CYNTIA WAHYUNINGRUM
1306434130
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
CYNTIA WAHYUNINGRUM
1306434130
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ii
vi
Penulis
2014
vii
ix
xi
xii
DAFTAR ACUAN.................................................................................................... 83
xiii
xiv
xv
xvi
1 Universitas Indonesia
CGMP untuk kosmetik dan ISO 9001:2000 ini dengan tujuan memenuhi
persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Produksi obat yang baik adalah produksi yang telah memenuhi ketentuan-
ketentuan CPOB, dimana tidaklah cukup bila obat jadi hanya sekedar lulus dari
serangkaian pengujian, tetapi sangat penting bahwa mutu harus dibentuk ke
dalam produk tersebut (CPOB, 2012). Pembentukan mutu terhadap produk
dipengaruhi oleh beberapa aspek yang terangkum dalam CPOB 2006 yakni
bahan awal dan bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu,
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, pengawasan
mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat,
dan dokumentasi.
Suatu mutu produk yang baik juga perlu ditunjang oleh sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu berperan aktif dalam penanganan dan
pembuatan obat. Salah satu personil kunci yang diperlukan adalah apoteker.
Dalam hal ini peran serta seorang apoteker sangatlah besar, sehingga penyediaan
apoteker yang handal meliputi pembekalan menyeluruh secara teori dan praktek
mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran tentang peran dan tanggung
jawab apoteker dalam intuisi pekerjaan, salah satunya adalah industri farmasi.
Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia bekerjasama dengan PT. Galenium Pharmasia Laboratories
menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada tanggal 5 Maret
2014 sampai tanggal 30 April 2014 guna memberi pengetahuan kepada calon
apoteker dengan melihat dan terlibat langsung dalam pekerjaan kefarmasian di
industri farmasi.
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di PT.
Galenium Pharmasia Laboratories bertujuan untuk :
a. Mengetahui penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang
dilakukan oleh PT. Galenium Pharmasia Laboratories.
b. Mengamati seluruh kegiatan produksi dan sistem pengendalian mutu di
PT. Galenium Pharmasia Laboratories
c. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi
sehingga dapat membandingkannya denga teori yang diperoleh selama
masa perkuliahan dan menjadi bekal dalam menghadapi dunia kerja yang
sesungguhnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Validasi Proses
Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan
peralatan atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau
reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi.
c. Pencegahan Pencemaran Silang
Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu,
gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses, juga dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja
operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar
dan produk yang tercemar. Di antara pencemar yang paling berbahaya
adalah bahan yang dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis
yang mengandung mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan
bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh
pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis
besar, dan atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang.
d. Sistem Penomoran Bets / Lot
Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/ lot
dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/ lot produk antara, produk
ruahan, atau produk jadi dapat diidentifikasi.
e. Penimbangan dan Penyerahan
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari
siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.
f. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan yang
dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan
benar dan direkonsiliasi.
g. Operasi pengolahan produk antara dan produk ruahan
Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur
tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan
dilaporkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi
dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan
dibuatkan laporan, serta dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal yang
spesifik atau masalah yang berulang terjadi yang memerlukan perhatian dan
kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran. Tindakan penarikan
kembali dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau
diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan. Prosedur penarikan
kembali produk hendaknya disediakan secara tertulis serta diperiksa secara
berkala bila perlu dimutakhirkan untuk mengatur segala tindakan penarikan
kembali.
Selain itu diperlukan penunjukan personil yang bertanggung jawab
dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan penarikan kembali produk.
Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian penjualan dan
pemasaran serta memahami segala operasi penarikan kembali. Produk
kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan
ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah
keabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah, atau kemasan
sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu, dan jumlah
obat yang bersangkutan. Efektivitas penyelenggaraan penarikan kembali
hendaklah dievaluasi dari waktu ke waktu (Badan POM, 2012).
2.2.11 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen
produksi induk atau formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi,
serta laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis. Keterbacaan dokumen adalah hal yang sangat penting.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Kualifikasi kinerja.
Sedangkan validasi terdiri dari:
a. Validasi proses yang terdiri dari validasi prospektif, konkuren dan retrospektif.
b. Validasi pembersihan
c. Validasi metode analisis
d. Validasi ulang (Badan POM, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1 Profil
3.1.1 Sejarah singkat perusahaan
PT Galenium Pharmasia Laboratories (PT. GPL) merupakan industri
farmasi swasta dalam negeri (PMDN) yang didirikan oleh B.S. Joesoef
beserta keluarga pada tahun 1960 yang dahulu bernama PT Nitra. PT Nitra
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan obat-obatan. B.S
Joesoef dan putranya, Dr Eddy Joesoef memiliki keinginan tidak hanya
menjual, tetapi juga memproduksi obat-obatan. Pada tahun 1980, Dr. Eddy
Joesoef bersama keluarganya mendirikan perusahaan farmasi yang diberi
nama PT Yupharin Pharmaceutical. Selama 10 tahun, PT Yupharin
Pharmaceutical mengalami perkembangan pesat menjadi perusahaan farmasi
yang modern dan kompetitif. Pada tahun 1990, PT Yupharin Pharmaceutical
melakukan restrukturisasi dalam hal operasional dan manajemen. Setahun
kemudian, Dr. Eddy Joesoef pensiun dan kedudukannya digantikan oleh
puteranya Juzardi Joesoef.
