Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

KEWARGANEGARAAN
TOLERANSI DI WILAYAH SEKITAR

Disusun oleh :

1. Galuh Hapsari Putri Diana P. ( P1337420319114 )


2. Nailul Karomah ( P1337420319117 )
3. Wiken Restiana Az Zahra ( P1337420319137 )
4. Endah Rohmawati ( P1337420319153 )

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah- Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah
Pendidikan Agama Islam dengan topik “ Keimanan dan Ketaqwaan “ tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan Bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada kami membuka selebar- lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah kami.
Akhirnya kami sangat memngharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
dipahami manfaatnya dan besar keinginan kami dapat mengisnpirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah – makalah
selanjutnya.

Pekalongan, 15 Agustus 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini keimanan dan ketaqwaan telah dianggap sebagai hal biasa, oleh
masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang
sebenarnya dari keimanan dan ketaqwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu
menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai
arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti Bahasa itu dan
membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu, dari persoalan dan
masalah- masalah yang terpapar di atas lah yang melatar belakangi kelompok
kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketaqwaan yang
kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian iman ?


2. Apa itu islam dan ikhsan yang meliputi akidah, syariah, dan akhlak ?
3. Bagaimana konsep iman kepada Allah SWT, malaikat, kitab, rasul, kiamat,
serta qada dan qadar ?

C. Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan pengertian iman


2. Menjelaskan apa itu islam dan ikhsan yang meliputi akidah, syariah, dan
akhlak
3. Menjelaskan konsep iman kepada Allah SWT, malaikat, kitab, rasul,
4. kiamat,serta qada dan qadar.

D. Manfaat

1. Bagi penulis : melatih potensi penulis dalam menyusun makalah serta


memahami lebih lanjut topik makalah
2. Bagi pembaca : dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan
ketaqwaan tersebut serta mengimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Iman

Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan


demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus
diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata
kerjaamina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti
percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang
percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun
dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa)
kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu
disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati
manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi
Islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :
َ‫اس َو ِمن‬ِ َّ‫ون ِمن يَتَّ ِخذ َمن الن‬ ِ ‫َللاِ د‬ َّ ‫ب ي ِحبُّونَهم أَندَادًا‬ َّ ۖ َ‫شدُّ آ َمنوا َوالَّذِين‬
ِ ‫َللاِ كَح‬ َ َ ‫ظلَموا الَّذِينَ يَ َرى َولَو ۗ ِ َّلِلِ حبًّا أ‬
َ
‫اب يَ َرونَ ِإذ‬ َ َّ َ َّ َ
َ ‫َللاَ َوأن َج ِمي ًعا ِ َّلِلِ الق َّوة َ أن العَذ‬
َّ ‫شدِيد‬ َ ‫ب‬ َ
ِ ‫العَذا‬
Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Pokok ajaran islam terdiri dari tiga macam, diantaranya
1. Akidah
 Pengertian akidah
Akidah berasal dari kata aqada-ya’qidu-‘aqadan yang berarti
simpul ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan kuat.
Dalam islam, akidah ialah iman atau kepercayaan yang tidak
dicampuri rasa ragu. Dan bersumber dari al-qur’an.
Dalam memahami akidah, beberapa hal ini harus di perhatikan :
a) Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran
dengan potensi yang dimilikinya.
b) Keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan
kesamaran atau keraguan.
c) Akidah harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa
kepada orang yang meyakininya.
d) Apabila seseorang telah megakui kebenaran, maka
konsekuensinya ia harus sanggup membuang jauh-jauh
seegala hal yang bertentangan degan kebenaran yang
diyakininya.
 Ruang lingkup pembahasan akidah
a) Ilahiah, yaitu pembahasan tentang sesuatu yang
berhubungan dengan Ilah (Allah)
b) Nubuwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan nabi dan rasul
c) Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam etafisik
d) Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
hanya diketahui sam’I yakni dalil.

