
mengejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam
keadaan istirahat atau terlentang.
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui jaringan ikat tipis
yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin atau lubang. Lubang itu dapat timbul karena lubang
embrional yang tidak menutup atau melebar, dan akibat tekanan rongga perut yang
meninggi.
Menurut keluhan pasien, sakit dirasakan di perut kanan bawah (inguinalis) dan
dibagian skrotum ketika pasien mengangkat beban yang berat dan akan hilang ketika
pasien beristirahat.
Menurut data dari National Center for Health Statistics, Hernia Inguinalis
menduduki peringkat pertama lima besar tindakan operasi yang paling banyak dilakukan
oleh ahli bedah Amerika pada tahun 1991 yaitu sebanyak 680.000 kasus (Eubanks,
2001). Penelitian terhadap 2.538 veteran pemerintah di Amerika yang menjalani
Hernioraphy pada tahun 1966-1980 memperlihatkan 57% kasus Hernia Inguinalis
Lateralis (Kong & Hiatt, 1997).
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan
102.000 anak menderita penyakit Hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia
penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur
kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 10.214
penderita.
Insiden Hernia adalah insiden yang paling tinggi dilokasi praktek, yaitu sekitar 58 %
yang dirawat di ruang melati bedah RSUD Cibinong dibanding kasus lain yang dirawat.
Setengah dari kasus-kasus Hernia Inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di
bawah 5 tahun. Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada Hernia sisi kiri (2 : 1) dan
sekitar 29 % pasien menderita Hernia Bilateral.
Resiko yang ditimbulkan dari penyakit Hernia kebanyakan dialami oleh pria dewasa,
ada juga resiko Hernia pada anak-anak. Jika Hernia sudah menyebabkan infeksi didalam
tubuh, kebanyakan penderita akan terserang resiko nyeri. Untuk menghindari terjadinya
komplikasi, maka diperlukan tindakan bedah Herniotomi. Pembedahan traktus
gastrointestinal sering kali mengganggu proses fisiologi normal pencernaan dan
penyerapan.
Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi selama pembedahan ketika menggunakan
anestesi spinal. Selain itu, nyeri pada luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas
jaringan sehingga terjadi penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
metabolisme anaerob. Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga
aktivitas sehari-hari dapat terganggu. Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya
Asuhan Keperawatan yang tepat agar dapat mencapai kesehatan yang optimal serta untuk
menghindari komplikasi pada pasien dengan post operasi Hernia Ingunalis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian hernia inguinalis ?
2. Apa sajakah klasifikasi hernia inguinalis?
3. Apa penyebab hernia inguinalis?
4. Bagaimana gejala klinis klien dengan hernia inguinalis?
5. Bagaimana pathofisiologi hernia inguinalis?
6. Bagaimana pemeriksaan fisik hernia inguinalis ?
7. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan hernia inguinalis?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan hernia inguinalis?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan hernia inguinalis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kasus hernia inguinalis?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian hernia inguinalis
2. Mengetahui klasifikasi hernia inguinalis
3. Mengetahui penyebab hernia inguinalis
4. Mengetahui gejala klinis klien dengan hernia inguinalis
5. Mengetahui pathofisiologi hernia inguinalis
6. Mengetahui pemeriksan fisik hernia inguinalis
7. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan hernia inguinalis
8. Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan hernia inguinalis
9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien dengan hernia inguinalis
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kasus hernia inguinalis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal (Lewis,SM, 2003).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di
atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang
bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 2004). Hernia Inguinalis adalah suatu
penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal
tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).

B. Klasifikasi
Menurut lokalisasi
1. Hernia Inguinalis
Indirek: batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran
spermamasuk ke dalam kanalis inguinalis
Direk: batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior
2. Hernia Diafragma
Hernia yang melalui diafragma
3. Hernia Umbilikal
Batang usus melewati cincin umbilical
4. Hernia Femoralis
Batang usus melewati femoral ke bawah ke dalam kanalis femoralis
5. Hernia Scrotalis
Batang usus yang masuk ke dalam kantong skrotum

Hernia insisi menurut sifatnya


1. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengedan, dan masuk
jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala
2. Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan
oleh perlekatan isi kantong pada peritoneal
3. Hernia Inkaserada/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke
dalamrongga perut

C. Patofisiologi
Hernia inguinalis indireksa sebagian besar mempunyai dasar kangenital karena
penonjolan dari prossesus vaginalis peritonei atau penonjolan peritoneum yang
disebabkan oleh penurunan testis yang menarik peritoneum ke daerah skrotum.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prossesus ini telah mengalami abliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui knalis tersegut. Bila prosseus terbuka
terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis
longenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena menciptakan
lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita.
Setiap kondisi yang menyebabkan tekanan intra abdominal memegang
peranan untuk timbulnya dan membesarnya hernia.