Strategi pengembangan terus dilakukan untuk kemajuan
perusahaan. Pada tahun 1994, PT Yupharin Pharmaceutical menempati
bangunan pabrik seluas ±2 hektar di Jalan Raya Bogor Km 51,5
Cimandala, Bogor, Jawa Barat. Bangunan tersebut semula ditempati oleh
perusahaan farmasi PT Bristol Myers dan kemudian direnovasi sesuai
ketentuan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). PT. Galenium Pharmasi
Laboratories memiliki sertifikasi, yaitu
a. Pada Tahun 1995, mendapatkan Sertifikat CPOB
b. Pada Tahun 2000, mendapatkan Sertifikat ISO 9001:2000
c. Pada Tahun 2001, mendapatkan Sertifikat CPKB
d. Pada Tahun 2013, mendapatkan Sertifikat OHSAS
PT Yupharin Pharmaceutical memiliki lebih dari 44 jenis produk yang
29 Universitas Indonesia
terbagi atas produk farma dan personel skin care (PSC), di mana produk-
produk tersebut kebanyakan berfokus pada pengobatan kulit. Selain karena
Dr. Eddy Joesoef adalah dokter spesialis dalam masalah dermatologi di
Indonesia yang beriklim tropis dan kelembapan udara yang tinggi, di mana
banyak terdapat masalah-masalah penyakit kulit pada penduduknya sehingga
diharapkan produk-produk PT Yupharin Pharmaceutical dapat membantu
masalah penyakit kulit tersebut. Pada tanggal 1 Januari 2005 PT Yupharin
Pharmaceutical berganti nama menjadi PT. Galenium Pharmasia Laboratories
(PT Galenium Pharmasia Laboratories, 2011).
3.1.2 Visi dan misi perusahaan
Visi PT Galenium Pharmasia Laboratories adalah “Menjadi
perusahaan perawatan kesehatan berkelas dunia yang memiliki daya saing
tinggi dalam melayani dan menghasilkan produk bermutu bagi pasar
regional Asia”. Untuk mencapai visi tersebut, PT Galenium Pharmasia
Laboratories menetapkan misi perusahaan, yaitu “Menunjang pertumbuhan
yang berkesinambungan untuk memberikan hasil usaha yang terbaik kepada
para stakeholder dengan menetapkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang
sehat” (PT. Galenium Pharmasia Laboratories, 2011).
3.1.3 Kebijakan mutu perusahaan
Adapun kebijakan mutu PT. GPL adalah sebagai berikut:
a. Menerapkan sistem manajemen terintergrasi meliputi cGMP / CPOB
terkini, ISO 9001 : 2008, program 5S, OHSAS 18001, HACCP, agar :
• Menghasilkan produk yang bermutu dan aman
• Mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja
• Senantiasa memenuhi peraturan perundang-undangan
b. Menerapkan praktek-praktek Human Resource kelas dunia yang dapat
mendorong mutu dan inovasi untuk memperoleh SDM yang memiliki
keahlian dan kinerja yang baik dan untuk menjaga retensi karyawan.
c. Meningkatkan manajemen produksi untuk mencapai biaya produk dan
biaya persediaan yang lebih rendah dan membanguun kerjasama dengan
perusahaan multi nasional agar memperoleh pengalihan teknologi dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f. Fasilitas engineering.
g. Fasilitas instalasi pengolahan air limbah/ IPAL (PT. Galenium Pharmasia
Laboratories, 2011).
h. Bangunan Departemen HSE
i. Fasilitas sarana penunjang
3.4 Produk
Sampai awal tahun 2014 ini, PT. GPL telah memproduksi sediaan obat
dan kosmetik dengan total 134 jenis produk, yang terdiri dari 73 jenis produk
farma dan 61 jenis produk kosmetik (PSC). Adapun jenis produk pharma
Mycorine®. Adapun jenis produk PSC (Lampiran 6), beberapa diantaranya telah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada lembar form BBM 3 rangkap, lalu diberi tanggal dan paraf untuk release
jual.
x. Staf QA melakukan penempelan label DILULUSKAN pada produk
karantina sehingga menjadi produk jadi dan memberikan lembar form BBM 3
rangkap yang telah distempel (cap DILULUSKAN) ke supervisor kemas/
leader produksi.
y. Supervisor kemas/ leader produksi mendistribusikan form BBM 3
rangkap yang telah distempel (cap DILULUSKAN) lembar putih untuk
bagian gudang, lembar merah untuk bagian keuangan, dan lembar kuning
untuk bagian produksi (PT Galenium Pharmasia Laboratories, 2013b).
Alur proses produksi untuk berbagai bentuk sediaan dapat dilihat pada
Lampiran 3 dan 4.
3.5.3 Departemen research and development (R&D)
Departemen R&D di PT. GPL berada di bawah Departemen business and
development (BD) dan bertanggung jawab kepada manajer BD. Departemen
R&D dipimpin oleh seorang manajer R&D. Adapun tugas dan tanggung jawab
dari departemen ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan trial produksi, baik produk baru, maupun produk eksisting.
b. Melakukan validasi proses produksi yang baru.
c. Melakukan pembuatan master formula.
d. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan rework produk (PT. Galenium
Pharmasia Laboratories, 2012b).
3.5.4 Departemen supply chain (SC)
Departemen SC di PT. GPL dipimpin oleh seorang manajer SC yang
bertanggung jawab kepada seorang kepala pabrik atau head of factory. Secara
garis besar, tugas dan tanggung jawab dari departemen SC adalah membuat
perencanaan kebutuhan material (bahan baku dan bahan kemas), membuat
perencanaan produksi, melakukan pembuatan rencana produksi (toll
manufacturing) serta melakukan penomoran bets produk (PT Galenium
Pharmasia Laboratories, 2012b).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan menggunakan baling-baling inlet yang diatur oleh variable speed control.
