Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI TENTANG WANITA.

Suatu ketika alias beberapa hari yg lalu aku berdiskusi dengan satpam kampus yang kebetulan jg
berteman denganku di sosmed ini. Saat sedang berjaga malam, tiba-tiba ia bertanya dengan bahasa
Indonesia bercampur sedikit jawa: “Wan, kriteria wanita yang kamu suka seperti apa?” *disertai
emoticon smile.

Aduh, kok tiba-tiba pertanyaannya seperti itu, padahal selama ini tema diskusi kita kalau gak bahas
tentang filsafat, ya tentang tokoh2 Islam maupun Nasional. Intinya sejarah. (apalagi kami memang
sering tukeran buku). Tapi ini kok malah….

Hahaha.. *mungkin sesekali memang perlu bahas masalah seperti ini.* begitu pikirku.

Baiklah. Sebenarnya aku ini mengagumi wanita dengan kriteria seperti apa? Entahlah, karena kenyataan
aku sendiri kadang membuat refleksi dengan justru bertanya sebaliknya: aku ini sebenarnya dikagumi
oleh wanita yang seperti apa? *Itu juga kalau ada, wkwkkk.

Dan apakah kemudian aku juga akan kagum dengan ia yang mengagumiku? Apa yang harus aku lakukan
agar yg aku kagumi itu juga kagum padaku.

Sudah barang tentu aku sangat mengagumi wanita yang shaleha, tapi apakah aku sendiri sudah
berusaha menjadi lelaki yang shaleh.

Pertanyaan2 seperti ini kadang begitu susah untuk dijawab, karena kemudian kita harus tahu dulu siapa
yang mengagumi kita. hahaha. Tidak. Tidak seperti itu. Bukankah, kita tidak perlu memaksa orang lain
untuk kagum apalagi suka kepada kita? Kalau kemudian ada orang lain tidak suka, biarkan itu masalah
dia. Cukup kita mengusahakan menjadi lebih baik diri kita, setiap saat, seiring dengan bertambahnya
usia.

Baiklah, berkenaan dengan pertanya pak satpam, jawaban saya adalah, pertama: dia cantik. *aah,
benar-benar naluri seorang lelaki. Wkwkkk.. Tapi tunggu dulu, cantik itu kan relatif, kalau jelek… ya
relatif juga. Kecantikan versi saya sama persis dengan definisi Pramoedya sebagaimana dituliskan dalam
bukunya: “kecerdasan untuk seorang wanita adalah kecantikan tambahan.” Jadi pak satpam, fisik
sekalipun mungkin hanya rata-rata, tapi dia seorang wanita yg cerdas, maka girl band korea yang kata
orang cantiknya minta ampun pun, lewat.

Panjang lebar aku sampaikan ke pak satpam. Termasuk tambahan bahwa wanita cerdas akan melahirkan
generasi yang cerdas. Bukan semata karena faktor herediter yang masih ada mempermasalahkan
apakah ibu atau ayah yang lebih banyak mewariskannya, tapi lebih karena ia yang akan menjadi sekolah
pertama untuk anak2nya.

Menurut saya pak, wanita seperti ini, akan melahirkan anak-anak yg berkarakter, tidak hanya dalam hal
akademis saja, tapi juga moral dan akhlaknya. Sudah tentu, kecerdasan wanita seperti ini tidak hanya
dilahirkan saja, tapi hasil usaha oleh orang tuanya ketika dia masih kanak2, dan juga usahanya sendiri
ketika si wanita sudah remaja, dan dalam waktunya beranjak dewasa.
Ngefans banget dah. Haha..

Btw, bicara tentang ini, jadi teringat sebuah pesan: “jika ingin mengetahui karakter seorang wanita,
lihatlah bagaimana ibunya. Sebaliknya, jika ingin mengetahui karakter seorang pria, lihatlah, bagaimana
ia memperlakukan kedua orang tuanya, terutama ibunya.”

Dan tentu saja, bukan semata karena pendidikan orang tua, tapi tidak kalah penting ketika sudah
beranjak dewasa, lihatlah siapa teman bergaulnya. Bergaul di sini bisa juga termasuk buku2 bacaannya.
Juga organisasi atau tempat diskusi dan berkumpulnya.

Keseluruhan itulah yang akan membentuk karakternya.

Sejauh ini pak satpam menyimak dengan antusias penjelasan panjang lebarku. Sangat tertarik malah.
Sampai kemudian dia bertanya: “kira-kira di kampus ini ada gak wanita yang seperti itu? atau jangan2
wanita yg kamu maksud itu ada di kampus ini?”

GLEK.

Dalam hati aku bilang, haruskah aku jawab sekarang. Bagaimana kalau ternyata istriku bukan wanita se-
kampus atau se-profesi, apakah dia akan cemburu mendengar jawabanku.

Maka hanya dengan modal senyum aku jawab: “pastinya ada pak, tapi jangan suruh aku jawab nama
personal ya..”

Dan pak satpam pun hanya bisa tertawa.

Aku juga tertawa.

Untuk kemudian aku lanjutkan: “Entah siapa orangnya pak, aku yo pancen belum ingin tahu, biarkan
terjawab seiring berjalannya waktu. Biarkan dia berusaha mencerdaskan dirinya, dan aku pun terus
berusaha mengimbanginya.”

*Wahai jamaah facebook mudi-muda yg berbahagia: Sesungguhnya jodoh kita adalah cerminan diri kita.
:)

Wassalam.

Anda mungkin juga menyukai