Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL APPRAISAL

ARTIKEL JURNAL
THE EFFICACY AND SAVETY OF NATURAL HONEY ON THE
HEALING OF FOOT ULCER : A CASE SERIES

TUTY ALAWIYAH ALIMUDDIN

131614153096

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa :

Saya mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa saya reproduksi jika makalah

yang dikumpulkan hilang atau rusak.

Makalah ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan karya oranglain

kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang

membuatkan makalah ini untuk saya.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, saya bersedia

mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 16 Oktober 2016

Tuty Alawiyah Alimuddin


NIM : 131614153096
LEMBAR PENILAIAN
CRITICAL APPRAISAL

Nama Mata Ajar : Evidence Based Nursing

Nama Tugas : Critical Appraisal

Nama Mahasiswa : Tuty Alawiyah Alimuddin

NIM : 131614153096

Jumlah kata :

No Aspek Yang Dinilai Bobot Kriteria penilaian

1 Pendahuluan 10 % Menjelaskan topik, tujuan, dan alat yang

digunakan untuk mengkritisi jurnal. Memberikan

deskripsi singkat makalah dan deskripsi singkat

jurnal yang ditelaah secara spesifik da relevan

2 Kritik Artikel 80 % Deskripsi dan kritik jurnal/artikel menggunakan

alat kritik (tool yang tepat):

Analisa tidak logis Sangat Koheren

Pemilihan tool dan logis

Yang tidak sesuai Tool tepat

Ide susah dipahami Ide Lugas

Dan jelas

3 Kesimpulan 10 % Menyimpulkan makalah dan menuliskan refleksi

atas kritik jurnal

4 Pengurangan nilai 5% Nilai akan mendapatkan pengurangan jika

kriteria berikut tidak terpenuhi:


Jumlah kata kurang atau lebih dari batas toleransi

5% dari 1500 Tidak mengikuti aturan penulisan

referensi dengan benar

Penulisan bahasa Indonesia yang tidak baik dan

benar, termasuk tanda baca.

Catatan : Makalah tidak akan dinilai jika terbukti bukan karya sendiri

Nilai Total :

Komentar dosen

..................................................................................................................................

..................................................................................................................................
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................... I

Lembar Pernyataan.............................................................................. 2

Lembar Penilaian................................................................................. 3

Daftar Isi.............................................................................................. 5

BAB 1 Pendahuluan............................................................................ 6

BAB 2 Pembahasan............................................................................. 8

BAB 3 Kesimpulan.............................................................................. 19

Daftar Pustaka...................................................................................... 20
BAB 1

PENDAHULUAN

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada

membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Anonim, 2008).

Terdapatnya kelainan persarafan pada perifer akibat diabetes melitus

karena tingginya kadar glukosa dalam darah yang bisa merusak saraf penderita

dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila

penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa. Selain itu, pembuluh

darah pada penderita diabetes melitus mudah menyempit dan tersumbat oleh

gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah tungkai akan mudah

mengalami ganggren diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan

berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta

antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh (Tim IGD, 2008).

Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita diabetik adalah

terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak (Irwanashari, 2008). Salah satu

perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Luka

yang timbul ini dapat berakibat fatal hingga amputasi pada daerah luka. Ada

beberapa jalur yang terlibat pada terjadinya ulkus kaki diabetik. Pada umumnya

terdiri dari kombinasi insufisiensi arteri pada tungkai bawah, neuropati tungkai

bawah dan trauma lokal, 20 % pasien dengan ulkus kaki diabetik diakibatkan oleh

aliran darah arteri yang tidak adekuat, 50% mempunyai diabetik neuropati, dan 30

% ditimbulkan oleh keduanya. Penatalaksanaan pada ulkus kaki diabetes terdiri


dari debridement pada jaringan yang nekrosis, perawatan luka, serta penggunaan

peralatan untuk mencegah ulkus kaki diabetes terhadap tekanan atau trauma

selama perawatan dan kehidupan sehari hari (David, 2012).

Sejak puluhan ribu tahun lalu, madu banyak digunakan untuk mengobati

beragam jenis penyakit, antara lain penyakit lambung dan batuk. Tidak hanya itu,

banyak pula penelitian yang mengaitkan manfaat madu dengan berbagai terapi

tropikal untuk penyembuhan luka, seperti luka bakar, infeksi, luka pasca-operasi,

dan luka ulkus, baik luka ulkus kaki, dekubitus, maupun ulkus kaki diabetik.