Terdapat Coil yang dihubungkan untuk mendapatkan udara dan air
yang alirannya berlawanan arah. Pengaturan cooling coil dan heating coil
dilakukan secara otomatis. Heating coil sebagai pengatur panas juga berguna
untuk mengurangi kelembaban udara di ruang produksi yang sering terjadi pada
musim hujan. Untuk pengujian kecepatan aliran udara, arah aliran udara,
pertukaran udara, perbedaan tekanan udara, leak test, jumlah partikel, suhu,
kelembapan, dan cemaran mikroba dilakukan pada kondisi At Rest selama 1 hari,
dan Recovery time-nya kurang dari 15 menit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk memastikan bahwa sistem mutu diterapkan dengan tepat dan efektif untuk
meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan aman, sesuai dengan regulasi,
dan tidak berbahaya (berisiko) terhadap konsumen. Manajemen mutu
dipersyaratkan dalam CPOB untuk menjamin pembuatan obat agar sesuai
dengan tujuan penggunaannya, memenuhi syarat izin edar, dan tidak
menimbulkan risiko dalam penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah, atau
tidak efektif.
Sistem manajemen mutu di PT. Galenium Pharmasia Laboratories
bertujuan agar dapat menunjukan kemampuan secara konsisten untuk selalu
memenuhi kebutuhan pelanggan, mengendalikan aspek lingkungan, kesehatan
dan keselamatan kerja, keamanan produk serta menjamin kesesuaian terhadap
seluruh persyaratan internal dan eksternal, efektifitas proses perbaikan
berkesinambungan terhadap kualitas produk, aspek lingkungan, kesehatan,
keselamatan kerja dan keamanan produk.
Pedoman sistem manajemen mutu mengacu kepada persyaratan-
persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja OHSAS 18001:2007, CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik), CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik) dan HACCP
(Hazard Analysis and Critical Control Point).
PT. GPL telah menerapkan sistem manajemen mutu di mana terdapat QO
(Quality Operational) yang membawahi 3 bagian yang saling bekerja sama
dalam pemastian mutu yaitu departemen QA (Quality Assurance), QC (Quality
Control) dan HSE (Health, Safety, and Environment).
Adapun tugas-tugas yang dilakukan oleh QA pada PT. GPL antara lain
pemastian produk pada saat awal, tengah, dan akhir proses, pengendalian
perubahan dan penyimpangan, pengkajian resiko, bertanggung jawab dalam
release produk, membuat pelatihan CPOB dan CPKB, menangani jika
terjadi retur dan keluhan pelanggan, dan melakukan review produk.
Departemen QC bertanggung jawab dalam pengujian bahan baku, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi yang dilakukan didalam
laboratorium QC. Untuk menunjang fungsinya sebagai QC, PT. GPL memiliki
laboratorium pemeriksaan (untuk bahan baku, bahan pengemas, dan obat
Universitas Indonesia
4.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Pada
bagian personalia di CPOB diatur hal-hal mengenai personil kunci, organisasi,
kualifikasi dan tanggung jawab, serta pelatihan.
Personil kunci di PT. GPL telah sesuai dengan CPOB, di mana apoteker
sebagai penanggung jawab untuk bagian produksi, pemastian mutu, dan
pengawasan. Untuk meningkatkan kualitas karyawan, PT. GPL selalu
mengadakan pelatihan-pelatihan, baik itu pelatihan CPOB dan CPKB yang
setiap tahunnya, baik yang diadakan oleh QA maupun pelatihan-pelatihan
lainnya yang dapat meningkatkan kualitas karyawan, seperti pelatihan 5S, lean
manufacturing, validasi, dan team building. Dalam melakukan pelatihan
selalu dipilih materi pelatihan yang tepat sesuai kebutuhan. Pemberian materi
dilakukan oleh orang yang sudah kompeten baik dari eksternal maupun internal
perusahaan.
Selain itu di PT GPL diadakan rotasi karyawan antar bagian. Hal
ini dilakukan dengan tujuan agar karyawan tidak merasa jenuh pada suasana
kerja. Selain itu hal ini juga dapat meningkatkan kemampuan karyawan itu
sendiri, karena dapat menguasai pekerjaan di tiap bagian ketika dirotasi.
Struktur organisasi yang diterapkan di PT. GPL telah sesuai dengan
CPOB yaitu adanya pemisahan antara bagian produksi, bagian QC, dan
bagian QA. Adanya pemisahan ini membuat tiap-tiap bagian dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik tanpa adanya conflict of interest dan untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan wewenang. Personil di PT. GPL mendapat spesifikasi
Universitas Indonesia
tugas yang jelas dan rinci yang didokumentasikan sehingga tidak ada
tumpang tindih tanggung jawab. PT GPL sangat memperhatikan kesehatan
para karyawan di mana setiap tahunnya diadakan medical check up terhadap
setiap personilnya.
sistem CAPA (Corrective Action Preventive Action) yang dilakukan oleh unit
produksi bekerja sama dengan unit teknis. Bentuk-bentuk sudut pada dinding,
langit-langit, maupun lantai dihilangkan dan menggantinya menjadi bentuk
lengkungan (skirting) untuk mencegah akumulasi debu dan kotoran serta
memudahkan pembersihan. Agar tidak terjadi kontaminasi untuk memasuki
suatu area yang berbeda tingkat kebersihanya, terdapat ruang antara untuk
mencegah terjadinya kontaminasi terhadap ruangan produksi dan produk yang
diproduksi.
Setiap ruangan di dalam bangunan telah mendapatkan penerangan yang
efektif dan mempunyai ventilasi dengan fasilitas pengendali udara (termasuk
suhu, kelembaban dan penyaring) yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan
maupun dengan lingkungan sekitarnya. Pemasangan pipa, fitting lampu, titik
ventilasi, dan instalasi lain di daerah produksi didesain agar tidak terbentuk
ceruk yang tidak dapat dibersihkan yang dapat menjadi sumber mikroba. Pipa-
pipa di dalam ruang produksi dipasang tidak menempel di dinding, tetapi
digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk
memudahkan pembersihan.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan, setiap bagian
bangunan sudah dilengkapi dengan pintu darurat yang membuka langsung
ke lingkungan luar. Agar tidak terjadi kontaminasi ke ruang produksi pintu
darurat selalu ditutup rapat untuk mencegah masuknya cemaran. Pintu-pintu di
dalam gedung yang difungsikan sebagai perintang terhadap kontaminasi silang
selalu dalam keadaan tertutup apabila sedang tidak digunakan.
