I. Skenario Kasus
A. Kasus nyeri dada dengan penurunan kesadaran
Learning Approach
Collaborative Learning : Peer Teaching and Discussion
Case Review
Skenario Kasus
Pemeriksaan fisik :
GCS E2M4V2, berat badan 75 Kg, tinggi badan 165 cm.tek. Darah 80/ palpasi mmHg, nadi
120 kali/menit lemah, suhu 35.4 °C. laju Nafas 30 kali/menit, JVP 5+3 cm H2O, S1 dan S2
reguler, Murmur (-), Gallop (+).Suara Nafas Vesikuler, Wheezing -/-, Ronchi +/+ diseluruh
lapang paru, Ekstrimitas :Akral dingin, Oedem +/+.
Pemeriksaan Penunjang
Kardiomegali dengan bendungan paru, tidak tampak TB paru
rontgen
aktiv
Irama sinusQ patologi (+) di I, AVL, ST elevasi di I, AVL, V4,
EKG
V5, V6
Probing Question
1. Mengapa bisa terjadi CAD STEMI ?
2. Jenis – jenis CAD?
3. Bagaimana mekanisme perubahan fisiologis yang terjadi akibat CAD sehingga
menimbulkan nyeri dada, sesak, nyeri kepala dan mual muntah ?
4. Sebutkan standar pengkajian utama pada kasus CAD?
5. Sebutkan data penunjang tambahan yang diperlukan ?
6. Jelaskan kondisi kegawatan yang terjadi pada pasien adalah?
7. Jelaskan kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi pada pasien di atas?
8. Diagnosa keperawatan pada pasien tersebut adalah?
9. Jelaskan intervensi yang tepat untuk mengatasi pasian?
Seorang Pasien laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke UGD karena demam tinggi disertai
kejang dan muntah proyektil. GCS E2 M4 V2 . RR 10 kali/menit, ronkhi (+), wheezing (-)
TD : 150/90 mmHg, Suhu : 39,5oC, HR : 57 x/mnt, pupil midriasis unilateral.
Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen : TB aktif
Probing Question
1. Mengapa bisa terjadi peningkatan tekanan intra kranial ?
2. jelaskan penyebab peningkatan TTIK pada kasus tersebut?
3. Bagaimana mekanisme perubahan fisiologis yang terjadi akibat peningkatan TTIK
sehingga menimbulkan penurunan kesadaran?
4. Sebutkan data penunjang tambahan yang diperlukan ?
5. Jelaskan kondisi yang dapat memperberat peningkatan TTIK ?
6. Diagnosa keperawatan pada pasien tersebut adalah?
7. Jelaskan intervensi yang tepat untuk mengatasi pasian?
KASUS 3
Peritonitis difus ec pankreatitis necroticans
Skenario kasus :
Seorang pasien pria berusia 37 tahun dirawat di ICU post laparatomy eksplorasi atas indikasi
peritonitis diffuse. Saat dikaji pasien terpasang ventilator dengan mode CPAP dan NGT untuk
dekompresi (cairan hijau). Hasil pengkajian : Tekanan darah 92/63, heart rate 66x/menit,
saturasi O2 86 %, frekuensi napas 23x/menit, suhu 38,6 c. Ekstremitas akral dingin, edema
ekstremitas atas bawah dengan pitting edema 3+, ronchi +/+, gargling (+), ascites (+).
Pemeriksaan laboratorium : Hb 8 mg/dl, Hematokrit 24,leukosit 13500, ureum 148 mg/dl,
kreatinin 5,46 mg/dl, gula daras sewaktu 143.
Foto rontgen : efusi Pleura
Terapi : Lasiq 30 mg/jam, dobutamin 5 µg/kgbb/hari, vascon o,5 mg/jam, Levoflosaksin 1 x
750 mg, Pantoprazol 2 x 40 mg, vit K 2 x 10 mg
Probing Question
1. Mengapa bisa terjadi peritonitis diffuse pade pasien tersebut ?
2. jelaskan penyebab terjadinya severe sepsis dan syok sepsis pada kasus
tersebut?
3. jelaskan secara patofisiologi timbulnya manifestasi klinis yang dialami
asien pada kasus di atas?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya acute kidney injury akibat syok sepsis?
