Anda di halaman 1dari 19

BAB 31

OPLOID  Lanjutan (hal 560-567)

Dextropropoxyphen (Darvon)

Obat ini merupakan salah satu analgetik non-narkotik yang efektif jika
diberikan secara oral (30-60 mg). Hal ini karena adanya depresi respirasi. Beberapa
studi klinis menunjukkan efek depresan respirasi relative sebesar 0,33 sama dengan
codein. Disini 180 mg dextropropoxyphene secara oral menyebabkan depresi respirasi
yang sama dengan pemberian codein peroral 60 mg.

Meperidin dan beberapa analognya

Modifikasi molekul morfin dapat menghasilkan obat-obatan aktif, tetapi pada


tahun 1939 jenis analgetik sintesis secara luas diperkenalkan di Jerman oleh Eisteb dan
Schaumann. Jenis Analgetik ini adalah derivate dari piredin sintesis, maka nucleus
dasarnya berbeda dengan morfin. (Gb. 13-12) Mulanya obati ini diperkenalkan sebagai
antispasmodic. Karena kemiripan strukturnya dengan astropin. Test sebelumnya
menunjukkan bahwa obat ini memliki efek yang sama pada tikus sebagaimana morfin,
dalam menyebabkan ereksi ekornya (Fenomena Strub). Ini menunjukkan bahwa
meperidine adalaha analgetik, dan selanjutnya akan menjelaskan manfaat serta
pemakaian meperidine. Secara umum efek analgetik dan spasmolitik cukup menonjol.

Aksi Farmakologi

Sistem Susunan Saraf Pusat

Analgesia merupakan efek yang menonjol. Lokus aksi terutama pada


subcortical. Dosis 50-75 mg secara i.m meningkatkan ambang sakit ± 50 % atau
ekivalen dengna 10 mg morfin. Dosis 100-125 mg akan meningkatkan ambang sakit ±
75% atau ekivalen 15 mg morfin (Teknik panas radiant Wolf-Hardy). Efek analgetik

1
bekerja selama 2-4 jam dan lebih singkat dari morfin. Sebagaimana halnya dengan
narkotik yang lain. Jika terjadi sakit yang hebat durasi (kerja obat lebih singkat).

Segala macam rasa sakit dapat kurang secara memuaskan. Tipe sakit visceral
berkurang secara pelan-pelan secara khusus ini terjadi pada saluran gastro-intestinal
dan urine.

Sedasi hanya tampak pada dosis yang tinggi, oleh karena itu dimungkinkan
unutk mencapai pengurangan rasa sakit yang baik tanpa tidur. Jika diinginkan untuk
tidur, maka obat ini harus dikombinasi dengan barbiturate, pada komdisi ini aksi
hipoksi dari barbiturate semakin tinggi.

Tekanan Likuor Serebrospinal (LSS)

Peningkatan 25 sampai dengan 50% setelah pemberian dosis terapi. ini tidak
ada hubungannya dengan Perubahan tekanan darah, tetapi berhubungan dengan
turunnya ventilasi serta meningkatnya CO2 darah: oleh karena itu obat ini harus
digunakan secara hati-hati pada pasien dengan tekanan iss yang tinggi atau pada lesi
intrakranial.

Respirasi
Depresi respirasi pada manusia dapat terjadi setelah diberikan dosis terapi.
kita melihat suatu depresi awal baik dalam kecepatan maupun kedalamannya.
khususnya setelah pemberian intravena. setelah 15 menit laju respirasi kembali normal
atau Diatas Normal. tetapi TV masih turun dan MV akan terdepresi selama 4 jam.
tingkat depresi ini berubah-ubah dan dapat meluas. ini tampak lebih jelas jika
pemberian Meperidin diikuti dengan agen anastesi yang kuat : dalam kondisi tekanan
intrakranial tinggi, depresi ini tampak jelas. respon normal respirasi terhadap
inhalasi CO2 juga berkurang setelah dosis terapi meperidine diberikan.

2
Dilaporkan adanya depresi respirasi berat selama anestesi pada pasien yang
sebelumnya diberikan meperidin. tercatat pula adanya depresi yang jelas dan tidak
dapat diprediksikan ketika digunakan anestesi thiopental. kombinasi ini juga diketahui
dapat menimbulkan urutan membran faringeal dan laringeal.

Keterangan GB. 31 -12


Menunjukkan struktur dasar rangkaian Meperidin. perubahan molekul morfin
ditunjukkan pada gambar sebelah kiri. Jembatan oksigen hilang, struktur lingkaran
alkohollik hilang dan lingkaran pusat terputus. Residu ini merupakan inti dari
rangkaian agen meperidin

Terdapat sedikit pengaruh pada muscular normal tampak jelas setelah


pemberian meperidine.... terdapatnya agen-agen atau penyakit yang menyebabkan
"bronkospasme "dapat menyebabkan relaksasi. jadi obat ini diperbolehkan dalam
keadaan hanya penyakit "bronkospastik "karena aksi kolinergik.

Jantung
Meperidin iv menyebabkan peningkatan kecepatan laju jantung beberapa
penelitian menunjukkan bahwa meperidin memberikan aksi protektif terhadap
"arrhytmias"yang terjadi selama pemberian halothane.
Mekanisme ini dapat bersifat 2 sedatif langsung atau efek seperti quinidine
pada miokardium atau Efek vasolytic dari meperidin yang menyeimbangkan efek
"parasimpatomimetik dari halothane.
Dalam keadaan terjadinya atrial "tachyarrhythmias ", aksi seperti atropin
dari meperidin tidak menguntungkan. jika diberikan pada pasien dengan gangguan
"atrial flutter "atau atrial fibrilasi, maka terjadi kenaikan kecepatan denyut atau
kecepatan ventrikuler. hilangnya pengaruh vagal memungkinkan lebih banyaknya
impuls atrial yang mencapai ventrikel. jadi blok 6 : 1 atau 4 : 1 diubah menjadi 2: 1.
tingginya muatan ventrikuler pada waktu selanjutnya dapat mengakibatkan kegagalan.

3
Aksi depresan langsung pada miokardium telah ditetapkan. dalam
pembahasan utuh, efek ini kecil atau tertutup oleh hilangnya compensatory
simpatoadrenal titip jadi tekanan darah kontraktilitas cardiac masih sama dalam
kondisi ini dan dapat dikorelasikan dengan tingginya level darah norepinefrin.
meperidin tampaknya menghasilkan beberapa aksi sistem nervus langsung pada sistem
simpatik jika sistem simpatik di blok dengan anestesi epidural maka terjadi depresi
miokardial oleh karena itu, depresi ini ditingkatkan dengan anastesi barbiturat
Harus diperoleh keuntungan variasi depresan dalam kondisi yang melibatkan
miokardium yang dapat teriritasi. di sini obat-obatan itu adalah cardiac sedatif dan
memiliki sifat antiarrhythmic obat-obat ini sinergis dengan obat-obatan seperti
quinidine, prokain dan prokainamid harus hati-hati untuk menghindari toksisitas.
Penemuan ini menegaskan bahwa meperidine merupakan agen yang buruk
untuk digunakan dalam kondisi sebagai berikut:
1. pasien dengan penyakit miokard dengan gagal jantung atau tidak, butuh
digitalis atau tidak.
2. Pasien dengan atrial aritmia

di pihak lain obat ini sangat efektif pada contoh sebagai berikut:
a. pada kondisi terdapatnya ventrikuler aritmia dan miokardium yang dapat
teriritasi.
b. pendahuluan untuk Anastasia

Sistem sirkulasi
Terjadinya sedikit penurunan tekanan darah dapat terlihat menyertai dosis
terapi. kurang lebih 5% rawat jalan menunjukkan reaksi syncopal. demikian pula
hipotensi dan sinkop seringkali terjadi setelah pemberian dosis tunggal i.v. secara
singkat mekanisme compensatory Sentral untuk tekanan darah terganggu. ini mungkin
sesuai dengan depresi spesifik pada Pusat vasomotor.

4
Saluran gastrointestinal
Meperidin memberikan efek diam yang jelas pada gerak kontraktil
gastric. efek tampak selama 2 jam. Baik muskulus intestinal maupun muskulus Colon,
terjadi relaksasi yang jelas, dan juga spasmolitik: gerak peristaltik, kontraksi
segmental, serta gerak torak yang meluas terhalang (terblok). Sebagaimana teramati
dengan pengukuran Perubahan tekanan intraluminal melalui pembukaan ileostomi dan
kolostomi.
Pada saluran empedu dan juga duedenum, obat ini memberikan Efek
spasmogenik yang signifikan. Tekanan best Line rata-rata pada pembuluh darah (
duktus) diukur dengan T-tube drain dari gaensler dkk. hasil yang didapatkan
bervariasi antara 25 dan 55 MM H2O dengan rata-rata 44 mm H2O. ketika 1 dosis
meperidin atau morfin diberikan, terjadi peningkatan secara tiba-tiba pada tekanan
yang mencapai 100- 140 mmh2o. dengan morfin yang menghasilkan tekanan yang
lebih tinggi. ini dapat dilawan dengan Amil nitrat aminofilin. jadi secara jelas
meperidin juga dapat meningkatkan tekanan kandung empedu dan dapat dikurangi
dengan pemberian atropin.
Kebanyakan studi menunjukkan bahwa efek morfin kurang lebih dua kali
meperidin untuk dapat meningkatkan tekanan kandung empedu dalam kondisi tidak
adanya gangguan kandung empedu. dalam keadaan spasmus kandung empedu,
pemberian meperidin menyebabkan turunnya tekanan kandung empedu secara nyata.