Ruangan produksi di PT. GPL dibangun dengan memperhatikan
persyaratan yang telah ditetapkan, di mana sudah terkendali dengan baik faktor-
faktor kritis yang dapat memengaruhi proses produksi seperti jumlah
partikel (dalam keadaan beroperasi dan tak beroperasi), jumlah mikroba dalam
ruangan, perbedaan tekanan antar ruangan, pergantian udara, temperatur, dan
kelembapan relatif (RH). Perbedaan tekanan, temperatur, dan RH ruangan diatur
oleh fasilitas Air Handling Unit (AHU) dan menerapkan sistem HVAC. Untuk
mencegah terakumulasinya debu, terdapat alat dust collector yang berfungsi
untuk menghisap dan mengendalikan jumlah partikel pada ruangan.
Universitas Indonesia
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada PT. GPL telah dirancang dengan baik.
Semua peralatan di PT. GPL memiliki dokumen kualifikasi, prosedur tetap untuk
operasional, pembersihan dan pemeliharaan, serta log book untuk kalibrasi dan
pemakaian alat. Peralatan-peralatan tersebut ditempatkan dengan benar sehingga
memudahkan pembersihan, perawatan, dan perbaikan, sesuai dengan konsep
5S salah satu perwujudan nyatanya adalah adanya denah alat yang lengkap.
Peralatan dipilih dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Peralatan juga
dibersihkan secara teratur, sesuai prosedur pembersihan alat yang tercantum
dalam prosedur tetap, untuk mencegah kontaminasi yang dapat mengubah
identitas, kualitas atau kemurnian suatu produk. Validasi pembersihan
dilakukan pada setiap peralatan yang kritis untuk menyediakan verifikasi
bahwa prosedur pembersihan tersebut reprodusibel.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan
mencatat selalu diperiksa ketelitiannya secara teratur dan dikalibrasi berdasarkan
jadwal dan prosedur tetap kalibrasi. Setiap peralatan yang akan digunakan untuk
Universitas Indonesia
higiene, PT. GPL juga menerapkan konsep 5S atau 5R, yaitu Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat dan Rajin. Program ini sangat mendukung suasana kerja yang
bersih dan nyaman.
4.6 Produksi
Produksi merupkan seluruh kegiatan yang dimulai dari penerimaan bahan
awal, pengolahan sampai pengemasan untuk menghasilkan obat jadi. PT. GPL
memproduksi produk farma dan kosmetik. Produk farma terdiri dari tablet,
kaplet, kapsul, semi-solid, dan sirup. Produk kosmetik terdiri dari semi-solid,
powder, sabun (padat), sabun cair, dan tisu. Suatu proses produksi hendaklah
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi
ketentuan CPOB, agar dapat menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan
mutu serta ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Mutu obat yang
dihasilkan tidak hanya ditentukan pada hasil akhir analisis obat, tetapi juga
ditentukan sejak kedatangan material hingga keseluruhan proses produksi selesai
Universitas Indonesia
sehingga terdapat prosedur baku untuk tiap langkah proses beserta persyaratan
yang harus diikuti dengan konsisten, seperti yang tercantum dalam prosedur
pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk sehingga dapat menjamin
mutu obat yang diproduksi sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.
Universitas Indonesia
B. Produksi tablet
Setelah dilakukan penimbangan proses selanjutnya adalah mixing.
Mixing tablet dilakukan di ruang mixing tablet. Setelah proses mixing selesai,
dilanjutkan dengan proses granulasi, kemudian petugas IPC akan
mengambil sampel untuk diperiksa homogenitasnya oleh bagian QC. Proses
selanjutnya baru dapat dilakukan jika sudah ada tanda “diluluskan” oleh QC.
Produk yang menunggu proses selanjutnya, diletakkan di ruang WIP dalam
plastik bersisi silica gel dan diberi label yang jelas mengenai status produk. Jika
telah diluluskan, dilakukan sampel cetak tablet. Tablet dicetak dalam jumlah
sedikit untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan oleh petugas IPC. Bila
hasilnya memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, proses cetak baru dapat
dilanjutkan.
Pengemasan
Akhir
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
diketahui dengan jelas, guna menjamin kebenaran hasil pengujian. Selain itu,
terdapat pula baku pembanding yang disimpan secara rapi menurut kondisi
penyimpanannya. Pengujian mikrobiologi dilakukan di laboratorium
mikrobiologi. Laboratorium ini dilengkapi dengan instrument yang dibutuhkan
dalam pengujian mikrobiologi seperti autoklaf, inkubator, oven dan lain-lain.
4.8 Inspeksi diri, audit mutu, serta audit dan persetujuan pemasok
Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi seluruh sistem operasional
perusahaan dalam semua aspek yang dapat mempengaruhi mutu produk. Dengan
kata lain, inspeksi diri dilakukan untuk menilai kesesuaian antara seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan
CPOB serta untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa yang harus
diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan.
Program inspeksi diri merupakan langkah peninjauan kembali sarana,
prasarana, dan seluruh tata kerja pabrik yang mungkin dapat berpengaruh pada
jaminan mutu. Dengan adanya inspeksi diri, dapat dilakukan perbaikan terus
menerus terhadap berbagai kelemahan yang mungkin timbul. Inspeksi diri juga
bertujuan untuk mengetahui cacat kritis, berdampak kecil, atau berdampak besar.