2. Syari’ah
 Pengertian syari’ah
Berasal dari kata syara’a-yasyra’u-syar’an. Artinya membuat
undang-undang, menerangkan rute perjalanan, adat kebiasaan,
jalan raya.
Menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air, syariat islam
berarti jalan yang harus di tempuh seorang muslim.
 Ruang lingkup syari’ah
a) Ibadah, yaitu beberapa peraturan yang mengatur hubungan
vertikal (hablum minAllah)
b) Muamalah, yaitu suatu peraturan yang mengatur seseorang
dengan lainnya dalam urusan jual-beli
c) Munahakat, yaitu yang mengatur masalh hubungan
berkeluarga
d) Jinayat, yaitu mengatur masalah pidana
e) Siyasa, yaitu mengatur masalah politik
3. Akhlak
 Pengertian akhlak
Kondisi mental, batin seseorang yang memperngaruhi perbuatan
dan perilakulahiriyah. Apabila kondisi batin seorang baik, dan
teraktualisasikan dengan ucapan, perbuatan, dan perilaku yang baik
dengan muda, maka hal ini disebut akhlakul karimah atau akhlak
yang terpuji (mahmudah). Begitu juga sebaliknya, jika kondisinya
jelek ,aka disebut akhlak madzmumah)
 Ruang lingkup akhlak
a) Berakhlak kepada keluarga
b) Berakhlak kepada masyarakat
c) Berakhlak kepada alam (lingkungan).

Hubungan antara Aqidah, Syariah, dan Akhlak


Aqidah, syariah, dan akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat,
bahkan merupakan satu kesatuan yang tidak dapt dipisah-pisahkan. Meskipun
demikian, ketiganya dapat dibedakan satu sama lain. Aqidah sebagai konsep
atau sistem keyakinan yang bermuatan elemen-elemen dasar iman,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Syariah sebagai
konsep atau sistem hukum berisi peraturan yang menggambarkan fungsi
agama. Sedangkan akhlak sebagai sistem nilai etika menggambarkan arah dan
tujuan yang hendak dicapai oleh agama. Oleh karena itu, ketiga kerangka
dasar tersebut harus terintegrasi dalam diri seorang Muslim. Integrasi ketiga
komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon, akarnya adalah
aqidah, sementara batang, dahan, dan daunya adalah syariah, sedangkan
buahnya adalah akhlak. Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah
yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang
hanya ditujukan kepada Allah sehingga tergambar akhlak yang mulia dalam
dirinya. Atas dasar hubungan ini pula maka seorang yang melakukan suatu
perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau iman, maka ia termasuk
ke dalam kategori kafir. Seorang yang mengaku beriman, tetapi tidak mau
melaksanakan syariah, maka ia disebut orang fasik. Sedangkan orang yang
mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi idak dilandasi aqidah atau
iman yang lurus disebut orang munafik. Demikianlah, ketiga konsep atau
kerangka dasar Islam ini memiliki hubungan yang begitu erat dan tidak dapat
dipisahkan. Al-Quran selalu menyebutkan ketiganya dalam waktu yang
bersamaan. Hal ini bisa dilihat dalam berbagai ayat, seperti surat al-Nur (24):
55:

ُ َ‫ـــوا لِاتَ ُِـــا ﳊ يَ ـــتﺴَ خَ ل ﻔِ ـهَ من ُﰲ ِ اﻷ َرُ ِكض مَ َ ـــا و ﻋَ ا َﷲـــد‬


‫ﻗـ بَ ل هِ مِ ك مَ اﺳَ ا ت خَ ل الَﻒَ ذ مَينِ ـنِ ال َءي ِنـــذ امَ نَ م ﻜـــ ِنـــوا م و ﻋَ مَ لِ الﺼ‬
ِ‫ِ ش ـيَ ﺌ ً ا ﻗـ ـبَ ل هِ مِ و لَ يَ م ﻜَ ـن نَ ﳍ َُ دـم هَيـنـ ِ م اﺳ ت خَ ل الَﻒَ ذ مَينِ ن‬
‫لَ يَ ب ـدَ ل ـهَ نُم م ـنِ ﺑـ عَ ـد ﺧِ ـوَ ﻓ هِ مِ أ مَ ن عَـا يـ ً ب ـد ون َُﲏ ِ ﻻ يَ ـرﺸ ِ ك ون َُﰊ‬
‫( مَ نَ ك ﻔَ رَ ﺑـ َ عَ د ذَ لَ ﻓَﻚِ ﺄَ ﺌ َول ﻫَﻚِ م ال ﻔ اﺳَ قِ ال ون ذ ِار ي ﺗ ﻀَ َُـﻰ ﳍ َُ وـم‬٥٥ : ‫و‬
)‫النور‬
Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridoi-Nya untuk mereka,
dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. al-
Nur [24]: 55).
Dalam QS. al-Tin (95): 6 Allah Swt. berfirman:

َ‫( ٍ إ ﻻِ ال ذ َءينِ امَ نَ و وا ﻋَ مَ لِ الﺼ وا ﻓـ ِاتَ ُِا ﳊ لَ هَ م أ رجَ ﻏٌ يـ َ ر ُﳑ ن‬٦ : ‫ون‬


)‫الت ﲔ‬

Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal


saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. al-Tin [95]:
6).