Aksi anestesi lokal

Meperidin ditunjukkan memiliki sifat anestetik local oleh way. narkotik ini
telah digunakan dalam anestesi spinal dan epidural, dan kemampuannya mengurangi
rasa sakit setelah ditunjukkan dengan jelas.

5
Aksi antimikroba

Grimond telah menunjukkan aksi anti mikroba yang nyata dari meperidin
pada berbagai bacteria dan beberapa patogen lain. ini mirip dengan aksi beberapa
anastesi lokal.
Aksi yang lain

Dua aksi yang luar biasa yang mempunyai arti penting bagi para ahli anastesi.
setelah pemberian secara sistemik: satu analgesia corneal diperoleh dan reflek
kornea hilang. mungkin terjadi depresi autonomic ganglia.

Efek EEG

Dosis tunggal dalam jumlah sedikit dari meperidin tidak memberikan Efek
kortikal listrik yang nyata. pemberian dosis besar atau dosis kecil secara sering dalam
interval singkat menghasilkan perubahan gerak lambat setelah beberapa hari yang
menjadi semakin lambat secara progresif serta meningkatnya amplitudo. gerak lambat
abnormal ini terjadi selama 18 jam Setelah penghentian pemakaian obat ini.

Pelepasan histamin (“ histamin release ")

Meperidin IV dosis 5,0 mg /kg mengakibatkan peningkatan histamin plasma


beberapa kali. dari garis dasar kurang lebih 0, 12 ng/ ml; level plasma dapat naik
sampai level; 20- 30 ng/ml dalam< 1,2 menit dan secara continue level plasma dalam
waktu 6 menit Jadi 7,0 ng/ml. pada waktu 25 menit, level itu masih tinggi dengan 0,28
ng/ml pada semua pasien. meperidine secara nyata memiliki kapasitas yang lebih besar
untuk menyebabkan pelepasan histamin dibanding morfin.

6
Interaksi obat

Kebanyakan dari interaksi ini mirip dengan morfin sebagian dari


phenothiazine, khususnya chloro promazine dan trisiklik antidepresan meningkatkan
aksi depresan respirasi serta menyebabkan sedasi yang nyata titik benzodiazepin
tidak potensiasi efek depresan dari meperidin demikian pula dengan diazepam.
Pemberian phenobarbital atau phenytoin yang sesuai akan meningkatkan
pembersihan meperidine ; jika meperidine diberikan secara oral, akan terjadi
penurunan biovilitas. Bersamaan ini terjadi penigkatan nonmeperidin metabolit.
Yang mempunyai arti penting adalah reaksi pasien yang menerima MAOI. Di
ketahui ada 2 gejala klinis yaitu :
1. Depresi respirasi berat
2. Gejala eksitasi yang tampak sebagai :
- Delirium
- Hiperpireksi
- Kejang
Pemberian ampetamin, sebagaimana halnya morfin, meningkatkan efek
analgetik tetapi menurunkan efek sedative dari meperidine dengan derivate-derivat
yang berhubungan.
Gejala “excitatory” dapat pula timbul pada pasien yang toleran terhadap efek
depresan meperidine. Gejala ini terdiri atas :
- Tremor
- Kejang otot
- Reflek hiperaktif
- Pupil melebar
- Kejang
Dosis besar meperidine yang diberikan pada interval singkat akan
mempercepat gejala diatas.. mekanisme ini terjadi karena adanya akumulasi
nonmeperidin metabolit. Pada pasien dengan fungsi hepar dan atau renal rendah, gejala

7
toksik ini sering tampak. Terjadinya reaksi ini biasanya muncul pada periode post
operasi, setelah transplantasi ginjal ketika meperidine di berikan untuk analgesia.

Reaksi type Parkinsonian


Reaksi tipe Perkinsonian dapat tampak pada pasien usia lanjut setelah
pemberian meperidine dengan dosis yang besar pada periode post operasi. Pemeriksaan
neurologis menunjukkan wajah seperti topeng (masked face), suara kecil, berliur, fleksi
leher, otot kaku, tremor, dan jalan terburu-buru. Dapat diobati dengan cardiodopa-
levodopa (Sinemet). Reaksi dapat disebabkan oleh hasil sampingan sintesis meperidine
sebagai suatu unsur yang bersamaan atau sebagai metabolit, atau reaksi itu dapat
disebabkan oleh pemakaian yang tidak semestinya atau pada penyalahgunaan obat
MPTP.