Langkah- langkah pencegahan dan perbaikan cacat tersebut dapat segera
ditentukan. Inspeksi diri adalah kegiatan penilaian yang dilakukan secara reguler,
sistematis, dan objektif. Reguler berarti rutin, terdapat jadwal pelaksanaan
inspeksi diri dalam jangka waktu tertentu untuk menjamin tercapainya
kesesuaian secara kontinu.
Inspeksi juga harus dilakukan secara sistematis, artinya terdapat langkah-
langkah pengerjaan yang jelas dan daftar hal-hal yang harus diperiksa untuk
mendapatkan standar inspeksi yang seragam serta penentuan tingkat kekritisan
temuan yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu: tingkat kritis (C) merupakan kekurangan
yang mempengaruhi mutu obat dan dapat mengakibatkan reaksi fatal terhadap kesehatan
sampai kematian, tingkat berdampak besar (M) yaitu kekurangan yang berdampak besar
tetapi tidak berdampak fatal terhadap kesehatan konsumen. Sedangkan tingkat
berdampak kecil (m) merupakan kekurangan yang kecil pengaruhnya terhadap mutu obat
dan tidak berdampak terhadap kesehatan konsumen. Inspeksi diri juga harus bersifat
Universitas Indonesia
objektif artinya dilakukan oleh seseorang yang tidak terkait dengan departemen
yang sedang diperiksa.
Inspeksi diri di PT Galenium Pharmasia Laboratories dilaksanakan
minimal satu kali dalam setahun. Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim
auditor yang kompeten, sudah memiliki pelatihan inspeksi diri dan dinyatakan
lulus oleh trainer serta memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara
teoritis maupun praktis. Inspeksi diri mencakup aspek-aspek antara lain:
personalia, sanitasi dan higiene, bangunan, peralatan, produksi, pengawasan
mutu, keluhan pelanggan, penarikan produk jadi dan dokumentasi. Laporan
inspeksi diri mencakup hasil, penilaian, kesimpulan, dan usulan tindakan
perbaikan. Hasil dari inspeksi diri ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan kebijakan baru, agar penyimpangan yang
terjadi tidak terulang kembali.
PT. GPL melakukan audit internal dan dilakukan secara berkala empat
kali setiap tahun dengan membentuk tim khusus yang independen. Anggota tim
dapat berasal dari lingkungan perusahaan yang dibentuk oleh manager pemastian
mutu dan management representative atau dari luar perusahaan. Tiap anggota
tim bebas dalam melakukan inspeksi dan dalam memberikan penilaian atas hasil
inspeksi. Anggota tim adalah orang-orang yang telah mendapat training
awareness terkait sistem yang diaudit serta sertifikasi dari konsultan CPOB untuk
melaksanakan proses audit. Hasil temuan audit internal dikategorikan dalam 4
kategori yaitu:
a. Kategori Critical (C) merupakan temuan yang mempengaruhi mutu dan
keamanan produk serta dapat mengakibatkan reaksi fatal terhadap kesehatan
sampai kematian, contohnya pencemaran silang bahan atau produk, purified
water yang tercemar, salah penandaan dan lain-lain.
b. Kategori Major (M) merupakan temuan yang memiliki dampak terhadap
mutu dan keamanan produk namun tidak berdampak langsung terhadap
kesehatan konsumen, atau dapat pula merupakan temuan yang berdampak
serius terhadap efektivitas sistem manajemen dan temuan yang muncul
karena tidak terpenuhinya regulasi terkait / klasul tertentu pada sistem
manajemen, contohnya peralatan ukur yang tidak terkalibrasi atau diluar batas
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
reaksi alergi, keluhan efek terapi dan reaksi lain yang membahayakan kesehatan,
dan keluhan yang yang terakhir berkaitan dengan service marketing.
Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal semua pihak yang
berhubungan dengan kegiatan produksi, sedangkan keluhan dari luar perusahaan
dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit atau klinik,
Pemerintah (Badan POM), dan media massa.
Keluhan dapat disampaikan baik secara lisan maupun melalui surat. Dalam
penanganan keluhan, terdapat beberapa personil yang berperan didalamnya
antara lain: bagian pemasaran yang bertugas untuk memindaklanjuti
pelanggan, dan menangani keluhan yang berkaitan dengan pelayanan
pemasaran serta memberi jawaban kepada pelanggan/konsumen. Personil
Quality Assurance bertanggung jawab dalam mengkategorisasi keluhan yang
beraspek teknis dan efek produk, mengevaluasi penyelidikan, melakukan
tindak lanjut serta memberikan jawaban terhadap keluhan beraspek teknis yang
diterima. Apakah keluhan tersebut bersifat kritis (berdampak pada keamanan
pasien) atau bersifat non kritis (tidak berdampak pada keamanan pasien). Serta
bertanggung jawab dalam menyusun, memeriksa, mensosialisasikan dan meninjau
ulang secara berkala prosedur kerja penanganan keluhan yang dibuat.
Dalam menindaklanjuti keluhan yang beraspek farmakologis/efek samping,
medical advisor turut memberi peran dalam mengevaluasi penyelidikan serta
memberi tidak lanjut terkait efek produk. Quality Control Management bertugas
dalam melakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap sampel produk yang
dikeluhkan dan beraspek teknis, contoh pertinggal, serta contoh dari gudang
produk / produk kembalian jika diperlukan.
Pemeriksaan terhadap catatan batch dilakukan oleh bagian produksi, dan
bagian R&D bertugas memberi dukungan dalam melakukan penelitian,
penyelidikan serta evaluasi tiap keluhan produk yang berkaitan dengan kualitas
produk untuk menentukan tindak lanjut yang tepat termasuk pertimbangan untuk
penarikan kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang
diduga cacat atau telah dipastikan mempunyai efek samping yang merugikan
konsumen.
