Anda di halaman 1dari 9

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sejarah dan Cabang Keilmuan

Perkembangan ilmu pengukuran tanah berasal dari bangsa romawi,


ditandai dengan pekerjaan konstruksi diseluruh wilayah kekaisaran dan ilmu ini
dilestarikan oleh bangsa arab yang disebut ilmu geometri praktis. Abad ke 13,
van piso dalam karyanya “ Practica Geometria “ menguraikan bahwa
pengukuran tanah dan dilanjutkan oleh liber quadratorium dengan konsep.

Dari segi peralatan, astrolabe adalah istrumen yang dipakai pada alat ini
berbentuk lingkaran logam dan petunjuk berputar dipusatnya di pegang oleh
cicin diatasnya dan batang silung ( cross staff ) panjang batang menyebabkan
jaraknya bisa diukur dengan perbandingan sudut.

Pada perkembangannya ilmu geodasi ini mengalami proses spesifikasi


keilmuan diantaranya, ilmu ukur tanah, survey – survey pemetaan,
engejinering, agrokuntur, dan lain – lain. Dari spesifikasi kita memperlihatkan
adanya kecenderungan dimana ilmu geodasi menjadi dasar urugen pada bidang
keilmuan lainnya, selain itu dari bidang konstruksi, seperti pertanahan,
perhutanan, ilmu kelautan, pertanian, perikanan, pertambangan dan lain – lain.
Walaupun ada spesifikasi tersebut, itu tidak mempengaruhi tingkat substansinya
dan hal ini juga memiliki kesamaan pendekatan, baik proses pengambilan data
sampai pada proses pengolahan yang membedakan adalah tingkat aplikasinya.

4
5

2.2 Tujuan Dan Aplikasi Ilmu Ukur Tanah

Adapun maksud dari pengukuran tanah merupakan salah satu langkah yang
sangat penting dalam bidang rekayasa terutama dalam bidang teknik sipil.
Pengukuran ini diperlukan untuk merencanakan antara lain: jalan raya,
jembatan, terowongan, saluran irigasi, bendungan, bangunan gedung, serta
pengaplingan tanah. Para perencana pada bidang teknik sipil yang
merencanakan pengukuran harus mengerti metode dan instrument yang dipakai
termasuk kemampuan alat dan keterbatasannya

Aplikasi pemetaan yang dimaksud dalam bagian ini adalah pemetaan


yang pekerjaan ukurnya dilakukan setelah peta yang pertama dipakai oleh para
perancang dan perencana dalam merencanakan pembangunan atau pekerjaan
konstruksi yang mereka maksud. Selanjutnya hasil desain dan perencanaan
yang mereka maksud, dituangkan di atas peta tersebut. Pada pemetaan jenis
kedua ini, pekerjaan yang dilakukan misalnya, stakeOut (Pematokan). Hal ini
dilakukan dari atas peta yang menyiratkan pola dua dimensi dan
ditransformasikan kepermukaan bumi yang berarti tiga dimensi.

2.3 Penentuan Beda Tinggi Antar Dua Titik

Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu ditinjau dari kedudukan atau penempatan alat ukur penyipat datar. Tiga
cara ini dapat dipergunakan sesuai dengan kondisi di lapangan dan hasil
pengukuran yang ingin diperoleh.

1. Cara pertama, alat ukur berada di antara kedua titik.

Pada cara ini alat ukur ditempatkan antara titik A dan B, sedangkan masing-
masing titik tersebut ditempatkan rambu ukur yang vertikal. Jarak dari alat ukur
5
6

terhadap masing-masing rambu diusahakan berimbang atau ± sama. Sedangkan


letak alat ukur tidaklah harus pada garis lurus yang menghubungkan titik A dan
B. Cara ini merupakan dasar dalam pengukuran sipat datar memanjang

Gambar 2.3 Pengukuran beda tinggi di antara titik dengan alat penyipat
datar

Dengan cara ini aturlah kedudukan alat agar memenuhi syarat


melakukan pengukuran, kemudian arahkan garis ke rambu A sebagai
bacaan belakang (b) dan ke rambu B sebagai bacaan muka (m). Dalam hal ini
selalu diingat, bahwa angka pembacaan pada rambu merupakan jarak yang
dibatasi antara alas rambu terhadap garis bidik maka dapat dimengerti bahwa
beda tinggi antara titik A dan B yaitu sebesar t = b – m.