Pasien Hamil dan Fetus


Meperidin salah satu analgesic yang paling banyak digunakan untuk
mengurangi rasa sakit berat. Obat ini tampaknya memiliki tingkat spastisitas untuk
sakit tipe visceral yang berasosiasi dengan kontraksi uterus. Salah satu metabolit
meperidine yaitu : nonmeperidin merupakan suatu derivate aktif, sementara produk
degradasinya asam meperidine yang inaktif.
Meperidine dapat melalui barrier plasenta dan masuk sirkulasi fetal. Jika
kepada ibu hamil secara i.m. obat ini segera terserap dan tampak pada fetus. Level
tertinggi pada fetus tercapai antara 2 dan 3 jam setalah pemberian kepada ibu.
O’Donoghur menunjukkan bahwa neonatal, ketika diberi meperidine, dapat
memproduksi norme-peridin. Baik meperidine dan metabolit tampak dalam darah
korda umbilicus dan dalam urine neonatal.
Walaupun level meperidine tertinggi tercapai pada fetus segera setelah
pemberian kepada ibu hamil, meningkatnya level meperidine darah tampak pada fetus
ketika interval antara pemberian obat dengan waktu meningkat. Ini disebut DDT (Drug
to Delivery Time = waktu pengobatan sampai kelahiran). Jadi depresi neonatal dapat

8
berlanjut ke periode post kelahiran selama 1-2 hari, “Half life” meperidine pada
neonatal adalah 13 jam, tetapi “half life” normeperidine adalah 62 jam. Jika ibu hamil
merasa sakit waktu melahirkan diberi meperidine, baik obat-obatan yang tidak berubah
maupun metabolitnya dapat diperoleh kembali dari plasma dan urin neonatal, dan
metabolit masih ada setelah hari pertama kehidupan. Level obat-obatan ini lebih tinggi
bila kelahirannya tertunda, ketika dosis ganda/ulangan itu diberikan keapda ibu hamil
atau ketika obat itu diberikan 2-3 jam sebelum kelahiran. Factor ini ada hubungannya
dengan depresi respirasi, Apgar skor rendah, asidosis neonatal, EEG yang abnormal,
skor behavioural yang rendah. Test Scanlon maupun perkiraan tingkah Brazelton turun.
Semua factor ini berhubungan dengan semakin besarnya morbiditas dan mortalitas
neonatal.
Efek yang merugikan ini dapat dikurangi dengan cara pemberian meperidine
pada ibu hamil, 2 jam sebelum melahirkan, pemberian dosis rendah, dan harus
dihindari kombinasi dengan Teknik anestesi epidural atau yang lain.

Pharmakokinetik

Absorbsi
Meperidin diserap pada semua jalur pemberian. Setelah pemberian secara
oral, absorbs dari saluran intestinal cepat, dengan permulaan aksi ± 14-20 menit, tetapi
efek puncak terlambat. Hanya 50% dari dosis oral yang mencapai sirkulasi sistemik
karena metabolisme pertama obat ini dalam dinding usus dan dalam liver. Efektifitas
meperiden oral lebih baik dari pada morfin, namun tidak sebaik codein.
Absorsi dari pemberian lewat SC dan i.m tak menetu, dan onset dengan
konsentrasi puncak sangat bervariasi. Pemberian lewat SC secara khusus kurang
menyenangkan, dan iritasi jaringan local serta indurasi jaringan pada kedua jalur tsb.

9
Pengikatan Darah dan Plasma
Meperidin yang diikat oleh protein plasma bersifat reversible. Oleh α-asam
glycoprotein yang berada dalam sel-sel darah merah. Jumlah yang terikat ± 60%, yang
dari jumlah itu 49% terikat pada protein dan 20% masuk sel darah. Beberapa variasi
dalam pengikatan juga tampak setelah injeksi i.v, im pada pasien usia > 70 tahun, kira-
kira meperidine ikatannya yang protein ± 2 kali. Jika dibandingkan dengan pasien usia
< 30 tahun, Dengan bertambahnya usia terjadi peningkatan fraksi obat-obatan dalam
plasma dan semakin besar fraksi obat yang juga tidak terikat.
Konsumsi alcohol mempengaruhi distribusi dalam plasma maupun pelepasan
dari plasma. Level ini paling rendah pada pasien peminum biasa, sementara pada yang
bukan peminum dan peminum berat clearennya baik. Konsentrasi plasma meperidine
pada peminum berat adalah rendah, tetapi volume distribusinya besar, mungkin
disebabkan oleh karena vasodilatasi.