II. Konsep Iman

a. Iman Kepada Allah SWT


1. Pengertian
Iman kepada Allah secara Bahasa berarti percaya atau yakin,
sedangkan menurut istilah iman adalah meyakini dalam hati, mengucapkan
dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Ada 3 unsur pengertian iman, yaitu hati, lisan, dan amal perbuatan.
Iman lebih menekankan kepada aspek hati lalu mencerminkan dalam
perkataan atau perbuatan. Untuk meningkatkan iman kepada Allah, kita perlu
mengenal Allah SWT. Adapun cara mengenal Allah adalah dengan mengenal
sifat – sifat Allah.

2. Sifat – sifat Allah


Didalam Al-Qur’anul Karim, Allah memberikan keberadaan, pengaturan, nama, dan
sifat-sifat . Allah berfirman :
َّ ‫ت َﺧلَقَ الَّذِي‬
‫َللا َرﺑَّﻜم إِ َّن‬ ِ ‫ﺴ َم َاوا‬
َّ ‫ض ال‬ َ ‫ار اللَّي َل يغﺸِي العَر ِش َﻋلَﻰ اﺳت ََوى ث َّم أَي ٍَّام ِﺳت َّ ِة ﻓِي َواﻷَر‬
َ ‫س َحثِيثًا يَطلبه النَّ َه‬ َّ ‫َوال‬
َ ‫ﺸم‬
َ
‫وم َوالق َم َر‬ ُّ
َ ‫ت َوالنج‬ ٍ ‫ﺴخ َرا‬َّ َ َ َ َ َ
َ ‫اركَ ۗ َواﻷمر الخَلق له أﻻ ۗ ﺑِﺄم ِر ِه م‬ َ َ
َّ ُّ‫العَال ِمين َرب‬
َ َ‫َللا ﺗب‬
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan
dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.” (Qs. Al-A’raf : 54)
‫َللا أَنَا إِنَّنِي‬
َّ ‫ﺼ ََلة َ َوأَﻗِ ِم ﻓَاﻋبدنِي أَنَا إِ َّﻻ إِلَهَ َﻻ‬
َّ ‫ِلذِك ِري ال‬

“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Qs. Thaha : 14)
Ketika menentang ketidak benaran pengakuan akan adanya tuhan selain Allah
, Dia berfirman:
‫َللا ِإ َّﻻ آ ِل َهةٌ ﻓِي ِه َما َكانَ لَو‬ َ َ‫َللاِ ﻓَﺴب َحانَ ۚ لَﻔ‬
َّ ‫ﺴدَﺗ َا‬ َّ ‫ب‬ِ ‫َﻋ َّما العَر ِش َر‬
َ‫ﺼﻔون‬
ِ َ‫ي‬
“ Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu
telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang
mereka sifatkan.” (Qs.Al- Anbiyaa : 22)
b. Iman kepada malaikat
1. Pengertian
Beriman kepada malaikat Allah artinya percaya bahwa malaikat- malaikat
Allah itu ada.
2. Perbedaan malaikat, jin, dan setan

- Malaikat
Diciptakan Allah dari cahaya, malaikat adalah makhluk Allah yang
sangat taat dan patuh terhadap Allah dan tidak pernah durhaka, serta
malaikat adalah makhluk Allah yang suci dari keinginan nafsu.
- Jin dan Setan
Diciptakan Allah dari nyala api. Ji nada yang patuh dan ada yang
ingkar kepada Allah, sedangkan setan atau iblis sifatnya sombong, ingkar,
menentang perintah dan menyesatkan manusia.
3. Dalil iman kepada malaikat

