Anda di halaman 1dari 4

Pirdot (Saurauia bracteosa DC.

)
Pirdot (Saurauia bracteosa DC.) merupakan
salah satu jenis tanaman endemik yang tumbuh
diberbagai tempat di indonesia. Menurut van
Steenis (2010), jenis ini menyebar di seluruh
Jawa dan Bali pada zona sub Montana dan di
Pegunungan Jawa, Sumatera, dan Sulawesi
Barat daya pada zona sub montana. Di
Sumatera Utara Pirdot banyak ditemukan di
Kabupaten Simalungun hingga ke Tapanuli
Selatan. Jenis ini mampu tumbuh pada lahan
kritis di sekitar kawasan Danau Toba. Pirdot
masuk pada kategori rentan walaupun menyebar di banyak tempat (IUCN, 1998) dan
Wihermanto (2004) memasukkan jenis ini pada kategori genting.
Daun Pirdot
S. bracteosa DC. dikenal juga dengan nama
Pirdot (bahasa batak), Ki leho (bahasa sunda),
Lotrok (bahasa jawa), Soyogik (bahasa
manado). Jenis ini merupakan tanaman pionir
yang dapat diandalkan dalam merehabilitasi
kawasan yang terdegradasi terutama yang
terdapat di dataran tinggi. Pemanfaatan Pirdot
telah banyak dilakukan antara lain sebagai
anti oksidan (Yonagarasirham, et al., 1982;
Kadji, et al., 2013). Manfaat lain adalah untuk
menurunkan kadar gula darah, mencegah
darah tinggi, dan menurunkan kadar kolestrol
dalam darah (Situmorang, et al. 2013).
Pirdot tumbuh di tempat-tempat terbuka,
sepanjang sungai dan di tempat lembab pada ketinggian 600-1.200 mdpl. Jenis ini termasuk
jenis pohon berukuran kecil-sedang dengan tinggi 3-15 meter (van Steenis, 2010). Batangnya
berwarna coklat, mudah patah sehingga tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Penyebaran Pirdot terjadi secara alami dan pengetahuan mengenai perbanyakan dan budidaya
jenis ini belum diketahui.

Tangkai bunga Pirdot


Daun Pirdot berbentuk lonjong–jorong dengan
panjang 18-19 cm, lebar 8-18 cm. Berciri-ciri
bergerigi meruncing di ujung dan bulat di bagian
dasar permukaan bawah seperti beludru kelabu atau
berbulu coklat, bersisik pada permukaan atas daun
remaja, licin pada daun dewasa, bulu kempa padat
dan bersisik pada bagian bawah (Yonagarasirham, et
al. 1982). Pembungaan pada ketiak daun mempunyai
dua daun penumpu besar seperti daun di ujung
sekitar bunga. Tetapi pembungaan akhirnya jauh
lebih besar bercabang lebih banyak (van Steenis,
2010). Panjang tangkai daun kokoh ±5 cm.

Tangkai bunga Pirdot memilki panjang 5-10cm


dengan daun pelindung ± 2 x 0,8 cm.
Merupakan korola yang berbentuk seperti daun.
Berbentuk blong (memanjang) berekor di
bagian ujung dengan sisik yang banyak.
Panjang kaliks ±7 mm, lebih pendek dari petal
menyatu di bagian dasar. Sepal berjumlah lima, dua yang terluar bersisik padat. Berukuran tidak
sama, berbentuk lanset bulat telur berukuran 4-5 x 2-3 mm, sedang tiga helai di bagian dalam
lebih besar dengan ukuran 7×5 mm, berbentuk bulat telur dengan panjang klora ± 1 cm.

Bunga Pirdot
Bunga Pirdot termasuk hermaprodit (biseksual), dimana putik dan tangkai sari berada pada satu
bunga. Tangkai sari bunga berjumlah 33-36 terletak mengelilingi tangkai putik yang berjumlah
lima. Kepala sari lebih rendah dari kepala putik, sehingga memungkinkan terjadinya
penyerbukan sendiri. Seperti dilaporkan
Yonagarasirham, et al. (1982), kepala sari
pada bunga Pirdot yang ditemukan di Aek
Nauli juga berwarna kuning dengan filamen
berwarna putih bersatu dibagian dasar.

Buah Pirdot
Buah Pirdot bewarna hijau tua ketika masih
muda, berbulu (van Stenis, 2010) dan
semakin bewarna hijau terang ketika buah

menjadi masak, berbentuk bulat seperti


kelereng dengan diameter mencapai 16 mm.
Tiga kelopak bersisik bewarna hijau,
sedangkan dua kelopak dalam bewarna lebih
terang dengan sedikit sisik. Bagian dalam
buah bersekat lima dengan banyak biji
berukuran kecil bewarna coklat dan
mengandung lendir. Pada buah yang telah
masak, lendir rasanya manis dan sering
dimakan oleh tupai (Sinaga, 2008). Biji Pirdot berbentuk bulat tak beraturan berukuran 1,5 mm x
0,5 mm, berwarna coklat, permukaan kulit biji bergelombang seperti jaring. Jumlah 10.000 butir
benih pirdot adalah 0,77 gr sehingga banyak benih dalam 1 kg dapat mencapai kira ±13 juta
benih (Ali, 2015).