Data Pharmakokinetik (Tabel 31-5)


Kinetik dari meperidine pada sukarelawan sehat dan pada pasien bedah telah
dibelajari. Dosis 1,0 mg/kg BB (cakupan 0,7-1,4 mg/kg) ketika diberikan secara i.v
diberikan dalam 2 kompartemen system, gambaran plasma konsentrasi ditunjukkan
pada grafik sebagai bentuk biphasic. Ini terjadi dilusi darah setelah 1,6 menit (P Phase).
Pertama : Penurunan konsentrasi yang cepat dalam plasma, sebagai akibat
distribusi kedalam jaringan yang kaya pembuluh serta penarikan reseptor. (Gb. 31-13).
Obat ini dilokalisir secara ekstensif dalam jaringan dimana konsentrasinya 6x lebih
besar bila dibandingkan dalam plasma. Fase α ini pendek, dengan T ½ α = 4,0 menit.
Kedua : fase penurunan yang lebih lambat dalam plasma terjadi dalam 2-4
jam, redistribusi ke liver dan ginjal. Jadi eliminasi β phase adalah T ½ β antara 3,1-3,9
jam. Ini tergantung pada metabolisme dalam hepar dan eksekresi pada ginjal. Jumlah
total plasma clearence = 0,85 1/menit. Volume distribusi pada kondisi tetap telatif
dengan VD55 = 200 1.

10
Dosis tinggi sebesar 5,0 mg/kg diberikan kepada pasien bedah dan kinetiknya
telah ditentukan. Fase β agak lebih Panjang, dengan T ½ β sebesar 4,4 jam. Plasma
clearence agak sedikit, 0,008 ± 0,33 1/menit, dan volume distribusi lebih besar,
ditentukan sebesar 280 1. Hasilnya menunjukkan degradasi metabolic dan tidak
merubah eksekresi obat-obat ini.

Variabel Kinetik
Konsumsi alcohol cenderung meningkatkan volume distribusi. Pada
non.peminum, VD55 kira-kira separuh dari peminum berat. T ½ β kurang lebih 2 kali
pada non-peminum (3,2 jam dan 1,7 jam). Volume distribusi yang lebih besar dan
konsentrasi plasma yang lebih rendah, mungkin berkaitan dengan efek obat yang
menurun dan ini tampak pada alkoholik kronis dengan sirosis hepatis. Biovilitas setelah
pemberian lewat oral meningkat sebesar 80% dan half life meperidine dan
normeperidine meningkat.
Faktor usia mempengaruhi pengikatan meperidine plasma secara posistif. Dari
usia 20-80 tahun, fraksi bebas dalam plasma meningkat dari 0,25-0,65.
Clearence sepenuhnya berhubungan dengan degradasi metabolic. Eksekresi
meperidine tanpa perubahan yang lewat renal ± 7% (2-10%) dari dosis yang diberikan.
Bila keasaman urin (ammonium chloride) diperiksa hasilnya pH <5, eksekresi
meperidine secara utuh dapat meningkat sampai 20-30% dari dosis, sedangkan
alkalisasi menurunkan eksekresi meperidine secara utuh sampai ± 1,0 % dari dosis
yang diberikan.
Induksi anastesia berhubungan dengan naiknya konsentrasi plasma dalam vena.
Efek ini segera tampak dan mungkin berhubung dengan redistribusi darah dari viscera
ke pool perifer. Perubahan hemodinamik ini mengakibatkan pencucian obat dari bagian
jaringan itu.
Setelah dosis bolus saja, level darah sebelumnya lebih tinggi dari yang
diperlukan, dan masuk kedalam cakupan sub terapi setelah 20-30 menit. Dengan infus
yang kontinyu dengan dosis 0,4 mg/menit saja, membutuhkan kurang dari 2 jam untuk

11
mencapai konsentrasi analgesic terendah. Dengan mengkombinasikan kedua metode
pemberian, level meperidine dalam darah dapat memberikan cakupan analgesic yang
baik. Pemberian secara infus dengan dosis yang lebih tinggi akan memberikan
pengurangan rasa sakit sebesar 95% dari kasus dan tidak menyebabkan adanya depresi
respirasi yang nyata. Teknik ini menurunkan fluktuasi konsentrasi plasma dan efek
analgesic.

Berapa konsentrasi darah analgesic yang efektif


Dalam pengobatan rasa sakit, suatu respon analgesic berhubungan dengan
konsentrasi darah (Gb. 13-14) konsentrasi analgesic efektif yang minimum adalah ±
0,50 ug/kg. Dalam studi yang dilakukan oleh Austin dkk, nilai yang didapat 0,46 ug/ml
(SD=0,18). Selanjutnya kondentrasi dalam darah = 0,41 ug/ml, jelas masih
berhubungan dengan rasa sakit berat pada 84% individu. Sementara level darah 0,7
ug/ml dapat mengurangi rasa sakit berat pada 95% individu.