Universitas Indonesia
Penarikan kembali produk berlaku untuk semua produk jadi yang telah
dipasarkandan ditetapkan untuk ditarik kembali berdasarkan keputusan BPOM
maupun keputusan internal perusahaan,namun sejauh ini hal tersebut belum
pernah terjadi di PT. GPL. Penarikan kembali produk dilaksanakan oleh personil
yang telah ditunjuk, personil yang berperan antara lain bagian pemasaran,
pemastian mutu dan bagian gudang produk jadi.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan kerusakan, kadaluarsa, masalah
keabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah, atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu, dan jumlah obat yang
bersangkutan. Produk yang ditarik kembali diidentifikasi dan disimpan di
tempat terpisah untuk menunggu keputusan terhadap produk tersebut. Produk
kembalian dikarantina sebelum diambil keputusan apakah akan dilakukan
tindakan pengolahan atau pengemasan ulang terhadap produk tersebut. Produk
kembalian yang tidak dapat diolah atau dikemas ulang harus dimusnahkan. Pada
tahap akhir penanganan keluhan dilakukan dokumentasi berupa laporan tahunan
keluhan terhadap produk jadi yang dibuat oleh bagian pemastian mutu, serta
dilakukan evaluasi tahunan terhadap keluhan produk.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan intruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Pengelolaan dokumen di PT. Galenium Pharmasia Laboratories dilakukan
oleh departemen document control (DC). Dokumentasi terhadap sistem
manajemen dibuat dalam bentuk softcopy dan hardcopy yang mencakup:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1.Kesimpulan
a. PT. Galenium Pharmasia Laboratories telah menerapkan setiap aspek
CPOB dengan baik dalam tiap aspek dan rangkaian proses
produksinya, yang meliputi aspek personalia, bangunan dan fasilitas,
peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri
dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali
produk, dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis
berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
b. Apoteker memegang peranan penting di PT. Galenium Pharmasia
Laboratories, terutama sebagai manajer produksi, deputi quality
operational (QO), manajer quality assurance (QA), manajer quality
control (QC), dan manajer research and development (RD). Fungsi
Apoteker adalah sebagai tenaga professional yang ikut dalam menentukan
kualitas produk yang dihasilkan melalui keahliannya dalam dunia
kefarmasian.
c. Kegiatan di PT Galenium Pharmasia Laboratories meliputi proses
manufaktur (proses produksi hingga pada proses pengolahan dan
pengemasan), pemastian mutu, pengawasan mutu dan bagian perkantoran
(head office). Masing-masing bagian QA, QC, dan produksi bersifat
independen dan memiliki tanggung jawab sendiri, namun bertanggung
jawab bersama pada penerapan CPOB dalam kegiatan pembuatan
sediaan farmasi untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan.
6.2 Saran
a. Dalam rangka meminimalisasi risiko kontaminasi mikroba pada
produksi semi solid, maka sebaiknya dilakukan proses tertutup yang
terintegrasi.
81 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Badan POM. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta
Badan POM. 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia No. HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta
83 Universitas Indonesia
QIMS. 2010. ISO 9001: 2008 – Sistem Manajemen Mutu (COQ-01). http://qims-
consulting.com/?p=70. [Diunduh pada tanggal 8 April 2014 pukul 14.21]
Universitas Indonesia
85
Laporan praktek..., Cyntia Wahyuningrum, FF UI, 2014
86
Lampiran 3. Alur proses produksi tablet, sirup, krim, dan sabun di PT GPL
IPC Pengemasan
Pengiriman
Akhir
Pengemasan Akhir
IPC
Pengiriman
Pengiriman
Lampiran 4. Alur proses produksi salep, bedak, emulsi, dan lotion di PT GPL
Pengiriman
Nama Produk
No. Grey Cairan Grey
Cream Obat Obat Syrup Tablet
Kosmetik Powder
Dalam
laxadine mycorine
1 acne feldin bioderm imunex syrup imunex
emulsi 110 powder
lotion 110 ml cream 5 gr 60 ml tablet
ml 25 gr
mycorine
ressal acne laxadine neladryl
calacort laxacod powder
2 lotion 100 emulsi 60 expectorant 60
cream 10 gr tablet 10 gr
ml ml ml
sachet
solare moist calacort cream laxadine neladryl dmp laxatab
3 emulsi 30
SPF 30 75 gr 5 gr new 60 ml tablet
solare moist haemocaine ml pyravit syrup mycostop
4 ointment 15
SPF 50 75 gr 225 ml tablet 250
chiby baby gr pyravit syrup mycostop
5 laxarec 5 gr
balm 20 gr 110 ml kaplet 500
chiby oil melavita
laxadilac prolung
6 inhalant 12 cream 0,05%
syrup 60 ml 450 kaplet
ml 10 gr
melavita
prosic trichol
7 cream 0,1%
suspensi 60 ml kapsul
10 gr
mycorine cetymin syrup cetymin
8
cream 15 gr 60 ml tablet
mycorine glimunos mycotrazol
9
cream 5 gr syrup 60 ml kapsul
scabimite glimunos glimunos
10
cream 10 gr syrup 30 ml kaplet
scabimite galpect syrup simvaschol
11
cream 30 gr 60 ml tablet
sinobiotik galdom cartiflex
12
cream 5 gr suspensi 60 ml kaplet
skintex selefit plus
13
ointment 5 gr kaplet
soft u
selefit plus
14 intensive
kaplet cc
hydro 40 gr
gamesolone
15 topisel lotion
4 mg
topsy cream 5 gamesolone
16
gr 8 mg
topsy cream 3 galtaren
17 tablet 50
gr
galtaren gel mg
galten
18
20 gr kaplet
dermafoot 30 haemogal
19
gr kaplet
mesonta gasorbid
20 cream 5 gr tablet
(new)
Lampiran 5. (Lanjutan)
galpain cream galpect
21
20 gr tablet
jovial galdom
22
probiotik tablet
galtopril
23
kaplet 800
galtopril
24
kaplet 1200
amlogal
25 tablet 10
mg
amlogal
26
tablet 5 mg
gasogal
27
tablet
laxassia
28
kapsul
Nama Produk
No.
