TABEL 18.3 Kategori Pasien Berdasarkan Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri
Evaluasi
Di bawah ini tanda-tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang Anda berikan kepada pasien
dan keluarganya, berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan.
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap aman dan
selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh
diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga berperan
serta dalam melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri
3. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan hal berikut.
a) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya.
b) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
c) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
4. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
risiko bunuh diri. Untuk itu diharapkan mampu melakukan hal berikut.
a) Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.
b) Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi anggota keluarga
yang berisiko bunuh diri.
c) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat
anggota keluarga yeng berisiko bunuh diri
Pengkajian
Pengkajian pasien gangguan panik di ruang UPIP menggunakan skala respons umum
fungsi adaptif (RUFA) terbagi dalam tiga kelompok, seperti pada Tabel 18.4.
b. Tindakan
1. Komunikasi terapeutik
a. Bicara dengan tenang.
b. Gunakan kalimat sederhana dan singkat.
2. Siapkan lingkungan yang aman.
a. Berikan lingkungan yang tenang dan stimulus eksternal minimal, misalnya tidak
ada suara musik yang keras, tidak berdekatan dengan pasien lain yang gelisah.
b. Singkirkan semua benda yang membahayakan seperti alat-alat tajam, kaca,
dan lainnya.
3. Dampingi terus pasien saat panik, bimbing pasien latihan tarik napas dalam
4. Kolaborasi
a. Berikan obat-obatan sesuai standar medik seperti antiansietas sesuai
program terapi pengobatan. Pengobatan dapat berupa suntikan diazepam
(valium) 10 mg IM/IV, dapat diulang 30–60 menit, serta sesuaikan dengan
instruksi dokter.
b. Pantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya.
5. Observasi perilaku pasien setiap 15 menit sekali. Catat adanya peningkatan atau
penurunan perilaku pasien yang berkaitan dengan respons fisik, respons
kognitif, respons perilaku, dan emosi.
6. Jika perilaku pasien semakin tidak terkontrol, terus mencoba melukai dirinya
sendiri atau orang lain, maka dapat dilakukan tindakan manajemen pengamanan
pasien yang efektif (lihat protap pembatasan gerak dan pengekangan pasien di
modul Asuhan Keperawatan Intensif Pasien dengan Perilaku Kekerasan).
3. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
1. Keluarga mampu mengenal masalah panik pada anggota keluarganya.
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah panik.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami panik.
4. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan panik di level
intensif
b. Tindakan keperawatan
1. Diskusikan tentang pengertian panik.
2. Diskusikan tentang tanda dan gejala panik.
3. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari panik.
4. Diskusikan cara merawat pasien dengan panik dengan cara mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam.
5. Jelaskan tentang terapi obat pasien pada level intensif .
4. Evaluasi
Evaluasi respons umum fungsi adapatasi dilakukan setiap akhir sif oleh perawat. Pada
pasien panik evaluasi meliputi respons fisik yang mulai menurun, tidak adanya
palpitasi, kebas dan kesemutan, gemetar dan diaforesis, serta hipotensi. Respons
kognitif mengalami perbaikan yang pasien mulai mampu berpikir logis tetapi masih
belum mampu menyelesaikan masalah. Respons perilaku dan emosi sedikit lebih
terkendali sehingga pasien sudah tidak mengalami amuk, agitasi, dan persepsi mulai
membaik.
5. Rujukan
Jika kondisi di bagian evaluasi tercapai, maka perawatan dilanjutkan pada level
intensif II Jika tidak tercapai, maka pasien tetap berada di perawatan level intensif I
6. Dokumentasi
Dokumentasikan hasil observasi perilaku pasien terkait panik, seperti terapi injeksi
yang diberikan, respons setelah penyuntikan. Jika dilakukan manajemen pengamanan
pasien yang efektif, maka catat alasan, tindakan yang dilakukan, respons pasien, dan
alasan penghentiannya.
asuhan Keperawatan intensif ii (25–72 Jam)
1. Diagnosis
Ansietas berat
2. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
Pasien tidak mengalami kembali panic
b. Tindakan
1. Komunikasi terapeutik
a. Bicara dengan tenang.
b. Gunakan kalimat sederhana dan singkat.
2. Siapkan lingkungan yang aman.
a. Lingkungan tenang dan stimulus eksternal minimal.
b. Tidak ada barang-barang yang berbahaya atau singkirkan semua benda yang
membahayakan.
3. Ajarkan teknik relaksasi peregangan otot.
4. Kolaborasi
a. Berikan obat-obatan sesuai standar medik seperti antiansietas sesuai program
terapi pengobatan. Pengobatan dapat berupa suntikan diazepam (valium) 10
mg IM/IV, yang dapat diulang 30–60 menit, serta sesuaikan dengan instruksi
dokter.
b. Pantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya.
5. Observasi perilaku pasien setiap 30–60 menit sekali, catat adanya peningkatan
atau penurunan perilaku pasien yang berkaitan dengan respons fisik, respons
kognitif, respons perilaku, dan emosi. Antisipasi jika pasien kembali
menunjukkan perilaku panik, maka tindakan keperawatan yang diberikan
kembali ke level intensif I.
3. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
1. Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala cemas berat.
2. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami cemas berat.
3. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan panik di level
intensif II (cemas berat).
b. Tindakan keperawatan
1. Diskusikan tentang tanda dan gejala cemas berat.
2. Diskusikan cara merawat pasien dengan panik dengan cara mengajarkan teknik
relaksasi peregangan otot.
3. Bantu keluarga mempraktikkan tehnik relaksasi peregangan otot pada pasien.
4. Jelaskan tentang terapi obat pasien pada level intensif II.
4. Evaluasi
Evaluasi keadaan pasien, yang ditandai dengan respons fisik yang mulai menurun,
yaitu frekuensi napas pendek, sakit kepala, dan berkeringat berkurang. Respons
kognitif sedikit meluas tetapi hanya berfokus pada hal yang menjadi pusat
perhatiannya saja. Respons perilaku dan emosi sedikit lebih terkendali yakni perasaan
terancam mulai berkurang, verbal cenderung cepat tetapi tidak lagi mengalami
bloking, serta pasien masih merasa tidak aman.
5. Rujukan
Jika kondisi di bagian evaluasi tercapai, perawatan dilanjutkan pada level intensif III,
jika tidak tercapai tetap di level intensif II dan jika perilaku kembali kacau maka
kembali ke level intensif II.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan semua tindakan keperawatan yang diberikan seperti latihan
peregangan otot, terapi injeksi yang masih diberikan (keefektifan, respons post-
injeksi, efek samping, dan sebagainya). Catat juga hasil observasi perilaku terkait
cemas berat.