Metabolisme
Meperidin umumnya rusak dalam tubuh sampai ± 90%. Secara prinsip,
perusakan ini dilakukan oleh liver dengan kecepatan 10-20% jam, dengan kecepatan
rata-rata 17% per jam. Ada 2 jalan metabolic yang terjadi.
Pertama : hidrolisis menghasilkan asam meperidinat.
Kedua : merupakan salah satu dimetilasi membantu suatu metabolit, normeperidine.
Selanjutnya normeperidine dihidrolisis menjadi normeperidinat (Gb. 31-15). Eksekresi
normeperidine maupun asam normeperidinat terutama pada ginjal. Metabolit asam
secara farmakologik lamabt, namun normeperidine memiliki aktifitas farmakologik
yang signifikan. Eksekresi “half life” meperidine =3,0-6,0 jam, normeperidine = 15-40
jam. Kebanyakan efek toksik meperidine berhubungan adanya normeperidine.

12
Toksisitas Normeperidin
Toksisitas metabolit ini pertama kali disampaikan pada tahun 1977. Produk
meperidine degradasi ini dapat berakumulasi dalam kondisi pemberian meperidine
dosis tinggi secara kotinyu atau sebagai akibat dari eksekresi renal yang terganggu.
Metabolit sendiri mempunyai beberapa aksi analgesic. Gejala eksitasi SSP
seperti kegelisahan, rasa tidak nyaman dan tremor tidak diinterpretasikan sebagai sakit.
Pada level plasma 0,8 ug/ml, mioklonus dan grandma seizures dapat terjadi.

Mekanisme Biotransformasi
Pemecahan meperidine dilakukan oleh liver : dalam bentuk demetylasi (3-8%)
; de-esterifikasi (3-8%), dikonjugasi (8-15%) ; dioksidasi (3-8%) dan dihidrolisir 20%.

Eksekresi
Meperidin umumnya dieksekresi dalam bentuk berbagai metabolit. Hanya 2-
10% dosis obat induk dieksekresikan tidak berubah dalam kondisi pH urin normal.
Dalam kondisi asiditas urin yang kuat yaitu pH <5,0. Fraksi seluruh meperidine yang
dieksekresikan dapat meningkat sampai 20-30% dari dosis yang diberikan.
Dosis untuk anak-anak ± 0,5 mg/kg BB, jika digabung dengan barbiturate dosis
ini harus dikurangi 1/3 nya. Dosis untuk dewasa 50-150 mh untuk dosis tunggal atau
1,0 mg/kg BB. Dosis terapi meperidine dalam mg kira-kira 10 kali dosis morpin.
Pemberian pada orang tua harus hati-hati, dosis tunggal untuk orang tua 20-50 mg.
Walaupun obat-obatan ini diabsorbsi dari saluran intestinal dan dari semua
tempat injeksi. Obat ini boleh diberikan secara i.m, i.v. jika diberikan secara SC dapat
menyebabkan iritasi. Pemberian meperidine injeksi i.v dalam bentuk larutan
bermanfaat dalam anestesi. Solusi larutan dan diseimbangkan dengan tanda-tanda
klinis yaitu : hypnosis, tidak sadar dan anestesia. Teknik ini memberikan suatu level
narcosis yang mantap, sehingga anastesi pada pembedahan dapat ditertapkan dengan
nitrous oksida atau ethylem.

13
Phamrmakodinamik (Gb. 31-16)
Terjadinya efek analgesi yang maksimal berkaitan dengan kadar serum yang
tertinggi serta cara pemberian. Setelah pemberian secara oral, efek analgetik tampak
setelah 15 menit, efek ini mencapai puncak dalam waktu 2 jam dan menurun setelah 2-
4 jam. Efek analgetik total kurang lebih separuh dari pemberian parentral.
Biovailabilitas 40-60% dari dosis oral.
Setelah pemberian secara sc atau i.m, permulaan analgesia lebih cepat, yang
terjadi dalam waktu 10 menit dan mencapai puncaknya dalam waktu 30-60 menit
terjadi pada konsentrasi serum yang tertinggi, lama efek 3-5 jam.

Pemakaian dalam anestesia


Meperidine digunakan secara luas pada premedikasi, medikasi dan pada
managemen sakit pada post operasi. Meperidine dianjurkan dalam kondisi sbb :
1. Sebagai premedikasi pada pemberian halotan.
2. Pada pasien dengan gangguan asthma, emphysema dan broncho spastik
pulmonary.
3. Pasien hipotensi
4. Pada pasien dengan gangguan ventrikuler aritmia.
5. Pada pasien geriatric dengan dosis rendah.
6. Ketika diinginkan analgesi tanpa tidur.
7. Untuk rasa sakit visceral, khususnya saluran kencing atau intestinal.