Powder Soap Liquid Soap Grey Cream Obat
JF sulfur oilum coll body Kosmetik cal mosquito
caladine powder caladine
1 acne care 90 wash moist 210 repellent 100
original 220 gr cream 15 gr
gr ml ml
JF sulfur oilum coll body cal baby
caladine powder
2 acne care 65 wash moist 175 liquid soap
original 100 gr
gr ml pouch 100 ml
JF sulfur JF family body cal baby
caladine powder
3 mild care 90 wash blue ocean liquid soap
original 60 gr
gr 200 ml 200 ml
JF sulfur JF family body cal baby
caladine powder
4 mild care 65 wash ocean liquid soap
oiginal 35 gr
gr spirit 200 ml 200 ml pouch
JF sulfur JF family body
caladine powder
5 oily care 90 wash blue ocean JF wet wipes
active fresh 220 gr
gr 200 (pouch)
JF sulfur JF family body JF facial foam
caladine powder
6 oily care 65 wash ocean acne care 70
active fresh 100 gr
gr spirit 200 gr
oilum coll (pouch)
oilum coll body JF facial foam
caladine powder
7 moisturizing wash scrub 210 mild care 70
active fresh 60 gr
soap 85 gr ml gr
oilum coll
caladine powder JF men deep
8 brightening
active fresh 35 gr clean 70 gr
scrub 85 gr
caladine powder belsoap
JF men oil
9 soft comfort 220 original 65
clear 70 gr
gr gr
caladine powder
belsoap soft
10 soft comfort 100
floral 65 gr
gr
belsoap
caladine powder
11 white musk
soft comfort 60 gr
65 gr
JF sulfur
caladine powder
12 blemish care
soft comfort 35 gr
65 gr
caladine
13 baby soap 85
gr
JF family
14 soap orange
spirit 90 gr
JF family
15 soap blue
ocean 990 gr
Lampiran 6. (Lanjutan)
Grey NPD
NPD TH.2013
Caladine Lotion Powder TH.2014
caladine oilum coll body JF family
caladine lotion
1 baby powder wash scrub 175 green cool 90
95 ml
100 gr ml pouch gr
caladine JF family BW
caladine lotion JF gel-acne care
2 baby powder green cool
60 ml 10 gr
50 gr (botol)
3 JF gel-blemish
care 10 gr
oilum collagen
4 body lotion
brightening
oilum collagen
5 body lotion
firming
oilum collagen
6 body lotion
moisturizing
7 caladine gel 50
ml (anti itch)
V-mina FH
8 cleansing
mousse
9 V-mina FH
cleansing wipes
V-mina FH
10 lightening
intimate
V-mina FH
11 deodorant
intimate mist
CYNTIA WAHYUNINGRUM
1306434130
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
CYNTIA WAHYUNINGRUM
1306434130
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ii
BAB 5 KESIMPULAN………………............................................................. 26
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 26
5.2 Saran........................................................................................... 26
vi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Cyntia Wahyuningrum, FF UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
vii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Cyntia Wahyuningrum, FF UI, 2014
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Grafik Hubungan Added Cost dan Added Value ........................... 10
Grafik 4.1 Leadtime proses produksi berdasarkan data aktual RPM tahun
2013-2014 ..................................................................................... 19
Grafik 4.2 Leadtime proses produksi 2014 jam aktual versus RPM .............. 21
viii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Cyntia Wahyuningrum, FF UI, 2014
DAFTAR TABEL
ix
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Cyntia Wahyuningrum, FF UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT.Galenium Pharmasia
Laboratories dengan tema analisis data leadtime proses produksi triwulan I dan
analisis forecast marketing tahun 2013 bertujuan untuk memberikan analisisnya
guna digunakan untuk melihat leadtime proses produksi serta forecast marketing
sehingga terjadi keefektifan serta keefesienan dari proses produksi dan jumlah
persediaan produk PT. Galenium Pharmasia Laboratories.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4.4 Informasi
Berisi data analisa mengenai ketiga hal diatas ditambah dengan pelanggan.
Informasi sangat penting dan mempengaruhi area dari supply chain yang lainnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
17 Universitas Indonesia
obat dan kosmetik. Beberapa produk obat diantaranya, Acne Feldin Lotion ®,
18 Universitas Indonesia
Grafik 4.1 leadtime proses produksi berdasarkan data aktual RPM tahun 2013-
2014
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Grafik 4.2 leadtime proses produksi 2014 jam aktual versus RPM
Berdasarkan Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa terjadi wasting time dalam
proses produksi. Terjadi peningkatan waktu yang digunakan pada data aktual
(RPM) terhadap jam aktual, misalnya obat A yang proses produksinya dapat
dilakukan dengan 3 hari, namun kenyataannya dilakukan selama 7 hari. Dari
grafik tersebut, PPIC depat melakukan evaluasi dalam pembuatan jadwal proses
produksi sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan proses produksi dapat
lebih singkat. Kebutuhan waktu untuk setiap proses disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain fluktuasi jumlah pesanan, proses yang tidak efisien, hambatan yang
tidak terduga, dsb.
Ketidakefisienan penggunaan waktu yang berlebihan ini berpengaruh
terhadap banyak hal. Salah satu nya yaitu the order to delivery cycle. Komponen
yang termasuk dalam kegiatan the order to delivery cycle, antara lain proses
pemesanan dari pelanggan, proses pencatatan pesanan, proses pemesanan, proses
pembuatan/penyiapan barang, proses pengangkutan, pesanan diterima pelanggan.