D. Etiologi
1. Kongenital/cacat bawaanSejak kecil sudah ada, prosesnya terjadi intrauteri,
berupa kegagalan perkembangan
2. Hrediter (kelainan dalam keturunan)
3. Umur (hernia dijumpai pda semua umur)
4. Jenis kelamin, Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
5. Didapat, seperti mengedan terlalu kuat, mengangkat barang-barang yang berat

E. Gejala Klinis
1. Adanya benjolan di daerah inguinal
2. Benjolan bias mengecil atau menghilang.
3. Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
4. Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi.
5. Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
F. Pemeriksaan fisik
1. Thumb test (Dengan menekan Anulus internus dan klien mengejar) tidak di
dapatkan benjolan keluar.
2. Finger test (test invaginasi jari lewat skrotum ke dalam inguinalis penderita
mengejar) akan terasa benjolan pada jari.
3. Zremant test (Tangan kanan jari II menekan Anulus internus kanan, jari III
menekan Anulus Ekternus kanan, jari IV menekan fasa ovalis kanan, penderita
mengejar) akan adanya dorongan pada jari II.

G. Penatalaksaan
1. Manajemen medis,
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan
jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan.
Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
a. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak
karena dasarnya dalah kongenital tanpa adanya kelemahandinding perut.
b. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakangkanalis inguinalis.
c. Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilaku
kan pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk
itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat
(malam).
2. Manajemen keperawatana.
a. Pre operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan daerah
inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penangananya.
b. Post operasi
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah
resiko tinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
lukaoperasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang. Hernia
inguinalis lateralis reponibilis dilakuakn tindakan bedah elektif karena di
takutkan akan terjadi komlikasi yaitu Herniatomy dan Herniagrafi.
Bedah elektif adalah kanalis di buka, isi hernia di masukkan kantong di ikat
dan di lakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
Hernia inkarserata dan strangulasi dilakukan bedah darurat yaitu cincin
hernia di cari dan di potong usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital
dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak di lakukan reseksi usus dan
Anastomisis.

H. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
KONSEP PERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register,
diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan
gejala klinis yang khas pada penderita HIL
3. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal :
adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi kronis, ascites
yang semuanya itu merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra
abdominal.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di
daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis,
mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga
ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya
gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan tekanan intra
abdominal.
5. Riwayat kesehatam keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular
lainnya.
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb
7. Pemeriksaan laboratorium
a. Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal
hemostasis, dan jumlah lekosit.
b. Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
8. Pemeriksaan penunjang
foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru. Pemeriksaan ECG,
dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma
jaringan.
2. Potensial terjadi infeksi b/d adanya luka insisi pada operasi.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri
4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.
5. Gangguan eliminasi urine: Retensi urin b/d pengaruh anasthesi.

C. RENCANA PERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma
jaringan.
Tujuan : rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria : - kx mengungkapkan myeri berkurang
- kx bebas dari rasa nyeri
- Ekspresi wajah tenang dan santai
- kx dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Rencana :
Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan
asuhan keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga
dapat menentukan tindakan selanjutnya.
Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab nyeri.
Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah
sehingga dapat mengurangi nyeri.
Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
Laksanakan instruksi dokter untuk pemberian obat analgesik
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri.

2. Potensial terjadi infeksi adanya luka pada okerasi.


Tujuan : Luka operasi tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda – tanda infeksi / radang (color, dolor, rubar, tumor,
functio laesa).
Rencana:
Beri penjelasan pada klien perlunya menjaga kebersihan daerah luka operasi
R/ : Dengan penjelasan diharapkan kx mengerti tentang pentingnya menjaga
kebersihan daerah luka operasi.
Observasi tanda – tanda infeksi pada daerah operasi
R/ : Respon jaringan terhadap infeksi di manifestasikan dengan oedem,
kemerahan, dan berkurangnya epitelisasi atau granulasi kulit.
Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.
R/ : Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah
sumber kontaminasi luka.
Rawat luka operasi dengan tekhnik aseptik
R/ : Tindakan aseptik akan menghangat pertumbuhan kulitan dan menjaga luka
operasi dari infeksi.
Observasi gejala kardinal
R/ : Mengetahui perkembangan kesehatan kx dan peningkatan suhu merupakan
salah satu tanda infeksi.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
R/ : Anergiotik berfungsi untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi

3. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri


Tujuan : pasien mampu mobilisasi
Kriteria Hasil : -pasien mampu melakukan pergerakan secara bertahap
-pasien bisa beraktifitas mandiri
Rencana :
Beri motivasi & latihan pada pasien untuk beraktifitas
R/ : meningkatkan perasaan untuk beraktivitas
Ajarkan teknik mobilisasi di tmpat tidur
R/ : melatih menggerakan anggota tubuh
Anjurkan keluarga untuk memotivasi dan membantu melatih mobilisasi pasien
R/ : keluarga punya peran penting membantu pasien
Tingkatkan aktifitas secara bertahap
R/ : meningkatkan mobilitas pasien
DAFTAR PUSTAKA

Black, M., Joyce, Ester, 1997, Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Continuity of Care, USA
Brunner and Suddarth, 1980, Medical Surgical Nursing, J.B. Lippincott Company,
Philadelphia, USA
Donna, L., Wong, Marilyn Hockenberry-Eaton, Marilyn L. Winke David Wilson, et
al, 1999, Wholey and Wong’s Nursing Care of and Children, St. Louis, Mosby, USA
Kendarto, 1994, Hernia, HDW Ilmu Bedah I, Fakultas Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
NANDA. 2005. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2005-2006.
NANDA International. Philadelphia.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing

Anda mungkin juga menyukai