Keefektifan madu sebagai bahan terapi topikal salah satunya disebabkan tingginya

kandungan nutrisi di dalam madu. Madu juga mengandung zat antioksidan dan

hidrogen peroksida (H2O2) sebagai senyawa yang bisa menetralisasi radikal

bebas. Senyawa- senyawa itulah yang sangat mendukung madu untuk digunakan

sebagai bahan terapi tropikal perawatan luka. Madu efektif digunakan sebagai

bahan terapi tropikal karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi serta sifatnya

yang memang cocok untuk menyembuhkan luka.

Jurnal yang berjudul “Efficacy and safety of Natural Honey on the Healing

of Foot Ulcer : A Case Series ” ini mengulas tentang efektivitas, akseptibilitas

pada penggunaan madu sebagai bahan balutan primer terhadap penyembuhan luka

pada pasien yang mengalami ulkus kaki.

Penelitian ini dianggap sangat menarik ditelaah kritis dengan critical

appraisal untuk mengetahui tingkat kemaknaan, tingkat kevalidan, dan nilai

aplikatifnya untuk bisa diterapkan baik dalam ranah klinik maupun penelitian

selanjutnya. Critical appraisal tool yang digunakan dalam pembahasan jurnal ini

adalah JBI Critical Appraisal Cheklist untuk jenis penelitian Case Report, dimana
tool yang digunakan sudah sesuai dengan desain penelitian yang digunakan oleh

peneliti pada artikel jurnal ini. Tool critical appraisal ini terdiri dari 8 komponen

pertanyaan meliputi gambaran karakteristik data demografi pasien, kejelasan

ulasan tentang riwayat pasien, gambaran kondisi klinis pasien, kejelasan tentang

metode pengkajian, tes diagnostik dan hasil pemeriksaan, prosedur tindakan yang

dilakukan, kondisi pasien setelah dilakukan intervensi, efek samping yang

mungkin terjadi, dan apakah laporan kasus ini dapat dijadikan bahan acuan

selanjutnya. Hasil Critical Appraisal tersebut digunakan sebagai dasar

pertimbangan ilmiah yang baik untuk Evidence Based Nursing.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Were patient’s demographic characteristics clearly described?

Pada artikel jurnal tersebut tidak menjelaskan secara rinci perihal data

demografi pasien. Data demografi yang dicantumkan dalam artikel ini hanya

berupa data usia. Sementara untuk data lain, seperti jenis kelamin dan ras

tidak dijelaskan.

2.2 Was the patients history clearly described and presented as a timeline?

Gambaran umum tentang kondisi klinis pasien sampel yang diberikan

perawatan dijelaskan dengan baik dalam bentuk tabel (tabel 1.), yaitu etiologi

luka, dimana luka kaki yang dialami pasien merupakan komplikasi dari

diabetes I, diabetes tipe II, penyakit pembuluh darah perifer, luka bakar, dan

luka yang disebabkan oleh trauma yang penyembuhannya terhambat (delayed

healing). Kebiasaan merokok, dimana dari total 12 pasein 9 pasien bukan

perokok dan 3 pasien merupakan perokok aktif. Ukuran luka (panjang x lebar

x kedalaman), tingkat nyeri yang dirasakan pasien (skala 1 -10), dan riwayat

perawatan luka yang dijalani sebelumnya dimana pasien-pasien tersebut

sebelumnya memperoleh tindakan perawatan dengan teknik dan jenis balutan

yang berbeda, diantaranya iodine povidine, silver dressing, hydrogel, dan

kasa kering.
2.3 Was the current clinical condition of the patient on presentation clearly

described?

Kondisi klinis dan perkembangan luka pasien ketika diberikan perawatan

menggunakan madu dijelaskan secara baik dan terperinci melalui tabel (tabel

2) dan gambar (gambar 1 – 12). Tabel 2 menunjukkan waktu terjadinya luka,

status infeksi pada luka, durasi pemberian perawatan menggunakan madu,

derajat epitalisasi jaringan luka setelah diberi tindakan perawatan dengan

menggunakan madu, serta tingkat nyeri yang dirasakan pasien sebelum,

selama proses perawatan, sampai proses perawatan selesai. Sedangkan pada

gambar diperlihatkan perkembangan kondisi luka masing-masing pasien pada

tiap tahap penyembuhannya, dimulai dari menunjukkan kondisi awal luka

(infeksi, nekrotik, tampak produksi eksudat) sampai pada fase akhir

penyembuhan yaitu fase epitalisasi.

2.4 Were diagnostic test or assessment methods and results clearly

described?

Ya, bahan dan metode artikel jurnal ini memaparkan dengan baik metode

yang digunakan dalam penelitian, termasuk sampel yang diteliti, tempat

penelitian, prsoedur penelitian dan hasil dari pemberian terapi perawatan.