“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-


malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam
dan siang tiada henti-hentinya.’ (QS. Al-Anbiya: 19-20)

c. Iman kepada kitab

Iman kepada kitab Allah yaitu menyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah
SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul yang berisi
wahyu Allah SWT berupa perintah dan larangan untuk disampaikan kepada umat
manusia agar digunakan sebagai pedoman hidup didunia.
Ada 2 jenis kitab suci :
1. Kitab suci samawi
yakini kitab suci yang bersumber dari wahyu Allah SWT dan biasa disebut
kitabullah ada yang berwujud kitab dan ada yang berwujud shahfiah dan
shuhuf.
2. Kitab suci ardhi
Yakini kitab suci yang tidak bersumber dari wahyu Allah SWT melainkan
dari hasil perenungan dan budidaya akal manusia sendiri.
Dalil iman kepada kitab :

َُ ‫سو‬
ََ‫ل آ َمن‬ ُ ‫الر‬ ََ ‫ن ِإلَ ْي َِه أ ُ ْن ِز‬
َّ ‫ل ِب َما‬ َْ ‫َۚو ْال ُمؤْ ِمنُونََ َر ِب َِه ِم‬
َ َ‫اّلل آ َمنََ ُكل‬
ََِّ ‫س ِل َِه َو ُكت ُ ِب َِه َو َم ََلئِ َكتِ َِه ِب‬ ََ ‫ق‬
ُ ‫ل َو ُر‬ َُ ‫نُف َِر‬

ََ‫ن أَ َحدَ بَيْن‬


َْ ‫س ِل َِه ِم‬
ُ ‫ُر‬

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur-an yang diturunkan kepadanya dari


Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya.”
[Al-Baqarah: 285]
d. Iman kepada nabi dan rasul

Iman kepada nabi adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah
memilih seorang laki – laki untuk menerima wahyu untuk dirinya sendiri dan tidak
diwajibkan untuk menyampaikan kepada umatnya.
Iman kepada rasul adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah
memilih seorang laki – laki untuk menerima wahyu dan diwajibkan menyampaikan
kepada umat nya.
Dalam Al- quran, tercantum 25 Nabi dan Rasul yang wajib kita Imani, diantara
mereka ada lima rasul yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, yaitu suatu gelar yang
diberikan kepada para rasul yang memiliki keuletan, ketabahan, dan kesabaran luar
biasa dalam memnyampaikan wahyu dan risalah yang dibebankan kepadanya.
Para nabi dan rasul memiliki empat sifat yaitu :
1. As – Shidiq ( benar ) : selalu berkata benar
2. Al- Amanah ( dipercaya ) : selalu menjaga dan menunaikan amanah
3. At- Tabligh ( menyampaikan ) : selalu menyampaikan apa yang
diperintahkan Allah
4. Al – Fathanah ( cerdas ) : memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ﺳلنَا لَ َقد‬َ ‫ت رﺳ َلنَا أَر‬ ِ ‫َاب َم َعهم َوأَنزَ لنَا ِﺑالبَيِنَا‬ َ ‫ۖ ِﺑال ِقﺴ ِط النَّاس ِليَق‬
َ ‫وم َوال ِميزَ انَ ال ِﻜت‬
‫س ِﻓي ِه ال َحدِيدَ َوأَنزَ لنَا‬
ٌ ‫شدِيدٌ َﺑﺄ‬ ِ َّ‫َللا َو ِل َيعلَ َم ِللن‬
َ ‫اس َو َمنَا ِﻓع‬ َّ ‫ب َورﺳلَه َينﺼره َمن‬ ِ ‫ِإ َّن ۚ ِﺑالغَي‬
َّ ‫يز ﻗَ ِوي‬
َ‫َللا‬ ٌ ‫ﻋ ِز‬َ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa


bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab
dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan
Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka menggunakan besi itu) dan
agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan Rasul-rasul-
Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi
Maha Perkasa.” [Al-Hadiid: 25]

Firman Allah dalam surat An-nissa ayat 136:

‫ب َو َرﺳو ِل ِه ِﺑاللِ َء ِامنوا َءا َمنوا الَّذِينَ َياأَيُّ َها‬


ِ ‫ﻋلَﻰ ن ََّز َل الَّذِي َوال ِﻜت َا‬ ِ ‫الَّذِي َوال ِﻜت َا‬
َ ‫ب َرﺳو ِل ِه‬
‫ﻗَبل ِمن أَنزَ َل‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya,
serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya." (QS. An-Nisa' [4]:136)
Di dalam surah An-nahl ayat 136 juga di sebutkan

