Anda di halaman 1dari 4

Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar Haemoglobin (HB) dalam darah kurang dari normal.

Anemia kehamilan yaitu ibu hamil dengan kadar Hb <11 g% pada trimester I dan III atau Hb <10,5% pada
trimester II.

Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat, dan mudah pingsan, walaupun
tekana darah masih dalam batas normal. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat.

Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekurangan zat besi. Zat besi adalah salah satu
unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb atau sel darah merah. Oleh karena itu disebut
“Anemia Gizi Besi”

Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut:

1. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
3. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.

Beberapa dampak anemia pada kehamilan adallah sebagai berikut:

1. Abortus, lahir premature, lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim, pendarahan
postpartum, rentan infeksi, rawan dekompensasi kordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4
g%
2. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok bahkan kematian ibu saat persalinan,
meskipun tidak disertai pendarahan.
3. Kematian bayi dalam kandungan, kelainan bayi pada usia sangat muda, serta cacat bawaan.

Pencegahan dan terapi anemia

1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.


Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
tempe). Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun
katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
2. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD)
3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti: kecacingan,
malaria, dan penyakit TBC.

Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Ferro
Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita mengalami menstruasi
sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang. Wanita yang sedang hamil
atau menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin
semenjak remaja. Minumlah satu tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1
tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah satu tablet tambah darah setiap hari
paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
Zat besi (Fe)
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia, yaitu
sebanyak 3-5 gram. Pada tubuh, zat besi merupakan bagian dari haemoglobin yang berfungsi
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Dengan berkurangnya Fe, sintesis
hemoglobin berkurang dan akhirnya kadar hemoglobin akan menurun.
Beberapa akibat dari kekurangan zat besi pada kehamilan adalah hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak, kematian janin, abortus, cacat bawaan, Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, pendarahan dan rentan
infeksi.
Anemia merupakan penyakit kekurangan sel darah merah. Apabila jumlah sel darah merah
berkurang, asupan oksigen dan aliran darah menuju otak juga semakin berkurang (Sutanto, dkk,
2017). Selain itu sel darah merah juga mengandung hemoglobin yang berfungsi membawa
oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati dalam Astriana, 2017). Apabila hal tersebut
terjadi, seseorang dapat merasakan pusing, bahkan pingsan.
Bagi kelompok wanita usia reproduksi, anemia merupakan suatu permasalahan kesehatan
terbesar di dunia (Astriana, 2017). Dampak anemia diantaranya kelelahan, badan terasa lemah,
dan penurunan produktvitas kerja.
Menurut WHO, prevelensi anemia pada ibu hamil diseluruh dunia adalah 41,8%. Sel
darah merah (eritrosit) di dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit disebut anemia. Di Indonesia,
berdasarkan hasil Riskedas tahun 2013, prevelensi anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.
Pemerintah sudah menjalankan program penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan
pemberian 90 tablet Fe selama periode kehamilan untuk menurunkan anemia, tetapi kejadian
anemia masih tergolong cukup tinggi (Kemenkes dalam Astriana, 2017).
Faktor risiko kejadian anemia paling utama adalah umur. Umur ibu hamil berhubungan
erat dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang ideal adalah 20-35 tahun. Ibu
hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat berisiko mengalami
anemia. Hal ini karena pada usia kurang dari 20 tahun, secara biologis emosi ibu hamil belum
stabil sehingga kurang memperhatikan pemenuhan pemenuhan zat gizi bagi dirinya selama
kehamilan. Di sisi lain, ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun, daya tahan tubuhnya semakin
menurun dan rentan terhadap penyakit.
Anemia pada kehamilan sangat berbahaya bagi ibu dan janinnya. Dampak anemia pada
ibu hamil adalah abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
rentan terkena infeksi, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini, saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan His, kala pertama dalam persalinan dapat berlangsung lama dan
terjadi partus terlantar, pada kala nifas terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan
postpartum, memudahkan infeksi puerperium, serta berkurangnya produksi ASI (Aryanti, dkk,
dalam Astriana, 2017)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) < 11 gr%
pada trimester II dan III sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia
kehamilan disebut “potentional danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan
anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010; Bobak dalam Yanti, dkk, 2015).