Beberapa kemungkinan terjadinya wasting time pertama yaitu pada saat
menunggu (waiting) waktu menunggu dalam proses harus dihilangkan. Prinsipnya
adalah memaksimalkan penggunaan/efisiensi pekerja daripada memaksimalkan
penggunaan mesin-mesin. Penyebab menunggu antara lain ketidakseimbangan
beban kerja, pemeliharaan yang tidak terencana, waktu setup yang lama,
penggunaan otomatisasi yang salah, masalah kualitas yang tidak selesai,
penjadwalan yang salah, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu
yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip
ekonomi, yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik
persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan menimbulkan
membengkaknya biaya persediaan.
Berdasarkan Grafik 4.3 menunjukkan akurasi forecast marketing versus
realisasi produk tahun 2013-2014 yang tidak konsisten. Terjadi kelebihan
persediaan dikarenakan forecast marketing yang terlalu tinggi namun, realisasi
order dibawahnya. Hal ini membuat produk jadi tertumpuk di gudang sehingga
perlu adanya perbaikan production planning dan inventory control.
Seperti kita lihat pada obat A, terjadi akurasi yang tidak masuk ke dalam
range normal yaitu 80-100%. Pada bulan 3, 9, 11, 12 tahun 2013 yang memiliki
nilai akurasi diatas 100% yaitu 219%, 135%, 121% dan 199% menunjukkan
terjadi kekurangan jumlah persediaan, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya lost
sales. Sehingga perlu diperhitungkan kembali jumlah safety stock. Sedangkan
pada bulan 1,2,4,5,6,7,10 tahun 2013 yang bernilai 48%, 0%, 4%, 17%, 70%,
53%, 52% dan pada bulan ke 1 dan 2 tahun 2014 yang bernilai 45% dan 54%
memiliki nilai akurasi di bawah range normal menunjukkan terjadinya
penumpukan persediaan produk jadi di gudang. Sehingga perusahaan harus
melakukan pengurangan lead time untuk non value adding activities, khususnya
waktu penyimpanan barang. Agar hal tersebut dapat terpenuhi, maka perlu di
lakukan pengelolaan inventory control yang baik. Ketidakberaturan ini juga
terjadi pada produk B hingga Q (Lampiran 1).
Jika persediaan terlalu banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut
carrying cost, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki
persediaan yang banyak, seperti : biaya modal (biaya bahan baku), sewa gudang,
biaya administrasi pergudangan, gaji pegawai pergudangan, biaya pemeliharaan
persediaan, biaya kerusakan/kehilangan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
5.1.1 PT. Galenium Pharmasia Laboratories mengalami wasting time dalam
proses produksi. Terjadi peningkatan waktu yang digunakan pada data aktual
(RPM) terhadap jam aktual, misalnya obat A yang proses produksinya dapat
dilakukan dengan 3 hari, namun kenyataannya dilakukan selama 7 hari. Dari
Grafik 4.2, PPIC dapat melakukan evaluasi dalam pembuatan jadwal proses
produksi sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan proses produksi dapat
lebih singkat. Kebutuhan waktu untuk setiap proses disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain fluktuasi jumlah pesanan, proses yang tidak efisien, hambatan yang
tidak terduga, dsb.
5.1.2 Berdasarkan Grafik 4.3 menunjukkan akurasi forecast marketing versus
realisasi produk tahun 2013-2014 yang tidak konsisten. Terjadi kelebihan
persediaan dikarenakan forecast marketing yang terlalu tinggi namun, realisasi
order dibawahnya. Misal pada obat A, terjadi akurasi yang tidak masuk ke dalam
range normal yaitu 80-100%. Pada bulan 3, 9, 11, 12 tahun 2013 yang memiliki
nilai akurasi diatas 100% yaitu 219%, 135%, 121% dan 199% menunjukkan
terjadi kekurangan jumlah persediaan, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya lost
sales. Sehingga perlu diperhitungkan kembali jumlah safety stock. Sedangkan
pada bulan 1,2,4,5,6,7,10 tahun 2013 yang bernilai 48%, 0%, 4%, 17%, 70%,
53%, 52% dan pada bulan ke 1 dan 2 tahun 2014 yang bernilai 45% dan 54%
memiliki nilai akurasi di bawah range normal menunjukkan terjadinya
penumpukan persediaan produk jadi di gudang. Hal ini membuat perlu adanya
perbaikan production planning dan inventory control pada produk jadi.
5.2. Saran
5.2.1. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, perlu dilakukan
pendekatan yang lebih tepat pada waktu proses produksi. Pengurangan waktu ini
dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pennjadwalan pada proses produksi,
memaksimalkan penggunaan mesin, menggunakan prinsip just in time serta
26 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, T. (2013). Konsep Lead Time dalam SCM. Jakarta: Universitas Esa
Unggul.
Prasetya, H. (2011). Manajemen Operasi. Yogyakarta: CAPS.
Chopra, S., and Meindl, P. (2001). Supply chain management: Strategy, planning,
and operations. New Jersey: Prentice-Hall.
Pujawan, I N. (2005). Supply chain management. Guna Widya.
Simchi-Levi, D., Kaminski, P., and Simchi-Levi, E. (2000). Designing and
managing the supply chain: Concept, strategies, and case studies. Irwin
McGraw-Hill.
Handfield, R., and Nichols, Jr., E. L. (2002). Supply chain redesign: Transforming
supply chains into integrated value systems. New Jersey: Financial Times –
Prentice Hall.
Keely L. Croxton, Sebastián J. García-Dastugue and Douglas M. Lambert. (2001).
The Supply Chain Management Processes. Ohio: The Ohio State University
Dale S. Rogers. (2001). The Supply Chain Management Processes. Nevada:
University of Nevada, Reno
Universitas Indonesia