‫الطاﻏوتَ َواجتَنِبوا ﷲَ اﻋبدوا أ َ ِن َّرﺳوﻻً أ َ َّم ٍة ك ِل ﻓِي ﺑَ َعثنَا َولَقَد‬


َّ
Artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut."
(QS. An-Nahl [16]:36).
Firman Allah:

ً‫اس يَﻜونَ ِلﺌََلَّ َومنذ ِِرينَ ُّمبَﺸ ِِرينَ ُّرﺳَل‬


ِ َّ‫ﻋلَﻰ ِللن‬ ً ‫ﻋ ِز‬
ُّ َ‫يزا ﷲ َو َكان‬
َ ِ‫الرﺳ ِل ﺑَعدَ ح َّجة ﷲ‬ َ
‫َح ِﻜي ًما‬
Artinya : "(Mereka Kami utus) selakurasul-rasul pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah
Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana

e. Iman kepada hari kiamat

Iman kepada hari kiamat yaitu mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati
bahwa seluruh alam semesta dan segala isinya pada suatu saat akan mengalami
kehancuran dan mengakui bahwa setelah kehidupan ini ada kehidupan yang kekal
yaitu, akhirat.
Hari akhir menurut Al-quran dan teori ilmu pengetahuan :
1. Kiamat sughra ( kecil ) ialah peristiwa datangnya kematian bagi setiap
makhluk termasuk manusia yang bersifat local dan individual. ( Q.S. Ali
Imran (3) : 185 ). Setelah seseorang mati akan berada di alam barzah yaitu
alam antara kehidupan dan kematian.
Seperti : Kematian, bencana alam.
2. Kiamat kubro ialah peristiwa berakhirnya seluruh kehidupan seluruh
makhluk dan hancur leburnya alam semesta secara total dan serentak.
Yaitu ditandai dengan hancurnya alam semesta, munculnya dajjal, matahari
terbit dari barat, turunnya ya’juj dan ma’jud. Manusia mempertanggung
jawabkan segala amal perbuatannya

Periode hari akhir :

1. Yaumul Ba’ats ( hari kebangkitan )


2. Yaumul Hasyar ( alam masyar )
3. Yaumul Hisab ( hari penghitungan amal )
4. Yaumul Mizan ( timbangan yang adil antara kebajikan dan kejahatan )
5. Ash-shirat ( jembatan menuju surga dan neraka )
6. Yaumul Jaza ( hari pembalasan )
7. Yaumul Fashl ( keputusan Allah terhadap orang beriman dan kafir )
Firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali Imrãn/3:185:

‫ت ذَائِ َقة نَﻔ ٍس ك ُّل‬ ِ ‫وركم ﺗ َوﻓَّونَ َو ِإنَّ َما ۗ ال َمو‬ َ ‫ﻋ ِن زح ِز َح ﻓَ َمن ۖ ال ِقيَا َم ِة يَو َم أج‬ ِ َّ‫الن‬
َ ‫ار‬
‫ور َمت َاع إِ َّﻻ الدُّن َيا ال َح َياة َو َما ۗ ﻓَازَ ﻓَقَد ال َجنَّةَ َوأد ِﺧ َل‬
ِ ‫الغر‬

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan


Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.

Firman Allah SWT dalam QS. Az-zumar [39]: 68

‫ور ﻓِي َون ِﻔ َخ‬


ِ ‫ﺼ‬ُّ ‫ﺼعِقَ ال‬ َ َ‫ت ﻓِي َمن ﻓ‬
ِ ‫ﺴ َم َاوا‬ ِ ‫َللا شَاء َمن إِ َّﻻ اﻷَر‬
َّ ‫ض ﻓِي َو َمن ال‬ َّ ‫ن ِﻔ َخ ث َّم‬
‫يَنظرونَ ﻗِ َيا ٌم ﻫم ﻓَإِذَا أﺧ َرى ﻓِي ِه‬
Artinya : dan sangkakalapun ditiup maka matilah semua (makhluk) yang
dilangit dan Dibumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian
ditiup sekali Lagi(sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun(dari
kuburnya) Menunggu (keputusan Allah.

