Asuhan Keperawatan Gawat Tidak Darurat
Asuhan Keperawatan Gawat Tidak Darurat
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. karena berkat
rahmat serta Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Gawat Tidak Darurat dengan Fraktur Terbuka”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Garurat. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan menambah pengetahuan bagi para pembaca, khususnya dalam
jurusan keperawatan.
Dalam proses penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari isi maupun cara penulisan. Dengan demikian penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, serta harapan
penulis semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk pembaca dan semoga Allah
swt. selalu meridhoi kita semua.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emergency atau gawat darurat merupakan suatu kondisi yang
bersifat mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera,
serta dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja (Susilowati,
2015). Menurut World Healthy Organization (WHO) rumah sakit
merupakan suatu organisasi sosial dan kesehatan yang mempunyai fungsi
sebagai pelayanan, meliputi pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan juga sebagai pencegahan penyakit
(kuratif) kepada masyarakat. Sebagai bentuk peningkatan kualitas
pelayanan perawatan dilakukan evaluasi dengan pendekatan sistem dan
prinsip pelayanan pasien. Hal ini bertujuan supaya pasien mendapatkan
perawatan dengan kualitas tinggi dan tepat waktu (Leading Practice In
Emergency Departemen).
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di
rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan
pertama masuknya pasien dalam keadaan gawat darurat. Keadaan gawat
darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan
pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan
lenih lanjut (Depkes RI, 2009).
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit pertumbuhan sel, yang
hanya terdapat pada manusia, tetapi pada hewan dan tumbuhan akibat
adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel.
Salah satu penyebab kerusakan itu adalah adnya mutasi gen. Mutasi gen
adalah suatu keadaan ketika sel mengalami perubahan sebagai akibat
adanya paparan sinar ultraviolet, bahan kimia ataupun bahan-bahan yang
berasal dari alam (Sukardja, 2000).
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagamanakah konsep teori gawat tidak darurat?
2. Apa yang dimaksud dengan kanker payudara?
2
3
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan konsep teori gawat tidak darurat
2. Menjelaskan definisi kanker payudara
3. Menjelaskan etiologi dari kanker payudara
4. Menjelaskan penanganan kanker payudara stadium lanjut
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien kanker
payudara
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecatatan
lebih lanjut (UU No 44 Tahun 2009). Gawat darurat adalah suatu keadaan
yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang
memerlukan penanganan/pertolongan segera dalam arti pertolongan secara
cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu
maka korban akan mati atau cacat/ kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup (Saanin, 2012).
Keadaan darurat adalah keadaan yang sewaktu-waktu terjadi kapan
saja dan dimana saja dapat menyangkut siapa saja sebagai akibat dari suatu
kecelakaan, suatu proses medik atau perjalanan suatu penyakit (Saanin, 2012).
Klasifikasi gawat darurat terbagi menjadi beberapa macam yaitu : gawat
darurat, gawat tidak darurat, tidak gawat darurat, tidak gawat tidak darurat.
1. Gawat darurat P1 : keadaan mengancam nyawa/adanya gangguan ABC
dan perlu tindakan segera, misalnya (cardiac arrest penurunan kesadaran,
trauma mayor + perdahan hebat).
2. Gawat tidak darurat P2 : keadaan mengancam nyawa tapi tidak perlu
tindakan darurat. Setelah dilakukan resusutasi maka ditindak lanjuti
dokter sesialis misalnya (kanker tahap lanjut).
3. Darurat tidak gawat P3 : keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar tidak ada gangguan ABC dan
dapat langsung diberikan terapi definitive. Misal (fraktur minor/ tertutup,
sistitis laserasi).
4. Tidak gawat tidak darurat P4 : keadaan tidak mengancam nyawa dan
tidak memerlukan tindakan segera misalnya (penyakit kulit, flu, batuk
dll).
5
lanjut tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada,
misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
B. Etiologi
Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel
payudara. Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri
dari jaringan yang berisi sel-sel. Umumnya pertumbuhan sel normal
mengalami pemisahan dan mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan
sel-sel baru. Tetapi ketika sel-sel lama tidak mati dan sel-sel baru terus
tumbuh, jumlah sel-sel yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali
sehingga membentuk tumor. Menurut Smettzer & Bare,(2002) tidak ada
satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian
faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian penunjang dapat
menyebabkan kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa
perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang
menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.