Meperidine tidka baik ataupun kuran gefektif jika :


1. Pasien yang diobati dengan obat anti aritmia.
2. Pasien yang mengalami atrial aritmia.
3. Pada infeksi kandung empedu khronik.
4. Gangguan cutanesu berat.
5. Pasien mengalami efek anti cholinergic dengan dosis besar.

14
Pengurangan rasa sakit dengan morpin dan meperidine

Level plasma untuk analgesia


Level plasma dari suatu dosis narkotik yang efektif adalah berada diatas
ambang rasa sakit selama ± 2,5 jam. Setelah pemberian morpin, analgesia lain dapat
diberikan ketika level meperidine dalam plasma = 0,05 -0,1 ug/ml. ini adalah level
ambang untuk pengurangan rasa sakit. Analgesia yang baik dilakukan pada level
plasma 0,1 -0,5 ug/ml.
Konsentrasi minimum meperidine dalam darah dapat menimbulkan analgesia
adalah ± 0,5 ug/kg. analgesia meperidine yang baik bila kadar dalam plasma 0,5 -1,0
ug/ml. untuk mempertahankan kadar meperidine dalam plasma seperti diatas perlu
diberikan dosis ulangan setelah 2-3 jam. Pemberian secara i.v masih merupakan cara
yang lebih kecil setiap jam dapat mempertahankan level plasma yang tetap dan efektif.

Cara pemberian
Absorbsi dari injeksi i.m dari narkotik biasanya merupakan penyebab tunggal
paling umum adalah : variabilitas konsentrasi darah. Oleh karena itu merupakan
penghilang rasa sakit tidak dapat diramalkan.
Injeksi i.m dalam interval tiap 4 jam, jika dibutuhkan menyebabkan konsentrasi
dalam darah berubah-ubah. Konsentrasi ini baru berada di atas ambang sakit selama 35
% dari waktu selama 4 jam. Injeksi i.m dengan pemberian lebih sering tidak ditoleransi
dengan baik. Cara pemberian dosis ulangan dianjurkan lebih kecil. Dosis i.m yang kecil
dan sering dapat diberikan dengan respon yang mudah diamati. Infus secara kontinyu
dapat mempertahankan level obat dalam plasma dengan kadar yang tetap.

Dosis
Dalam praktek pemakaian dibawah dosis = 30% masih menimbulkan rasa sakit
post operasi. Oleh karena itu rasa sakit harus dihilangkan karena ini merupakan
kebutuhan penderita.

15
Dosis obat yang diberikan harus berdasarkan pada berat badan penderita dan
dimodifikasi dengan factor-faktor lain. Dosis awal (loding dose) untuk morfin adalah
0,1 -0,2 mg/kg BB mencapai hasil yang memuaskan. Dosis yang lebih besar
dibutuhkan untuk subjek yang sehat dan kuat dengan usia < 50 tahun dan berat badan
± 70 kg, sedangkan pasien umur > 65 tahun membutuhkan dosis morpiin lebih sedikit.
(31-17)
Loding dose diberikan lebih dulu di tunggu 10 menit sampai rasa sakit
berkurang kmeudian dapat dilanjutkan dengan dosis ulangan.
Dosis rumatan dapat diberikan i.v, agar level dalam plasma tetap efektif. Pada
orang dewasa dengan berat badan 50-100 kg, diberikan dosis 1 mg, diberikan 2 jam
setelah dosis awal (loding dose).
Salah satu aksi farmakologis adalah mengarahkan para dokter untuk mengurani
rasa sakit adalah sebagai berikut : dosis analgesic narkotik yang dibutuhkan untuk
mengurangi rasa sakit yang berlangsung lebih besar dari dosis yang dibutuhkan untuk
mencegah rasa sakit.
Untuk mencapai analgesia dengan meperidine yang tepat, dosisnya adalah 1,0
-1,5 mg/kg BB. Jadi 80 mg meperidine sama dengan 1,0 mg morfin dan memuaskan,
ini adalah dosis aman yang telah disetujui. Setelah pemberian loding dose (dosis awal)
yang cukup kemudian dapat diberikan dosis rumatan dengan infus drip dengan dosis
5,0-8,0 mg/jam. Dosis 1,0-2,0 mg i.v tiap jam untuk laki-laki dewasa dengan BB 70
kg, dapat mempertahankan level dalam plasma yang efektif.