f. Iman kepada Qadha dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar yaitu percaya bahwa segala apa yang terjadi di
alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan
tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan
ketentuan Allah.
Definisi qadha dan qadar serta kaitan diantara keduannya :
1. Qadha
Menurut bahasa qadha artinya memutuskan, menentukan, atau
memerintahkan, sedangkan menurut istilah qadha adalah keputusan
terhadap sesuatu rencana yang telah ditentukan, yang mana merupakan
pelaksanaan dari suatu rencana yang telah ditetapkan berdasar qadar Allah.
2. Qadar
Menurut Bahasa qadar berarti ketentuan, sedangkan menurut istilah
qadar adalah rencana yang telah ditentukan oleh Allah SWT pada masa azali
( sebelum manusia lahir ) dan segala sesuatu yang akan terjadi menurut
qadar yang telah ditentukan.

Hukum beriman kepada qadha dan qadar atau takdir adalah fardhu ‘ain.
Seseorang yang mengaku islam, tetapi tidak beriman kepada takdir dapat
dianggap murtad. Ayat – ayat Al-Quran yang dapat menjelaskan tentang iman
kepada takdir diantaranya :
Macam – macam takdir :
1. At- Taqdiirul’Aam ( takdir yang bersifat umum )
Yaitu takdir Rabb untuk seluruh alam, dalam arti dia mengetahui (
dengan ilmu-Nya), mencatatnya, menghendaki, dan juga menciptakan.
2. At- Taqdiirul Basyari ( takdir yang berlaku untuk manusia )
Yaitu takdir takdir yang didalamnya Allah SWT mengambil janji atas
semua manusia bahwa Dia adalah Rabb mereka, dam menjadikan mereka
sebagai saksi atas diri mereka akan hal itu, serta Allah SWT, menentukan
didalamnya orang – orang yang berbahagia dan orang – orang yang celaka.
3. At- Taqdiirul ‘Umri ( takdir yang berlaku bagi usia )
Yaitu takdir yang terjadi hamba dalam kehidupannya hingga akhir
ajalnya, dan juga ketetapan tentang kesengsaraan atau kebahagiaan.
4. At- Taqdiirus Sanawi ( takdir yang berlaku tahunan )
Adalah dalam malam qadar ( lailatul qadar ) pada setiap tahun ditulis
apa yang akan terjadi dalam setahun ( ke depan ) mengenai kematian,
kehidupan, kemuliaan, kehinaan, juga rizki dan hujan, hingga ( mengenai
siapakah ) orang- orang yang akan berhaji.
5. At- Tadiirul Yaumi ( takdir yang berlaku harian )
Yaitu takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi
dalam satu hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan,
mengampuni dosa, dan menghilangkan kesusahan dan lain sebagainya.
Jenis takdir :
1. Takdir Mu’allaq
Adalah takdir Allah SWT. Yang masih dapat diusahakan kejadiannya
oleh manusia.
2. Takdir Mubram
Adalah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya.
Dapat kita beri contoh kelahiran, kematian, terjadinya kiamat, dan
sebagainya.
Tingkatan qadha dan qadar, menurut Ahlusunnah Wal Jamaah :
1. Al- ‘Ilm ( pengetahuan )
Yaitu mengimani dan meyakini bahwa Allah SWT. Atas segala sesuatu.
2. Al- Kitabah ( penulisan )
Yaitu mengimani bahwa Allah SWT. Telah menuliskan ketetapan
segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Iman kepada takdir
cukup banyak antara lain :

ِ ‫ﺴﺴنِي َولَم َولَد ٌ ِلي يَﻜون أَنَّﻰ َر‬


‫ب ﻗَالَت‬ َ ‫َللا َكذَ ِل ِﻚ ﻗَا َل ۖ ﺑَﺸ ٌَر يَم‬ َ َ‫أَم ًرا ﻗ‬
َّ ‫ﻀﻰ إِذَا ۚ يَﺸَاء َما يَخلق‬
‫ﻓَيَﻜون كن لَه يَقول ﻓَإِنَّ َما‬
Artinya : Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku
akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang
menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman,” demikian Allah menciptakan apa
yang dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya
berkata kepadanya,”jadilah” maka jadilah sesuatu itu.” (Q.S. Ali – Imran
:47).[3]
‫النَّجدَي ِن َو َﻫدَينَاه‬
Artinya : “dan ketetapan ALLAH itu suatu ketetapan yang pasti
berlaku(Q.S. Al-Ahzab:38)[4]