Sementara Menurut Nurafif dan Kusuma (2013) Penyebab kanker
payudara adalah sebagai berikut :
1. Kanker payudara yang terdahulu terjadi mlaignitas sinkron di payudara
lain karena mammae organ berpasangan.
2. Keluarga, di perkirakan 5% semua kanker adalah predisposisi keturunan
ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
3. Kelainan payudara (benigna) kelainan fibrokistik (benigna) terutama pada
periode fertil, telah di tunjukan bahwa wanita yang menderita atau pernah
menderita yang porliferatif sedikit meningkat.
4. Makanan, berat badan dan faktor risiko lain. Status sosial yang tinggi
menunjukan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang
berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang
berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.
5. Faktor endokrin dan reproduksi Graviditas matur kurang dari 20 tahun
dan graviditas lebih dari 30 tahun , menarche kurang dari 12 tahun.
7
6. Obat anti konseptiva oral penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang
lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.
C. Penanganan
Menurut Departemen Kesehatan (Depkes), Penanganan kanker pada
stadium akhir/ lanjut dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sifat terapinya paliatif
Tujuan paliatif diberikan untuk meredakan gejala sehingga meningkatkan
kualitas hidup pasien
2. Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemotherapy dan terapi
hormonal)
3. Terapi locoregional (radiasi dan bedah) apabila di perlukan
4. Hospice homecare
b. Terapi ajuvan
1) Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads
2) Kemoterapi untuk pra menopause dengan
CMF(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14,
methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke-1 siklus di ulangi tiap 4
minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP
(Cyclophosphamide 500 mg hari ke-1, adriamycin 50 mg/m2 hari
ke-1 dan flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.
3) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk
1-2 tahun.
c. Terapi bantuan, roboransia.
d. Terapi sekunder bila perlu.
e. Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak tangan
(fisioterapi).
2. Terapi Poliatif
Untuk kanker payudara stadium III dan IV:
a. Terapi utama
1) Pramenopause, bilateral ovariedekomi.
2) Pascamenopause: hormone resptor positif (takmosifen), dan
hormone resptor negative (kemoterapi dengan CMF atau CAF).
b. Terapi ajuvan
1) Operable (mastektomi simple)
2) Inoperable (radioterapi)
Kanker payudara inoperative:
a) Tumor melekat pada dinding thoraks
b) Odema lengan
c) Nodul satelit yang luas
d) Mastitis karsionamtosa
c. Terapi komplikasi, bila ada
1) Patah, reposisi–fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat
patah.
9
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap, urine
2) Enxym alkali posphate
3) Aktifitas etrogen/vaginal smear
4) Pemeriksaan sitologis
5) FNA dari tumor
6) Cairan kista dan pleura effusion
7) Secret puting susu
8) Pemeriksaan sitologis/patologis
9) Durante oprasi vries coupe
10) Pasca oprasi dari specimen oprasi
Diagnosis
Diagnosa yang muncul menurut Nurafif dan Kusuma(2013), adalah
Intervensi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), perencanaan keperawatannya sebagai
berikut
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan masa tumor
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam di
harapkan nyeri berkurang
Kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri
12
Evaluasi
Evaluasi menurut Brunner dan Suddarth (2013), adalah sebagai berikut:
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
2. Menunjukan insisi bedah yang bersih, kering, dan utuh, tanpa
tanda-tanda inflamasi
3. Ikut serta secara aktif dalam aktifitas perawatan diri
15
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Asnita. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Ny. C dengan Perawatan Luka
Kanker Payudara Di RSPAD Gatot Soebroto. http://lib. ui. ac.
id/file%3Ddigital/20351563-PR-Yanita%2520Astuti.pdf. Diakses pada
tanggal 14 Agustus 2019
Utami, Rizky Wahyu. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Ny. M dan Ny. S yang
Mengalami Kanker Payudara Dengan Nyeri Kronis.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=2216. Diakses
pada tanggal 14 Agustus 2019
Kemenkes RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. http://www. depkes.
go. id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-kanker.pdf.
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2019
Kemenkes RI. Situasi Penyakit Kanker. http://www. depkes. go. id/download.
php%3file%3Ddownload/pusdatin/buletin/buletin-kanker.pdf. Diakses
pada tanggal 14 Agustus 2019