Biji Pirdot
Pirdot dapat dikembangkan dengan penanaman pada lahan yang telah dibersihankan dengan
membuat lubang tanam 30 × 30 cm dan memberi pupuk
kompos 1-2 kg perlubang tanaman sebagai pupuk dasar
tanaman dengan jarak antara 4 × 4 m. Pirdot dapat
diperbanyak secara vegetatif maupun generatif.
Perbanyakan vegetatif dilakukan melalui stek pucuk dan
batang yaitu dari trubusan yang muncul dari pohon pirdot
dengan perlakuan media melalui tanah, pasir, kokopit, dan
sekam. Selain itu dapat juga diberikan hormon perangsang
yaitu Rootone-F, Growtone, Rootmos, dan pemberian
sungkup untuk mempertahankan kelembapan. Untuk
perbanyakan Pirdot secara generatif dilakukan dengan
beberapa tahap yaitu dengan pengunduhan buah pirdot
yang telah masak dengan melakukan ekstraksi benih yaitu
memisahkan biji dari daging buah dan menjemur sampai
kering untuk memisahkan biji dari lendir buah. Untuk
selanjutnya benih yang diperoleh dapat disemaikan dengan
tahapan sebagai berikut:

1. Rendam air di dalam air dingin selama 3-12 jam.


2. Benih ditaburkan pada media tissu/kapas/tanah/pasir/kokopit sebagai media semai.
Tunggu hingga muncul kecambah.

3. Siapkan media tanah, siapkan tanah di pasir (1:1:v/v) kemudian di gongseng sekitar
60ºC untuk mematikan biji-biji tanaman lainnya karna biji pirdot sangat kecil.
4. Pindahkan kecambah kedalam media tanah.

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli
melalui penelitinya, Dr. Ahmad Dany Sunandar dan Rospita O. P. Situmorang, SP, M. Eng telah
mengembangkan olahan dari daun Pirdot secara sederhana, yaitu teh celup dan teh dicampur
sirup. Proses pengolahan teh Pirdot melibatkan beberapa tahap, yaitu:

1. Seleksi daun Pirdot, pemilihan dan pemilahan dilakukan berdasarkan posisi daun pada
rantingnya. Untuk daun yang masih berwarna merah dipisahkan dengan daun yang sudah
berwarna hijau. Daun yang diambil hingga pada helai kelima dari pucuk.

2. Pelayuan dan pengeringan daun hasil seleksi kemudian dicuci dan dibiarkan layu pada suhu
kamar hingga 1 hari. Pengeringan dilakukan dengan kering angin, dikeringkan di bawah sinar
matahari selama 1 hari, dikeringkan dengan oven pada suhu 60ºC selama 2, 3, dan 4 jam.

3. Daun yang sudah kering kemudian dihaluskan hingga berukuran 1-2 mm, dan diayak dengan
saringan berukuran 40 mesh. Pengukuran kadar air dilakukan melalui metode pengeringan oven.

4. Daun Pirdot kemudian dicampur (sebagian) dengan bahan lain dengan komposisi sebagai
berikut (berdasarkan berat):

a. 100% pirdot
b. 95% pirdot + 5% teh hitam
c. 90% pirdot + 10% teh hitam
d. 90% pirdot + 5% bubuk kayu manis + 5% teh hitama. 100% pirdot
e. 90% pirdot + 10% bubuk kayu manis
f. 95% pirdot + 5% melati
g. 90% pirdot + 5% melati + teh hitam

5. Masing-masing komposisi kemudian dimasukkan ke dalam kantung teh celup dengan berat 2-
2,5 gr per kemasan.

6. Dilakukan uji lama simpan dengan metode ESS untuk menentukan masa kadaluarsa produk
serta uji tingkat keasaman.

7. Uji organoleptic dilakukan untuk mengetahui komposisi teh herbal yang paling disukai yang
meliputi rasa, warna, dan aroma. Pengujian dilakukan oleh ahli dari Laboratorium Pangan di
Medan (Sunandar dan Situmorang, 2016).

Daun Pirdot juga dapat mengobati penyakit diabetes (gula). Dengan rutin mengkonsumsi air
rebusan daun Pirdot, kadar gula dalam darah akan normal kembali. Cara pengolahan
sederhananya, yaitu:

1. Daun dikeringkan lebih dahulu atau didinginkan.


2. Daun pirdot direbus 7 lembar dalam wadah 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas air.
3. Dalam 1 hari dilakukan 2 kali yaitu pagi hari dan sore hari (Info Parapat News).

Harga daun Pirdot dipasaran belum memadai, hanya ada satu/dua yang menjual secara online
yaitu CV Agronesa dengan harga perkilogram daun Pirdot kering Rp.50.000,00. –
Rp.100.000,00. Melihat manfaat Pirdot sebagai bahan herbal maka jenis ini layak dikembangkan
yang didukung oleh pengetahuan mengenai teknik perbenihan karena benih Pirdot bersifat
oktodoks dan berukuran kecil.

Anda mungkin juga menyukai