Derivat-derivat meperidine
Dua analog meperidine diperkenalkan segera setelah pemakaian klinisnya
meluas dengan suatu pandangan untuk meningkatkan potensi dan untuk membatasi
efek yang sebaliknya. (1) alphaprodin (Nisentil) yang telah dipersiapkan oleh Zerring
dan Lee pada tahun 1947, dengan potensi dua sampai tiga kali induknya :
farmakologinya dipelajari oleh Gottschalk dkk. (2) Anileridin adalah meperidine yang

16
disubtitusikan, dibuat oleh weijlard pada tahun 1956 dan farmakologinya dipelajari
oleh Drahovatts.
Tidak ada obat dengan efek buruk yang rendah serta potensi yang lebih tinggi.
Ditetapkan obat yang lebih baih dari meperidine.

Methadon (Dolophin)

Kimia
Penelitian yang kontinyu terhadap analgetik yang lebih baru yang mirip
dengan meperidine menghasilkan penemuan methadone. Senyawa sederhana ini
merupakan analgesic yang menonjol.
Methadon merupakan obat sintesis yang secara kimia dinyatakan sebagai
diphenyl heptanon derivative, nama kiminya adalah : 6 dimethyl - amino – 4.4
diphenylheptanone.
Struktur
Methadon termasuk kelompok dimethyl amino.Gero telah menunjukkan
bahwa kelompok ini dapat disusun kembali untuk mengansumsikan bentuk teta phenyl-
N-methylpieridyl, dengan demikian menganut konsep struktur umum untuk obat-
obatan narkotik (Gb. 31-18).
Aktifitas analgesic terdapat pada levo isomer 1-methadon dan 50 kali lebih
poten dari bentuk dextro.

Dosis
Dosis analgetik oral untuk dewasa adalah 2,5 – 15 mg dan bervariasi menurut
intensitas rasa sakit. Dosis parentral antara 2,5 – 10 mg, dan dosis rata-rata ± 0,1 mg/kg
BB. Tablet dalam dosis 5 dan 10 mg tersedia untuk pemakaian secara oral, bentuk
larutan tersedia untuk injeksi parentral. Potensi 10 mg methadone equivalen dengan 15
mg morpin.

17
Pemberian dan Absorbsi
Obat-obatan ini dapat diberikan melalui semua jalur. Obat ini diabsobrsi
dengan baik pada saluran gastrointestinal, setelah diberikan lewat oral. Kemanjuran
cara pemberian ini mengesankan, dan biovailabilitasnya ± 90 %, yang menunjukkan
bahwa perusakan jalur pertama oleh usus dan yang kedua oleh liver tapi lebuh kecil.
Methadon juga mudah diabsobrsi oleh mukosa bukal.
Injeksi lewat sc absorbsinya buruk dan terjadi iritasi jaringan dan timbul rasa
sakit. Pemberian secara sc tidak boleh diberikan.
Injeksi i.m merupakan cara yang baik dengan absobrsi cukup baik serta aksi
permulaan yang lebih cepat.

Farmakodinamik
Setelah pemberian secara oral, onset (aksi permulaan ) analgesic terjadi
setelah 30-60 menit, ini sesuai kadarnya dalam plasma. Efek analgetik paling menonjol
tampak setelah 1 jam dan durasinya 5-8 jam.
Setelah pemberian parentral, onset analgesic adalah 10-20 menit dan
durasinya 5-8 jam, meskipun level dalam plasma dapat memanjang sampai 24 jam atau
lebih.

Farmakokinetik

Pengikatan
Methadon diikat oleh protein plasma, jumlah yang diikat oleh sel darah merah
20 % ini berhubungan dengan berat sel darah merah. Koefisien untuk sel darah merah
sebagai R/p = 0,75, dan koefisien rata-rata untuk plasma darah adalah B/p = 0,75.
Seluruh pengikatan menggambarkan ± 88% diikat dalam darah, yang menyebabkan
adanya fraksi bebas sebesar ± 12 % dalam plasma.
Methadon mempunyai daya kelarutan dalam lemak yang cukup besar, dan
jumlah yang diikat 2 kali disbanding dengan morpin. Obat yang diikat plasma

18
dilepaskan ke berbagai jaringan dan diikatkan ke fraksi lipoid, khususnya otak, dimana
konsentrasi puncak dicapai dalam waktu 1-2 jam. Dengan dosis yang berulang, akan
terjadi akumulasi. Jika pengobatan tidak dilanjutkan, tetapi pelepasan yang lambat dari
posisi extravascular pada sirkulasi itu, dan obat ini kemudian dieliminir 1-2 hari (Gb.
31-19).

Disposisi
Setelah pemberian secara i.v, konsentrasi methadone plasma menurun dengan
cara seperti persamaan pangkat tiga. Distribusi cepat dan meluas ke jaringan yang
hanya vascular serta ke reseptor, dan volume dihitung sebagai 3,5 – 3,8 1/kg BB.

19

Anda mungkin juga menyukai