2. Cara kedua, alat ukur berada di luar kedua titik

Cara yang kedua ini merupakan cara yang dapat dilakukan bilamana
pengukuran beda tinggi antara kedua titik tidak memungkinkan dilakukan

6
7

dengan cara yang pertama, disebabkan oleh kondisi di lapangan atau hasil
pengukuran yang hendak dicapai. Pada cara ini alat ukur ditempatkan disebelah
kiri atau kanan pada salah satu titik. Jadi alat tidak berada diantara kedua titik A
dan B melainkan di luar garis A dan B melainkan di luar garis A dan B.
Sedangkan pembacaan kedua rambu sama dengan cara yang pertama, hingga
diperoleh beda tinggi antara kedua titik A dan B. Penentuan tinggi dengan cara
ini umum dilakukan pada pengukuran sipat datar profil.

Gambar 2.3.1 Pengukuran Beda Tinggi di luar Titik dengan Alat Penyipat Datar

3. Cara ketiga, alat ukur berada di atas patok

7
8

Cara yang ketiga ini merupakan cara yang dapat dilakukan bilamana
pengukuran beda tinggi ingin mendapatkan hasil yang lebih teliti lagi dari 2
cara seperti yang dijelaskan diatas. Pengukuran ini dilakukan diatas patok, akan
tetapi cara ini harus dilakukan berulang agar dapat hasil yang akurat dan lebih
teliti.

Gambar 2.3.2 Pengukuran Beda Tinggi di luar Titik dengan Alat Penyipat Datar

2.4 Profil

Pengukuran profil adalah pengukuran ketinggian tanah secara mendetil


untuk mengetahui beda tinggi tanah, pada pengukuran ini akan kita dapatkan
ketinggian tanah secara jelas yang kemudian bisa digambarkan beda tinggi
tanah yang diukur dari ketinggian laut, pada pengukuran ini kita bisa melihat
letak perbukitan dan turunnnya secara jelas sesuai dengan bentuk aslinya.
Pengukuran profil juga bertujuan untuk mengetahui dimana tanah yang harus

8
9

dipotong dan dimana bagian tanah yang harus ditimbun yang berguna untuk
mendapatkan permukaan tanah yang datar yang mkemudian akan dibangun
suatu konstruksi.

2.4.1 Bentuk Profil


A. Profil Memanjang

Profil memanjang diperlukan untuk membuat trase jalan kereta api,


jalan raya, saluran air, pipa air minum, riol. Dengan jarak dan beda tinggi titik-
titik diatas permukaan bumi didapatlah irisan tegak lapangan yang dinamakan
profil memanjang. Profil memanjang bertujuan untuk mengetahui beda tinggi
permukaan tanah dalam arah memanjang.

Dilapangan dipasang pancang-pancang dari kayu yang menyatakan


sumbu proyek, dan pancang-pancang itu digunakan pada pengukuran menyipat
datar yang memanjang untuk profil memanjang.

B. Profil Melintang

Profil melintang bertujuan untuk mengetahui beda tinggi


permukaan tanah dalam arah melintang.

Pada kedua profil ini mempunyai tujuan yang bersamaan, yaitu untuk
mengetahui tinggi rendahnya permukaan tanah yang diukur dari permukaan
laut. Pembuatan profil-profil sangat diperlukan dalam pekerjaan teknik sipil.
Semua proyek sipil yang fital diperlukan data akurat mengenai keadaan tanah
dari lokasi tersebut, oleh karena itu perlu diadakan pengukuran keadaan tanah
untuk mengetahui dan mendapatkan data-data tersebut sebelum instrumen
digunakan untuk keadaan lapangan. Instrumenter lebih dahulu harus diperiksa
kelengkapannya, sehingga data yang diperoleh tidak menyimpang.

9
10

Dengan mempelajari dan melakukan praktek pengukuran tanah


(surveying), kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang
tersebut. Pengukuran tanah merupakan hal terpenting dalam menentukan posisi
tanah, pada pengukuran tentunya banyak masalah baru yang harus dipelajari
dan juga diperhatikan, terutama kesalahan-kesalahan dalam pengukuran jarak
adalah cara dasar yang paling banyak dilakukan dalam pengukuran yang pada
dasarnya menitik beratkan pada pengukuran panjang dan alat-alat yang
digunkan menurut ketelitian dan penggunaannya sehingga memberi hasil yang
pasti dan jelas, karena pengukuran yang baik adalah pengukuran yang nilai
kesalahannya kecil.

2.5 Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak adalah pengukuran panjang antara dua buah titik baik
secara langsung maupun tidak langsung, dan bisa dilaksanakan bertahap atau
menjadi beberapa bagian ataupun tidak.