Tanda dan gejala

Anemia adalah bentuk mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin.
Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan haemoglobin sampai kadar tertentu (Hb
< 7 g/dl. Sindrom anemia antara lain rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga berdenging, mata berkunang-
kunang, kaki terasa dingin, dan sesak napas. Pada pemeriksaan, pasien tampak pucat yang terlihat dari
konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku.

Pada ibu hamil, gejala yang paling mudah terlihat adalah cepat merasa lelah, sering merasa
pusing, mata berkunang-kunang, adanya luka pada lidah, nafsu makan berkurang, konsentrasi berkurang
atau bahkan hilang, napas pendek, dan keluhan mual dan muntah yang lebih hebat pada usia kehamilan
muda.

Selain itu, tanda-tanda anemia pada ibu hamil dapat diamati dari peningkatan kecepatan denyut
jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan, peningkatan kecepatan
pernapasan, karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen pada darah, kepala terasa
pusing akibat kurangnya pasokan darah ke otak, pasien merasa lelah karena meningkatnya oksigenasi
berbagai organ, kulit terlihat pucat karena berkurangnya oksigenasi, mual akibat penurunan aliran darah
pada saluran cerna dan susunan saraf pusat, serta penurunan kualitas rambut dan kulit .

Klasifikasi

Menurut Manuaba (2010), anemia dalam kehamilan terbagi menjadi:

1) Tidak anemia bila Hb 11 gr%


2) Anemia ringan bila Hb 9-10 gr%
3) Anemia sedang bila Hb 7-8 gr%
4) Anemia berat bila Hb < 7 gr%
Anemia dalam kehamilan terbagi atas anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia
hipoplastik, anemia hemolitik, dan anemia lainnya (Prawirodiharjo, 2013).
1) Anemia defisiensi besi
Anemia ini paling banyak dijumpai pada kehamilan. Anemia defisiensi besi berarti anemia
akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan kurangnya pasokan unsur besi dalam
makanan, gangguan reabsorbsi, terlampau banyak zat besi yang keluar dari badan (misalnya
perdarahan). Tanda dan gejala anemia tipe ini adalah rambut rapuh dan halus, kuku tipis,
rata, dan mudah patah, lidah tampak pucat, licin, dan mengkilat, berwarna merah daging,
pecah-pecah yang disertai kemerahan di sudut mulut.
2) Anemia Megaloblastik
Dalam kehamilan, anemia jenis ini disebabkan oleh defisiensi asam folat. Gejala yang
tampak adalah malnutrisi, glositis berat, diare, dan kehilangan nafsu makan.
3) Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik pada ibu hamil terjadi akibat sumsum tulang belakang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru.
4) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlangsung lebih
cepat dari pada pembuatannya. Ibu dengan anemia hemolitik biasanya sulit hamil. Jika ia
hamil, biasanya akan terjadi anemia berat.
5) Anemia lainnya
Seorang wanita yang menderita suatu jenis anemia, baik anemia turunan, anemia karena
malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, dan sebagainya, jika hamil,
dapat berpotensi menimbulkan anemia yang berat. Dalam hal ini, anemia berat akan
berpengaruh negatif terhadap ibu dan janinnya.

Diagnosis

1) Pada anamnesis diperoleh keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan sering mual dan muntah terutama pada kehamilan muda
2) Pada pemeriksaan fisik, penderita terlihat lemah dan kurang bergairah.
3) Pada inspeksi muka, konjungtiva, bibir, lidah, dan kuku tampak pucat.
4) Pada pemeriksaan palpasi kemungkinan diperoleh splenomegali dan takhikardi.
5) Pada pemeriksaan auskultasi terdengar bising jantung.

Anda mungkin juga menyukai