Pada artikel jurnal ini dipilih sebanyak 12 orang pasien yang menderita luka

baik luka akut maupun kronik, kemudian dikaji berdasarkan penyebab dan

kondisi luka dan berdasarkan keluhan nyeri yang dirasakan pasien dengan

menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Selanjutnya diberikan perlakuan

yang sama yaitu dengan mengaplikasikan madu ke permukaan luka sebagai

balutan primer yang bersentuhan langsung dengan dasar luka. Pasien-pasien


yang dipilih menjadi sampel tersebut merupakan pasien yang berasal dari

pelayanan kesehatan yang berbeda-beda, yaitu Umgwailinah Primary Health

Care Center, Doha, Hamad General Hospital Doha, Qatar, dan dari beberapa

pusat pelayanan kesehatan lain.

2.5 Was the intervention(s) or treatment procedure(s) clearly described?

Artikel jurnal ini menjelaskan dengan rinci tentang prosedur perawatan yang

diberikan kepada pasien. Prosedur perawatan didasarkan pada etiologi dan

pengkajian dimensi luka. Perawatan diawali dari mencuci luka pasien terlebih

dahulu menggunakan normal saline, apabila tampak adanya jaringan nekrotik

atau callus dilakukan pengangkatan jaringan mati (surgical debridement)

sampai seluruh permukaan luka bersih. Selanjutnya madu dioleskan secara

langsung pada dasar luka, lalu ditutup menggunakan has kedap air.

Penggantian balutan akan dilakukan apabila cairan luka sudah menembus

sampai ke permukaan has, sekaligus mengkaji adanya tanda-tanda infeksi

pada luka dan tingkat nyeri yang dirasakan.

2.6 Was the post-intervention clinical condition clearly described?

Hasil dari proses perawatan yang dilakukan pada pasien dijelaskan secara

rinci dalam artikel jurnal ini. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu

penyembuhan luka pada pasien sebelum dilakukan perawatan menggunakan

madu rata-rata 120,2 hari (kisaran 14-180 hari), sementara waktu

penyembuhan pasien yang dilakukan perawatan dengan menggunakan madu

rata-rata mencapai 23,8 hari. Derajat epitelisasi luka rata-rata mencapai 0,6

mm/hari. Untuk keluhan nyeri lokal pada area luka pasien ketika dirawat
dengan madu dibandingkan dengan perawatan sebelumnya juga berkurang

(Tabel.1).

2.7 Were adverse events (harms) or unanticipated events identified and

decscribed?

Tidak ada laporan akan adanya efek samping dengan penggunaan madu, baik

dari pasien sampel maupun dari praktisi kesehatan yang terlibat dalam

penelitian ini. Dalam artikel jurnal ini tidak dijelaskan perihal adanya efek

samping dari proses perawatan yang dilakukan. Namun pada bagian akhir

dari artikel ini mengemukakan bahwa beberapa pasien sampel yang diberikan

perawatan tidak menunjukkan hasil yang maksimal setelah dilakukan

perawatan dalam kurun waktu yang telah ditentukan, dimana masa

penyembuhan yang lebih lama dibandingkan dengan pasien lain berikut

dengan faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi juga dipaparkan.

2.8 Does the case report provide takeaway lessons?

Setiap penelitian tentunya diharapkan dapat memberi manfaat dalam

perkembangan pengetahuan, begitupun dengan hasil dari penelitian dalam

arikel ini. Dari hasil penelitian dalam artikel jurnal ini menunjukkan bahwa

10 dari 12 pasien sampel memberikan respon positif dan cepat terhadap

tindakan perawatan yang diberikan, dalam hal ini proses penyembuhan luka

yang lebih cepat, keluhan nyeri yang berkurang, dan lebih efisien biaya. Hal

ini tentunya membawa pengaruh positif sehingga hasil dari penelitian ini

dapat diaplikasikan.
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahsan telaah kritis artikel jurnal tersebut

selain disajikan melalui deskripsi kalimat juga ditampilkan dalam gambar

bentuk (gambar 1-12), serta dalam bentuk tabel (tabel.1). Deskripsi kalimat yang

cukup baik disertai dengan penyajian gambar kondisi luka pada tiap fase dapat

diamati dan dibandingkan secara langsung. Hal ini tentunya membantu pembaca

dalam memahami proses dan hasil penelitian dari artikel jurnal ini, sehingga akan

lebih mudah untuk mengaplikasikannya dalam pelayanan.


DAFTAR PUSTAKA

The Joanna Bringgs Institute.(2016).Critical Appraisal Tools for Use in JBI Case
Report.Diakses pada tanggal 14/10/2016 dari The Joanna Bringgs Intitute
Webside: http//joannabrings.org/research/critical-appraisal-tools.html
Hashim, et al. (2015). The Afficacy and Savety of Natural Honey on the Healing
of Foot Ulcers : A Case Series. Wounds.2015;27(4);103-114

Anda mungkin juga menyukai