Pengukuran jarak langsung biasanya menggunakan instrument atau alat


ukur seperti pita ukur, langkah alat ukur jarak elektronik, distance meter (EDM)
yang disebutkan dengan EDM (Elektronic Distance Meter), adalah alat ukur
jarak yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik sebagai unsur jarang
yang diukur. Pengukuran jarak tidak langsung, pada umumnya menggunakan
instrument ukur jarak yang mendasarkan pada metode techimetri, metode optik,
dsb. Dan pengukuran jarak optis dapat dilakukan pengukuran jarak menurut dua
cara yaitu penggunaan bagi optis Richard (sudut patalaktis tetap) atau dengan
menggunakan garis bidik horizontal dengan ukuran tertentu pada sasaran.

2.6 Garis Kontur

10
11

Kontur/pemetaan adalah gambaran secara grafis dengan menggunakan


skala tertentu dari bentuk-bentuk pada jarak dekat atau dibawah permukaan
bumi, yang diproyeksi pada bidang mendatar yaitu pada bidang kertas dimana
sebuah peta digambarkan.
Gambaran atau bentuk permukaan bumi beserta seluruh unsur-unsur
yang ada diatasnya, baik unsur alam maupun buatan manusia disebut
Fotografik. Tapi untuk perencanaan pelaksanaan pekerjaan teknik, seperti
pembuatan gedung-gedung, jalan raya, jalan kereta api, saluran air, jembatan,
hal ini disebut peta teknik. Jadi pembuatan suatu gambaran sebagian atau
seluruh permukaan bumi diatas bidang datar dengan sistem proyrksi dan skala
tertentu dari hasil pengukuran langsung dilapangan disebut Pemetaan
Fotografis Resertris.
Tujuan kontur/pemetaan fotografis adalah untuk menuangkan data-data
ukuran yang diperoleh dilapangan kedalam bidang datar dengan skala tertentu.
Untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan relief atau fariasi tinggi
rendahnya suatu daerah atau lokasi yang diukur yaitu dengan cara penyajian
garis-garis ketinggian (garis kontur). Untuk membuat garis-garis ketinggian
dengan benar dan teliti, maka harus diketahui data-data ketinggian titik-titik
yang cukup banyak dari lokasi atau daerah yang dipetakan.
Beberapa sifat garis ketinggian/kontur yang perlu diketahui antara lain :
 Selalu merupakan garis/lengkung yang tertutup
 Tidak akan pernah berpotongan dan tidak bercabang
 Untuk gambaran daerah yang terjal, jarak antar kontur cendrung
semakin rapat
 Untuk gambaran daerah yang landai, hjarak antar kontur cenderung
semakin renggang
 Perpotongan garis kontur dengan jalan raya akan cenderung cembung ke
arah bagian yang lebih rendah/jalan yang menurun

11
12

 Perpotongan garis kontur dengan sungai, saluran, parit dan cembung


kearah hulu sungai
 Garis kontur yang menggunakan tanjung/semenanjung akan berbentuk
kearah laut.
 Garis kontur yang menggambarkan bukit akan berbentuk cembung ke
arah rendahnya bukit/lereng yang menurun

2.2.1 Penentuan Interval Kontur


Interval kontur adalah harga mutlak dari selisih nilai-nilai kontur yang
digambarkan berurutan dari peta kontur. Penentuan interval kontur tergantung
pada beberapa hal, antara lain :
o Skala peta yang direncanakan
o Keperluan teknis atau kegunaan dari pengukuran terssebut
o Luas daerah dan bentuk reliefnya

Secara umum, apabila akan menentukan interval kontur ditinjau dari


skala peta yang akan dibuat yaitu sebesar 1/2000 kali angka skala peta. Jadi bila
peta akan digambarakan dengan skala peta 1 : 1000, maka interval konturnya
0.5 meter.

2.2.2 Penentuan Titik Tinggi Pembuatan Kontur


Pemilik titik-titik tinggi pada lokasi yang akan diukur diperkirakan
kerapatannya sesuai dengan kebutuhannya dan keadaan daerahnya. Secara
umum, semakin rapat atau semakin banyak gambaran permukaan tanah yang
lebih baik dan jelas, artinya penyajian gambar peta dapat mendekati atau sesuai
dengan keadaan sebenarnya. Bentuk permukaan tanah itu akan dapat dilukiskan
oleh garis-garis yang menghungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian
sama, sehingga diperoleh suatu peta kontur dengan skala tertentu.

12

Anda mungkin juga menyukai