5. Diagnosa keperawatan pada pasien tersebut adalah?
6. Jelaskan intervensi yang tepat untuk mengatasi pasian?
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor keefektifan ventilasi mekanik 1. Keefektifan ventilator dapat menentukan
perfusi gas O2 dan CO2 keperawatan selama 5x24 dengan melakukan observasi terhadap pemenuhan kebutuhan ventilasi klien apakah
berhubungan dengan jam, klien akan memiliki TV, IPL, Peep, FiO2, Peak Pressure. terpenuhi atau tidak.
sepsis ditandai dengan upaya napas spontan,
ditandai dengan: 2. Pastikan alarm ventilator aktif. 2. Ventilator mempunyai berbagai alarm
HR 66 x/menit, sesak
Nilai gas darah dan sehingga kelainan dini bisa terdeteksi
(+), RR 14 x/menit
saturasi oksigen dalam misalnya adanya penurunan tekanan gas,
dan dangkal, suhu rentang normal. saturasi oksigen, rasio inspirasi dan ekspirasi,
38,90C, hasil lab Volume tidal dalam dan lainnya.
sysmec, Hb : 8.0 mg% rentang normal (500
dan Eritrocyt: 2,66 ml). 3. Auskultasi suara napas, dan adanya 3. Pemantauan terhadap status pernapasan klien
jt/uL, kesan thoraks Tidak ada dispnea. suara napas tambahan/ronchi. diperlukan untuk menilai keefektifan ventilasi
foto adanya efusi Tanda vital dalam yang dibantu oleh ventilator.
fleura. hasil AGD: pH rentang normal.
7,44 (N); PCO2 32 ↓; 4. Lakukan pengisapan, berdasarkan 4. Mengurangi sekret atau cairan yang terdapat
PO2 93 (N); HCO3 adanya suara napas tambahan atau pada saluran pernapasan maupun paru-paru
21 ↓, SO2 97% (N) peningkatan tekanan inspirasi. yang dapat mengurangi kemampuan klien
dengan menggunakan untuk bernapas spontan dan kebutuhan akan
ventilator.
alat bantu pernapasan
ventilator 5. Lakukan oral hygiene secara rutin setiap 5. Penggunaan ETT untuk ventilator
pagi hari, ditambahkan jika diperlukan. menyebabkan berkurangnya reflek menelan,
sehingga cairan saliva tidak tertelan dan
memudahkan organism masuk dan
berkembang biak. Mulut klien akan mudah
kotor dan bau, sehingga diperlukan oral
hygiene.
5. Ajarkan klien untuk membebat / 5. Mengurangi rasa nyeri dan rasa akan
mengganjal luka insisi pada saat batuk. menyebabkan robekan atau kerusakan jahitan
saat batuk.
3. Gangguan Setelah diberikan tindakan 1. Monitoring intake output dan 1. Untuk mengetahui balance cairan klien.
keseimbanngan cairan : keperawatan selama 5 x 24 keseimbangan cairan klien.
kelebihan volume cairan jam, keseimbangan cairan
di ekstravaskuler dan elektrolit dapat 2. Lakukan pengukuran CVP 2. Untuk mengetahui tekanan vena sentral dan
berhubungan dengan tercapai dengan kriteria kondisi keseimbangan cairan tubuh klien.
retensi cairan akibat hasil :
penurunan fungsi ginjal Urin output mendekati 3. Kolaborasi pemberian terapi Lasix 30 3. Furosemide termasuk dalam golongan obat
ditandai dengan edema normal (1 cc/kgBB/hr) mg/jam. diuretik, obat golongan diuretik ini berfungsi
pada ekstremitas atas secara bertahap tanpa dalam mengurangi reabsorpsi natrium
dan bawah, ascites (+), bantuan therapi sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan
ureum 148 mg/dL ↑, diuresis juga air.
kreatinin 5.46 mg/dL ↑, CVP dalam batas
Hb 8.0 g/dL ↓, Ht 24 % normal, dipertahankan 4. Pantau kadar natrium, kalium, Hb/Ht, 4. Hiponatremia dapat diakibatkan dari kelebihan
↓. tidak mengalami ureum, kreatinin. cairan. Penurunan kadar Hb sebagai akibat
kenaikan dari penurunan produksi eritrosit. Peningkatan
Elektrolit dalam batas kadar ureum dan kreatinin memperlihatkan
normal kerusakan ginjal
Edema berkurang
5. Batasi pemberian cairan 5. Restriksi cairan dapat mengurangi
peningkatan volume cairan pada intra vaskuler
sehingga dapat menguragi beban jantung dan
ginjal
7. Lakukan oral hygiene secara rutin setiap 7. Penggunaan ETT untuk ventilator
pagi hari, ditambahkan jika diperlukan. menyebabkan berkurangnya reflek menelan,
sehingga cairan saliva tidak tertelan dan
memudahkan organism masuk dan
berkembang biak. Mulut klien akan mudah
kotor dan bau, sehingga diperlukan oral
hygiene.