‫َللاَ أ َ َّن ﺗ َعلَم م‬


َّ ‫اء ﻓِي َما يَعلَم‬
ِ ‫ﺴ َم‬ ِ ‫ب ﻓِي ذَلِﻚَ إِ َّن ۗ َواﻷَر‬
َّ ‫ض ال‬ ٍ ‫َللاِ َﻋلَﻰ ذَلِﻚَ إِ َّن ۚ ِكتَا‬
َّ ‫ِير‬
ٌ ‫يَﺴ‬
Artinya :”dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan
kebajikan dan jalan kejahatan(Q.S.AL-Balad:10).

Kedua tingkatan ini sama-sama dijelaskan oleh Allah SWT. dalam


firman-Nya:
‫َللاَ أ َ َّن ﺗ َعلَم أَلَم‬
َّ ‫ﺴ َماء ﻓِي َما يَعلَم‬ ِ ‫ب ﻓِي ذَلِﻚَ إِ َّن َواﻷَر‬
َّ ‫ض ال‬ ٍ ‫َللاِ َﻋلَﻰ ذَلِﻚَ إِ َّن ِكتَا‬
َّ ‫ِير‬
ٌ ‫يَﺴ‬
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi; bahwasanya yang
demikian itu terdapat dalam sebuah kita (Lauh Mahfuzh). sesungguhnya
yang demikian itu amat mudah bagi Allah”. (Al-Hajj:70)
Dalam ayat ini disebutkan lebih dahulu bahwa Allah SWT. mengetahui
apa saja yang ada di langit dan di bumi, kemudian dikatakan bahwa yang
demikian itu tertulis dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh.
3. Al-Masyiah (kehendak).
Artinya: Bahwa segala sesuatu, yang terjadi atau tidak terjadi, di langit
dan di bumi, adalah dengan kehendak Allah SWT. Hal ini dinyatakan jelas
dalam Al-Qur’an Al-Karim. Dan Allah SWT. telah menetapkan bahwa apa
yang diperbuat-Nya, serta apa yang diperbuat para hamba-Nya juga dengan
kehendak-Nya. Firman Allah:
‫يم أَن ِمنﻜم شَاء ِل َمن‬
َ ‫ يَﺴت َ ِق‬. ‫َللا يَﺸَاء أَن ِإ َّﻻ ﺗَﺸَاؤونَ َو َما‬
َّ ُّ‫ال َعا َل ِمينَ َرب‬
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang
lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apa
bila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam”. (At Takwir : 28 -29).
4. Al–Khalq (penciptaan)
Artinya mengimani bahwa Allah SWT. pencipta segala sesuatu. Apa
yang ada di langit dan di bumi penciptanya tiada lain kecuali Allah SWT.
Sampai“ kematian” lawan dari kehidupan itupun diciptakan Allah.
‫ﺴن أَيُّﻜم ِليَبل َوكم َوال َحيَاة َ ال َموتَ َﺧلَقَ الَّذِي‬
َ ‫َﻋ َم ًَل أَح‬
“Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya”. (Al-Mul: 2).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beriman dan bertaqwa kepada Allah adalah kebutuhan yang paling dasar bagi
manusia. Orang yang percaya atau beriman kepada Allah akan menunjukan sikap
batin yang sesuai dengan ajaran Allah. Iman bukan hanya percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seseorang untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan yang diyakininya.
Allah telah memberikan petunjuk berupa ayat – ayat dalam Al – quran serta
firman Nya. Semua itu merupakan jalan yang menuntun umat manusia untuk
senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah serta dapat membedakan mana
yang baik dan buruk.

B. Saran
Kita sebagai manusia tidak lepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita
beriman dan bertaqwa, kita dapat mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal
yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA

Referensi: https://tafsirweb.com/1179-surat-ali-imran-ayat-47.html

Referensi: https://tafsirweb.com/12706-surat-al-balad-ayat-10.html

Referensi: https://tafsirweb.com/5806-surat-al-hajj-ayat-70.html
Skripsi-dulrohman.blogspot.com/
Khoiruddinaziz.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai