Anda di halaman 1dari 12

Laboratorium Kimia Farmasi

Program Studi S-1 Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI DASAR

PERCOBAAN VII

PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU PADA LAJU REAKSI

Nama : Muhammad Rus’an Hidayat


NIM : SF19069
Kelompok/Shift : VII / II
Hari, Tanggal Praktikum : Sabtu, 21 Desember 2019
Asisten Praktikum : Gina Rizki Zanirah
Dosen Pembimbing : Nafila, M.Si.

Nilai kerja : Nilai laporan :

Paraf : Paraf :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
BANJARBARU
2019
PERCOBAAN VII
PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU PADA LAJU REAKSI

I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
a. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi.
b. Mempelajari pengaruh suhu pada laju reaksi.

1.2 Dasar Teori


Laju reaksi merupaka salah satu pokok bahasan yang memaparkan tentang
seberapa cepat atau lambat suatu reaktan habis atau suatu produk terbentuk. Laju raksi
adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk persatuan waktu. Laju
berkurangnya reaktan atau bertambahnya produk yang dinyatakan dalam molar
perdetik. Laju reaksi dapat ditinjau dari berkurangnya jumlah molekul reaktan atau
bertambahnya jumlah molekul produk (Manitoba, 2013).
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk
terhadapwaktu. Kecepatan reaktan memerankan peran penting dalam mempercepat
atau memperlambat reaksi tertentu. Banyak reaksi yang sangat peka terhadap suhu,
sehingga penendalian suhu sangat penting untuk pengukuran kuantitatif kinetic kimia.
Bentuk fisik reaktan juga berperan penting dalam laju yang diamati. Laju reaksi
menggambarkan seberapa cepat reaktan terpakai pada umumnya dipengaruhi oleh
beberapa macam perlakuan pada sistematau lingkungan. Seperti hal nya suhu
dinaikkan maka suhu energy kinetic partikel zat meningkat sehingga memungkinkan
semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan akibatnya reaksi
berlangsung lebih cepat dari suhu sebelumnya (Nasutio, 2014).
Laju reaksi adalah laju pengurangan konsentrasi molar pereaksi atau laju
pertambahan konsentrasi molar hasil reaksi dalam satuan waktu. Laju
reaskimenyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan setiap detik.
Reaksikimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Hubungan kuantitatifantara
konsetrasi pereaksi dengan laju reaksi dinyatakan dalam suatu persamaan, yaitu
persamaan laju reaksi.Laju reaksi terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan
atau konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan
berubah terus-menerus seiring dengan perubahan konsentrasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi lajureaksi adalah sebagai berikut (Khopkar, 2009).
Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya reaksi atau laju terbentuknya
produk. Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk
tiap satuan waktu. Laju reaksi pada reaksi sederhana berbanding lurus dengan hasil
kali konsentrasi. Konsentrasi reaktan yang dipangkatkan koefisien reaksinya, sehingga
dapat lebih mudah dihitung secara matematis. Tetapi untuk beberapa reaksi kompleks
akan sangat sulit ditentukan oleh orde reaksinya. Orde reaksi adalah banyaknya faktor
konsentrasi zat pereaksi yang mempengaruhi kecepatan reaksi. Penentuan orde reaksi
tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan
berdasarkan percobaan (John, 2011).
Laju reaksi terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi
molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan berubah-ubah
terus-menerus seiring dengan perubahan konsentrasi. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi laju reaksi diantaranya (Utami, 2009):
a. Konsentrasi
Suatu zat yang bereaksi memiliki konsentrasi yang berbeda-beda.
Konsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang berperan dalam proses
reaksi.semakin basar nilai konsentrasi, maka laju reaksi akan semakin cepat. Hal
ini dikarenakan zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang
lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibandingkan zat
yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan sering
bertumbukan dibandingkan dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga
kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
b. Temperatur/suhu
Menaikkan temperatur, energi gerak atau kinetik partikel bertambah,
sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin
besar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan
reaksi juga semakin besar.
II. METODELOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
a. Batang pengaduk
b. Bunsen
c. Erlenmayer
d. Gelas ukur
e. Kaki tiga
f. Kasa
g. Pipet volum
h. Stop watch
i. Thermometer

2.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada pada praktikum kali ini adalah:

a. HCl
b. Na2S2O3

2.2 Cara Kerja

a. Bagian A
Na2S2O3 → 0,25 M
Tempatkan 50 ml dalam gelas ukur yang mempunyai alas rata
Tempatkan gelas ukur tadi diatas sehelai kertas putih tepat diatas tanda
silang hitam yang dibuat pada kertas tersebut. Sehingga ketika dilihat
dari atas melalui larutan tiosulfat tanda silang jelas terlihat

HCI → 1M

Tambahkan 2 ml dan tepat ketika penambahan nyalakan stopwatch


larutan diaduk, sementara pengamatan dari atas tetap dilakukan
Catat waktu

Hingga tanda silang hitam tidak dapat di amati dari atas


Suhu larutan diukur dan dicatat

Hasil

- Ulangi langkah-langkah diatas dengan volume larutan tiosulfat dan volume


air yang berbeda-beda.
b. Bagian B
Na2S2O3 → 0,5 M
Masukkan 10 ml dalam gelas ukur lalu encerkan hingga 50 ml

HCI → 1M

Ambil 2 ml masukkan ke tabung reaksi tempatkan gelas ukur dan tabung


reaksi pada penangas air (± 45ºC) tunggu hingga mencapai suhu
kesetimbangan
Asam

Tambahkan asam ke larutan tiosulfat, sambil nyalakan stopwatch.


larutan diaduk, lalu tempatkan gelas ukur ke atas tanda silang hitam

Hasil

- Ulangi langkah diatas untuk berbagai suhu (35ºC,40ºC, 45ºC, 50ºC)


III. HASIL
3.1 Hasil Percobaan
No Dokumentasi Keterangan
1. Masukkan larutan 25 ml Na2S2O3 pada gelas beaker yang
sudah diberi tanda X hitam.

kemudian panaskan larutan tersebut dengan suhu 45ºC,


jika sudah mencapai suhu 45ºC larutannya diangkat.

Lalu masukkan larutan HCI sebanyak 2 ml ke dalam


gelas beaker yang berisi larutan 25 ml Na2S2O3 dengan
panas suhu 45ºC

Setelah itu aduk larutan sampaai larutan berubah warna


menjadi putih atau keruh
Hasil larutan 25 ml Na2S2O3+2 ml HCI suhu 45ºC
dengan waktu 5 detik
IV. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini berjudul pengaruh konsentrasi dan suhu pada lau reaksi,
percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui pengaruh perubahan
konsentrasi pada laju reaksi dan mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Laju
reaksi itu sendiri adalah ukuran yang menyatakan cepat lambatnya suhu reaksi kimia
atau suatu reaktan habis dan produk terbentuk (Manitoba, 2013). Sehingga kita dapat
mengetahui pengaruh konsentrasi dan suhu apakah akan mempercepat atau justru
memperlambat suatu reaksi kimia.
Pada percobaan ini untuk megamati laju reaksi digunakan larutan Na2S2O3 dan
larutan HCl. Na2S2O3 atau Natrium Tiosulfat merupakan cairan atau serbuk hablur
besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar yang dapat larut dalam 0,5 bagian air
dan praktis tidak larut dalam etanol (95%) P ( Depkes RI, 1979). HCl atau Asam
Klorida atau Acidum Hydrochloridum merupakan cairan tidak berwarna, berasap,
dan bau merangsang yang dapat larut dalam air, serta apabila diencerkan dengan 2
bagian air asap dan bau dari cairan ini akan hilang (Depkes RI, 1979). Kedua larutan
ini akan direaksikan dan diamati perubahan yang terjadi serta lamanya waktu terjadi
perubahan.
Percobaan dikukan dengan suhu yang berbeda-beda dengan konsentrasi atau
volume larutan Na2S2O3 atau Natrium Tiosulfat 25ml yang akan diberikan 2 ml
larutan HCl. Percobaan dimulai dengan menyiapkan gelas beker kemudian beri tanda
X dibagian bawah gelas beker tersebut dengan spidol hitam kemudian dimasukkan
larutan H2S2O3 sebanyak 25 ml, lalu dipanaskan sampai suhu yang telah ditentukan
(35C, 40C, 45C, dan 50C). Selanjutnya langsung diaduk dan dimasukkan larutan HCl
sebanyak 2 ml dan siapkan stopwatch untuk mengamati waktu terjadinya perubahan
pada zat yang direaksikan, diaduk terus menerus sampai tanda X pada dasar gelas
tidak terlihat lagi. Pada percobaan pertama dengan suhu 35 0c, waktu yang dihasilkan
adalah 7,03 detik. Percobaan kedua dengan suhu 400c, waktu yang dihasilkan adalah
3,85 detik. Percobaan ketiga dengan suhu 450c, waktu yang dihasilkan adalah 5 detik.
Percbaan terakhir degan suhu 500c, waktu yang dihasilkan adalah 4 detik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu konsentrasi, suhu, luas
permukaan, tekanan, dan katalis. Konsentrasi, semakin besar konsentasi semakin
banyak partikelnya sehingga ruang antar partikel semakin rapat jadi kemungkinan
terjadinya tumbukan pun besar, sehingga laju reaksi semakin cepat. Suhu, semakin
tinggi suhu energi kinetik atau energi gerak partikel akan bertambah, sehingga
tumbukan sering terjadi, jika sering bertumbukan, maka akan besar kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif yang membuat terjadinya reaksi. Luas permukaan,
semakin besar luas bidang sentuh tumbukan akan sering terjadi sehingga reaksi terjadi
makin cepat, luas permukaan total zat akan semakin bertambah bila ukurannya
diperkecil. Tekanan, semakin besar tekanan maka volume ruang dalam reaksi
semakin kecil, sehingga tumbukan sering terjadi dan mempercepat laju reaksi.
Katalis, bekerja dengan menurunkan energi aktivitas sehingga lebih cepat terjadi
reaksi (Utami, 2009).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan kali ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Dari praktikum ini dapat dibuktikan bahwa semakin tinggi suhu larutan tersebut
maka semakin cepat laju reaksinya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu konsentrasi, suhu, tekanan, luas
permukaan dan katalis.
c. Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk tiap
satuan waktu.
d. Na2S2O3 25 ml ditambah 2 ml HCl dengan suhu 35C, 40C, 45C, dan 50C secara
berurutan menghasil reaksi deang waktu 7,03 detik, 3,85 detik, 5 detik, dan 4 detik.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1997. Farmakope Indonesia Edisi ke-3. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Khopkar, S.M. 2009. Konsep dasar kimia analitik. Jakarta: Universitas Indonesia press.
Manitoba. 2013. Grade 12 Chemistry A foundation For Implementation. Winnipeg:
Manitoba Education School Program Division.
Nasutio, Muhammad Basir, dkk. 2014. Pengamatan Laju Reaksi Terhadap Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jurnal Laju Reaksi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Utami, Budi, dkk. 2009. Kimia Untuk Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasicnal.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai